Share

2. Videonya Asli Atau Palsu?

Aryesta membuka mata. Lalu, mengerjap berulang kali hanya untuk merasai kepalanya nyeri. Terlebih saat mengingat kejadian semalam. Ya Tuhan, pernikahannya hancur dalam hitungan jam. Kembali memejamkan mata, Aryesta menggeleng tak percaya. Dion telah menceraikannya.

Sementara Aryesta tak menyadari bahwa Dion ada di kamar yang sama, duduk di sofa tak jauh sambil menggeram marah. Namun, di antara geraman itu, dia masih tak percaya. Hatinya masih berharap bahwa video semalam hanya editan saja. Sungguh, dia masih berharap bukan istrinya yang ada dalam video tersebut. Dia masih berharap bahwa itu hanyalah pekerjaan orang iseng saja.

“Aryesta,” panggil Dion pelan. “Bangun, dan ikut saya.”

Aryesta tersentak, praktis membuka mata. “Mas? Kamu—“

Dion berdiri. Wajahnya masih keras. Aura pria itu tampak suram. “Bangun. Bersihkan diri kamu. Ahli IT sudah menunggu kita di bawah,” ucapnya pelan. Pria itu berusaha untuk tak membentak. Dia membuang wajah. Wajah sembab dan bengkak Aryesta sungguh dia benci. Sebab artinya kejadian semalam bukan mimpi belaka.

Aryesta segera menyingkap selimut. Dia seka wajah kasar seraya berjalan mendekat. “Mas dengarkan aku. Kamu harus percaya aku. Aku istrimu. Aku enggak mungkin bertindak begitu. Bukan aku wanita di video itu! Itu editan.” Pelan, dia raih jemari Dion. “Kamu percaya aku, Mas.”

Dion menghela napas pelan. Tatapannya jatuh pada jemari yang Aryesta sentuh sebelum manik tegas itu merangkak naik. Lalu, tatapan keduanya bertaut. Pria itu menggeleng. Dia tarik tangannya.

Aryesta buru-buru menggenggam tangan Dion lebih erat. “Sumpah demi Tuhan, Mas. Itu bukan aku!”

Dion kembali menarik napas. “Kita akan tahu nanti. Maka bergegaslah.”

“Aku butuh kamu percaya, Mas!" lirih Aryesta yang masih mengharap kepercayaan dari suaminya meski hanya sedikit.

“Percaya atau tidaknya saya sekarang, enggak akan ada pengaruhnya, Aryesta. Hasil pengecekan IT-lah nanti yang menentukan sikap saya ke depannya.” Jawaban Dion langsung membuat Aryesta lemas mendengarnya.

“Mas, kamu harus percaya aku!” Aryesta menatap suaminya dengan pendar memohon. “Tolong, percayalah. Aku enggak mungkin melakukan hal keji seperti itu.”

Dion menyentak tangannya. “Saya akan percaya hanya jika video itu terbukti editan.” Dia balas tatapan sang istri. Dion menggeleng. “Enggak ada gunanya kamu mendebat begini. Sebaiknya kamu segera menyusul ke ruang keluarga di bawah.”

Aryesta menyentak napas. Tahu tak bisa mengulur waktu lebih lama, dia bergegas. Dion benar, mereka harus segera membuktikan keaslian video tersebut agar masalah mereka cepat selesai.

Turun dengan langkah tergesa, Aryesta sempat mematung sejenak. Di ruang tengah yang luas itu bukan hanya ada Dion dan seorang yang dia yakini adalah IT yang suaminya maksud, tetapi juga ada adiknya. Yaitu, Dinda dan ibu tirinya Denia.

Beralih pada Dion yang berdeham, Aryesta ikut berdeham pelan. Dia kembali mengayun langkah. Namun, tatapannya tetap tertuju pada Dinda dan Denia. Entahlah, Aryesta seperti melihat senyum kemenangan di wajah itu.

“Kalian sedang apa di sini?” tanya Aryesta begitu hendak ikut duduk bergabung Denia dan Dinda hanya tersenyum. Mengabaikan sikap tak acuh perempuan itu, Aryesta tertegun. Dia tak bisa tak tersinggung saat Dion justru memintanya duduk berseberangan.

“Mau sampai kapan kamu berdiri begitu?” tegur Dion. “Cepat duduklah.”

Aryesta mengangguk tanpa kata. Lalu, Dion meminta ahli IT segera mengecek keaslian video.

Di ruangan berpendingin itu, semuanya terdiam. Aryesta memejamkan mata saat suara video seperti semalam terdengar berulang, berpadu dengan suara ketukan jari di atas keyboard. Entah apa yang dilakukan hingga bermenit-menit yang terasa lama itu berakhir dengan Aryesta meraung tak terima.

"Sesuai bukti, video ini 99% asli tanpa adanya editan!"

Deg!

Jantung Aryesta berdebar tak menentu saat mendengar vonis suara dari IT yang baru saja menyampaikan hasil analisisnya.

“Bohong! Itu bukan aku!” sanggah Aryesta. Dia menggeleng pada Dion. “Tolong, Mas. Percaya sama aku. Aku dijebak, Mas!”

Dion bangun. Napasnya memburu marah. Sejak semalam, hatinya terus menyangkal berharap video tersebut hanya keisengan rival bisnisnya, atau orang yang tak suka padanya dan Aryesta saja. Namun, mendengar penjelasan IT itu, Dion tak bisa tak marah.

Dion menyugar rambutnya kasar. Dia berjalan agak menjauh. Lalu berteriak. Napasnya terembus patah-patah. Lampu di atas nakas dia banting.

Aryesta mendekati suaminya. Dia mencoba meraih tangan Dion setelah usahanya untuk memeluk sang suami tak berhasil.

“Mas. Tolong percaya aku. Aku enggak mungkin melakukan itu.” Aryesta masih berusaha menyentuh jemari Dion. “Aku enggak mungkin mengkhianati kamu, Mas!”

“Apa kamu mengalami penurunan pendengaran?” Dion mendesis. “Kita semua dengar, Aryesta. Video itu asli! Tanpa rekayasa! Artinya perempuan di sana memang kamu!” tunjuk Dion.

“Demi Tuhan, Mas. Kamu harus percaya aku!” kukuh Aryesta. “Aku—“

“Kamu menjijikkan!” sela Dion. “Kamu tahu? Di detik terakhir, saya masih berharap apa yang kita lihat memang salah. Saya berharap kamu enggak semenjijikkan itu!”

“Aku enggak ngelakuin itu!” teriak Aryesta yang masih syok tak terima.

“Apalagi yang mau kamu bantah, hah?!” sentak Dion. Tak tahukah Aryesta, Dion begitu kecewa? Perempuan yang dia cintai, nyatanya tak lebih dari perempuan nakal. “Bukti sudah di depan mata. Saya bahkan membawa ahli ke depan mata kamu, tapi kamu masih saja mengelak. Hebat ya, kamu!”

“Aku dijebak, Mas!” sanggahnya lagi. “Mas harus percaya aku. Aku masih suci, demi Tuhan!”

“Kalau begitu, jawab ini.” Dion memotong jarak lebih dekat. “Apakah perempuan di video itu bukan kamu?”

Bibir Aryesta bergetar. Dia kesulitan menelan ludah. “Aku ... aku ....”

“Lihat?” Dion memundurkan tubuh satu langkah. Tatapannya terhunus penuh rasa jijik pada Aryesta. Dia ingin sekali meludahi wajah bersimbah air mata buaya di depannya ini. “Kamu enggak bisa jawab, kan?”

Di depannya Aryesta menipiskan bibir. Dia tak lagi bisa menyangkal. Sakit karena ada yang melakukan hal ini padanya, tetapi jauh lebih sakit melihat suaminya sendiri, memandangnya rendah begini.

