Share

2. Videonya Asli Atau Palsu?

last update Last Updated: 2024-10-14 22:47:38

Aryesta membuka mata. Lalu, mengerjap berulang kali hanya untuk merasai kepalanya nyeri. Terlebih saat mengingat kejadian semalam. Ya Tuhan, pernikahannya hancur dalam hitungan jam. Kembali memejamkan mata, Aryesta menggeleng tak percaya. Dion telah menceraikannya.

Sementara Aryesta tak menyadari bahwa Dion ada di kamar yang sama, duduk di sofa tak jauh sambil menggeram marah. Namun, di antara geraman itu, dia masih tak percaya. Hatinya masih berharap bahwa video semalam hanya editan saja. Sungguh, dia masih berharap bukan istrinya yang ada dalam video tersebut. Dia masih berharap bahwa itu hanyalah pekerjaan orang iseng saja.

“Aryesta,” panggil Dion pelan. “Bangun, dan ikut saya.”

Aryesta tersentak, praktis membuka mata. “Mas? Kamu—“

Dion berdiri. Wajahnya masih keras. Aura pria itu tampak suram. “Bangun. Bersihkan diri kamu. Ahli IT sudah menunggu kita di bawah,” ucapnya pelan. Pria itu berusaha untuk tak membentak. Dia membuang wajah. Wajah sembab dan bengkak Aryesta sungguh dia benci. Sebab artinya kejadian semalam bukan mimpi belaka.

Aryesta segera menyingkap selimut. Dia seka wajah kasar seraya berjalan mendekat. “Mas dengarkan aku. Kamu harus percaya aku. Aku istrimu. Aku enggak mungkin bertindak begitu. Bukan aku wanita di video itu! Itu editan.” Pelan, dia raih jemari Dion. “Kamu percaya aku, Mas.”

Dion menghela napas pelan. Tatapannya jatuh pada jemari yang Aryesta sentuh sebelum manik tegas itu merangkak naik. Lalu, tatapan keduanya bertaut. Pria itu menggeleng. Dia tarik tangannya.

Aryesta buru-buru menggenggam tangan Dion lebih erat. “Sumpah demi Tuhan, Mas. Itu bukan aku!”

Dion kembali menarik napas. “Kita akan tahu nanti. Maka bergegaslah.”

“Aku butuh kamu percaya, Mas!" lirih Aryesta yang masih mengharap kepercayaan dari suaminya meski hanya sedikit.

“Percaya atau tidaknya saya sekarang, enggak akan ada pengaruhnya, Aryesta. Hasil pengecekan IT-lah nanti yang menentukan sikap saya ke depannya.” Jawaban Dion langsung membuat Aryesta lemas mendengarnya.

“Mas, kamu harus percaya aku!” Aryesta menatap suaminya dengan pendar memohon. “Tolong, percayalah. Aku enggak mungkin melakukan hal keji seperti itu.”

Dion menyentak tangannya. “Saya akan percaya hanya jika video itu terbukti editan.” Dia balas tatapan sang istri. Dion menggeleng. “Enggak ada gunanya kamu mendebat begini. Sebaiknya kamu segera menyusul ke ruang keluarga di bawah.”

Aryesta menyentak napas. Tahu tak bisa mengulur waktu lebih lama, dia bergegas. Dion benar, mereka harus segera membuktikan keaslian video tersebut agar masalah mereka cepat selesai.

Turun dengan langkah tergesa, Aryesta sempat mematung sejenak. Di ruang tengah yang luas itu bukan hanya ada Dion dan seorang yang dia yakini adalah IT yang suaminya maksud, tetapi juga ada adiknya. Yaitu, Dinda dan ibu tirinya Denia.

Beralih pada Dion yang berdeham, Aryesta ikut berdeham pelan. Dia kembali mengayun langkah. Namun, tatapannya tetap tertuju pada Dinda dan Denia. Entahlah, Aryesta seperti melihat senyum kemenangan di wajah itu.

“Kalian sedang apa di sini?” tanya Aryesta begitu hendak ikut duduk bergabung Denia dan Dinda hanya tersenyum. Mengabaikan sikap tak acuh perempuan itu, Aryesta tertegun. Dia tak bisa tak tersinggung saat Dion justru memintanya duduk berseberangan.

