Beranda / Rumah Tangga / Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah / 5. Keciduk Bermain Dengan Adik Tiri

Share

5. Keciduk Bermain Dengan Adik Tiri

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-14 22:51:22

Aryesta membelalakkan mata tak percaya atas apa yang dia dengar. Sumpah, demi apa pun dia tak pernah menyangka Aleandra tega mengatakan itu padanya.

“Apa?” Mata Aryesta membesar, lalu menyipit dengan gigi-gigi yang saling bergesekan saking bencinya pada Aleandra. “Coba kamu ulangi sekali lagi, sialan!”

Aleandra tertawa menjengkelkan. Sambil memiringkan kepala, dia mainkan kedua alis untuk menggoda. “Kamu mendengar apa yang kukatakan, Aryesta. Oh, ayolah ... atau kamu layanin aku dulu, hmh?"

Amarah dalam dada Aryesta membuncah. Napasnya tampak putus-putus. Sungguh, dia sangat-sangat tak menyangka, Aleandra akan meminta hal itu untuk ditukar dengan alamat hotel tempat Dion dan Dinda sekarang.

“Kamu sudah gila?” Aryesta mendesis. “Kamu pikir aku ini apa? Perempuan penghibur, hah?!”

Aleandra mengedikkan bahu. “Terserah. Pilihan ada di tangan kamu. Kamu mau, aku akan kasih informasi di mana adik tiri dan suami kamu itu sekarang. Kalau pun tidak, aku enggak akan rugi.” Dia bersiap membalik badan. “Pilihan ada di tangan kamu.”

Aryesta terdiam dengan rasa tak terima. Buku-buku jarinya memutih sebab tanpa sadar terkepal di masing-masing tubuh. Napasnya masih memburu kasar. Dia ingin mengumpati laki-laki yang melenggang santai.

“Baiklah,” ucapnya pelan sambil menundukkan kepala. Seingin apa pun dia ingin melenyapkan Aleandra, Aryesta tak punya pilihan lain. Dia harus bergegas, membuktikan kebenaran tentang suaminya. Atau dia akan kehabisan waktu. “Aku mau melakukan apa yang kamu mau, tapi tolong setelahnya beri apa yang kamu janjikan.”

“Wah, jadi kamu seriusan, nih?” Aleandra berbalik badan penuh sebelum tertawa mengejek. “Cepat lakukan kalau begitu!” tantangnya kemudian.

Aryesta perlahan mengangkat wajahnya. Rahangnya mengetat. Namun, tangannya menarik pelan cardigan yang masih dia kenakan. Kedua maniknya memanas. Seumur hidupnya, ini kali pertama dia merendahkan diri.

Memejamkan mata, Aryesta menarik lepas cardigan tersebut dengan perasaan campur aduk. Menyisakan blush tanpa lengan. Lalu, dia telan ludah sebelum jari-jari lentiknya membuka satu per satu kancing blush berwarna putih itu.

Sementara itu, di depannya, Aleandra melebarkan mata marah. Matanya tak beralih pada jari-jari Aryesta yang melepas satu per satu kancing bajunya. Rahang laki-laki tampan itu mengetat keras. Manik tajam itu kian membola saat Aryesta benar-benar menanggalkan blush hingga pakaian itu teronggok di dekat kakinya.

“Kamu gila, hah!” teriak Aleandra kencang. Dia buka jas dengan cepat, lalu melemparkannya pada Aryesta. “Pakai!” titahnya tak kalah kencang. Kaki-kakinya melangkah lebar dengan tak sabar. Lalu dia pakaikan sendiri jas itu pada Aryesta.

“Dasar perempuan murahan!” bisik Aleandra setelah selesai memakaikan jasnya di tubuh Aryesta yang mematung.

Aryesta menatap marah pada Aleandra, sekaligus tak percaya dan sakit hati. Bukankah tadi laki-laki itu yang memintanya begini? Lalu, sekarang justru mengumpatinya. Sebenarnya apa yang Aleandra inginkan. Harusnya Aryesta-lah yang marah.