“Aku dijebak, Mas,” jawab Aryesta pelan. “Di video itu memang aku, tapi aku dijebak, Mas.”

Dion terkekeh geli. Dibanding tertawa begitu, dia lebih ingin melenyapkan seseorang. Seseorang yang mengkhianati pernikahannya sendiri.

Mengusap wajahnya kasar, Dion mengangguk satu kali. “Oke.” Sekali ini, Dion ingin mendengar penjelasan Aryesta. “Kamu dijebak, begitu?”

Aryesta mengangguk yakin. “Iya, Mas! Aku sungguh enggak berbohong!"

“Siapa yang menjebak kamu?” Dion kembalikan tatapannya pada wanita yang tak lagi ada kehormatan di matanya. “Siapa orangnya dan apa alasannya, hmh?"

Aryesta terdiam sebentar. Ada ragu yang menyusup pelan. Bukan hanya karena dia tak ingat malam itu, tetapi juga karena khawatir Dion tak akan percaya pada ucapannya.

 “Aleandra Zeygan.” Aryesta mendongak. Lalu dia mengangguk yakin. “Aku dijebak oleh Aleandra Zeygan, Mas. Dia yang menjebakku.”

Dion mengerutkan kening. Rasanya nama yang Aryesta sebutkan tak asing. Dia mencoba menggali ingatan. Lalu, di detik ke tujuh, tawa Dion menggema penuh ejekan.

“Aleandra Zeygan?” tanyanya masih dengan nada mencemooh. “Kamu enggak salah menyebutkan nama?”

“Aku enggak berbohong, Mas. Dia yang sudah menjebakku.” Aryesta tetap kukuh pada asumsinya. Apalagi sebelum dia pingsan Aleandra sempat menelpon dirinya.

Dion mendesis kesal. Bisa-bisanya Aryesta menutupi kebohongan dengan cara begini. “Kamu tahu siapa yang kamu sebutkan tadi? Biar kuberi tahu, Aleandra Zeygan, CEO paling tampan sekaligus pengusaha muda terkenal dan namanya sedang naik daun di negeri ini.”

'Lalu, Aryesta menyebutkan pengusaha itu yang menjebak? Hah, perempuan itu ternyata bukan hanya murahan, tetapi juga tak waras rupanya,' pikir Dion melanjutkannya di dalam hati.

“Aku enggak bohong, Mas! Karena memang dia menjebakku!” sanggah Aryesta. “Kamu harus percaya aku. Dan aku akan buktiin, bahwa ucapanku ini benar.”

Dion mengumpat keras. “Apa yang ada dalam kepalamu itu, Aryesta?” Matanya menyalak marah. “Kamu pikir saya ini bodoh? Sampai harus merangkai kebohongan seperti ini, hah?”

Aryesta memang sangat cantik dan menarik, Dion tak akan memungkiri itu. Namun, melibatkan nama CEO perusahaan maju dan terkenal, apa bukan kebodohan namanya? Aleandra Zeygan bisa mendapatkan sepuluh atau bahkan ratusan perempuan seperti Aryesta jika mau. Bukan malah membuat skandal murahan begini.

“Aku enggak berbohong!” raung Aryesta. “Demi Tuhan, dia yang menjebakku, Mas!”

Dion menggeleng. Tak ingin lepas kendali seperti tadi malam, dia merasa harus pergi sekarang. Dia melangkah dengan kaki-kaki lebar. Tak peduli, di belakangnya Aryesta terus memanggil-manggil memintanya untuk kembali.

Aryesta tergugu. Dia kembali menanyakan keaslian video itu. “Apa Anda enggak salah menganalisis?”

“Saya profesional. Semua unsur telah dipenuhi. Video itu memang asli.” Jawaban IT profesional itu semakin membuat dada Aryesta berdegup sangat kencang dan masih tetap menyangkalnya dalam hati.

Aryesta mengepalkan tangan kuat-kuat. “Aleandra Zeygan, kurang ajar!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status