Aryesta Ribela tidak pernah menyangka, di malam pertamanya menikah, dia justru diceraikan oleh Dion, suami tercintanya, akibat sebuah video syur yang dikirimkan oleh seseorang menggunakan nomor tak dikenal pada Dion. Tidak hanya diceraikan, Aryesta bahkan diusir dan cabut hak warisnya sebagai calon pemimpin dari perusahaan keluarga Ribela. Lantas apa yang akan terjadi pada hidup Aryesta, saat tertimpa musibah baru dan dipaksa menikahi laki-laki lain bernama Aleandra seorang CEO Alra Group, karena sebuah insiden tidak terduga. Padahal saat itu Aryesta masih dalam proses perceraiannya bersama Dion. Siapakah yang Aryesta pilih saat keduanya sama-sama meminta kesempatan kedua karena sebuah penyesalan?
View MoreMalam pertama pernikahan ini membuat dada Aryesta berdebar dan bingung apa yang akan dia lakukan bersama suaminya.
Wanita yang telah menunggu di atas ranjang dengan lingeri putih, wajah dengan make up flawless dan semprotan parfum itu meremet kedua tangan gugup.
Dapat Aryesta lihat, Dion suaminya sedang berjalan menuju ranjang dan hendak bergabung. Jangan lupakan tubuh bagian atas Dion yang sungguh menggoda iman itu, seketika membuat pipi Aryesta merona merah. Ah, sial! Mata tajam dengan senyum yang entah apa artinya buat wajahnya kian memanas.
âApakah kamu udah siap lakuin itu sama Mas, Sayang?â tanya Dion dengan mata berkilau penuh gairah. Pria itu bergerak pelan naik ke atas ranjang. âAryesta?â
âAh, aku ... aku gak tahu, Mas. Iâini yang pertama untuk aku soalnya,â gumam Aryesta dengan wajah yang semakin memerah menahan rasa malunya yang sungguh luar biasa. Namun, matanya justru sesekali melirik ke arah tubuh atas suaminya. Wanita itu menggigit bibirnya sendiri saat pikiran kotornya telah beterbangan ke mana-mana.
Bahkan otak kotornya sudah mulai berkelana pada hal yang iya-iya saja. Seperti menyentuh kulit Dion, misalnya. Aryesta mendesis. Merasa pikirannya semakin kacau, dia pun langsung menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran-pikiran kotor tersebut.
Berbeda dengan Dion yang saat ini sudah tidak tahan melihat lekuk tubuh Aryesta pun mulai merangkak di atas ranjang dan mengungkung tubuh indah istrinya, yang hanya berbalut lingeri putih di balik selimut tebalnya.
Tubuh Dion semakin mendekat, lima senti meter lagi bibir keduanya akan bertemu, sampai mereka bisa merasakan embusan napas masing-masing yang menerpa wajah.
âMas sungguh udah gak tahan lagi, Sayang. Malam ini, kamu akan jadi milik Mas seutuhnya,â bisik Dion dengan tangan yang membelai pipi Aryesta sebentar, memberi kecupan ringan sebelum bergerak pelan ke tengkuk Aryesta.
Aryesta memejamkan matanya dan menanti bibir keduanya bertemu dengan wajah pasrah, menyerahkan diri sepenuhnya pada Dion. Dia pejamkan mata dengan wajah sedikit mendongak. Memberi Dion keleluasaan.
Dion semakin bahagia saat melihat respons baik dari Aryesta, baru saja bibir itu akan menempel, tiba-tiba saja dering ponsel milik Dion memecahkan keheningan, dan membuat Aryesta membuka matanya, secara spontan menjauhkan wajah keduanya.
Aryesta berdeham. Suasana seketika menjadi canggung. Sumpah, dia mengumpati dirinya sendiri. Entah bagaimana dia bisa jadi segugup ini.
âMâMas, iâitu kayaknya ada yang penting deh. Sebaiknya Mas angkat dulu teleponnya,â suruh Aryesta pada suaminya yang langsung mendengkus menahan geram pada sang penelepon.