“Ikut aku sekarang!” Aleandra mencengkeram tangan Aryesta. Menariknya hingga keduanya sampai pada private room yang memang tersedia di dalam ruangan CEO itu. “Gantilah bajumu!” Setengah tak sabar, dia menghempaskan tangan Aryesta setelah keduanya berada di dalam kamar.

Laki-laki itu membuka semua pintu lemari. “Apa yang sedang kamu lihat, hah!” sentak Aleandra yang melihat Aryesta masih terdiam menatap isi lemari yang penuh dengan pakaian perempuan.

Mengingat kenekatan Aryesta membuka baju tadi, dia semakin kesal. Laki-laki itu terus mengumpati Aryesta dalam hati. Hanya demi sebuah informasi, Aryesta mau memperlihatkan tubuh di depan laki-laki asing tadi.

Sial! Dia harus memastikan dua temannya tadi tak sempat melihat tubuh Aryesta. Beruntungnya rambut Aryesta tergerai, Alaendra rasa kedua temannya belum sempat melihat jelas.

“Cepat ganti bajumu, hei!” suruh Aleandra, lalu pergi dari sana dengan pintu yang ditutup rapat setelah mengatakan alamat hotel pada Aryesta sesuai janjinya tadi.

Aryesta masih memandangi pintu yang tertutup. Dia menggeleng. Merasa sangat aneh dengan sikap Aleandra. Lelaki itu yang memintanya membuka pakaian, dan sekarang justru tampak begitu marah.

“Dasar aneh!” gumam Aryesta. Matanya kemudian memindai seisi ruangan sambil berjalan. Lalu, maniknya berhenti tepat pada isi lemari. “Semuanya pakaian perempuan.” Dia menggeser-geser baju yang digantung. “Hah, ada dalaman juga. Apa dia sering bawa perempuan ke sini?” tanyanya masih dengan menggumam. Lalu, tiba-tiba saja Aryesta merasa kesal sendiri.

Aryesta mengambil satu blush berwarna peach yang tampak cantik. Dia menyentuh bandrol yang masih terpasang di sana. Dia lalu mengambil pakaian lainnya untuk memilih. Dari merek yang tertera di sana, Aryesta tahu bahwa pakaian itu memiliki harga yang sangat mahal.

Memilih blush peach yang akan dia pakai, Aryesta meletakkan pakaian lain ke tempatnya. Dia kenakan pakaian dengan cepat. Lalu, bergeser ke arah cermin.

Di meja rias itu dia temukan perlengkapan perempuan cukup lengkap. Tak ingin pikirannya meliar ke mana-mana, dan jadi kian kesal, Aryesta merapikan rambutnya saja agar segera selesai.

Selesai menyisir rambut, Aryesta tak sengaja menatap satu pigura. Dalam foto itu, ada Aleandra bersama perempuan. Jika Aleandra menatap ke arah kamera, perempuan yang menyandarkan kepala justru membelakangi kamera.

Menyentuh bingkai foto, Aryesta merasa tak asing dengan sosok yang hanya tampak belakang. Matanya sedikit menyipit, lalu membesar lagi. Sayang, meski tak asing, tak dia temukan ingatan tentang foto tersebut.

Aryesta membolak-balik pigura tersebut. Menimbang sebentar, tangannya hendak membuka bagian belakang. Namun, tiba-tiba foto dari tangannya ditarik. Aryesta terkesiap.

“Apa yang kamu lakukan, hah?!” Aleandra mendesis. “Lancang sekali kamu menyentuh barang-barang pribadiku!"

Aryesta meneguk ludah kesal. "Aku hanya melihat fotonya saja! Bukan barang berharga! Dasar menyebalkan!" Dia entakkan kaki, lalu pergi dari sana.

Kembali ke ruangan tadi, tak dia temukan dua laki-laki tadi. Aryesta sempat heran, kenapa dua lelaki itu tak ada. Menggeleng tak peduli, Aryesta membawa dirinya ke hotel.

