Share

4. Layani Dulu, Lalu Info

last update Last Updated: 2024-10-14 22:50:08

Aryesta membelalakkan mata. Dia menggeleng keras, lalu tertawa sumbang. “Kamu berbohong!” Dion tak mungkin mengkhianatinya kan? Permasalahan mereka memang pelik, tetapi tak mungkin sampai membuat suaminya berlaku keterlaluan begitu kan? Sekali lagi, Aryesta menggeleng sebagai bantahan. “Enggak mungkin!”

Aleandra mengangkat bahu. “Silakan percaya atau tidak, tapi itulah kenyataannya.”

“Enggak mungkin kayak gitu, Aleandra!” teriak Aryesta. Belum selesai kerusuhan yang Aleandra buat tentang video syurnya semalam, laki-laki itu kini sudah membuat fitnah lain lagi.

Sungguh membuat Aryesta sangat kesal. “Suamiku enggak mungkin melakukan hal menjijikkan itu. Jadi jangan mengada-ada kamu!”

Aryesta boleh jadi tak percaya pada Dinda. Adik tiri yang selalu menatapnya tak senang. Adik tiri yang selalu menganggap dirinya adalah saingan hanya karena Kakek Surya lebih menyayanginya.

“Sudah kubilang, percaya atau tidak, bukan urusanku!" Aleandra menipiskan bibir. “Tapi itulah kenyataannya, Aryesta Ribela.”

Aryesta menggeram dengan gigi bergemeletuk kuat. “Bohong! Jangan harap aku mempercayai kamu!” Jika menyabotase malam terkutuk di mana Aryesta mabuk saja Aleandra sanggup, maka membuat fitnah menjijikkan ini tentu sangat mudah untuk dilakukan Aleandra, kan?

"Sebenarnya apa yang kamu inginkan, hah! Apa salahku sampai kamu melakukan hal ini. Kamu bahkan sampai berpikir untuk memfitnah suamiku! Jangan samakan dia denganmu!” teriak Aryesta yang sudah tak mampu menahan amarahnya lagi.

Aleandra mengepalkan tangannya kencang, merasa terhina dibandingkan dengan Dion yang hanya seorang manager perusahaan. Sungguh beda jauh levelnya dengan Aleandra.

Melihat Aleandra yang hanya menatapnya dengan kilatan amarah, Aryesta pun mendesis. “Urusanmu denganku! Kamu enggak perlu membawa-bawa  Mas Dion di sini. Jangan hanya karena kebencianmu padaku, kamu membawa orang lain.” Aryesta menggeleng. “Aku benar-benar enggak menyangka, seorang CEO yang terkenal jenius seperti kamu bisa bersikap impulsif seperti ini.”

Aleandra mendecih dan melipat tangannya di dada. "Oh, jadi kamu mulai membela laki-laki tak tahu diri itu dibandingkan aku, hah?"

Aryesta mengernyitkan keningnya bingung dengan pertanyaan Aleandra yang dia anggap ngawur ini. Bahkan Aryesta terkekeh geli dan menggelengkan kepalanya tak percaya.

Bagaimana mungkin Aleandra bisa melakukan semua ini pada Aryesta yang tidak pernah sekalipun menyingung laki-laki itu.

"Sudah jelas aku akan membela suamiku daripada kamu, Aleandra!" tegas Aryesta dengan tatapan penuh keyakinan, yang entah kenapa sedikit melukai harga diri Aleandra saat ini.

Meski begitu, Aleandra mencoba menguasai dirinya sendiri dan mulai mengejek Aryesta dengan tawa riangnya yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Aryesta.

Aleandra bangkit dari kursi kebesarannya, lalu berjalan. Aleandra tak memutus tatapannya dari wajah cantik Aryesta. Dia begitu menikmati raut marah Aryesta. Aleandra melangkah dengan punggung tegap hingga ketukan sepatu dan lantai terdengar nyaring.

“Apakah menurutmu suami pecundangmu itu jauh lebih baik daripada aku, hmh?" Aleandra bertanya sambil mendekat ke arah Aryesta. Satu tangannya direnggangkan, sementara jari-jarinya membuka kancing lengan, untuk kemudian menggulung hingga ke siku. Dia lakukan itu juga pada lengan baju sebelahnya. 

Aleandra berdiri tegak menjulang tepat di depan Aryesta. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku. Dia memringkan kepala. “Aku bahkan tak pernah peduli jika dirimu diceraikan di malam pengantin kalian tadi malam."

Di depannya, Aryesta kesulitan meneguk ludah. “Kalau memang kamu enggak peduli, kenapa semalam mengirimkan video itu, hah?! Bilang, ini hanya permainan kamu kan? Suamiku enggak mungkin bermain belakang dengan adik tiriku! Ini pasti hanya akal-akalan kamu saja!”

“Untuk apa?” Aleandra tertawa. Dia daratkan bokongnya pada meja. Lalu, bersedekap dengan wajah mengejek. Tatapan mata tajam pria tampan itu suka melihat Aryesta tampak putus asa.

“Harusnya kamu berterima kasih padaku, bukan? Aku sudah memberi informasi yang berharga.” Aleandra menggeleng. “Ah, kamu memang enggak pandai berterima kasih sejak dulu.”

“Kamu pikir aku akan percaya?” Aryesta membalas tatapan Aleandra.

“Kalau kamu bisa memilih cara kotor untuk menghancurkanku seperti tadi malam, kamu pun bisa memfitnahnya seperti ini.” Napas Aryesta memburu. “Kamu, CEO terkenal dan berpendidikan tinggi yang ternyata hanya pria rendahan, Aleandra!”

Mata Aleandra berkilat marah. Ada debar tak menyenangkan dalam dadanya. Dia tak senang Aryesta merendahkannya hanya untuk membela Dion. Dia bergerak cepat, mendorong tubuh Aryesta, mengungkung di antara dinding dan tubuhnya sendiri. “Apa kamu bilang, hah?!”

Aryesta terpekik dengan gerakan tiba-tiba. Punggungnya cukup sakit karena terbentur. Dia mendesis nyeri, tetapi berusaha untuk tersenyum. “Apa yang akan orang-orang dan para pemujamu di luar sana katakan, kalau mereka tahu Aleandra Zeygan nyatanya hanya pengusaha rendahan yang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan. Terlebih lawannya hanya seorang perempuan! Apakah kau tidak malu, hah?!"

“Ulangi, Aryesta!” geram Aleandra dengan nada penuh ancaman. “Ulangi, dan kupastikan kamu akan menyesal setelahnya.”

Mata Aryesta berkedip lambat. Entah kenapa, tatapan laki-laki yang menekan tubuhnya ini terasa menakutkan. Ada riak kebencian kentara yang tak bisa dia artikan apa maksudnya. Embusan napas memburu yang menerpa wajahnya membuat Aryesta merinding. Jantungnya berdegup kencang.

“Enggak ada keuntungan yang kudapat dari membohongimu, Aryesta.” Tanpa sadar, Aleandra mencengkeram bahu Aryesta. “Kamu bisa mengeceknya sendiri. Kamu akan dapati suami dan adik tirimu tengah berbagi peluh di sebuah hotel!”

“Ja-jadi ....” Jantung Aryesta kian ribut. Dia menggeleng. “Mas Dion enggak mungkin ngelakuin itu.” Dia menggeliat dari kukungan Aleandra. “Lepaskan aku Aleandra!"

“Tenanglah Aryesta, ini hanya permulaan.” Aleandra bersumpah, ini hanya awal. Aryesta akan mendapatkan hal lain yang lebih menyenangkan nanti. 

Aryesta melotot. “Apa sebenarnya salahku! Kenapa kamu melakukan ini, Aleandra!”

Aleandra tersenyum kecut. “Apa kamu lupa kejadian lima tahun lalu saat kita di London, Aryesta?”

Pupil Aryesta kian membesar. “Lima tahun lalu,” gumamnya.  Lalu, manik indah itu kian melebar kala ingatan membawa ke lima tahun lampau. Yang dia ingat, lima tahun lalu Aleandra kecelakaan. Hanya sebatas itu. Dia juga tak tahu penyebab kecelakaan itu terjadi. “Kecelakaanmu enggak ada hubungannya denganku.”

Sejauh yang Aryesta ingat, lima tahun lalu hanya itu yang terjadi. Sisanya sama sekali tak penting. Jika kecelakaan itu yang sedang Aleandra kaitkan dengan hal yang pria itu lakukan padanya, sungguh tak masuk akal.

Aleandra menekan tubuh Aryesta. “Gara-gara malam itu, aku harus kehilangan perempuan yang kucintai untuk selamanya, kurang ajar!" geram Aleandra. Iris matanya menghunus tepat di mata Aryesta. 

“A-apa?” Aryesta tergagap. Lalu, menyentak napas. “Kamu benar-benar gila! Aku dan kecelakaanmu enggak ada hubungannya sama sekali.” Dia dorong dada Aleandra. “Benar-benar enggak waras kamu!”

Aleandra menggeram. Selalu saja semua tentang Aryesta membuatnya kepayahan mengendalikan diri. Dia rapikan kemeja. Dia kembali ke mejanya. Lalu, tertawa akan pertanyaan perempuan itu. 

“Bukankah kamu enggak percaya?” ejek Aleandra. “Lalu kenapa malah bertanya di mana suami dan adikmu menghabiskan waktu?”

“Katakan saja, Aleandra Zeygan!” Aryesta mengepalkan tangan saat laki-laki di depannya itu justru bersiul. “Aleandra—“

“Akan kukatakan, tapi siapa pun tahu, di dunia ini tak ada yang gratis," sinis Aleandra dengan senyuman miringnya.

Yakin tak akan mendapat jawaban dari Aleandra, Aryesta memilih pergi. Dia akan mencari tahu di mana hotel Dion dan Dinda. Dia bersumpah akan mencari tahu kebenarannya sendiri. 

Berkeliling dari satu hotel ke hotel lain yang dia pikir paling berpeluang didatangi Dion, Aryesta menyerah. Dia meminta pada sopirnya agar kembali ke perusahaan Alra Gruop. 

Tak seperti datang tadi, baik di resepsionis sampai di depan ruangan Aleandra, tak ada yang melarang Aryesta untuk masuk.  Saat membuka pintu, dia dapati Aleandra sedang berdiskusi dengan dua laki-laki tampan. Semuanya kompak menoleh.

Aleandra tertawa. “Ada yang kembali rupanya?”

“Katakan, di mana mereka cek in, Aleandra!" titah Aryesta tak sabar. "Katakanlah sekarang!"

“Kamu tahu informasi dariku tak gratis, bukan?” Alendra terkekeh kian kencang. Dia keluar dari mejanya. Senyum liciknya tersemat kurang ajar. “Bagaimana kalau kamu layani teman-temanku sekarang, dimulai dari melepaskan pakaianmu itu? Setelahnya kuberikan alamat hotel tempat suami dan adik tirimu sekarang?”

Jantung Aryesta berdegup sangat kencang dengan kedua tangan meremat kencang cardigan yang sedang dia pakai. Entah kenapa ada perasaan aneh merayap dalam hati Aryesta saat Aleandra mengatakan hal tersebut.

Aleandra semakin mendekat dan membuka kancing teratas. "Atau ... mau mencoba bersenang-senang denganku lebih dulu, hmh?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
amalia. hanbin131
Dua bab Udah bikin gk asik untuk melanjutkan...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   5. Keciduk Bermain Dengan Adik Tiri

    Aryesta membelalakkan mata tak percaya atas apa yang dia dengar. Sumpah, demi apa pun dia tak pernah menyangka Aleandra tega mengatakan itu padanya.“Apa?” Mata Aryesta membesar, lalu menyipit dengan gigi-gigi yang saling bergesekan saking bencinya pada Aleandra. “Coba kamu ulangi sekali lagi, sialan!”Aleandra tertawa menjengkelkan. Sambil memiringkan kepala, dia mainkan kedua alis untuk menggoda. “Kamu mendengar apa yang kukatakan, Aryesta. Oh, ayolah ... atau kamu layanin aku dulu, hmh?"Amarah dalam dada Aryesta membuncah. Napasnya tampak putus-putus. Sungguh, dia sangat-sangat tak menyangka, Aleandra akan meminta hal itu untuk ditukar dengan alamat hotel tempat Dion dan Dinda sekarang.“Kamu sudah gila?” Aryesta mendesis. “Kamu pikir aku ini apa? Perempuan penghibur, hah?!”Aleandra mengedikkan bahu. “Terserah. Pilihan ada di tangan kamu. Kamu mau, aku akan kasih informasi di mana adik tiri dan suami kamu itu sekarang. Kalau pun tidak, aku enggak akan rugi.” Dia bersiap membalik

    Last Updated : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   6. Pengkhianat Suami

    Aryesta mengetatkan rahang. Dadanya turun naik menahan rasa marah dan sakit hati. Luar biasa sakit jika Aryesta boleh menambahkan. Dikhianati oleh suami dan adik sendiri tak pernah dia bayangkan akan merasakannya.Aryesta memundurkan langkah. Dia menggeleng. Rasanya masih tak percaya Dion bisa melakukan hal ini padanya. Berkhianat di pernikahan mereka dalam hitungan jam.Tak sengaja menginjak pecahan vas bunga, Aryesta menunduk. Rasa sakit buatnya seketika putus asa. Dia berjongkok, lalu mengambil pecahan dengan ujung runcing.“Lepaskan itu, Aryesta!” teriak Dion. Dia mendekat dengan langkah waspada kalau-kalau perempuan yang masih berstatus istrinya itu nekat melukainya atau Dinda, atau malah diri Aryesta sendiri. “Lepas, Aryesta.”Aryesta menyeringai melihat riak ketakutan di wajah Dion. Dia yang awalnya ingin menggores lengan sendiri, berubah pikiran. Kenapa dia harus menyakiti diri sendiri? Sementara Dinda dan Dion justru pasti akan tertawa di atas penderitaannya.“Kenapa?” Aryesta

    Last Updated : 2024-11-07
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   7. Apa Lagi Ini?

    Aryesta masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Hancur lebur, bukan lagi kata yang bisa mewakili keadaan hatinya kini.Bagai jatuh tertimpa tangga, dia dipermalukan oleh orang yang tak tahu apa maksudnya, mengalami kekerasan, lalu ditalak di malam pengantin.Seolah-olah takdir belum puas mengujinya, masih di hari yang sama, dia mendapati suami dan adik tirinya bercumbu mesra. Lagi, belum cukup, Tuhan ingin mengujinya. Dion, bukannya meminta maaf atas kesalahan justru menjanjikan perpisahan.Pembelaan Dion terhadap Dinda adalah yang paling menyakitkan. Dia hanya korban keegoisan seseorang, tetapi dunia menatapnya hina.Memejamkan mata, Aryesta merasai luka dalam hatinya, sungguh terasa nyeri. Dia bisa mendengar raungan sanubarinya. Dia kepalan tangan saat mengingat bagaimana Dion melindungi Dinda tadi. Kepalan itu dia pukulkan pada bantalan duduk.Aryesta membuka mata saat dering ponselnya terdengar lagi. Sudah beberapa kali dia mengabaikan, tetapi entah siapa y

    Last Updated : 2024-11-08
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   8. Diusir Dan Dicabut Hak Waris

    "Keterlaluan kamu, Aryesta! Di mana pikiranmu. Inikah hasil belajarmu di luar negeri sana, hah!" Surya, kakek Aryesta itu menggemeletukkan gigi. Dia pandangi cucunya dengan perasaan kecewa. "Kakek benar-benar enggak menyangka kamu bisa melakukan hal rendah seperti itu!"Aryesta menggeleng. "Kakek lagi bicara apa? Aryesta bisa jelasin semuanya, Kek."Dengan lirih Aryesta berusaha mendekati sang kakek yang masih mengeraskan rahangnya. Namun, siapa sangka ada sosok perempuan paruh baya yang saat ini sedang melipat tangan di dada dan berjalan ke samping Kakek Surya. Dialah Denia ibu tiri yang memiliki anak bernama Dinda.'Ya Tuhan ... aku sungguh enggak akan sanggup kalau terus mengingat kejadian menjijikan di hotel tadi antara suami dan adik tiriku,' batin Aryesta seraya memejamkan matanya dan menarik napas, lalu mulai melangkah semakin mendekati Kakek Surya."Kek, Kakek enggak mungkin percaya sama berita murahan itu, kan?" Sungguh harap-harap cemas Aryesta saat mengatakannya."Halah, kam

    Last Updated : 2024-11-09
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   9. Tolong Jaga Kakek, Ibu ....

    Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tubuh Aryesta membatu dengan mata terbelalak melihat Kakek Surya yang baru saja menyampaikan ultimatumnya.Dengan tangan mengepal kencang dan air mata yang sudah tak mampu Aryesta bendung lagi, kini perempuan malang itu merangkak dan meraih kaki sang Kakek dengan tatapan penuh lukanya."K–kakek enggak serius kan, Kek? Aku masih cucuk Kakek, kan? Enggak mungkin Kakek percaya sama berita murahan itu, kan?" lirih Aryesta dengan tubuh bergetar menahan isak tangis yang sudah mulai terdengar.Lagi, Aryesta menatap ke atas. Berharap mendapatkan empatik dari sang kakek yang selama ini selalu berpihak padanya, tetapi yang Aryesta lihat hanya tatapan datar nan dingin. Sebuah tatapan yang belum pernah Aryesta dapatkan dari Kakek Surya selama hidupnya, kini justru tatapan penuh kecewa dan terluka itu ditunjukkan padanya.Sekali lagi, Aryesta menarik lembut celana kakeknya. "Aku akan buktiin sama Kakek, kalau semua berita itu bohong, Kek. Aku bakalan bawa o

    Last Updated : 2024-11-10
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   10. Drama Apalagi?

    Selepas meninggalkan kediaman keluarga, kini Aryesta terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Apalagi perempuan yang diceraikan saat malam pertama pernikahannya ini tak memiliki satu orang teman pun di Indonesia.Sekolah di luar negri selama bertahun-tahun, membuat Aryesta sendirian ketika berada di kota kelahirannya ini.Kakinya terus melangkah dan bingung harus pergi ke mana lagi, hingga akhirnya Aryesta mengingat jika dirinya masih memiliki ponsel.Aryesta rogoh ponsel yang berada di saku, lalu tatapannya menengadah pada sebuah konter HP yang berada di seberang jalan.Ada helaan napas yang keluar dari bibir pink alami itu, sebelum akhirnya Aryesta putuskan untuk mendekati salah satu ruko dengan merek ternama itu.Meskipun ragu, tetapi dirinya sungguh tak memiliki pilihan lain, selain menjual handphone yang dia beli lebih dari lima tahun lalu ini."Maaf, Mbak. Kalau aku jual HP ini, kira-kira laku berapa, ya?" tanya Aryesta dengan hati tak rela.Sang penjual konter yang ternyata seorang

    Last Updated : 2024-11-12
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   11. Apakah Aku Menyentuh Itu?

    "Dasar laki-laki gila!" maki Aryesta ketika mendengar apa yang baru saja Aleandra katakan di dalam kondisi setengah sadarnya itu.Dengan tatapan memicing penuh kesal pada laki-laki yang masih memejamkan matanya, kini Aryesta bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya yang mungkin saja terkena debu jalanan."Rugi aku sempat khawatir sama laki-laki kurang waras kayak kamu! Tahu gitu, aku tinggal aja dari tadi!" kesalnya. Kali ini Aryesta berbalik badan dan mulai melangkah.Sempat terdiam dan berhenti melangkah saat tak terdengar pergerakan apa-apa dari Aleandra. Entah kenapa rasa khawatir berlebihannya perlahan muncul ke permukaan dan secepat kilat menoleh ke arah Aleandra yang sepertinya pingsan.Menarik napasnya dalam-dalam lalu memutar tubuh, dan kembali melangkah mendekati Aleandra, yang masih terkapar, dengan luka di dahinya akibat membentur aspal, karena keserempet pengendara motor tadi."Heh, bangun! Jangan coba-coba main-main sama aku, yah! Kutendang anumu itu nanti!" ancam Aryesta, s

    Last Updated : 2024-11-13
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   12. Apartemen Aleandra Dan Sesuatu?

    Dukh!"Argh!" pekik Aryesta saat puncak kepalanya membentur dagu Aleandra.Dengan perasaan dongkol luar biasa, Aryesta akan menyemburkan segala sumpah serapahnya pada Aleandra, hingga pada detik matanya mendongak dan menatap wajah di depannya, saat itu juga emosinya perlahan sirna."Apakah kepalaku begitu keras, sampai-sampai bikin dia pingsan lagi?" lirih Aryesta dengan perasaan tak enaknya karena Aleandra yang kembali pingsan.Akan tetapi, jauh di lubuk hati yang paling dalam, Aryesta merasa inilah keberuntungannya, karena dia tak harus berdebat dengan laki-laki setengah mabuk itu.Entah apa yang terjadi hingga membuat Aleandra mabuk sedemikian rupa, dan hal itu membawa ingatan Aryesta pada kejadian lima tahun lalu, tepatnya saat keduanya pernah dekat."Kenapa kamu begitu banyak berubah, Al?" bisik Aryesta yang sungguh menyayangkan segala sikap kurang ajar Aleandra.Padahal, keduanya tak memiliki dendam apa-apa, tetapi kenapa Aleandra terlihat sangat membenci dirinya, sungguh demi a

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   146. Extra Part 5

    Aleandra pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, mengingat jika istrinya sedang mandi, inilah kesempatan untuknya agar bisa meminta jatah.Akan tetapi, angan itu langsung pupus, ketika istrinya sudah berganti pakaian, dan hendak keluar, lengkap dengan tas kecilnya.Dahi Aleandra sedikit berkerut, kemudian bertanya, "Mau pergi ke mana kamu hari ini, Ar?"Mendapatkan pertanyaan mendadak dari seseorang yang sebelumnya tak Arsyeta prediksi, tentu saja perempuan itu mengusap dadanya naik turun, lalu menatap malas netra penuh curiga dari suaminya."Aku mau pergi ke mall. Lagian untuk apa aku di sini, jika kehadiranku tak pernah dibutuhkan oleh suami dan anakku, hmh?" sinis Aryesta yang hatinya mulai dongkol, ketika harus menghadapi Aleandra juga Dean yang tantruman, dan selalu menguji kesabarannya.Sama halnya seperti sekarang, saat langkah kaki Aryesta hendak melaju, tiba-tiba terdengar teriakan balita, membuatnya menoleh dan melihat jika putranya sedang berlari mendekat ke arahnya."

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   145. Extra Part 4

    Ditanya seperti itu tentu saja Beni sedikit terkejut, dan menundukan tatapannya dari sang Nyonya.Hah!Aryesta menghela napas, lalu memiringkan tubuhnya, guna memberi jalan kepada Beni agar segera keluar dari kamarnya.Beni yang paham pun mengangguk, lalu berjalan menuju pintu, hingga suara Arsyeta mengudara, dan membuatnya seketika terhenti."Aku tidak mau tahu, Ben. Tapi bagaimanapun caranya, kamu harus berhasil pengaruhin suamiku tentang hal itu. Karena aku sudah sangat muak dengan pelayan tidak tahu diri itu terus-menerus mencuri perhatian suami juga anakku!"Usai mengatakan hal itu, Aryesta langsung masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Beni yang paham dengan tugas yang diberikan oleh Aryesta padanya.Ya, selama ini keduanya memiliki misi rahasia. Tanpa ada orang yang tahu, sebuah misi menyingkirkan seseorang yang Aryesta anggap sebagai benalu di dalam rumah besarnya itu."Jangankan mempengaruhi Tuan Aleandra. Tadi saja bahas itu dengannya dia langsung salah paham padaku, Ar,"

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   144. Extra Part 3

    Aryesta yang saat ini sedang menggendong Dean, sudah berjalan menuju kamar khusus putra sulungnya itu. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti, saat tubuh gempal Dean menggeliat meminta diturunkan.Mau tak mau, Aryesta menurunkan bocilnya itu, kemudian menggandeng tangan Dean, yang langsung ditolak oleh sang putra.Hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam, sambil mengikuti langkah kaki Dean yang belum bisa berlari lancar, tetapi cukup pasih dalam berjalan.Langkah kaki mungil Dean terus melangkah, sampai akhirnya melihat siluet seorang pelayan sedang berjalan menuju salah satu kamar, membuat Dean berseru kegirangan.Aryesta hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat tingkah menggemaskan putranya itu, tetapi tatapan hangat Aryesta berubah tajam, ketika tatapannya bersirobok dengan Maria, yang hendak memasuki kamar pelayannya."Dean sayang, kita mandi dulu, ya? Nanti kamu masuk angin, yuk!" ajak Aryesta dengan nada lembutnya, memegang pundak mungil putranya.Akan tetapi, tak menyangk

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   143. Extra Part 2

    Sementara, tatapan mata Aryesta begitu tajam menatap kepergian Maria, sampai ...."Hati-hati menggelinding bola matamu, Ar," kikik Aleandra dengan senyum gelinya.Apalagi saat Aryesta langsung menatap ke arahnya dengan mata memicing, kemudian meraih tubuh putranya dari dekapan Aleandra."Aku masih belum maafin kamu ya, Mas! Dan malam ini tidak ada jatah apa pun untuk kamu!" Seraya pergi dari area kolam renang menuju ke dalam mansion.Ucapan Aryesta, tentu saja dibalas umpatan kesal Aleandra, karena dirinya tak ingin jatahnya dikurangi, tetapi apa mau dikata, ketika sang nyonya rumah sudah berbicara, maka semua orang harus tunduk.Hah!Aleandra mendesahkan napasnya, lalu mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk, kemudian masuk ke toilet di sekitar kolam, untuk mengganti celananya yang basah dengan celana bahan selutut berwarna hitam, yang tubuhnya dibiarkan tanpa baju.Kemudian Aleandra kembali ke tepi kolam renang, menikmati kopi panas dan juga sup hangat, untuk meminimalisir sensasi m

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   142. Extra Part 1

    Satu tahun berlalu ....Di tepi kolam renang ada balita yang sedang mengejar bola mainan, tatapan matanya berbinar-binar ketika menyadari jika mainannya hendak dia dapatkan, hingga ....Byur!Tubuh mungil dan sedikit gempal itu meluncur bebas di dalam air, dengan tangan berusaha mencapai permukaan air.Anehnya tak ada teriakan atau tangisan dari balita itu, yang ada hanya gerakan abstrak yang mencoba mencapai balon incarannya, sampai ...."Astaghfirullah aladzim. Apa yang kamu lakuin sama Dean, Mas!" pekik Aryesta yang baru saja tiba membawa makan siang untuk putranya.Namun, saking terkejutnya makanan itu langsung dia lempar dan menerjang suaminya yang justru tengah bersantai di pinggiran kolam renang.Memukul dada bidang suaminya keras dan menangis melihat putranya sedang berjuang di dalam air, membuat Aryesta panik bukan main.Bahkan kini Aryesta sudah nyaris menceburkan dirinya ke dalam kolam renang, tetapi tangannya langsung dicekal oleh suaminya."Stop manjaain Dean, Ar. Dan jang

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   141. THE END

    Deg!Lagi jantung Aleandra berdebar-debar penuh rasa sesak, mendengar dan membayangkan kejadian mengerikan yang menimpa Aryesta juga Dion.Hingga kening Aleandra mengerut bingung, lalu bertanya, "Bukankah Dion ditahan? Tapi kenapa dia bisa ada di tempat kejadian, Dok?"Bukan dokter yang menjawab, tetapi salah satu polisi berpangkat Jenderal yang menjawab semua kronologinya, hingga membuat mata Aleandra melebar sempurna, tak menyangka jika mantan mama tirinya sekejam itu."Adam, jangan biarkan perempuan sialan itu bebas dengan mudah dari balik jeruji besi." Aleandra mengepalkan tanganya kencang lalu melanjutkan, "buat dia mengerti akibatnya mengusik orang-orang di sekitarku. Dan buatlah neraka di lapas untuknya, Adam!"Nada penuh dendam membuat semua orang yang berada di sana menahan napas, hingga tak ada yang berani menjawab selain anggukan setuju dari sekretaris pribadinya.Sementara itu, Aleandra masuk ke dalam ruang perawatan dan melihat anaknya yang belum bisa menangis, kemudian di

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   140. Menuju Ending

    Aryesta meraung keras hingga tak sadarkan diri, bertepatan dengan kaluarnya bayi mungil yang tak langsung menangis, akibat lilitan tali ari-ari di lehernya.Wajah bayi itu memerah dengan bibirnya membiru, membuat semua orang panik, ditambah kondisi Aryesta yang terus melemah.Semua oranh tentu saja panik, dan ambulance semakin melaju kencang, hingga tiba di sebuah rumah sakit terdekat, dan segera membawa Aryesta, bayi yang masih belum menangis, juga Dion.Sejenak suasana rumah sakit menjadi mencekam. Apalagi setelah Aryesta masuk ke dalam ruang unit gawat darurat, keadaannya semakin memburuk.Lebih dari itu, usai lilitan ari-ari terlepas, bayinya masih enggan menangis, membuat semua orang yang menyaksikan itu meneteskan air mata pilunya.Dokter yang menangani Aryesta di dalam ruang unit gawat darurat keluar dengan tatapan bersalah, bertepatan dengan datangnya dua orang yang kepalanya diperban, sementara pakaiannya robek di mana-mana dengan darah segar menempel di berbagai sudut."Bagai

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   139. Meninggal

    Leher belakang Ranti dihantam menggunakan balok kayu, membuat kepala Ranti berputar, dan refleks menjatuhkan pistol yang sedari tadi menjadi tamengnya.Saat itulah tubuh Ranti dan Aryesta ambruk di atas tanah, tepat ketika pintu belakang terbuka lebar dan ada seorang laki-laki yang menghantam leher belakang Ranti tanpa ampun.Melihat ada celah itu, Dion berlari mendekat, kemudian meraih kepala Aryesta ke dalam pangkuannya.Ditepuknya pelan kedua pipi Aryesta yang nyaris tak sadarkan diri lalu berteriak, "Kumohon jangan menyerah dulu, Ar. Kamu harus tetap sadar. Kamu harus tetap melahirkan anakmu. Bukankah kamu sangat kesepian selama ini? Kamu ingin memiliki seorang anak supaya tidak merasa sunyi setiap kali suamimu bekerja, kan? Maka bangunlah, Ar. Demi anak kalian, kamu harus bangun. Aku ... aku sungguh mencintaimu, Ar. Kumohon bertahanlah," isak Dion yang berusaha membuat Aryesta tetap terjaga.Namun, mata lelah itu perlahan menutup, membuat Dion semakin panik, apalagi darah semakin

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   138. Mencoba Peruntungan

    Tubuh Ranti menegang saat mendengar suara seseorang yang dia kenali di belakangnya.Tak hanya itu, tetapi juga suara tembakan melesat ke samping tubuhnya, sedikit membuatnya gemetar ketakutan.Menarik napasnya sangat dalam, lalu mencoba menguasi diri, kemudian dia menatap ke samping dengan tatapan sinis, tanpa mengubah posisi berjongkoknya di depan Aryesta."Oh, apakah kamu mau jadi pahlawan kesiangan untuk perempuan sialan ini?" Ada nada ejekan di bibir Ranti, yang tahu betul sosok laki-laki di belakangnya yang sedang mengacungkan senjata api menggunakan tangan kirinya."Bukankah aku sudah katakan sebelumnya, kita kembali bekerja sama, maka kamu akan mendapatkan perempuan menyedihkan ini, dan aku mendapatkan kehidupan tenang tanpa bayang-bayang semua orang, yang terus meburuku?" Penawaran Ranti bukan omong kosong belaka.Karena sebelum dia menghampiri Aryesta menggunakan taksi sewaannya, Ranti lebih dulu bertemu dengan laki-laki itu di dalam lapas, sementara Ranti? Dia menggunakan sil

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status