âBiarlah.â Dion mendekatkan wajahnya lagi. Bibir berlipstik merah milik istrinya seakan-akan menggoda untuk segera dipagut. Namun, dering telepon terdengar lagi. Buat pria itu mendengkus kesal. âSiapa sih!â Lalu, bangun dan sungguh dalam hati dia mengumpati penelepon sialan itu.
Meski begitu, Dion tetap meraih ponsel. Dahinya berkerut tak suka saat nomor tanpa nama seperti sedang mengerjai. Sebentar menyala, lalu saat dijawab justru dimatikan. Dia letakkan kembali ponselnya.
Baru akan berbalik, ponselnya terdengar berdering lagi. Secepat pria tampan itu berbalik, secepat itu juga tangannya menarik ponsel, lalu menggeser ikon jawab.
âHalââ Dion berdecak tak suka kala sambungan yang diputus sepihak. Sumpah, dia ingin mencekik siapa pun yang meneleponnya ini. Dia baru akan menelepon balik kala pesan masuk lebih dulu. Caption yang tertera di sana mengganti kerut dahi menjadi rasa penasaran.
âInikah kelakuan perempuan yang menjadi istrimu itu?â
Dada Dion berdegup sangat kencang dan takut terjadi hal-hal yang tidak dia inginkan, tetapi karena dia penasaran, Dion akhirnya buka pesan video. Jarinya pelan mengetuk pesan video itu.
âMas, siapa?â
Dion mendongak, lalu memberikan gelengan pelan. Dia mengembalikan fokus pada pesan yang sudah sepenuhnya terunduh. Matanya membesar seiring video terputar.
Dion menahan jijik. Aryesta dalam video berdurasi sepuluh detik itu tertidur dan hanya mengenakan pakaian dalam saja. Bahkan lekuk tubuh istrinya berhasil dijamah oleh kelima laki-laki di sebuah bar yang bahkan dirinya saja belum pernah menyentuhnya seujung kuku pun.âAryesta!â Serta merta Dion mengangkat kepala. Wajahnya merah padam. "Dasar perempuan murahan!" maki Dion pada Aryesta, perempuan yang baru saja menikah dengan laki-laki tampan itu.
Aryesta Ribela terkejut luar biasa mendengar makian dari laki-laki yang sangat dia cintai. Perempuan itu pun mendekat dan hendak meraih lengan suaminya, tetapi Dion langsung menghempaskannya, sampai membuat Aryesta terjatuh saking kuatnya dorongan yang Dion lakukan. Keningnya terantuk lantai.
âM-Masââ Aryesta membelalakkan mata. âKenapa kamu tiba-tiba marah sama aku, Mas? Ada apa sebenarnya?â
âDasar jalang!â maki Dion lagi.
Tatapan mata Dion masih memerah menahan amarah, juga rasa kecewa yang mendalam, bahkan dada laki-laki itu sungguh sesak saat ingatannya kembali pada video syur yang beberapa detik lalu terputar di ponselnya.
Entah siapa sang pengirim video itu, tetapi tatapan penuh cinta milik Dion kini berubah menjadi rasa jijik saat menatap Aryesta yang matanya sudah berkaca-kaca. Gairahnya menguap. Rasa panas ingin segera mencap Aryesta sebagai miliknya kini berganti lahar amarah yang akan meledak.
Dion mendekati Aryesta yang masih di atas lantai. Dia jambak rambut istrinya. Dia mual hanya dengan mengingat status mereka. Astaga, dia menikahi seorang perempuan murahan.
âApa ini?â Dion menunjukkan layar ponsel dengan video yang kembali diputar. âApa ini, Aryesta!â Di sana, tampak jelas, mata-mata pria buncit menahan lapar pada tubuh mulus Aryesta. âJawab, Aryesta Ribela!â
Mata Aryesta membola besar seolah-olah akan keluar dari tempatnya, lalu menggelinding. Kepalanya segera menggeleng keras-keras. âMas, it-itu bukan aku-argh!â Aryesta rasakan kulit kepalanya akan lepas. âSakit, Mas.â
Mendengar bantahan dari Aryesta, Dion makin marah. Sebelah tangannya menampar pipi sang istri.