“Mau sampai kapan kamu berdiri begitu?” tegur Dion. “Cepat duduklah.”

Aryesta mengangguk tanpa kata. Lalu, Dion meminta ahli IT segera mengecek keaslian video.

Di ruangan berpendingin itu, semuanya terdiam. Aryesta memejamkan mata saat suara video seperti semalam terdengar berulang, berpadu dengan suara ketukan jari di atas keyboard. Entah apa yang dilakukan hingga bermenit-menit yang terasa lama itu berakhir dengan Aryesta meraung tak terima.

"Sesuai bukti, video ini 99% asli tanpa adanya editan!"

Deg!

Jantung Aryesta berdebar tak menentu saat mendengar vonis suara dari IT yang baru saja menyampaikan hasil analisisnya.

“Bohong! Itu bukan aku!” sanggah Aryesta. Dia menggeleng pada Dion. “Tolong, Mas. Percaya sama aku. Aku dijebak, Mas!”

Dion bangun. Napasnya memburu marah. Sejak semalam, hatinya terus menyangkal berharap video tersebut hanya keisengan rival bisnisnya, atau orang yang tak suka padanya dan Aryesta saja. Namun, mendengar penjelasan IT itu, Dion tak bisa tak marah.

Dion menyugar rambutnya kasar. Dia berjalan agak menjauh. Lalu berteriak. Napasnya terembus patah-patah. Lampu di atas nakas dia banting.

Aryesta mendekati suaminya. Dia mencoba meraih tangan Dion setelah usahanya untuk memeluk sang suami tak berhasil.

“Mas. Tolong percaya aku. Aku enggak mungkin melakukan itu.” Aryesta masih berusaha menyentuh jemari Dion. “Aku enggak mungkin mengkhianati kamu, Mas!”

“Apa kamu mengalami penurunan pendengaran?” Dion mendesis. “Kita semua dengar, Aryesta. Video itu asli! Tanpa rekayasa! Artinya perempuan di sana memang kamu!” tunjuk Dion.

“Demi Tuhan, Mas. Kamu harus percaya aku!” kukuh Aryesta. “Aku—“

“Kamu menjijikkan!” sela Dion. “Kamu tahu? Di detik terakhir, saya masih berharap apa yang kita lihat memang salah. Saya berharap kamu enggak semenjijikkan itu!”

“Aku enggak ngelakuin itu!” teriak Aryesta yang masih syok tak terima.

“Apalagi yang mau kamu bantah, hah?!” sentak Dion. Tak tahukah Aryesta, Dion begitu kecewa? Perempuan yang dia cintai, nyatanya tak lebih dari perempuan nakal. “Bukti sudah di depan mata. Saya bahkan membawa ahli ke depan mata kamu, tapi kamu masih saja mengelak. Hebat ya, kamu!”

“Aku dijebak, Mas!” sanggahnya lagi. “Mas harus percaya aku. Aku masih suci, demi Tuhan!”

“Kalau begitu, jawab ini.” Dion memotong jarak lebih dekat. “Apakah perempuan di video itu bukan kamu?”

Bibir Aryesta bergetar. Dia kesulitan menelan ludah. “Aku ... aku ....”

“Lihat?” Dion memundurkan tubuh satu langkah. Tatapannya terhunus penuh rasa jijik pada Aryesta. Dia ingin sekali meludahi wajah bersimbah air mata buaya di depannya ini. “Kamu enggak bisa jawab, kan?”

Di depannya Aryesta menipiskan bibir. Dia tak lagi bisa menyangkal. Sakit karena ada yang melakukan hal ini padanya, tetapi jauh lebih sakit melihat suaminya sendiri, memandangnya rendah begini.

“Aku dijebak, Mas,” jawab Aryesta pelan. “Di video itu memang aku, tapi aku dijebak, Mas.”

Dion terkekeh geli. Dibanding tertawa begitu, dia lebih ingin melenyapkan seseorang. Seseorang yang mengkhianati pernikahannya sendiri.

Mengusap wajahnya kasar, Dion mengangguk satu kali. “Oke.” Sekali ini, Dion ingin mendengar penjelasan Aryesta. “Kamu dijebak, begitu?”