Sementara itu. Di dalam ruangan, Aleandra duduk di tepi kasur. Matanya memandangi potret di tangannya. “Ini belum seberapa dengan apa yang kamu lakukan dulu, Aryesta,” bisiknya dengan tatapan tajam penuh dendam dengan ingatan-ingatan yang mulai melanglang buana pada lima tahun lalu.

*

*

Sementara itu lima belas menit kemudian, Aryesta telah berada di hotel yang Aleandra maksud. Ada getar ragu untuk melanjutkan langkah. Biar bagaimana pun, Aryesta masih tak percaya  jika Dion berselingkuh dengan adik tirinya hari ini.

Rasa penasaran, pada akhirnya membuat Aryesta mendekat. Dia berjalan di lorong hotel menuju kamar dengan nomor yang sesuai. Sampai di kamar yang dimaksud, dia mengerutkan kening, saat melihat pintu itu tak tertutup rapat.

Pelan-pelan, Aryesta buka pintu lalu menutupnya pelan. Saat dia berbalik dan berjalan, dia temukan pakaian yang tercecer tak beraturan. Seketika, jantungnya berdentam tak beraturan.

Melangkah lebih dekat, Aryesta memejamkan mata. Kakinya berhenti seketika. Suara desah dua orang saling bersahutan kian menambah getar dalam tubuhnya.

Aryesta menggeleng demi menyangkal. “Enggak mungkin Mas Dion mengkhianatiku,” bisiknya pada diri sendiri. Dia ingin berhenti mencari tahu. Namun, kaki-kakinya justru membawanya hingga ke dapur.

Aryesta menutup mulutnya dengan kedua tangan. Pemandangan dua orang saling memagut, juga tubuh saling menempel dengan salah satunya bergerak pelan, adalah yang membuat tubuhnya lemas.

Menggeleng tak percaya pada apa yang dia lihat, Aryesta mundur. Tubuhnya limbung hingga dia tak sengaja menyenggol vas bunga. Vas bunga yang terbuat dari kaca itu jatuh, menimbulkan bunyi pecahan nyaring hingga dua sejoli yang sedang saling mencari kepuasan praktis menghentikan aktivitas percintaan mereka.

“Aryesta?” Dion terkejut. Dia menjauhkan tubuhnya dengan rasa gugup seolah tertangkap basah sedang berselingkuh. “I–ini enggak seperti yang kamu pikirkan, Sayang!"

Aryesta tertawa miris. Dia tak menjawab pertanyaan suaminya. Dia lebih tertarik pada Dinda yang menyunggingkan senyum penuh kemenangan.

“Jadi, ini kelakuan kalian di belakang aku, Mas!” teriak Aryesta yang seketika itu juga hatinya hancur berkeping-keping.

"Enggak Sayang! Aku bisa jelasin semuanya!" jawab Dion yang seketika matanya membulat kala melihat ke arah Aryesta yang sedang mengangkat pecahan vas bunga 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ma E
seruuu banget lanjut thor....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   6. Pengkhianat Suami

    Aryesta mengetatkan rahang. Dadanya turun naik menahan rasa marah dan sakit hati. Luar biasa sakit jika Aryesta boleh menambahkan. Dikhianati oleh suami dan adik sendiri tak pernah dia bayangkan akan merasakannya.Aryesta memundurkan langkah. Dia menggeleng. Rasanya masih tak percaya Dion bisa melakukan hal ini padanya. Berkhianat di pernikahan mereka dalam hitungan jam.Tak sengaja menginjak pecahan vas bunga, Aryesta menunduk. Rasa sakit buatnya seketika putus asa. Dia berjongkok, lalu mengambil pecahan dengan ujung runcing.“Lepaskan itu, Aryesta!” teriak Dion. Dia mendekat dengan langkah waspada kalau-kalau perempuan yang masih berstatus istrinya itu nekat melukainya atau Dinda, atau malah diri Aryesta sendiri. “Lepas, Aryesta.”Aryesta menyeringai melihat riak ketakutan di wajah Dion. Dia yang awalnya ingin menggores lengan sendiri, berubah pikiran. Kenapa dia harus menyakiti diri sendiri? Sementara Dinda dan Dion justru pasti akan tertawa di atas penderitaannya.“Kenapa?” Aryesta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   7. Apa Lagi Ini?