"Aku benar-benar tidak menyangka berhasil ditipu oleh perempuan sialan seperti dirimu!â Dia menarik kembali rambut Aryesta, buat kepala istrinya itu mendongak. Dion sungguh jijik dengan air mata yang membasahi wajah cantik itu.
"Apakah kamu pikir saya akan percaya dengan air mata buayamu itu, hah?!" sentak Dion, "Tidak akan pernah!"
âBukan! Itu bukan aku!â Aryesta meringis kala tarikan tangan Dion mengerat. Dia menggeleng berulang kali. âDengarkan aku, Mas. Demi Tuhan, itu bukan aku!â
Dion kian marah. Apa istrinya itu pikir dia bodoh? Jelas-jelas dalam video itu memang adalah Aryesta. Wajahnya teramat mirip, tetapi wanita itu justru berkelit.
Sementara itu, Aryesta terus menangis. Tubuhnya lemas bukan main. Kepalanya benar-benar sakit. Terlebih saat Dion memaksanya berdiri. Lalu, menyeret tubuhnya dengan paksa. Tak peduli Aryesta kesulitan berjalan, bahkan tungkainya beberapa kali tak kuat untuk berjalan, Dion tetap memaksanya menuju kamar mandi.
Dion melepaskan tangannya dari rambut Aryesta. Dia dorong tubuh itu hingga membentur dinding kamar mandi. Lalu, menarik shower. Tak lagi ada rasa cinta yang tersisa, pria itu menyalakannya dan mengarahkan air dingin itu ke arah Aryesta.
Kamar mandi mewah itu dihiasi oleh teriakan Aryesta. Meminta Dion untuk berhenti. Tubuhnya bukan hanya basah kuyup, tetapi juga menggigil. Dion benar-benar ingin menghajarnya. Entah sudah berapa lama dia melakukan itu, tetapi sepertinya Dion tak ingin berhenti.
âMas, udah!â Aryesta melindungi wajahnya dengan tangan dari semprotan kencang air. Tubuhnya sakit semua. âAku mohon, udah, Mas!â
Dion menggemeletukkan giginya dengan seringai puas. Dia lempar selang dari tangannya. Lalu, berjongkok hanya untuk menghunuskan tatapan kejam.
Aryesta bersyukur, Dion tak lagi menyiramnya seperti tadi. âMas, aku mohon kasih aku kesempatan buat jelasââ
Plak!
Dion lebih dulu menampar pipi Aryesta. âJangan panggil saya seperti itu dengan mulut kotormu, jalang!" Dia mendesis tak terima. Aryesta sungguh luar biasa kurang ajar. Bisa-bisanya mencuranginya seperti ini. âDasar perempuan sialan!â
âAku bersumpah, itu bukan aku!â ucap Aryesta. Inginnya berteriak, tetapi tenaganya telah habis. âDemi Tuhan, itu bukan aku.â
Plak!
Sekali lagi, Dion menampar Aryesta. Dia geram bukan main. Bukti sudah jelas, masih saja bisa membantah. Dia lalu berdiri.
âMas, Mas!â Aryesta menahan langkah Dion dengan memegangi kaki. âKumohon dengarkan aku dulu!â
âLepaskan tangan jalangmu dari tubuh saya, Aryesta!â Melihat Aryesta menggeleng, Dion melepaskan paksa. Dia meludah tepat di pipi wanita itu. âSialan!â sambungnya lagi dengan tangan mengepal dan wajah yang langsung Dion alihkan.
"MâMas, aku tidak pernah melakukan hal keji seperti itu. Itu bukan aku! Aku yakin itu bukan aku!â raung Aryesta. âMas! Tolong percayalah padaku," isak Aryesta yang kini sudah meraih kaki suaminya di atas lantai dingin itu.
Dengan tanpa perasaan Dion menendang kakinya ke udara, sehingga membuat cengkeraman tangan Aryesta terlepas. Tidak berhenti sampai di sana, Dion bahkan mengibaskan bagian celananya yang tadi sempat dipegang Aryesta, seolah-olah tengah membersihkan debu.