Aryesta mengangguk yakin. “Iya, Mas! Aku sungguh enggak berbohong!"

“Siapa yang menjebak kamu?” Dion kembalikan tatapannya pada wanita yang tak lagi ada kehormatan di matanya. “Siapa orangnya dan apa alasannya, hmh?"

Aryesta terdiam sebentar. Ada ragu yang menyusup pelan. Bukan hanya karena dia tak ingat malam itu, tetapi juga karena khawatir Dion tak akan percaya pada ucapannya.

 “Aleandra Zeygan.” Aryesta mendongak. Lalu dia mengangguk yakin. “Aku dijebak oleh Aleandra Zeygan, Mas. Dia yang menjebakku.”

Dion mengerutkan kening. Rasanya nama yang Aryesta sebutkan tak asing. Dia mencoba menggali ingatan. Lalu, di detik ke tujuh, tawa Dion menggema penuh ejekan.

“Aleandra Zeygan?” tanyanya masih dengan nada mencemooh. “Kamu enggak salah menyebutkan nama?”

“Aku enggak berbohong, Mas. Dia yang sudah menjebakku.” Aryesta tetap kukuh pada asumsinya. Apalagi sebelum dia pingsan Aleandra sempat menelpon dirinya.

Dion mendesis kesal. Bisa-bisanya Aryesta menutupi kebohongan dengan cara begini. “Kamu tahu siapa yang kamu sebutkan tadi? Biar kuberi tahu, Aleandra Zeygan, CEO paling tampan sekaligus pengusaha muda terkenal dan namanya sedang naik daun di negeri ini.”

'Lalu, Aryesta menyebutkan pengusaha itu yang menjebak? Hah, perempuan itu ternyata bukan hanya murahan, tetapi juga tak waras rupanya,' pikir Dion melanjutkannya di dalam hati.

“Aku enggak bohong, Mas! Karena memang dia menjebakku!” sanggah Aryesta. “Kamu harus percaya aku. Dan aku akan buktiin, bahwa ucapanku ini benar.”

Dion mengumpat keras. “Apa yang ada dalam kepalamu itu, Aryesta?” Matanya menyalak marah. “Kamu pikir saya ini bodoh? Sampai harus merangkai kebohongan seperti ini, hah?”

Aryesta memang sangat cantik dan menarik, Dion tak akan memungkiri itu. Namun, melibatkan nama CEO perusahaan maju dan terkenal, apa bukan kebodohan namanya? Aleandra Zeygan bisa mendapatkan sepuluh atau bahkan ratusan perempuan seperti Aryesta jika mau. Bukan malah membuat skandal murahan begini.

“Aku enggak berbohong!” raung Aryesta. “Demi Tuhan, dia yang menjebakku, Mas!”

Dion menggeleng. Tak ingin lepas kendali seperti tadi malam, dia merasa harus pergi sekarang. Dia melangkah dengan kaki-kaki lebar. Tak peduli, di belakangnya Aryesta terus memanggil-manggil memintanya untuk kembali.

Aryesta tergugu. Dia kembali menanyakan keaslian video itu. “Apa Anda enggak salah menganalisis?”

“Saya profesional. Semua unsur telah dipenuhi. Video itu memang asli.” Jawaban IT profesional itu semakin membuat dada Aryesta berdegup sangat kencang dan masih tetap menyangkalnya dalam hati.

Aryesta mengepalkan tangan kuat-kuat. “Aleandra Zeygan, kurang ajar!”

Related chapters

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   3. Menemui Aleandra

    Dion melangkahkan kaki dengan hentakan keras. Kedua tangannya mengepal kuat. Rahang pria itu mengeras sempurna. Dia buka mobil cepat, lalu membanting diri. Tangan yang terkepal dia pukulkan pada roda setir.“Sialan!” Lagi, dia pukul roda kemudi. Sungguh kemarahannya tak mereda sedikit pun. Dion luar biasa kecewa. Dia tak menyangka, Aryesta bisa mengkhianatinya seperti ini. “Kurang ajar!”Dengan dada yang naik turun, Dion memejamkan mata. Kilasan perkenalannya dengan Aryesta berkelebat. Dia yang terpana pada pandangan pertama, melihat Aryesta sebagai sosok baik-baik. Hal yang membuat Dion yakin untuk menikahi perempuan itu.Siapa sangka, wajah cantik, tutur kata baik, sopan santun Aryesta justru kamuflase yang menutupi kebrengsekkannya.Lima menit dalam mobil, Dion tak juga bisa meredakan rasa marah dan kecewa dalam dada. Dia mengangkat kepala dari roda kemudi. Bersiap untuk pergi. Entah ke mana. Yang jelas dia butuh pelampiasan saat ini.Baru akan memutar kunci, seseorang yang masuk b

    Last Updated : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   4. Layani Dulu, Lalu Info

    Aryesta membelalakkan mata. Dia menggeleng keras, lalu tertawa sumbang. “Kamu berbohong!” Dion tak mungkin mengkhianatinya kan? Permasalahan mereka memang pelik, tetapi tak mungkin sampai membuat suaminya berlaku keterlaluan begitu kan? Sekali lagi, Aryesta menggeleng sebagai bantahan. “Enggak mungkin!”Aleandra mengangkat bahu. “Silakan percaya atau tidak, tapi itulah kenyataannya.”“Enggak mungkin kayak gitu, Aleandra!” teriak Aryesta. Belum selesai kerusuhan yang Aleandra buat tentang video syurnya semalam, laki-laki itu kini sudah membuat fitnah lain lagi.Sungguh membuat Aryesta sangat kesal. “Suamiku enggak mungkin melakukan hal menjijikkan itu. Jadi jangan mengada-ada kamu!”Aryesta boleh jadi tak percaya pada Dinda. Adik tiri yang selalu menatapnya tak senang. Adik tiri yang selalu menganggap dirinya adalah saingan hanya karena Kakek Surya lebih menyayanginya.“Sudah kubilang, percaya atau tidak, bukan urusanku!" Aleandra menipiskan bibir. “Tapi itulah kenyataannya, Aryesta Ri

    Last Updated : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   5. Keciduk Bermain Dengan Adik Tiri

    Aryesta membelalakkan mata tak percaya atas apa yang dia dengar. Sumpah, demi apa pun dia tak pernah menyangka Aleandra tega mengatakan itu padanya.“Apa?” Mata Aryesta membesar, lalu menyipit dengan gigi-gigi yang saling bergesekan saking bencinya pada Aleandra. “Coba kamu ulangi sekali lagi, sialan!”Aleandra tertawa menjengkelkan. Sambil memiringkan kepala, dia mainkan kedua alis untuk menggoda. “Kamu mendengar apa yang kukatakan, Aryesta. Oh, ayolah ... atau kamu layanin aku dulu, hmh?"Amarah dalam dada Aryesta membuncah. Napasnya tampak putus-putus. Sungguh, dia sangat-sangat tak menyangka, Aleandra akan meminta hal itu untuk ditukar dengan alamat hotel tempat Dion dan Dinda sekarang.“Kamu sudah gila?” Aryesta mendesis. “Kamu pikir aku ini apa? Perempuan penghibur, hah?!”Aleandra mengedikkan bahu. “Terserah. Pilihan ada di tangan kamu. Kamu mau, aku akan kasih informasi di mana adik tiri dan suami kamu itu sekarang. Kalau pun tidak, aku enggak akan rugi.” Dia bersiap membalik

    Last Updated : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   6. Pengkhianat Suami

    Aryesta mengetatkan rahang. Dadanya turun naik menahan rasa marah dan sakit hati. Luar biasa sakit jika Aryesta boleh menambahkan. Dikhianati oleh suami dan adik sendiri tak pernah dia bayangkan akan merasakannya.Aryesta memundurkan langkah. Dia menggeleng. Rasanya masih tak percaya Dion bisa melakukan hal ini padanya. Berkhianat di pernikahan mereka dalam hitungan jam.Tak sengaja menginjak pecahan vas bunga, Aryesta menunduk. Rasa sakit buatnya seketika putus asa. Dia berjongkok, lalu mengambil pecahan dengan ujung runcing.“Lepaskan itu, Aryesta!” teriak Dion. Dia mendekat dengan langkah waspada kalau-kalau perempuan yang masih berstatus istrinya itu nekat melukainya atau Dinda, atau malah diri Aryesta sendiri. “Lepas, Aryesta.”Aryesta menyeringai melihat riak ketakutan di wajah Dion. Dia yang awalnya ingin menggores lengan sendiri, berubah pikiran. Kenapa dia harus menyakiti diri sendiri? Sementara Dinda dan Dion justru pasti akan tertawa di atas penderitaannya.“Kenapa?” Aryesta

    Last Updated : 2024-11-07
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   7. Apa Lagi Ini?

    Aryesta masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Hancur lebur, bukan lagi kata yang bisa mewakili keadaan hatinya kini.Bagai jatuh tertimpa tangga, dia dipermalukan oleh orang yang tak tahu apa maksudnya, mengalami kekerasan, lalu ditalak di malam pengantin.Seolah-olah takdir belum puas mengujinya, masih di hari yang sama, dia mendapati suami dan adik tirinya bercumbu mesra. Lagi, belum cukup, Tuhan ingin mengujinya. Dion, bukannya meminta maaf atas kesalahan justru menjanjikan perpisahan.Pembelaan Dion terhadap Dinda adalah yang paling menyakitkan. Dia hanya korban keegoisan seseorang, tetapi dunia menatapnya hina.Memejamkan mata, Aryesta merasai luka dalam hatinya, sungguh terasa nyeri. Dia bisa mendengar raungan sanubarinya. Dia kepalan tangan saat mengingat bagaimana Dion melindungi Dinda tadi. Kepalan itu dia pukulkan pada bantalan duduk.Aryesta membuka mata saat dering ponselnya terdengar lagi. Sudah beberapa kali dia mengabaikan, tetapi entah siapa y

    Last Updated : 2024-11-08
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   8. Diusir Dan Dicabut Hak Waris

    "Keterlaluan kamu, Aryesta! Di mana pikiranmu. Inikah hasil belajarmu di luar negeri sana, hah!" Surya, kakek Aryesta itu menggemeletukkan gigi. Dia pandangi cucunya dengan perasaan kecewa. "Kakek benar-benar enggak menyangka kamu bisa melakukan hal rendah seperti itu!"Aryesta menggeleng. "Kakek lagi bicara apa? Aryesta bisa jelasin semuanya, Kek."Dengan lirih Aryesta berusaha mendekati sang kakek yang masih mengeraskan rahangnya. Namun, siapa sangka ada sosok perempuan paruh baya yang saat ini sedang melipat tangan di dada dan berjalan ke samping Kakek Surya. Dialah Denia ibu tiri yang memiliki anak bernama Dinda.'Ya Tuhan ... aku sungguh enggak akan sanggup kalau terus mengingat kejadian menjijikan di hotel tadi antara suami dan adik tiriku,' batin Aryesta seraya memejamkan matanya dan menarik napas, lalu mulai melangkah semakin mendekati Kakek Surya."Kek, Kakek enggak mungkin percaya sama berita murahan itu, kan?" Sungguh harap-harap cemas Aryesta saat mengatakannya."Halah, kam

    Last Updated : 2024-11-09
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   9. Tolong Jaga Kakek, Ibu ....

    Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tubuh Aryesta membatu dengan mata terbelalak melihat Kakek Surya yang baru saja menyampaikan ultimatumnya.Dengan tangan mengepal kencang dan air mata yang sudah tak mampu Aryesta bendung lagi, kini perempuan malang itu merangkak dan meraih kaki sang Kakek dengan tatapan penuh lukanya."K–kakek enggak serius kan, Kek? Aku masih cucuk Kakek, kan? Enggak mungkin Kakek percaya sama berita murahan itu, kan?" lirih Aryesta dengan tubuh bergetar menahan isak tangis yang sudah mulai terdengar.Lagi, Aryesta menatap ke atas. Berharap mendapatkan empatik dari sang kakek yang selama ini selalu berpihak padanya, tetapi yang Aryesta lihat hanya tatapan datar nan dingin. Sebuah tatapan yang belum pernah Aryesta dapatkan dari Kakek Surya selama hidupnya, kini justru tatapan penuh kecewa dan terluka itu ditunjukkan padanya.Sekali lagi, Aryesta menarik lembut celana kakeknya. "Aku akan buktiin sama Kakek, kalau semua berita itu bohong, Kek. Aku bakalan bawa o

    Last Updated : 2024-11-10
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   10. Drama Apalagi?

    Selepas meninggalkan kediaman keluarga, kini Aryesta terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Apalagi perempuan yang diceraikan saat malam pertama pernikahannya ini tak memiliki satu orang teman pun di Indonesia.Sekolah di luar negri selama bertahun-tahun, membuat Aryesta sendirian ketika berada di kota kelahirannya ini.Kakinya terus melangkah dan bingung harus pergi ke mana lagi, hingga akhirnya Aryesta mengingat jika dirinya masih memiliki ponsel.Aryesta rogoh ponsel yang berada di saku, lalu tatapannya menengadah pada sebuah konter HP yang berada di seberang jalan.Ada helaan napas yang keluar dari bibir pink alami itu, sebelum akhirnya Aryesta putuskan untuk mendekati salah satu ruko dengan merek ternama itu.Meskipun ragu, tetapi dirinya sungguh tak memiliki pilihan lain, selain menjual handphone yang dia beli lebih dari lima tahun lalu ini."Maaf, Mbak. Kalau aku jual HP ini, kira-kira laku berapa, ya?" tanya Aryesta dengan hati tak rela.Sang penjual konter yang ternyata seorang

    Last Updated : 2024-11-12

Latest chapter

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   68. Flashback 5 Tahun Lalu [Part 3]

    Setelah pembicaran panjang kali lebar bersama kakak sepupunya, kini Aryesta berada di ruang perawatan, karena ternyata Dion sudah bangun dari masa kritisnya.Dion sudah sadar dua jam yang lalu, tanpa sepengetahuannya, karena bercerita dengan Derren tak pernah sebentar.Saat ini Dion sedang tersenyum manis ke arah Aryesta yang sibuk menyuapinya bubur."Aku senang kamu baik-baik aja, Sayang."Aryesta tersenyum kecil dan menyelesaikan suapan terkahir untuk Dion, sebelum akhinrya memberikan air mineral. Sesi makan pun selesai."Kenapa kamu lakuin semua itu, Mas? Apa kamu sengaja pengen buat aku semakin hutang budi sama kamu?"Perkataan yang keluar dari mulut Aryesta, membuat dada Dion berdebar kencang, karena takut kebusukannya terbongkar.Namun, Dion rasa mustahil."Enggak mungkin Aryesta punya kemampuan melacak semua bukti, yang udah aku hilangkan itu, kan? Aku tahu dia tidak semahir itu untuk melacak kejadian kemarin," pikir Dion yang hanya bisa dia utarakan di dalam hatinya saja.Aryes

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   67. Flashback 5 Tahun Lalu [Part 2]

    "Al itu cuman senior aku yang sering bantuin aku selama di sini, Kak! Enggak lebih dari itu!"Derren memicingkan matanya tak percaya, karena dari mata Aryesta jelas menyiratkan lebih dari sekadar itu."Jujur sama Kakak, atau perlu Kakak buat hancur perusahaan keluarganya!" Ancaman mematikan yang selalu sukses membuat Aryesta menyerah, berujung membuka mulutnya."Oke fine aku jujur! Aku emang suka dan kagum sama dia. Dia yang selalu bantuin semua tugas-tugas aku yang enggak bisa dilakuin sama Mas Dion. Tapi ya udah. Cuman sebatas itu aja, Kak!""Sebatas itu apanya?! Kamu bahkan sering menginap di apartemen Aleandra setelah mengerjakan tugas. Dan dari alat pelacak yang Kakak akses, kalian selalu tidur satu kamar dari tiga Minggu yang lalu! Kamu kenapa sangat murahan tidur dengan laki-laki yang belum menjadi suamimu, hah?!" murka Derren yang memang sedari kecil sudah meng-klaim adik sepupunya itu adalah miliknya.Namun, Aryesta adalah perempuan liar yang sangat sulit diatur, menuruti semu

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   66. Flashback 5 Tahun Lalu

    Lima tahun yang lalu, di ibu kota London, ada sosok perempuan yang sedang terduduk menangis di depan ruangan ICU, dengan kepala menunduk.Hingga suara langkah kaki dan juga aroma parfum yang sangat dia kenali menyapa indera penciumannya itu semakin mendekat.Sosok berpakaian serba hitam, kaca mata juga masker hitam yang hampir tak pernah laki-laki itu lepaskan, seolah-olah menjadi identitas dirinya ketika berada di luar."Jangan bersikap bodoh seperti ini Aryesta! Kakak sudah tahu penyebab kecelakaan yang kalian alami."Mendengar sapaan itu, Aryesta yang semula menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut pun seketika juga mendongakkan wajahnya, yang masih berderai air mata."A–apa itu? Apa yang Kakak temuin? Tolong bantu kasih hukuman sama orang yang udah bikin Mas Dion kayak gini, Kak!" titah Aryesta dengan suara paraunya, karena terlalu lama menangisi keadaan Dion, yang masih dalam keadaan kritis, setelah mengalami kecelakaan.Beruntungnya, Aryesta tak tertabrak oleh kendaraan besa

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   65. Obsesi Tuan D

    Tubuh Aryesta menegang sempurna, ketika mencium parfum maskulin yang bercampur aroma tubuh seseorang di belakangnya.Napas yang sebelumnya sudah lega, kini menjadi sesak kembali oleh lilitan sepasang lengan kokoh, yang di punggung tangannya terdapat tato kepala burung elang itu semakin memeluknya erat."Kenapa kamu diam saja, Baby? Apakah kamu tidak merindukanku, hmh?" bisik laki-laki itu di samping telinga Aryesta, yang semakin membuat tubuhnya bergetar karena takut.Melihat pujaan hatinya tak bisa berkutik, tentu saja membuat laki-laki yang tengah memeluk tubuh mungil itu semakin merasa gemas.Saking gemasnya, dia mendaratkan hidung bangirnya di leher Aryesta yang tak terhalang oleh rambut hitam bergelombangnya."K–kak D. Apa kabar?" tanya Aryesta yang berusaha menguatkan dirinya sendiri dari godaan setan berwujud manusia, yang sialnya sangat tampan itu."Bukannya aku sudah bilang, kalau aku tidak suka jika kamu memanggilku Tuan D?!""A–aku kan manggilmu Kakak. Bukan Tuan," elak Arye

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   64. Ketemu Dia

    "Itu bukan urusanmu! Dan berhenti ikut campur urusan kami! Kalau kamu masih ingin banyak bicara, lebih baik turun dari mobil ini sekarang juga!"geram Aleandra yang sudah sangat emosi.Apakah keputusan Aleandra menikah siri dengan Tisya adalah keputusan yang benar?Atau bahkan keputusannya keliru?Saat ini laki-laki itu merasa terjebak oleh rencananya sendiri, dan hal tersebut membuatnya sangat kesal.Melihat Tisya yang akhirnya diam dan tak melakukan protes pada dirinya lagi, kini Aleandra langsung memacu kendaraannya kembali.Hingga teleponnya berdering dan langsung dia angkat menggunakan earpiece di telinga kanannya."Istri Anda baru saja tiba di bandara, dan mereka bertiga langsung naik pesawat, yang sudah dipesan oleh Dion sebelumnya, Tuan," adu ajudan Aleandra di seberang telepon sana."Lalu?" Aleandra bertanya singkat."Saya baru saja cek, dan ternyata keberangkatan mereka menuju Jakarta. Mungkin ada masalah dengan keluarga istri Anda Tuan. Makanya mereka terlihat sangat terburu-

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   63. Aleandra Kesetanan

    Aryesta masih menunggu penjelasan dari mantan suaminya. Sementara itu, Dinda adik tirinya sudah mulai kesal pun berkata, "Ini sebenarnya kalian mau sampai kapan ngedrama kayak gini, sih? Aku udah muak, yah!"Mendengar perkataan adik tirinya, membuat Aryesta menoleh ke belakang dan memandangnya malas."Kalau emang kamu muak, ya udah sana pergi! Lagian enggak ada yang nyuruh kamu datang ke sini juga, kok. Kamunya aja yang kayak jalangkung." Memandang rendah sang adik tiri ketika mengatakan kalimat tersebut.Tak lupa juga tangan yang Aryesta lipat di bawah dadanya dengan tatapan sinis.Melihat situasi yang sudah tidak kondusif lagi, Dion pun akhirnya menjelaskan, "Kami mau pulang ke Jakarta sekarang juga. Dan mau enggak mau kamu harus ikut bareng kami.""Kenapa aku harus ikut sama kalian?" tolak Aryesta yang merasa kurang nyaman berada di tengah-tengah mereka. Dion menggendikan kedua bahunya, dan mulai menjalankan roda empat itu kembali menuju bandara. "Tadi Kakek Surya telepon dan sur

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   62. Kamu Tahu Alasannya

    "Enggk usah banyak drama yah kamu! Aku paling benci sama air mata perempuan!" peringat Aleandra dengan nada kejamnya.Hal itu membuat Tisya mengusap pelan air mata di pipinya dan mencoba menghentikan isakannya."Aku masih bingung kenapa kamu begitu terobsesi untuk menikah denganku?" Bingung Aleandra dengan jalan pikiran istrinya ini.Bagaimana mungkin seorang perempuan begitu memuja seorang laki-laki yang tak pernah menganggap keberadaannya, kan?"Itu juga yang jadi pertanyaan aku, kenapa kamu obses banget sama Aryesta? Ada apa? Aku aja sampe enggak paham dengan semua rencana anehmu ini." Balasan Tisya terjeda sedikit, hanya untuk melihat respon suaminya."Padahal kalau emang kamu obses milikin dia, kenapa nikahin aku dan obses juga buat nyakitin dia? Kamu yang jauh lebih aneh tahu, Mas. Aku enggak ngerti sama semua yang ada di dalam pikiran kamu."Terlihat wajah Aleandra semakin dingin tak tersentuh, yang hanya menyeringai, tanpa berniat memberi jawaban apa pun.Aleandra pun berbalik

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   61. Aleandra Mulai Peduli?

    "Kayaknya enggak perlu nunggu malam, deh."Mendengar jawaban dari mulut suaminya, membuat tubuh Tisya seketika tersentak dan sedikit mundur.Bagaimana tidak mundur, jika suaminya sudah melangkah dan semakin mengikis jarak dengannya.Sebuah jarak yang selama ini Aleandra jaga, kini semakin tak berjarak.Bahkan tubuh besar suaminya sudah berhasil mengungkung tubuh semampai Tisya di balik dinding jendela kaca teras vila."M–maksud Mas, apa?" gagap Tisya yang merasa jika mungkin suaminya hanya ingin mengujinya saja.Apalagi Tisya sangat mengingat perjanjian yang keduanya sepakati untuk tidak saling menyentuh satu sama lain.Lalu, jika dalam perjanjian saja mereka dilarang saling menyentuh, kenapa pula Aleandra meminta sesuatu yang sepertinya menjurus ke arah sana?Aduh!Kepala Tisya semakin pusing saja.Ditambah lagi Aleandra yany kian mendekatkan wajah keduanya, hingga napas mereka saling bersahutan, saking dekatnya."Aku lagi pusing ... dan aku lagi butuh pelampiasan. Bukannya sangat efe

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   60. Kamu Serius Minta Jatah?

    "Kamu jangan coba-coba bohongin aku, berengsek!" hardik Aleandra yang saat ini sudah bangun, dan berdiri dengan tatapan mata setajam pisaunya.Tisya membuang napas kesal sekaligus sakit hati, karena ternyata kesialannya akan dimulai hari ini.Dirinya pikir akan ada momen bahagianya walau secuil dari pernikahan mereka, tetapi ternyata nihil. Tidak sama sekali.Karena kesal dan tak kunjung membuka suara, Aleandra kembali bertanya, "Cepat katakan di mana istriku, sialan!""Aku juga istrimu, Mas! Bukan hanya dia aja!" Tisya berteriak dan tak terima dimaki sedemikian rupa oleh suaminya.Apalagi hanya karena mendengar ucapannya, yang mengatakan jika Aryesta pergi dengan mantan suaminya. Dia pikir Aleandra tak akan semurka ini. Nyatanya feeling-nya jauh meleset.Karena tak ingin disalahkan dengan hal yang bukan ulahnya, Tisya pun kembali berujar, "Seenggaknya aku ini juga istrimu, Mas! Tolong hargain aku di sini meski sedikit! Jangan apa-apa hanya Aryesta dan Aryesta aja! Aku juga punya hak y

DMCA.com Protection Status