    Aryesta masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Hancur lebur, bukan lagi kata yang bisa mewakili keadaan hatinya kini.Bagai jatuh tertimpa tangga, dia dipermalukan oleh orang yang tak tahu apa maksudnya, mengalami kekerasan, lalu ditalak di malam pengantin.Seolah-olah takdir belum puas mengujinya, masih di hari yang sama, dia mendapati suami dan adik tirinya bercumbu mesra. Lagi, belum cukup, Tuhan ingin mengujinya. Dion, bukannya meminta maaf atas kesalahan justru menjanjikan perpisahan.Pembelaan Dion terhadap Dinda adalah yang paling menyakitkan. Dia hanya korban keegoisan seseorang, tetapi dunia menatapnya hina.Memejamkan mata, Aryesta merasai luka dalam hatinya, sungguh terasa nyeri. Dia bisa mendengar raungan sanubarinya. Dia kepalan tangan saat mengingat bagaimana Dion melindungi Dinda tadi. Kepalan itu dia pukulkan pada bantalan duduk.Aryesta membuka mata saat dering ponselnya terdengar lagi. Sudah beberapa kali dia mengabaikan, tetapi entah siapa y

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   8. Diusir Dan Dicabut Hak Waris

    "Keterlaluan kamu, Aryesta! Di mana pikiranmu. Inikah hasil belajarmu di luar negeri sana, hah!" Surya, kakek Aryesta itu menggemeletukkan gigi. Dia pandangi cucunya dengan perasaan kecewa. "Kakek benar-benar enggak menyangka kamu bisa melakukan hal rendah seperti itu!"Aryesta menggeleng. "Kakek lagi bicara apa? Aryesta bisa jelasin semuanya, Kek."Dengan lirih Aryesta berusaha mendekati sang kakek yang masih mengeraskan rahangnya. Namun, siapa sangka ada sosok perempuan paruh baya yang saat ini sedang melipat tangan di dada dan berjalan ke samping Kakek Surya. Dialah Denia ibu tiri yang memiliki anak bernama Dinda.'Ya Tuhan ... aku sungguh enggak akan sanggup kalau terus mengingat kejadian menjijikan di hotel tadi antara suami dan adik tiriku,' batin Aryesta seraya memejamkan matanya dan menarik napas, lalu mulai melangkah semakin mendekati Kakek Surya."Kek, Kakek enggak mungkin percaya sama berita murahan itu, kan?" Sungguh harap-harap cemas Aryesta saat mengatakannya."Halah, kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   9. Tolong Jaga Kakek, Ibu ....

    Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tubuh Aryesta membatu dengan mata terbelalak melihat Kakek Surya yang baru saja menyampaikan ultimatumnya.Dengan tangan mengepal kencang dan air mata yang sudah tak mampu Aryesta bendung lagi, kini perempuan malang itu merangkak dan meraih kaki sang Kakek dengan tatapan penuh lukanya."K–kakek enggak serius kan, Kek? Aku masih cucuk Kakek, kan? Enggak mungkin Kakek percaya sama berita murahan itu, kan?" lirih Aryesta dengan tubuh bergetar menahan isak tangis yang sudah mulai terdengar.Lagi, Aryesta menatap ke atas. Berharap mendapatkan empatik dari sang kakek yang selama ini selalu berpihak padanya, tetapi yang Aryesta lihat hanya tatapan datar nan dingin. Sebuah tatapan yang belum pernah Aryesta dapatkan dari Kakek Surya selama hidupnya, kini justru tatapan penuh kecewa dan terluka itu ditunjukkan padanya.Sekali lagi, Aryesta menarik lembut celana kakeknya. "Aku akan buktiin sama Kakek, kalau semua berita itu bohong, Kek. Aku bakalan bawa o

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   10. Drama Apalagi?

    Selepas meninggalkan kediaman keluarga, kini Aryesta terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Apalagi perempuan yang diceraikan saat malam pertama pernikahannya ini tak memiliki satu orang teman pun di Indonesia.Sekolah di luar negri selama bertahun-tahun, membuat Aryesta sendirian ketika berada di kota kelahirannya ini.Kakinya terus melangkah dan bingung harus pergi ke mana lagi, hingga akhirnya Aryesta mengingat jika dirinya masih memiliki ponsel.Aryesta rogoh ponsel yang berada di saku, lalu tatapannya menengadah pada sebuah konter HP yang berada di seberang jalan.Ada helaan napas yang keluar dari bibir pink alami itu, sebelum akhirnya Aryesta putuskan untuk mendekati salah satu ruko dengan merek ternama itu.Meskipun ragu, tetapi dirinya sungguh tak memiliki pilihan lain, selain menjual handphone yang dia beli lebih dari lima tahun lalu ini."Maaf, Mbak. Kalau aku jual HP ini, kira-kira laku berapa, ya?" tanya Aryesta dengan hati tak rela.Sang penjual konter yang ternyata seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   11. Apakah Aku Menyentuh Itu?

    "Dasar laki-laki gila!" maki Aryesta ketika mendengar apa yang baru saja Aleandra katakan di dalam kondisi setengah sadarnya itu.Dengan tatapan memicing penuh kesal pada laki-laki yang masih memejamkan matanya, kini Aryesta bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya yang mungkin saja terkena debu jalanan."Rugi aku sempat khawatir sama laki-laki kurang waras kayak kamu! Tahu gitu, aku tinggal aja dari tadi!" kesalnya. Kali ini Aryesta berbalik badan dan mulai melangkah.Sempat terdiam dan berhenti melangkah saat tak terdengar pergerakan apa-apa dari Aleandra. Entah kenapa rasa khawatir berlebihannya perlahan muncul ke permukaan dan secepat kilat menoleh ke arah Aleandra yang sepertinya pingsan.Menarik napasnya dalam-dalam lalu memutar tubuh, dan kembali melangkah mendekati Aleandra, yang masih terkapar, dengan luka di dahinya akibat membentur aspal, karena keserempet pengendara motor tadi."Heh, bangun! Jangan coba-coba main-main sama aku, yah! Kutendang anumu itu nanti!" ancam Aryesta, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   12. Apartemen Aleandra Dan Sesuatu?

    Dukh!"Argh!" pekik Aryesta saat puncak kepalanya membentur dagu Aleandra.Dengan perasaan dongkol luar biasa, Aryesta akan menyemburkan segala sumpah serapahnya pada Aleandra, hingga pada detik matanya mendongak dan menatap wajah di depannya, saat itu juga emosinya perlahan sirna."Apakah kepalaku begitu keras, sampai-sampai bikin dia pingsan lagi?" lirih Aryesta dengan perasaan tak enaknya karena Aleandra yang kembali pingsan.Akan tetapi, jauh di lubuk hati yang paling dalam, Aryesta merasa inilah keberuntungannya, karena dia tak harus berdebat dengan laki-laki setengah mabuk itu.Entah apa yang terjadi hingga membuat Aleandra mabuk sedemikian rupa, dan hal itu membawa ingatan Aryesta pada kejadian lima tahun lalu, tepatnya saat keduanya pernah dekat."Kenapa kamu begitu banyak berubah, Al?" bisik Aryesta yang sungguh menyayangkan segala sikap kurang ajar Aleandra.Padahal, keduanya tak memiliki dendam apa-apa, tetapi kenapa Aleandra terlihat sangat membenci dirinya, sungguh demi a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   13. Tidur Bareng?

    Entah apa yang terjadi pada Aryesta, ketika dirinya merasa ada sinar matahari yang masuk melalui celah gorden, dan dirinya pun mendengar suara berisik yang entah dari mana datangnya."Aduh, apaan sih? Berisik banget, deh!" gumam Aryesta yang matanya masih terpejam karena belum sepenuhnya sadar.Aryesta pun merenggangkan tangannya, tetapi kok tubuhnya terasa dingin seolah-seolah tak ada pakaian yang dia kenakan?Aryesta perlahan membuka kedua matanya dan betapa terkejutnya dia saat melihat banyaknya orang sedang menatap dirinya yang seketika itu juga langsung memalingkan pandangan mereka."Bangunlah Aleandra!" teriak laki-laki yang duduk di kursi roda serta melemparkan bantal ke wajah Aleandra yang baru saja mengerjapkan kedua matanya bingung.Aleandra baru saja terbangun dan langsung mendapat hadiah bantal yang dilemparkan oleh ayahnya, tentu saja sedikit membuat dirinya terkejut dan bingung.Sementara laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah ayah kandungnya yang bernama Randy Alen

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   107. Fakta Apa Ini?

    "Ar kamu di mana?" racau Aleandra di sela tidurnya.Sejak kejadian nahaas hilangnya sang istri berserta keluarga perempuan itu dua bulan lalu, kondisi tubuh Aleandra semakin buruk.Bahkan hari ini laki-laki itu sedang berbaring dengan mengigaukan nama istri pertamanya yang hingga saat ini belum dia ketahui. Dari semua orang yang masuk dalam daftar, hanya Aryesta, Kakek Surya, Denia dan Dina yang belum juga ditemukan tubuh ataupun jasadnya.Karena itulah, Aleandra berhalusinasi jika Aryesta masih hidup entah di mana. Yang sialnya dia lupa memberikan alat pelacak pada sang istri."Aku pikir kamu tidak akan pernah ninggalin aku, Ar. Makanya aku diam saja, dan tidak memiliki niat menanamkan alat pelacak itu padamu," ucap Aleandra pelan yang matanya sudah mulai mengerjap bangun.Refleks tangannya memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing dan mual yang tak tertahankan, bahkan sialnya lagi sekarang dia justru menginginkan mangga muda dengan bumbu rujak."Maaf, Tuan. Tapi Anda baru saja s

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   106. Kabar Menyakitkan

    "Pesawat yang melakukan penerbangan ke London yang lepas landas pada pukul 13.00 WIB siang ini mengalami kecelakaan karena cuaca tiba-tiba memburuk. Berikut nama-nama penumpang yang tercatat di pembelian tiket adalah, Dinda, Aryesta Ribela, dan dua orang lainnya belum ditemukan oleh tim sar. Sekian berita siaran langsung hari ini, sampai jumpa di liputan selanjutnya."Deg!Prang!Jantung Adam berdetak sangat kencang, ketika mendengar berita siaran langsung di hadapannya. Bahkan makanan dan minuman yang berada di atas nampan itu terjatuh saking terkejutnya dengan informasi dadakan ini."B–bagaimana bisa?"Sumpah demi apa pun, dada Adam terasa sesak dan seketika itu juga lupa caranya bernapas, membuatnya tersengal-sengal.Setelah mengumpulkan kesadaran yang sempat hilang sejenak, Adam langsung berlari sekuat tenaga menuju salah satu ruangan di perusahaan itu.Namun, sialnya entah kenapa jarak dari kantin menuju ruangan sahabat sekaligus bosnya itu terasa sangat jauh, hingga beberapa kali

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   105. Fakta Mengejutkan

    "Apa kamu yakin, Al?"Pertanyaan Randy membuat Aleandra yang semula melamun langsung terkejut. Menoleh ke arahnya dengan tatapan gelisah. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh putra semata wayangnya ini, Randy cukup heran. Karena tak biasanya Aleandra kurang fokus seperti ini."Kamu kenapa lagi, Al? Pusing? Mual? Atau tidak enak badan?" tanya Randy lagi, karena memang selama ini yang merasakan ngidam adalah Aleandra, bukan menantunya. Terlebih di jam makan siang seperti ini, Aleandra kerap tantrum dan butuh pijatan sang istri. Orang ngidam memang selalu aneh-aneh, dan Randy pernah merasakannya dulu, saat istrinya mengandung Aleandra.Aleandra memijat pangkal hidungnya yang mulai terasa nyut-nyutan. Tetapi tak mau dia terlihat lemah di hadapan papanya, karena dirinya sudah terbiasa selama tiga bulan ini. Meraskan tubuhnya yang tiba-tiba letoy, dan ternyata dirinya kena sindrom ngidam.Jika kebanyakan sang istri yang mengidam banyak hal, ini justru pihak suami. Itulah sebabnya Aleandra t

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   104. Keputusan Aryesta

    "Sekarang pergi ke kamar, dan jelaskan padaku, Ar!" perintah Aleandra dengan suara tegas, tetapi pelannya. Karena dia tak ingin keluarganya tahu, jika pernikahan dirinya bersama Aryesta layaknya tengah berada di ujung tanduk.Aryesta hanya mengangguk. Kemudian meminta izin pada Papa dan Mama mertuanya, tak lupa dia juga pamit dengan Tisya sang madu. Beralasan jika Aleandra meminta dipijat lagi. Ya, hanya itulah yang bisa dia gunakan sebagai alasan saat ini. Terlebih waktu sudah menunjukkan jam satu dini hari.Setelah mendapat persetujuan dari mereka, Aryesta berbalik badan. Menarik napasnya sangat dalam, lalu melangkah mengikuti jejak suaminya menuju kamar mereka.Ketika langkahnya mencapai pintu kamar, Aryesta tak lantas membukanya, dia justru terdiam sejenak, dan mencari-cari alasan yang sekiranya dapat dia berikan pada suaminya itu.Ditambah lagi, dia bingung dari mana Aleandra mengetahui jika dirinya masuk ke dalam ruang kerja Mama Ranti? Mungkinkah dirinya berada dalam pengawasan

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   103. Butuh Kejelasan

    "Apa kamu pikir, kamu bisa bebas begitu saja, setelah apa yang kamu lakukan?""Ingat, aku tidak akan tinggal diam jika kamu tidak membantunya, Ranti!" Itulah bunyi dua pesan suara yang dikirimkan oleh nomor tak dikenal padanya.Dengan tangan meremat ponsel, Ranti mengeraskan rahangnya, lalu membanting benda pipih itu ke dinding hingga menimbulkan suara keras, yang membuat Aryesta terkejut di balik gorden."Berengsek! Aku tidak bersalah! Aku tidak melakukannya! Semua ini salahnya! Tapi kenapa aku yang dapat getahnya, sialan!" desis Ranti, dengan mata penuh kebencian menatap bingkai keluarga kecilnya bersama Randy, Aleandra, juga Tisya. Sebuah foto pernikahannya bersama Randy beberapa tahun silam.Matanya semakin tajam melihat Aleandra yang terlihat malas difoto, "Gara-gara kamu melindunginya. Aku yang jadi buronan mereka, sialan! Dasar anak tiri tidak tahu diri!" pekik Ranti yang tatapannya dipenuhi dendam juga kebencian pada anak tirinya.Matanya terpejam, dan menumpukan telapak tangan

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   102. Sepertinya Ketahuan Lagi

    "I–itu ...."Aryesta tak bisa melanjutkan alasannya, karena jantungnya berdebar-debar tak menentu, saat mendengar seseorang memanggil, dan menanyakan perihal ucapan pelannya tadi."Aku menyesal, kenapa aku harus mengeluarkan suaraku tadi, sih. Harusnya aku ngomong dalam hati saja. Kalau begini kan, repot urusannya. Apalagi sampai ketahuan gini." Aryesta menggerutu di dalam hatinya, atas semua kebodohan dan kecerobohannya beberapa detik lalu, ketika dirinya menutup pintu kamar.Masih memunggungi seseorang, Aryesta pun meremat jari-jarinya dengan perasaan gugup. Kemudian dia memberanikan diri membalikan tubuhnya secara perlahan. Bahkan dia sudah siap jika mendapat banyak pertanyaan atau tuduhan lain dari orang itu.Bukan amarah orang itu yang Aryesta pikirkan saat ini. Namun, bagaimana dengan misinya, dan tak ada misi yang berhasil dia laksanakan. Ya Tuhan. Dirinya akan sangat malu di hadapan Derren Rynegan. Pasti Kakak sepupunya itu akan meledeknya terus-menerus.Hah! Mungkin inilah akh

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   101. Aryesta Ketahuan?

    Di sepanjang perjalanan pulang, Dinda tak banyak bicara, membuat Adam sesekali menoleh ke arahnya, tetapi hanya sejenak, karena laki-laki itu kembali fokus pada jalanan.Hah!Terdengar hela napas berat Dinda yang mengalihkan atensi Adam kembali, hingga dirinya yang sudah tak tahan pun bertanya, "Apakah Anda masih tidak percaya pada ucapan istrinya?"Dinda tak langsung menjawab, dan kembali mengingat ucapan dari perempuan yang mengaku sebagai istri sah Dion. Ditambah seorang anak perempuan yang mereka miliki, yang sudah berusia 5 tahun."Aku tidak menyangka saja ... kalau selama ini dia berbohong mengenai statusnya, bahkan dia sampai memanipulasi kami semua." Lagi, Dinda mengembuskan napas panjangnya. "Tapi aku benar-benar tak menyangka, dia tega melakukan ini semua hanya karena sebuah dendam."Ya, dendam. Dendam di masa lalu yang mengakibatkan dirinya dipecat dari pekerjaannya yang saat itu menjadi clining servise di sebuah perusahaan, akibat mencopet tas kerja milik Randy, yang merupa

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   100. Pilihan Sulit

    "Lama banget sih! Ke mana lagi tuh, orang," gerutu Dinda yang jengkel duduk di salah satu kursi restaurant, yang tak jauh dari tempat keluarga Aleandra.Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, di sebuah restaurant yang cukup ramai pengunjung ini, Dinda sedang menunggu seseorang. Namun, sudah beberapa kali dia menoleh pada pintu masuk, berharap saudara tirinya tiba, tak kunjung memunculkan batang hidungnya juga.Saking kesalnya menunggu, Dinda pun meraih ponsel dan menelepon Aryesta, yang deringnya langsung terdengar dari arah belakang.Tanpa menunggu respon dan mendengar jawaban, Dinda langsung bangkit hendak memaki, tetapi justru yang datang adalah seseorang yang tak dia kenali, sedang memegang ponsel Aryesta."Siapa kamu? Dan di mana Kakak tiriku?" tanya Dinda yang matanya menatap tajam ke arah laki-laki muda tampan di depannya.Laki-laki itu tersenyum kecil lalu mengangguk sebagai sapaan. Kemudian dia putuskan untuk duduk, meski tak dipersilakan oleh Dinda. Ah masa bodo. Dirinya suda

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   99. Kebimbangan Aryesta

    "Dasar laki-laki aneh," gumam Aryesta setelah berhasil keluar dari kungkungan suaminya. Kini dia sudah berada di luar ruang perawatan Aleandra, dan menutup pintu itu.Terlihat ada Tisya yang sudah menunggu dirinya. Aryesta pun akhirnya berjalan mendekati dan ikut madunya menuju ruangan dokter kandungan. Yang entah kenapa tangannya terasa berkeringat dingin, saat membayangkan pemeriksaan di dalam sana.Tisya menoleh lalu berkata, "Kamu tidak usah gugup gitu, Ar."Aryesta hanya mendelik sinis, lalu bertemu dokter perempuan paruh baya yang menyambut kehadiran keduanya dengan hangat.Pemeriksaan pun berjalan hingga tiga puluh menit lamanya, mengingat yang diperiksa adalah dua orang, dengan USG dan serangkaian pertanyaan lain. Hingga hasilnya benar-benar keluar."Dari hasil pemeriksaan kalian berdua, jika yang sedang mengandung adalah Nyonya Aryesta dengan usia kandungan empat belas minggu, atau 4 bulan, terhitung dari hari pertama haid terakhir. "Bagaikan tersambar petir di siang bolong,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status