âMulai malam ini ... saya ceraikan kamu, Aryesta Ribela!â
Aryesta terkejut mendengar kata cerai. Namun, dia langsung berlari menyusul langkah Dion yang hendak keluar dari kamar mandi. Sayang, suaminya lebih dulu membanting pintu.
Brak!
Tubuh Aryesta tersentak akibat debuman pintu yang dibanting keras, kemudian meluruh ke atas lantai. Kata cerai yang diucapkan oleh suaminya terus berdengung. Dia tersedu di sana. Tak pernah dia bayangkan malam pertamanya berakhir mengenaskan seperti ini. Menjadi janda di malam pertama.
Suara dering ponsel buat wanita itu mengangkat kepala. Lalu, meraih benda itu. Dahinya mengerut kala melihat tak ada nama siapa yang menelepon.
âHalo?â
âBagaimana Aryesta, kado dariku?â Penelepon itu tertawa kencang. âManis bukan? Apakah suami bodohmu itu sudah menerima video jalangmu yang dijamah lima pria perut buncit?â
Deg!
Jantung Aryesta berdegup kencang saat mengenali suara laki-laki yang baru saja memutus sambungan telepon setelah mengatakan hal di luar dugaan.
Mata Aryesta menatap nanar pada layar ponsel. âAl-Alendra ....â
Lalu Aleandra pun menjelaskan jika di perusahaannya terjadi keributan. Membuat Aryesta ikut terkejut dan mengajak suaminya itu untuk segera pergi ke perusahaan."Tapi aku tidak mungkin ninggalin kamu sama Dean di sini, Ar.""Kami ikut kamu, Mas. Urusan Maria kita serahin ke Ben saja, oke?" saran Aryesta yang langsung disetujui oleh suaminya itu.Akhirnya Aleandra pun segera menelpon Beni dan menyerahkan segala urusannya pada laki-laki itu. Sementara dia pergi ke perusahaan.Di perjalanan, Dean tersadar dan sedikit linglung, yang langsung disyukuri oleh orang tuanya.Aryesta memeluk erat tubuh putranya lalu berucap, "Maafin Mommy, Sayang. Karena Mommy lepasin tangan kamu tadi, kamu hampir saja diculik sama si Ulat bulu itu."Dean masih bingung, tetapi juga mengangguk dan balas memeluk sang ibu, dengan perasaan nyaman luar biasa.Aleandra yang ikut lega pun mengusap puncak kepala Dean, sambil tetap fokus pada kemudi, yang tersenyum kala sedetik tatapan ayah dan anak itu saling bertautan.
Mobil yang Maria kendarai menabrak motor tersebut, membuat berteriak dan membanting setir kemudi, hingga berakhir menubruk batang pohon besar, dan membuatnya tak sadarkan diri.Orang yang lalu lalang langsung mendekat, dan memanggil ambulance juga pihak polisi untuk segera datang ke tempat kejadian.Hingga kerumunan itu menyebabkan kemacetan, dan membuat Aleandra yang hendak melewati jalur tersebut mengumpat kasar.Melihat suaminya mencak-mencak, Aryesta pun memutuskan untuk keluar mobil dan bertanya pada warga sekitar."Ah itu, Bu. Ada mobil hitam tabrakan sama motor yang orangnya lagi mabuk. Kayaknya yang bawa mobil luka parah, tapi untungnya balita yang ada di mobil penumpang baik-baik saja, Bu."Ucapan salah satu warga yang menjawab pertanyaan Aryesta tentu saja membuatnya terkejut bukan main.Jantungnya berdebar-debar tak menentu, seraya melangkah menuju mobil yang bagian depannya sudah nyaris hancur.Detik itu juga mata Aryesta membulat sempurna, dan langsung berlari menuju pintu
