Share

2. Videonya Asli Atau Palsu?

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 22:47:38

Aryesta membuka mata. Lalu, mengerjap berulang kali hanya untuk merasai kepalanya nyeri. Terlebih saat mengingat kejadian semalam. Ya Tuhan, pernikahannya hancur dalam hitungan jam. Kembali memejamkan mata, Aryesta menggeleng tak percaya. Dion telah menceraikannya.

Sementara Aryesta tak menyadari bahwa Dion ada di kamar yang sama, duduk di sofa tak jauh sambil menggeram marah. Namun, di antara geraman itu, dia masih tak percaya. Hatinya masih berharap bahwa video semalam hanya editan saja. Sungguh, dia masih berharap bukan istrinya yang ada dalam video tersebut. Dia masih berharap bahwa itu hanyalah pekerjaan orang iseng saja.

“Aryesta,” panggil Dion pelan. “Bangun, dan ikut saya.”

Aryesta tersentak, praktis membuka mata. “Mas? Kamu—“

Dion berdiri. Wajahnya masih keras. Aura pria itu tampak suram. “Bangun. Bersihkan diri kamu. Ahli IT sudah menunggu kita di bawah,” ucapnya pelan. Pria itu berusaha untuk tak membentak. Dia membuang wajah. Wajah sembab dan bengkak Aryesta sungguh dia benci. Sebab artinya kejadian semalam bukan mimpi belaka.

Aryesta segera menyingkap selimut. Dia seka wajah kasar seraya berjalan mendekat. “Mas dengarkan aku. Kamu harus percaya aku. Aku istrimu. Aku enggak mungkin bertindak begitu. Bukan aku wanita di video itu! Itu editan.” Pelan, dia raih jemari Dion. “Kamu percaya aku, Mas.”

Dion menghela napas pelan. Tatapannya jatuh pada jemari yang Aryesta sentuh sebelum manik tegas itu merangkak naik. Lalu, tatapan keduanya bertaut. Pria itu menggeleng. Dia tarik tangannya.

Aryesta buru-buru menggenggam tangan Dion lebih erat. “Sumpah demi Tuhan, Mas. Itu bukan aku!”

Dion kembali menarik napas. “Kita akan tahu nanti. Maka bergegaslah.”

“Aku butuh kamu percaya, Mas!" lirih Aryesta yang masih mengharap kepercayaan dari suaminya meski hanya sedikit.

“Percaya atau tidaknya saya sekarang, enggak akan ada pengaruhnya, Aryesta. Hasil pengecekan IT-lah nanti yang menentukan sikap saya ke depannya.” Jawaban Dion langsung membuat Aryesta lemas mendengarnya.

“Mas, kamu harus percaya aku!” Aryesta menatap suaminya dengan pendar memohon. “Tolong, percayalah. Aku enggak mungkin melakukan hal keji seperti itu.”

Dion menyentak tangannya. “Saya akan percaya hanya jika video itu terbukti editan.” Dia balas tatapan sang istri. Dion menggeleng. “Enggak ada gunanya kamu mendebat begini. Sebaiknya kamu segera menyusul ke ruang keluarga di bawah.”

Aryesta menyentak napas. Tahu tak bisa mengulur waktu lebih lama, dia bergegas. Dion benar, mereka harus segera membuktikan keaslian video tersebut agar masalah mereka cepat selesai.

Turun dengan langkah tergesa, Aryesta sempat mematung sejenak. Di ruang tengah yang luas itu bukan hanya ada Dion dan seorang yang dia yakini adalah IT yang suaminya maksud, tetapi juga ada adiknya. Yaitu, Dinda dan ibu tirinya Denia.

Beralih pada Dion yang berdeham, Aryesta ikut berdeham pelan. Dia kembali mengayun langkah. Namun, tatapannya tetap tertuju pada Dinda dan Denia. Entahlah, Aryesta seperti melihat senyum kemenangan di wajah itu.

“Kalian sedang apa di sini?” tanya Aryesta begitu hendak ikut duduk bergabung Denia dan Dinda hanya tersenyum. Mengabaikan sikap tak acuh perempuan itu, Aryesta tertegun. Dia tak bisa tak tersinggung saat Dion justru memintanya duduk berseberangan.

“Mau sampai kapan kamu berdiri begitu?” tegur Dion. “Cepat duduklah.”

Aryesta mengangguk tanpa kata. Lalu, Dion meminta ahli IT segera mengecek keaslian video.

Di ruangan berpendingin itu, semuanya terdiam. Aryesta memejamkan mata saat suara video seperti semalam terdengar berulang, berpadu dengan suara ketukan jari di atas keyboard. Entah apa yang dilakukan hingga bermenit-menit yang terasa lama itu berakhir dengan Aryesta meraung tak terima.

"Sesuai bukti, video ini 99% asli tanpa adanya editan!"

Deg!

Jantung Aryesta berdebar tak menentu saat mendengar vonis suara dari IT yang baru saja menyampaikan hasil analisisnya.

“Bohong! Itu bukan aku!” sanggah Aryesta. Dia menggeleng pada Dion. “Tolong, Mas. Percaya sama aku. Aku dijebak, Mas!”

Dion bangun. Napasnya memburu marah. Sejak semalam, hatinya terus menyangkal berharap video tersebut hanya keisengan rival bisnisnya, atau orang yang tak suka padanya dan Aryesta saja. Namun, mendengar penjelasan IT itu, Dion tak bisa tak marah.

Dion menyugar rambutnya kasar. Dia berjalan agak menjauh. Lalu berteriak. Napasnya terembus patah-patah. Lampu di atas nakas dia banting.

Aryesta mendekati suaminya. Dia mencoba meraih tangan Dion setelah usahanya untuk memeluk sang suami tak berhasil.

“Mas. Tolong percaya aku. Aku enggak mungkin melakukan itu.” Aryesta masih berusaha menyentuh jemari Dion. “Aku enggak mungkin mengkhianati kamu, Mas!”

“Apa kamu mengalami penurunan pendengaran?” Dion mendesis. “Kita semua dengar, Aryesta. Video itu asli! Tanpa rekayasa! Artinya perempuan di sana memang kamu!” tunjuk Dion.

“Demi Tuhan, Mas. Kamu harus percaya aku!” kukuh Aryesta. “Aku—“

“Kamu menjijikkan!” sela Dion. “Kamu tahu? Di detik terakhir, saya masih berharap apa yang kita lihat memang salah. Saya berharap kamu enggak semenjijikkan itu!”

“Aku enggak ngelakuin itu!” teriak Aryesta yang masih syok tak terima.

“Apalagi yang mau kamu bantah, hah?!” sentak Dion. Tak tahukah Aryesta, Dion begitu kecewa? Perempuan yang dia cintai, nyatanya tak lebih dari perempuan nakal. “Bukti sudah di depan mata. Saya bahkan membawa ahli ke depan mata kamu, tapi kamu masih saja mengelak. Hebat ya, kamu!”

“Aku dijebak, Mas!” sanggahnya lagi. “Mas harus percaya aku. Aku masih suci, demi Tuhan!”

“Kalau begitu, jawab ini.” Dion memotong jarak lebih dekat. “Apakah perempuan di video itu bukan kamu?”

Bibir Aryesta bergetar. Dia kesulitan menelan ludah. “Aku ... aku ....”

“Lihat?” Dion memundurkan tubuh satu langkah. Tatapannya terhunus penuh rasa jijik pada Aryesta. Dia ingin sekali meludahi wajah bersimbah air mata buaya di depannya ini. “Kamu enggak bisa jawab, kan?”

Di depannya Aryesta menipiskan bibir. Dia tak lagi bisa menyangkal. Sakit karena ada yang melakukan hal ini padanya, tetapi jauh lebih sakit melihat suaminya sendiri, memandangnya rendah begini.

“Aku dijebak, Mas,” jawab Aryesta pelan. “Di video itu memang aku, tapi aku dijebak, Mas.”

Dion terkekeh geli. Dibanding tertawa begitu, dia lebih ingin melenyapkan seseorang. Seseorang yang mengkhianati pernikahannya sendiri.

Mengusap wajahnya kasar, Dion mengangguk satu kali. “Oke.” Sekali ini, Dion ingin mendengar penjelasan Aryesta. “Kamu dijebak, begitu?”

Aryesta mengangguk yakin. “Iya, Mas! Aku sungguh enggak berbohong!"

“Siapa yang menjebak kamu?” Dion kembalikan tatapannya pada wanita yang tak lagi ada kehormatan di matanya. “Siapa orangnya dan apa alasannya, hmh?"

Aryesta terdiam sebentar. Ada ragu yang menyusup pelan. Bukan hanya karena dia tak ingat malam itu, tetapi juga karena khawatir Dion tak akan percaya pada ucapannya.

 “Aleandra Zeygan.” Aryesta mendongak. Lalu dia mengangguk yakin. “Aku dijebak oleh Aleandra Zeygan, Mas. Dia yang menjebakku.”

Dion mengerutkan kening. Rasanya nama yang Aryesta sebutkan tak asing. Dia mencoba menggali ingatan. Lalu, di detik ke tujuh, tawa Dion menggema penuh ejekan.

“Aleandra Zeygan?” tanyanya masih dengan nada mencemooh. “Kamu enggak salah menyebutkan nama?”

“Aku enggak berbohong, Mas. Dia yang sudah menjebakku.” Aryesta tetap kukuh pada asumsinya. Apalagi sebelum dia pingsan Aleandra sempat menelpon dirinya.

Dion mendesis kesal. Bisa-bisanya Aryesta menutupi kebohongan dengan cara begini. “Kamu tahu siapa yang kamu sebutkan tadi? Biar kuberi tahu, Aleandra Zeygan, CEO paling tampan sekaligus pengusaha muda terkenal dan namanya sedang naik daun di negeri ini.”

'Lalu, Aryesta menyebutkan pengusaha itu yang menjebak? Hah, perempuan itu ternyata bukan hanya murahan, tetapi juga tak waras rupanya,' pikir Dion melanjutkannya di dalam hati.

“Aku enggak bohong, Mas! Karena memang dia menjebakku!” sanggah Aryesta. “Kamu harus percaya aku. Dan aku akan buktiin, bahwa ucapanku ini benar.”

Dion mengumpat keras. “Apa yang ada dalam kepalamu itu, Aryesta?” Matanya menyalak marah. “Kamu pikir saya ini bodoh? Sampai harus merangkai kebohongan seperti ini, hah?”

Aryesta memang sangat cantik dan menarik, Dion tak akan memungkiri itu. Namun, melibatkan nama CEO perusahaan maju dan terkenal, apa bukan kebodohan namanya? Aleandra Zeygan bisa mendapatkan sepuluh atau bahkan ratusan perempuan seperti Aryesta jika mau. Bukan malah membuat skandal murahan begini.

“Aku enggak berbohong!” raung Aryesta. “Demi Tuhan, dia yang menjebakku, Mas!”

Dion menggeleng. Tak ingin lepas kendali seperti tadi malam, dia merasa harus pergi sekarang. Dia melangkah dengan kaki-kaki lebar. Tak peduli, di belakangnya Aryesta terus memanggil-manggil memintanya untuk kembali.

Aryesta tergugu. Dia kembali menanyakan keaslian video itu. “Apa Anda enggak salah menganalisis?”

“Saya profesional. Semua unsur telah dipenuhi. Video itu memang asli.” Jawaban IT profesional itu semakin membuat dada Aryesta berdegup sangat kencang dan masih tetap menyangkalnya dalam hati.

Aryesta mengepalkan tangan kuat-kuat. “Aleandra Zeygan, kurang ajar!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   3. Menemui Aleandra

    Dion melangkahkan kaki dengan hentakan keras. Kedua tangannya mengepal kuat. Rahang pria itu mengeras sempurna. Dia buka mobil cepat, lalu membanting diri. Tangan yang terkepal dia pukulkan pada roda setir.“Sialan!” Lagi, dia pukul roda kemudi. Sungguh kemarahannya tak mereda sedikit pun. Dion luar biasa kecewa. Dia tak menyangka, Aryesta bisa mengkhianatinya seperti ini. “Kurang ajar!”Dengan dada yang naik turun, Dion memejamkan mata. Kilasan perkenalannya dengan Aryesta berkelebat. Dia yang terpana pada pandangan pertama, melihat Aryesta sebagai sosok baik-baik. Hal yang membuat Dion yakin untuk menikahi perempuan itu.Siapa sangka, wajah cantik, tutur kata baik, sopan santun Aryesta justru kamuflase yang menutupi kebrengsekkannya.Lima menit dalam mobil, Dion tak juga bisa meredakan rasa marah dan kecewa dalam dada. Dia mengangkat kepala dari roda kemudi. Bersiap untuk pergi. Entah ke mana. Yang jelas dia butuh pelampiasan saat ini.Baru akan memutar kunci, seseorang yang masuk b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   4. Layani Dulu, Lalu Info

    Aryesta membelalakkan mata. Dia menggeleng keras, lalu tertawa sumbang. “Kamu berbohong!” Dion tak mungkin mengkhianatinya kan? Permasalahan mereka memang pelik, tetapi tak mungkin sampai membuat suaminya berlaku keterlaluan begitu kan? Sekali lagi, Aryesta menggeleng sebagai bantahan. “Enggak mungkin!”Aleandra mengangkat bahu. “Silakan percaya atau tidak, tapi itulah kenyataannya.”“Enggak mungkin kayak gitu, Aleandra!” teriak Aryesta. Belum selesai kerusuhan yang Aleandra buat tentang video syurnya semalam, laki-laki itu kini sudah membuat fitnah lain lagi.Sungguh membuat Aryesta sangat kesal. “Suamiku enggak mungkin melakukan hal menjijikkan itu. Jadi jangan mengada-ada kamu!”Aryesta boleh jadi tak percaya pada Dinda. Adik tiri yang selalu menatapnya tak senang. Adik tiri yang selalu menganggap dirinya adalah saingan hanya karena Kakek Surya lebih menyayanginya.“Sudah kubilang, percaya atau tidak, bukan urusanku!" Aleandra menipiskan bibir. “Tapi itulah kenyataannya, Aryesta Ri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   5. Keciduk Bermain Dengan Adik Tiri

    Aryesta membelalakkan mata tak percaya atas apa yang dia dengar. Sumpah, demi apa pun dia tak pernah menyangka Aleandra tega mengatakan itu padanya.“Apa?” Mata Aryesta membesar, lalu menyipit dengan gigi-gigi yang saling bergesekan saking bencinya pada Aleandra. “Coba kamu ulangi sekali lagi, sialan!”Aleandra tertawa menjengkelkan. Sambil memiringkan kepala, dia mainkan kedua alis untuk menggoda. “Kamu mendengar apa yang kukatakan, Aryesta. Oh, ayolah ... atau kamu layanin aku dulu, hmh?"Amarah dalam dada Aryesta membuncah. Napasnya tampak putus-putus. Sungguh, dia sangat-sangat tak menyangka, Aleandra akan meminta hal itu untuk ditukar dengan alamat hotel tempat Dion dan Dinda sekarang.“Kamu sudah gila?” Aryesta mendesis. “Kamu pikir aku ini apa? Perempuan penghibur, hah?!”Aleandra mengedikkan bahu. “Terserah. Pilihan ada di tangan kamu. Kamu mau, aku akan kasih informasi di mana adik tiri dan suami kamu itu sekarang. Kalau pun tidak, aku enggak akan rugi.” Dia bersiap membalik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   6. Pengkhianat Suami

    Aryesta mengetatkan rahang. Dadanya turun naik menahan rasa marah dan sakit hati. Luar biasa sakit jika Aryesta boleh menambahkan. Dikhianati oleh suami dan adik sendiri tak pernah dia bayangkan akan merasakannya.Aryesta memundurkan langkah. Dia menggeleng. Rasanya masih tak percaya Dion bisa melakukan hal ini padanya. Berkhianat di pernikahan mereka dalam hitungan jam.Tak sengaja menginjak pecahan vas bunga, Aryesta menunduk. Rasa sakit buatnya seketika putus asa. Dia berjongkok, lalu mengambil pecahan dengan ujung runcing.“Lepaskan itu, Aryesta!” teriak Dion. Dia mendekat dengan langkah waspada kalau-kalau perempuan yang masih berstatus istrinya itu nekat melukainya atau Dinda, atau malah diri Aryesta sendiri. “Lepas, Aryesta.”Aryesta menyeringai melihat riak ketakutan di wajah Dion. Dia yang awalnya ingin menggores lengan sendiri, berubah pikiran. Kenapa dia harus menyakiti diri sendiri? Sementara Dinda dan Dion justru pasti akan tertawa di atas penderitaannya.“Kenapa?” Aryesta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   7. Apa Lagi Ini?

    Aryesta masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Hancur lebur, bukan lagi kata yang bisa mewakili keadaan hatinya kini.Bagai jatuh tertimpa tangga, dia dipermalukan oleh orang yang tak tahu apa maksudnya, mengalami kekerasan, lalu ditalak di malam pengantin.Seolah-olah takdir belum puas mengujinya, masih di hari yang sama, dia mendapati suami dan adik tirinya bercumbu mesra. Lagi, belum cukup, Tuhan ingin mengujinya. Dion, bukannya meminta maaf atas kesalahan justru menjanjikan perpisahan.Pembelaan Dion terhadap Dinda adalah yang paling menyakitkan. Dia hanya korban keegoisan seseorang, tetapi dunia menatapnya hina.Memejamkan mata, Aryesta merasai luka dalam hatinya, sungguh terasa nyeri. Dia bisa mendengar raungan sanubarinya. Dia kepalan tangan saat mengingat bagaimana Dion melindungi Dinda tadi. Kepalan itu dia pukulkan pada bantalan duduk.Aryesta membuka mata saat dering ponselnya terdengar lagi. Sudah beberapa kali dia mengabaikan, tetapi entah siapa y

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   8. Diusir Dan Dicabut Hak Waris

    "Keterlaluan kamu, Aryesta! Di mana pikiranmu. Inikah hasil belajarmu di luar negeri sana, hah!" Surya, kakek Aryesta itu menggemeletukkan gigi. Dia pandangi cucunya dengan perasaan kecewa. "Kakek benar-benar enggak menyangka kamu bisa melakukan hal rendah seperti itu!"Aryesta menggeleng. "Kakek lagi bicara apa? Aryesta bisa jelasin semuanya, Kek."Dengan lirih Aryesta berusaha mendekati sang kakek yang masih mengeraskan rahangnya. Namun, siapa sangka ada sosok perempuan paruh baya yang saat ini sedang melipat tangan di dada dan berjalan ke samping Kakek Surya. Dialah Denia ibu tiri yang memiliki anak bernama Dinda.'Ya Tuhan ... aku sungguh enggak akan sanggup kalau terus mengingat kejadian menjijikan di hotel tadi antara suami dan adik tiriku,' batin Aryesta seraya memejamkan matanya dan menarik napas, lalu mulai melangkah semakin mendekati Kakek Surya."Kek, Kakek enggak mungkin percaya sama berita murahan itu, kan?" Sungguh harap-harap cemas Aryesta saat mengatakannya."Halah, kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   9. Tolong Jaga Kakek, Ibu ....

    Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tubuh Aryesta membatu dengan mata terbelalak melihat Kakek Surya yang baru saja menyampaikan ultimatumnya.Dengan tangan mengepal kencang dan air mata yang sudah tak mampu Aryesta bendung lagi, kini perempuan malang itu merangkak dan meraih kaki sang Kakek dengan tatapan penuh lukanya."K–kakek enggak serius kan, Kek? Aku masih cucuk Kakek, kan? Enggak mungkin Kakek percaya sama berita murahan itu, kan?" lirih Aryesta dengan tubuh bergetar menahan isak tangis yang sudah mulai terdengar.Lagi, Aryesta menatap ke atas. Berharap mendapatkan empatik dari sang kakek yang selama ini selalu berpihak padanya, tetapi yang Aryesta lihat hanya tatapan datar nan dingin. Sebuah tatapan yang belum pernah Aryesta dapatkan dari Kakek Surya selama hidupnya, kini justru tatapan penuh kecewa dan terluka itu ditunjukkan padanya.Sekali lagi, Aryesta menarik lembut celana kakeknya. "Aku akan buktiin sama Kakek, kalau semua berita itu bohong, Kek. Aku bakalan bawa o

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   10. Drama Apalagi?

    Selepas meninggalkan kediaman keluarga, kini Aryesta terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Apalagi perempuan yang diceraikan saat malam pertama pernikahannya ini tak memiliki satu orang teman pun di Indonesia.Sekolah di luar negri selama bertahun-tahun, membuat Aryesta sendirian ketika berada di kota kelahirannya ini.Kakinya terus melangkah dan bingung harus pergi ke mana lagi, hingga akhirnya Aryesta mengingat jika dirinya masih memiliki ponsel.Aryesta rogoh ponsel yang berada di saku, lalu tatapannya menengadah pada sebuah konter HP yang berada di seberang jalan.Ada helaan napas yang keluar dari bibir pink alami itu, sebelum akhirnya Aryesta putuskan untuk mendekati salah satu ruko dengan merek ternama itu.Meskipun ragu, tetapi dirinya sungguh tak memiliki pilihan lain, selain menjual handphone yang dia beli lebih dari lima tahun lalu ini."Maaf, Mbak. Kalau aku jual HP ini, kira-kira laku berapa, ya?" tanya Aryesta dengan hati tak rela.Sang penjual konter yang ternyata seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12

Bab terbaru

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   146. Extra Part 5

    Aleandra pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, mengingat jika istrinya sedang mandi, inilah kesempatan untuknya agar bisa meminta jatah.Akan tetapi, angan itu langsung pupus, ketika istrinya sudah berganti pakaian, dan hendak keluar, lengkap dengan tas kecilnya.Dahi Aleandra sedikit berkerut, kemudian bertanya, "Mau pergi ke mana kamu hari ini, Ar?"Mendapatkan pertanyaan mendadak dari seseorang yang sebelumnya tak Arsyeta prediksi, tentu saja perempuan itu mengusap dadanya naik turun, lalu menatap malas netra penuh curiga dari suaminya."Aku mau pergi ke mall. Lagian untuk apa aku di sini, jika kehadiranku tak pernah dibutuhkan oleh suami dan anakku, hmh?" sinis Aryesta yang hatinya mulai dongkol, ketika harus menghadapi Aleandra juga Dean yang tantruman, dan selalu menguji kesabarannya.Sama halnya seperti sekarang, saat langkah kaki Aryesta hendak melaju, tiba-tiba terdengar teriakan balita, membuatnya menoleh dan melihat jika putranya sedang berlari mendekat ke arahnya."

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   145. Extra Part 4

    Ditanya seperti itu tentu saja Beni sedikit terkejut, dan menundukan tatapannya dari sang Nyonya.Hah!Aryesta menghela napas, lalu memiringkan tubuhnya, guna memberi jalan kepada Beni agar segera keluar dari kamarnya.Beni yang paham pun mengangguk, lalu berjalan menuju pintu, hingga suara Arsyeta mengudara, dan membuatnya seketika terhenti."Aku tidak mau tahu, Ben. Tapi bagaimanapun caranya, kamu harus berhasil pengaruhin suamiku tentang hal itu. Karena aku sudah sangat muak dengan pelayan tidak tahu diri itu terus-menerus mencuri perhatian suami juga anakku!"Usai mengatakan hal itu, Aryesta langsung masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Beni yang paham dengan tugas yang diberikan oleh Aryesta padanya.Ya, selama ini keduanya memiliki misi rahasia. Tanpa ada orang yang tahu, sebuah misi menyingkirkan seseorang yang Aryesta anggap sebagai benalu di dalam rumah besarnya itu."Jangankan mempengaruhi Tuan Aleandra. Tadi saja bahas itu dengannya dia langsung salah paham padaku, Ar,"

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   144. Extra Part 3

    Aryesta yang saat ini sedang menggendong Dean, sudah berjalan menuju kamar khusus putra sulungnya itu. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti, saat tubuh gempal Dean menggeliat meminta diturunkan.Mau tak mau, Aryesta menurunkan bocilnya itu, kemudian menggandeng tangan Dean, yang langsung ditolak oleh sang putra.Hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam, sambil mengikuti langkah kaki Dean yang belum bisa berlari lancar, tetapi cukup pasih dalam berjalan.Langkah kaki mungil Dean terus melangkah, sampai akhirnya melihat siluet seorang pelayan sedang berjalan menuju salah satu kamar, membuat Dean berseru kegirangan.Aryesta hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah menggemaskan putranya itu, tetapi tatapan hangat Aryesta berubah tajam, ketika tatapannya bersirobok dengan Maria, yang hendak memasuki kamar pelayannya."Dean sayang, kita mandi dulu, ya? Nanti kamu masuk angin, yuk!" ajak Aryesta dengan nada lembutnya, memegang pundak mungil putranya.Akan tetapi, tak menyangk

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   143. Extra Part 2

    Sementara, tatapan mata Aryesta begitu tajam menatap kepergian Maria, sampai ...."Hati-hati menggelinding bola matamu, Ar," kikik Aleandra dengan senyum gelinya.Apalagi saat Aryesta langsung menatap ke arahnya dengan mata memicing, kemudian meraih tubuh putranya dari dekapan Aleandra."Aku masih belum maafin kamu ya, Mas! Dan malam ini tidak ada jatah apa pun untuk kamu!" Seraya pergi dari area kolam renang menuju ke dalam mansion.Ucapan Aryesta, tentu saja dibalas umpatan kesal Aleandra, karena dirinya tak ingin jatahnya dikurangi, tetapi apa mau dikata, ketika sang nyonya rumah sudah berbicara, maka semua orang harus tunduk.Hah!Aleandra mendesahkan napasnya, lalu mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk, kemudian masuk ke toilet di sekitar kolam, untuk mengganti celananya yang basah dengan celana bahan selutut berwarna hitam, yang tubuhnya dibiarkan tanpa baju.Kemudian Aleandra kembali ke tepi kolam renang, menikmati kopi panas dan juga sup hangat, untuk meminimalisir sensasi m

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   142. Extra Part 1

    Satu tahun berlalu ....Di tepi kolam renang ada balita yang sedang mengejar bola mainan, tatapan matanya berbinar-binar ketika menyadari jika mainannya hendak dia dapatkan, hingga ....Byur!Tubuh mungil dan sedikit gempal itu meluncur bebas di dalam air, dengan tangan berusaha mencapai permukaan air.Anehnya tak ada teriakan atau tangisan dari balita itu, yang ada hanya gerakan abstrak yang mencoba mencapai balon incarannya, sampai ...."Astaghfirullah aladzim. Apa yang kamu lakuin sama Dean, Mas!" pekik Aryesta yang baru saja tiba membawa makan siang untuk putranya.Namun, saking terkejutnya makanan itu langsung dia lempar dan menerjang suaminya yang justru tengah bersantai di pinggiran kolam renang.Memukul dada bidang suaminya keras dan menangis melihat putranya sedang berjuang di dalam air, membuat Aryesta panik bukan main.Bahkan kini Aryesta sudah nyaris menceburkan dirinya ke dalam kolam renang, tetapi tangannya langsung dicekal oleh suaminya."Stop manjaain Dean, Ar. Dan jang

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   141. THE END

    Deg!Lagi jantung Aleandra berdebar-debar penuh rasa sesak, mendengar dan membayangkan kejadian mengerikan yang menimpa Aryesta juga Dion.Hingga kening Aleandra mengerut bingung, lalu bertanya, "Bukankah Dion ditahan? Tapi kenapa dia bisa ada di tempat kejadian, Dok?"Bukan dokter yang menjawab, tetapi salah satu polisi berpangkat Jenderal yang menjawab semua kronologinya, hingga membuat mata Aleandra melebar sempurna, tak menyangka jika mantan mama tirinya sekejam itu."Adam, jangan biarkan perempuan sialan itu bebas dengan mudah dari balik jeruji besi." Aleandra mengepalkan tanganya kencang lalu melanjutkan, "buat dia mengerti akibatnya mengusik orang-orang di sekitarku. Dan buatlah neraka di lapas untuknya, Adam!"Nada penuh dendam membuat semua orang yang berada di sana menahan napas, hingga tak ada yang berani menjawab selain anggukan setuju dari sekretaris pribadinya.Sementara itu, Aleandra masuk ke dalam ruang perawatan dan melihat anaknya yang belum bisa menangis, kemudian di

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   140. Menuju Ending

    Aryesta meraung keras hingga tak sadarkan diri, bertepatan dengan kaluarnya bayi mungil yang tak langsung menangis, akibat lilitan tali ari-ari di lehernya.Wajah bayi itu memerah dengan bibirnya membiru, membuat semua orang panik, ditambah kondisi Aryesta yang terus melemah.Semua oranh tentu saja panik, dan ambulance semakin melaju kencang, hingga tiba di sebuah rumah sakit terdekat, dan segera membawa Aryesta, bayi yang masih belum menangis, juga Dion.Sejenak suasana rumah sakit menjadi mencekam. Apalagi setelah Aryesta masuk ke dalam ruang unit gawat darurat, keadaannya semakin memburuk.Lebih dari itu, usai lilitan ari-ari terlepas, bayinya masih enggan menangis, membuat semua orang yang menyaksikan itu meneteskan air mata pilunya.Dokter yang menangani Aryesta di dalam ruang unit gawat darurat keluar dengan tatapan bersalah, bertepatan dengan datangnya dua orang yang kepalanya diperban, sementara pakaiannya robek di mana-mana dengan darah segar menempel di berbagai sudut."Bagai

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   139. Meninggal

    Leher belakang Ranti dihantam menggunakan balok kayu, membuat kepala Ranti berputar, dan refleks menjatuhkan pistol yang sedari tadi menjadi tamengnya.Saat itulah tubuh Ranti dan Aryesta ambruk di atas tanah, tepat ketika pintu belakang terbuka lebar dan ada seorang laki-laki yang menghantam leher belakang Ranti tanpa ampun.Melihat ada celah itu, Dion berlari mendekat, kemudian meraih kepala Aryesta ke dalam pangkuannya.Ditepuknya pelan kedua pipi Aryesta yang nyaris tak sadarkan diri lalu berteriak, "Kumohon jangan menyerah dulu, Ar. Kamu harus tetap sadar. Kamu harus tetap melahirkan anakmu. Bukankah kamu sangat kesepian selama ini? Kamu ingin memiliki seorang anak supaya tidak merasa sunyi setiap kali suamimu bekerja, kan? Maka bangunlah, Ar. Demi anak kalian, kamu harus bangun. Aku ... aku sungguh mencintaimu, Ar. Kumohon bertahanlah," isak Dion yang berusaha membuat Aryesta tetap terjaga.Namun, mata lelah itu perlahan menutup, membuat Dion semakin panik, apalagi darah semakin

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   138. Mencoba Peruntungan

    Tubuh Ranti menegang saat mendengar suara seseorang yang dia kenali di belakangnya.Tak hanya itu, tetapi juga suara tembakan melesat ke samping tubuhnya, sedikit membuatnya gemetar ketakutan.Menarik napasnya sangat dalam, lalu mencoba menguasi diri, kemudian dia menatap ke samping dengan tatapan sinis, tanpa mengubah posisi berjongkoknya di depan Aryesta."Oh, apakah kamu mau jadi pahlawan kesiangan untuk perempuan sialan ini?" Ada nada ejekan di bibir Ranti, yang tahu betul sosok laki-laki di belakangnya yang sedang mengacungkan senjata api menggunakan tangan kirinya."Bukankah aku sudah katakan sebelumnya, kita kembali bekerja sama, maka kamu akan mendapatkan perempuan menyedihkan ini, dan aku mendapatkan kehidupan tenang tanpa bayang-bayang semua orang, yang terus meburuku?" Penawaran Ranti bukan omong kosong belaka.Karena sebelum dia menghampiri Aryesta menggunakan taksi sewaannya, Ranti lebih dulu bertemu dengan laki-laki itu di dalam lapas, sementara Ranti? Dia menggunakan sil

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status