Saat ini Aryesta dan Aleandra sedang berbelanja di supermarket untuk kebutuhan sehari-harinya. Bukan tak percaya pada asisten rumah tangga, tetapi keduanya sedang healing bersama putra mereka.Dan saat ini keduanya sedang berada di taman bermain, baru saja Aryesta mengambil dompet dari tas untuk mengangkat sebuah telepon, pada detik kelima dia berbalik langsung bertatapan dengan mata tajam Aleandra.Baru saja membuka mulutnya hendak bicara, tetapi ucapannya langsung tertahan."Di mana Dean, Ar! Kenapa kamu malah sibuk teleponan?!"Deg!Saat itu juga mata Aryesta menoleh ke samping kirinya dan melotot, ketika keberadaan putranya tiba-tiba hilang entah ke mana.Bukannya menjawab, Aryesta langsung panik dan berjalan ke sana kemari mencari Dean, yang lenyap seketika itu."Sialan! Siapa yang berani main-main denganku, hah?!" pekik Aleandra yang merasa jika ada yang tak beres dengan hilangnya putra mereka.Tanpa banyak waktu, Aleandra bergegas mencari keberadaan Dean, berpencar dari sang ist
Aleandra berdiri di balkon kamarnya, memandang langit malam dengan tatapan kosong.Ya, setelah kelahiran bayi Adam dan Dinda 3 jam yang lalu, Aleandra putuskan kembali ke rumah, melanjutkan sisa-sisa masalah yang sebelumnya sudah diurusi oleh Beni."Apakah bayinya setampan Dean, Mas?" ucal Aryesta seraya merengkuh tubuh suaminya dari belakang.Hal yang membuat Aleandra terlonjak saking kagetnya. Beruntung laki-laki itu mengenali aroma parfum yang menempel di kulit istrinya, sehingg tak berakhir dia banting, karena Aleandra sangat tak menyukai sentuhan lawan jenis, selain istrinya saja.Aleandra tersenyum dan menggelengkan kepalanya tak setuju, "Dean yang paling tampan, Ar. Kau tenang saja, di kemudian hari pasti Dean yang akan menang jika mereka terjebak cinta jajar genjang."Aryesta terkekeh mendengarnya sambil berjalan ke samping, dan menyandarkan kepalanya di lengan sang suami."Jadi namanya Bian Reganza, Mas?"Aleandra menganggukan kepalanya, lalu tanpa menunggu waktu yang lama unt
Maria melangkah pelan menuju punggung Dinda, sampai ....Bruk!"Argh!" teriak Dinda dengan tubuhnya yang sudah terjungkal ke depan, perut buncitnya pun menempel ke atas lantai dengan hantaman keras."Dinda!" Adam refleks membentak, melihat istrinya terjatuh dan mengerang di atas lantai.Sampai akhirnya dia sadar jika ada seseorang di belakang, yang sedang mematung tak percaya, dengan apa yang baru saja dia lakukan pada adik ipar dari Nyonya rumah ini."Kau ... dasar perempuan kurang ajar!" suara Adam menggelegar berat, lalu melangkah ke arah Maria hingga ....Bugh!Bruk!"Argh!" Maria meringis sata bahunya ditonjok dan disungkurkan dengan kekuatan penuh, membuat tubuhnya terpelanting di atas lantai, dan mengenai guji di dekatnya, membuat semua orang yang baru saja masuk rumah, langsung berhamburan mencari sumber suara.Semua orang menatap terkejut, saat Dinda terjatuh dan menangis, sambil menatap paha putihnya yang sudah dilumuri darah segar.Kemudian tatapan semua orang menoleh ke ara
Dada Maria berdebar keras, mendengar suara berat itu, suara yang sangat jarang dia dengar, kini laki-laki itu datang juga ke mansion tuannya.Maria masih mematung, dan belum membalikkan badannya, takut jika laki-laki itu mengadukannya pada sang Tuan, ataupun memprovokasi tuannya untuk memecatnya dari pekerjaan ini.Laki-laki yang ternyata adalah Adam, wakil direktur di perusahaan Alra Grup, sekaligus sahabat Aleandra itu pun berjalan 4 langkah, kemudian berhenti, tepat di depan Maria, membuatnya membelakangi Maria saat ini."Saya mengetahui niat busukmu itu, bahkan saya yakin, kalau sahabat saya juga sudah mengetahuinya. Dia diam hanya karena menganggap kamu bukan lawan sepadannya saja. Jadi jangan terlalu percaya diri, Maria."Perkataan Adam langsung membuat lutut Maria lemas, hingga tubuh Maria ambruk ke atas lantai, tetapi baru saja Adam hendak menoleh ke belakang untuk melihat kondisi Maria, dari arah dalam rumah muncullah seseorang."Sayang! Kamu berani gatel sama pengasuh kegatel
"Jâjadi Tuan tahu kalau Maria itu ...."Ucapan Beni menggantung, dan menatap tuannya sedang tersenyum miring, diiringi anggukan kepala untuk membenarkan apa yang ada di dalam kepala Beni."Maria berhalusinasi terlalu tinggi, hingga bermimpi ingin menjadi Nyonya rumahku. Oh, sungguh menggelikan. Bahkan Maria belum ada seujung kukunya istriku, Ben," kekeh Aleandra, yang mentertawakan kelakuan absurd baby sister putranya.Namun,satu alis Beni terangkat, dan bingung dengan apa yang ada di dalam kepala tuannya pun kembali bertanya."Kalau Tuan tahu kelakuan perempuan kampret itu, kenapa Tuan belum juga mengusirnya?"Aleandra tersenyum singkat, lalu mengangkat kedua bahunya, "Seperti yang kubilang tadi. Aku cukup terhibur dengan kecemburuan istriku, dan sangat menyenangkan melihat kesulitan Maria, saat menghadapi ketantrumannya Dean."Beni cukup mengerti, dan memang cukup menghibur melihat Maria dalam kesulitan menghadapi Dean selama ini.Hingga akhirnya percakapan keduanya selesai, karena d
"Iâini tidak mungkin," lirih Aleandra yang masih tak percaya dengan diagnosa dokter tadi.Masih sangat terkejut, kini Aleandra duduk di bangku yang tersedia di luar ruang perawatan. Kemudian matanya menatap pintu kamar VVIP tempat istrinya beristirahat.Sibuk dengan lamunan, tiba-tiba saja seseorang menepuk bahu Aleandra, membuatnya sedikit terlonjak kaget, saat melihat Beni datang tanpa Dean.Berhubung ini rumah sakit, dengan usia Dean yang baru 3 tahun, membuat balita itu mau tak mau harus duduk manis di mansion mewahnya, ditemani Denia, juga Dinda untuk menjaganya, selama Aryesta belum diperbolehkan pulang."Saya minta maaf mengenai kejadian dua hari lalu, Tuan. Tapi yang jelas kami tidak memiliki hubungan apa pun selain Nyonya dan bodyguard-nya saja," jelas Beni membuka pembicaraan, karena laki-laki itu belum mengetahui hasil pemeriksaan medis sang Nyonya.Ada helaan napas dari Aleandra saat mendengar penjelasan tersebut. Karena sebetulnya dia pun tahu kebenarannya, setelah mengece
Meninggalkan Maria yang masih menyeringai di belakang, Aleandra sudah berjalan menjauh, menururni anak tangga, dan mata tajamnya menyapu ruang tamu yang lampunya sudah menyala.Dan entah kenapa perasaannya mendadak tak tenang, setelah mendapat aduan dari baby sister putranya tadi, mengenai keberadaan istrinya yang sedang berduaan dengan salah satu orang kepercayaannya, yaitu Beni."Aku tidak akan memaafkanmu kali ini, Ar. Kita lihat saja setelah ini apa yang akan aku lakukan padamu," cicit Aleandra dengan tangan mengepal kencang. Terus berjalan hingga kakinya berhenti di ambang pintu dan melihat sesuatu yang membuat dadanya terbakar api cemburu. Di depan sana ... Beni sedang memeluk pinggang istrinya, membuat Aleandra berteriak kencang."Apa yang kalian lakukan di sini, brengsek!"Bugh!Bugh!Bugh!Dengan brutal Aleandra menarik kerah kemeja Beni, lalu memberikan 3 pukulan pada laki-laki yang sudah sangat lancang menyentuh miliknya. Sialan!Gigi Aleandra bergemelutuk, saat bayangan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments