공유

4. Layani Dulu, Lalu Info

last update 최신 업데이트: 2024-10-14 22:50:08

Aryesta membelalakkan mata. Dia menggeleng keras, lalu tertawa sumbang. “Kamu berbohong!” Dion tak mungkin mengkhianatinya kan? Permasalahan mereka memang pelik, tetapi tak mungkin sampai membuat suaminya berlaku keterlaluan begitu kan? Sekali lagi, Aryesta menggeleng sebagai bantahan. “Enggak mungkin!”

Aleandra mengangkat bahu. “Silakan percaya atau tidak, tapi itulah kenyataannya.”

“Enggak mungkin kayak gitu, Aleandra!” teriak Aryesta. Belum selesai kerusuhan yang Aleandra buat tentang video syurnya semalam, laki-laki itu kini sudah membuat fitnah lain lagi.

Sungguh membuat Aryesta sangat kesal. “Suamiku enggak mungkin melakukan hal menjijikkan itu. Jadi jangan mengada-ada kamu!”

Aryesta boleh jadi tak percaya pada Dinda. Adik tiri yang selalu menatapnya tak senang. Adik tiri yang selalu menganggap dirinya adalah saingan hanya karena Kakek Surya lebih menyayanginya.

“Sudah kubilang, percaya atau tidak, bukan urusanku!" Aleandra menipiskan bibir. “Tapi itulah kenyataannya, Aryesta Ribela.”

Aryesta menggeram dengan gigi bergemeletuk kuat. “Bohong! Jangan harap aku mempercayai kamu!” Jika menyabotase malam terkutuk di mana Aryesta mabuk saja Aleandra sanggup, maka membuat fitnah menjijikkan ini tentu sangat mudah untuk dilakukan Aleandra, kan?

"Sebenarnya apa yang kamu inginkan, hah! Apa salahku sampai kamu melakukan hal ini. Kamu bahkan sampai berpikir untuk memfitnah suamiku! Jangan samakan dia denganmu!” teriak Aryesta yang sudah tak mampu menahan amarahnya lagi.

Aleandra mengepalkan tangannya kencang, merasa terhina dibandingkan dengan Dion yang hanya seorang manager perusahaan. Sungguh beda jauh levelnya dengan Aleandra.

Melihat Aleandra yang hanya menatapnya dengan kilatan amarah, Aryesta pun mendesis. “Urusanmu denganku! Kamu enggak perlu membawa-bawa  Mas Dion di sini. Jangan hanya karena kebencianmu padaku, kamu membawa orang lain.” Aryesta menggeleng. “Aku benar-benar enggak menyangka, seorang CEO yang terkenal jenius seperti kamu bisa bersikap impulsif seperti ini.”

Aleandra mendecih dan melipat tangannya di dada. "Oh, jadi kamu mulai membela laki-laki tak tahu diri itu dibandingkan aku, hah?"

Aryesta mengernyitkan keningnya bingung dengan pertanyaan Aleandra yang dia anggap ngawur ini. Bahkan Aryesta terkekeh geli dan menggelengkan kepalanya tak percaya.

Bagaimana mungkin Aleandra bisa melakukan semua ini pada Aryesta yang tidak pernah sekalipun menyingung laki-laki itu.

"Sudah jelas aku akan membela suamiku daripada kamu, Aleandra!" tegas Aryesta dengan tatapan penuh keyakinan, yang entah kenapa sedikit melukai harga diri Aleandra saat ini.

Meski begitu, Aleandra mencoba menguasai dirinya sendiri dan mulai mengejek Aryesta dengan tawa riangnya yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Aryesta.

Aleandra bangkit dari kursi kebesarannya, lalu berjalan. Aleandra tak memutus tatapannya dari wajah cantik Aryesta. Dia begitu menikmati raut marah Aryesta. Aleandra melangkah dengan punggung tegap hingga ketukan sepatu dan lantai terdengar nyaring.

“Apakah menurutmu suami pecundangmu itu jauh lebih baik daripada aku, hmh?" Aleandra bertanya sambil mendekat ke arah Aryesta. Satu tangannya direnggangkan, sementara jari-jarinya membuka kancing lengan, untuk kemudian menggulung hingga ke siku. Dia lakukan itu juga pada lengan baju sebelahnya. 

Aleandra berdiri tegak menjulang tepat di depan Aryesta. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku. Dia memringkan kepala. “Aku bahkan tak pernah peduli jika dirimu diceraikan di malam pengantin kalian tadi malam."

Di depannya, Aryesta kesulitan meneguk ludah. “Kalau memang kamu enggak peduli, kenapa semalam mengirimkan video itu, hah?! Bilang, ini hanya permainan kamu kan? Suamiku enggak mungkin bermain belakang dengan adik tiriku! Ini pasti hanya akal-akalan kamu saja!”

“Untuk apa?” Aleandra tertawa. Dia daratkan bokongnya pada meja. Lalu, bersedekap dengan wajah mengejek. Tatapan mata tajam pria tampan itu suka melihat Aryesta tampak putus asa.

“Harusnya kamu berterima kasih padaku, bukan? Aku sudah memberi informasi yang berharga.” Aleandra menggeleng. “Ah, kamu memang enggak pandai berterima kasih sejak dulu.”

“Kamu pikir aku akan percaya?” Aryesta membalas tatapan Aleandra.

“Kalau kamu bisa memilih cara kotor untuk menghancurkanku seperti tadi malam, kamu pun bisa memfitnahnya seperti ini.” Napas Aryesta memburu. “Kamu, CEO terkenal dan berpendidikan tinggi yang ternyata hanya pria rendahan, Aleandra!”

Mata Aleandra berkilat marah. Ada debar tak menyenangkan dalam dadanya. Dia tak senang Aryesta merendahkannya hanya untuk membela Dion. Dia bergerak cepat, mendorong tubuh Aryesta, mengungkung di antara dinding dan tubuhnya sendiri. “Apa kamu bilang, hah?!”

Aryesta terpekik dengan gerakan tiba-tiba. Punggungnya cukup sakit karena terbentur. Dia mendesis nyeri, tetapi berusaha untuk tersenyum. “Apa yang akan orang-orang dan para pemujamu di luar sana katakan, kalau mereka tahu Aleandra Zeygan nyatanya hanya pengusaha rendahan yang menghalalkan segala cara untuk menjatuhkan lawan. Terlebih lawannya hanya seorang perempuan! Apakah kau tidak malu, hah?!"

“Ulangi, Aryesta!” geram Aleandra dengan nada penuh ancaman. “Ulangi, dan kupastikan kamu akan menyesal setelahnya.”

Mata Aryesta berkedip lambat. Entah kenapa, tatapan laki-laki yang menekan tubuhnya ini terasa menakutkan. Ada riak kebencian kentara yang tak bisa dia artikan apa maksudnya. Embusan napas memburu yang menerpa wajahnya membuat Aryesta merinding. Jantungnya berdegup kencang.

“Enggak ada keuntungan yang kudapat dari membohongimu, Aryesta.” Tanpa sadar, Aleandra mencengkeram bahu Aryesta. “Kamu bisa mengeceknya sendiri. Kamu akan dapati suami dan adik tirimu tengah berbagi peluh di sebuah hotel!”

“Ja-jadi ....” Jantung Aryesta kian ribut. Dia menggeleng. “Mas Dion enggak mungkin ngelakuin itu.” Dia menggeliat dari kukungan Aleandra. “Lepaskan aku Aleandra!"

“Tenanglah Aryesta, ini hanya permulaan.” Aleandra bersumpah, ini hanya awal. Aryesta akan mendapatkan hal lain yang lebih menyenangkan nanti. 

Aryesta melotot. “Apa sebenarnya salahku! Kenapa kamu melakukan ini, Aleandra!”

Aleandra tersenyum kecut. “Apa kamu lupa kejadian lima tahun lalu saat kita di London, Aryesta?”

Pupil Aryesta kian membesar. “Lima tahun lalu,” gumamnya.  Lalu, manik indah itu kian melebar kala ingatan membawa ke lima tahun lampau. Yang dia ingat, lima tahun lalu Aleandra kecelakaan. Hanya sebatas itu. Dia juga tak tahu penyebab kecelakaan itu terjadi. “Kecelakaanmu enggak ada hubungannya denganku.”

Sejauh yang Aryesta ingat, lima tahun lalu hanya itu yang terjadi. Sisanya sama sekali tak penting. Jika kecelakaan itu yang sedang Aleandra kaitkan dengan hal yang pria itu lakukan padanya, sungguh tak masuk akal.

Aleandra menekan tubuh Aryesta. “Gara-gara malam itu, aku harus kehilangan perempuan yang kucintai untuk selamanya, kurang ajar!" geram Aleandra. Iris matanya menghunus tepat di mata Aryesta. 

“A-apa?” Aryesta tergagap. Lalu, menyentak napas. “Kamu benar-benar gila! Aku dan kecelakaanmu enggak ada hubungannya sama sekali.” Dia dorong dada Aleandra. “Benar-benar enggak waras kamu!”

Aleandra menggeram. Selalu saja semua tentang Aryesta membuatnya kepayahan mengendalikan diri. Dia rapikan kemeja. Dia kembali ke mejanya. Lalu, tertawa akan pertanyaan perempuan itu. 

“Bukankah kamu enggak percaya?” ejek Aleandra. “Lalu kenapa malah bertanya di mana suami dan adikmu menghabiskan waktu?”

“Katakan saja, Aleandra Zeygan!” Aryesta mengepalkan tangan saat laki-laki di depannya itu justru bersiul. “Aleandra—“

“Akan kukatakan, tapi siapa pun tahu, di dunia ini tak ada yang gratis," sinis Aleandra dengan senyuman miringnya.

Yakin tak akan mendapat jawaban dari Aleandra, Aryesta memilih pergi. Dia akan mencari tahu di mana hotel Dion dan Dinda. Dia bersumpah akan mencari tahu kebenarannya sendiri. 

Berkeliling dari satu hotel ke hotel lain yang dia pikir paling berpeluang didatangi Dion, Aryesta menyerah. Dia meminta pada sopirnya agar kembali ke perusahaan Alra Gruop. 

Tak seperti datang tadi, baik di resepsionis sampai di depan ruangan Aleandra, tak ada yang melarang Aryesta untuk masuk.  Saat membuka pintu, dia dapati Aleandra sedang berdiskusi dengan dua laki-laki tampan. Semuanya kompak menoleh.

Aleandra tertawa. “Ada yang kembali rupanya?”

“Katakan, di mana mereka cek in, Aleandra!" titah Aryesta tak sabar. "Katakanlah sekarang!"

“Kamu tahu informasi dariku tak gratis, bukan?” Alendra terkekeh kian kencang. Dia keluar dari mejanya. Senyum liciknya tersemat kurang ajar. “Bagaimana kalau kamu layani teman-temanku sekarang, dimulai dari melepaskan pakaianmu itu? Setelahnya kuberikan alamat hotel tempat suami dan adik tirimu sekarang?”

Jantung Aryesta berdegup sangat kencang dengan kedua tangan meremat kencang cardigan yang sedang dia pakai. Entah kenapa ada perasaan aneh merayap dalam hati Aryesta saat Aleandra mengatakan hal tersebut.

Aleandra semakin mendekat dan membuka kancing teratas. "Atau ... mau mencoba bersenang-senang denganku lebih dulu, hmh?"

관련 챕터

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   5. Keciduk Bermain Dengan Adik Tiri

    Aryesta membelalakkan mata tak percaya atas apa yang dia dengar. Sumpah, demi apa pun dia tak pernah menyangka Aleandra tega mengatakan itu padanya.“Apa?” Mata Aryesta membesar, lalu menyipit dengan gigi-gigi yang saling bergesekan saking bencinya pada Aleandra. “Coba kamu ulangi sekali lagi, sialan!”Aleandra tertawa menjengkelkan. Sambil memiringkan kepala, dia mainkan kedua alis untuk menggoda. “Kamu mendengar apa yang kukatakan, Aryesta. Oh, ayolah ... atau kamu layanin aku dulu, hmh?"Amarah dalam dada Aryesta membuncah. Napasnya tampak putus-putus. Sungguh, dia sangat-sangat tak menyangka, Aleandra akan meminta hal itu untuk ditukar dengan alamat hotel tempat Dion dan Dinda sekarang.“Kamu sudah gila?” Aryesta mendesis. “Kamu pikir aku ini apa? Perempuan penghibur, hah?!”Aleandra mengedikkan bahu. “Terserah. Pilihan ada di tangan kamu. Kamu mau, aku akan kasih informasi di mana adik tiri dan suami kamu itu sekarang. Kalau pun tidak, aku enggak akan rugi.” Dia bersiap membalik

    최신 업데이트 : 2024-10-14
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   6. Pengkhianat Suami

    Aryesta mengetatkan rahang. Dadanya turun naik menahan rasa marah dan sakit hati. Luar biasa sakit jika Aryesta boleh menambahkan. Dikhianati oleh suami dan adik sendiri tak pernah dia bayangkan akan merasakannya.Aryesta memundurkan langkah. Dia menggeleng. Rasanya masih tak percaya Dion bisa melakukan hal ini padanya. Berkhianat di pernikahan mereka dalam hitungan jam.Tak sengaja menginjak pecahan vas bunga, Aryesta menunduk. Rasa sakit buatnya seketika putus asa. Dia berjongkok, lalu mengambil pecahan dengan ujung runcing.“Lepaskan itu, Aryesta!” teriak Dion. Dia mendekat dengan langkah waspada kalau-kalau perempuan yang masih berstatus istrinya itu nekat melukainya atau Dinda, atau malah diri Aryesta sendiri. “Lepas, Aryesta.”Aryesta menyeringai melihat riak ketakutan di wajah Dion. Dia yang awalnya ingin menggores lengan sendiri, berubah pikiran. Kenapa dia harus menyakiti diri sendiri? Sementara Dinda dan Dion justru pasti akan tertawa di atas penderitaannya.“Kenapa?” Aryesta

    최신 업데이트 : 2024-11-07
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   7. Apa Lagi Ini?

    Aryesta masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Hancur lebur, bukan lagi kata yang bisa mewakili keadaan hatinya kini.Bagai jatuh tertimpa tangga, dia dipermalukan oleh orang yang tak tahu apa maksudnya, mengalami kekerasan, lalu ditalak di malam pengantin.Seolah-olah takdir belum puas mengujinya, masih di hari yang sama, dia mendapati suami dan adik tirinya bercumbu mesra. Lagi, belum cukup, Tuhan ingin mengujinya. Dion, bukannya meminta maaf atas kesalahan justru menjanjikan perpisahan.Pembelaan Dion terhadap Dinda adalah yang paling menyakitkan. Dia hanya korban keegoisan seseorang, tetapi dunia menatapnya hina.Memejamkan mata, Aryesta merasai luka dalam hatinya, sungguh terasa nyeri. Dia bisa mendengar raungan sanubarinya. Dia kepalan tangan saat mengingat bagaimana Dion melindungi Dinda tadi. Kepalan itu dia pukulkan pada bantalan duduk.Aryesta membuka mata saat dering ponselnya terdengar lagi. Sudah beberapa kali dia mengabaikan, tetapi entah siapa y

    최신 업데이트 : 2024-11-08
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   8. Diusir Dan Dicabut Hak Waris

    "Keterlaluan kamu, Aryesta! Di mana pikiranmu. Inikah hasil belajarmu di luar negeri sana, hah!" Surya, kakek Aryesta itu menggemeletukkan gigi. Dia pandangi cucunya dengan perasaan kecewa. "Kakek benar-benar enggak menyangka kamu bisa melakukan hal rendah seperti itu!"Aryesta menggeleng. "Kakek lagi bicara apa? Aryesta bisa jelasin semuanya, Kek."Dengan lirih Aryesta berusaha mendekati sang kakek yang masih mengeraskan rahangnya. Namun, siapa sangka ada sosok perempuan paruh baya yang saat ini sedang melipat tangan di dada dan berjalan ke samping Kakek Surya. Dialah Denia ibu tiri yang memiliki anak bernama Dinda.'Ya Tuhan ... aku sungguh enggak akan sanggup kalau terus mengingat kejadian menjijikan di hotel tadi antara suami dan adik tiriku,' batin Aryesta seraya memejamkan matanya dan menarik napas, lalu mulai melangkah semakin mendekati Kakek Surya."Kek, Kakek enggak mungkin percaya sama berita murahan itu, kan?" Sungguh harap-harap cemas Aryesta saat mengatakannya."Halah, kam

    최신 업데이트 : 2024-11-09
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   9. Tolong Jaga Kakek, Ibu ....

    Bagaikan tersambar petir di siang bolong, tubuh Aryesta membatu dengan mata terbelalak melihat Kakek Surya yang baru saja menyampaikan ultimatumnya.Dengan tangan mengepal kencang dan air mata yang sudah tak mampu Aryesta bendung lagi, kini perempuan malang itu merangkak dan meraih kaki sang Kakek dengan tatapan penuh lukanya."K–kakek enggak serius kan, Kek? Aku masih cucuk Kakek, kan? Enggak mungkin Kakek percaya sama berita murahan itu, kan?" lirih Aryesta dengan tubuh bergetar menahan isak tangis yang sudah mulai terdengar.Lagi, Aryesta menatap ke atas. Berharap mendapatkan empatik dari sang kakek yang selama ini selalu berpihak padanya, tetapi yang Aryesta lihat hanya tatapan datar nan dingin. Sebuah tatapan yang belum pernah Aryesta dapatkan dari Kakek Surya selama hidupnya, kini justru tatapan penuh kecewa dan terluka itu ditunjukkan padanya.Sekali lagi, Aryesta menarik lembut celana kakeknya. "Aku akan buktiin sama Kakek, kalau semua berita itu bohong, Kek. Aku bakalan bawa o

    최신 업데이트 : 2024-11-10
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   10. Drama Apalagi?

    Selepas meninggalkan kediaman keluarga, kini Aryesta terus berjalan tanpa arah dan tujuan. Apalagi perempuan yang diceraikan saat malam pertama pernikahannya ini tak memiliki satu orang teman pun di Indonesia.Sekolah di luar negri selama bertahun-tahun, membuat Aryesta sendirian ketika berada di kota kelahirannya ini.Kakinya terus melangkah dan bingung harus pergi ke mana lagi, hingga akhirnya Aryesta mengingat jika dirinya masih memiliki ponsel.Aryesta rogoh ponsel yang berada di saku, lalu tatapannya menengadah pada sebuah konter HP yang berada di seberang jalan.Ada helaan napas yang keluar dari bibir pink alami itu, sebelum akhirnya Aryesta putuskan untuk mendekati salah satu ruko dengan merek ternama itu.Meskipun ragu, tetapi dirinya sungguh tak memiliki pilihan lain, selain menjual handphone yang dia beli lebih dari lima tahun lalu ini."Maaf, Mbak. Kalau aku jual HP ini, kira-kira laku berapa, ya?" tanya Aryesta dengan hati tak rela.Sang penjual konter yang ternyata seorang

    최신 업데이트 : 2024-11-12
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   11. Apakah Aku Menyentuh Itu?

    "Dasar laki-laki gila!" maki Aryesta ketika mendengar apa yang baru saja Aleandra katakan di dalam kondisi setengah sadarnya itu.Dengan tatapan memicing penuh kesal pada laki-laki yang masih memejamkan matanya, kini Aryesta bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya yang mungkin saja terkena debu jalanan."Rugi aku sempat khawatir sama laki-laki kurang waras kayak kamu! Tahu gitu, aku tinggal aja dari tadi!" kesalnya. Kali ini Aryesta berbalik badan dan mulai melangkah.Sempat terdiam dan berhenti melangkah saat tak terdengar pergerakan apa-apa dari Aleandra. Entah kenapa rasa khawatir berlebihannya perlahan muncul ke permukaan dan secepat kilat menoleh ke arah Aleandra yang sepertinya pingsan.Menarik napasnya dalam-dalam lalu memutar tubuh, dan kembali melangkah mendekati Aleandra, yang masih terkapar, dengan luka di dahinya akibat membentur aspal, karena keserempet pengendara motor tadi."Heh, bangun! Jangan coba-coba main-main sama aku, yah! Kutendang anumu itu nanti!" ancam Aryesta, s

    최신 업데이트 : 2024-11-13
  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   12. Apartemen Aleandra Dan Sesuatu?

    Dukh!"Argh!" pekik Aryesta saat puncak kepalanya membentur dagu Aleandra.Dengan perasaan dongkol luar biasa, Aryesta akan menyemburkan segala sumpah serapahnya pada Aleandra, hingga pada detik matanya mendongak dan menatap wajah di depannya, saat itu juga emosinya perlahan sirna."Apakah kepalaku begitu keras, sampai-sampai bikin dia pingsan lagi?" lirih Aryesta dengan perasaan tak enaknya karena Aleandra yang kembali pingsan.Akan tetapi, jauh di lubuk hati yang paling dalam, Aryesta merasa inilah keberuntungannya, karena dia tak harus berdebat dengan laki-laki setengah mabuk itu.Entah apa yang terjadi hingga membuat Aleandra mabuk sedemikian rupa, dan hal itu membawa ingatan Aryesta pada kejadian lima tahun lalu, tepatnya saat keduanya pernah dekat."Kenapa kamu begitu banyak berubah, Al?" bisik Aryesta yang sungguh menyayangkan segala sikap kurang ajar Aleandra.Padahal, keduanya tak memiliki dendam apa-apa, tetapi kenapa Aleandra terlihat sangat membenci dirinya, sungguh demi a

    최신 업데이트 : 2024-11-14

최신 챕터

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   68. Flashback 5 Tahun Lalu [Part 3]

    Setelah pembicaran panjang kali lebar bersama kakak sepupunya, kini Aryesta berada di ruang perawatan, karena ternyata Dion sudah bangun dari masa kritisnya.Dion sudah sadar dua jam yang lalu, tanpa sepengetahuannya, karena bercerita dengan Derren tak pernah sebentar.Saat ini Dion sedang tersenyum manis ke arah Aryesta yang sibuk menyuapinya bubur."Aku senang kamu baik-baik aja, Sayang."Aryesta tersenyum kecil dan menyelesaikan suapan terkahir untuk Dion, sebelum akhinrya memberikan air mineral. Sesi makan pun selesai."Kenapa kamu lakuin semua itu, Mas? Apa kamu sengaja pengen buat aku semakin hutang budi sama kamu?"Perkataan yang keluar dari mulut Aryesta, membuat dada Dion berdebar kencang, karena takut kebusukannya terbongkar.Namun, Dion rasa mustahil."Enggak mungkin Aryesta punya kemampuan melacak semua bukti, yang udah aku hilangkan itu, kan? Aku tahu dia tidak semahir itu untuk melacak kejadian kemarin," pikir Dion yang hanya bisa dia utarakan di dalam hatinya saja.Aryes

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   67. Flashback 5 Tahun Lalu [Part 2]

    "Al itu cuman senior aku yang sering bantuin aku selama di sini, Kak! Enggak lebih dari itu!"Derren memicingkan matanya tak percaya, karena dari mata Aryesta jelas menyiratkan lebih dari sekadar itu."Jujur sama Kakak, atau perlu Kakak buat hancur perusahaan keluarganya!" Ancaman mematikan yang selalu sukses membuat Aryesta menyerah, berujung membuka mulutnya."Oke fine aku jujur! Aku emang suka dan kagum sama dia. Dia yang selalu bantuin semua tugas-tugas aku yang enggak bisa dilakuin sama Mas Dion. Tapi ya udah. Cuman sebatas itu aja, Kak!""Sebatas itu apanya?! Kamu bahkan sering menginap di apartemen Aleandra setelah mengerjakan tugas. Dan dari alat pelacak yang Kakak akses, kalian selalu tidur satu kamar dari tiga Minggu yang lalu! Kamu kenapa sangat murahan tidur dengan laki-laki yang belum menjadi suamimu, hah?!" murka Derren yang memang sedari kecil sudah meng-klaim adik sepupunya itu adalah miliknya.Namun, Aryesta adalah perempuan liar yang sangat sulit diatur, menuruti semu

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   66. Flashback 5 Tahun Lalu

    Lima tahun yang lalu, di ibu kota London, ada sosok perempuan yang sedang terduduk menangis di depan ruangan ICU, dengan kepala menunduk.Hingga suara langkah kaki dan juga aroma parfum yang sangat dia kenali menyapa indera penciumannya itu semakin mendekat.Sosok berpakaian serba hitam, kaca mata juga masker hitam yang hampir tak pernah laki-laki itu lepaskan, seolah-olah menjadi identitas dirinya ketika berada di luar."Jangan bersikap bodoh seperti ini Aryesta! Kakak sudah tahu penyebab kecelakaan yang kalian alami."Mendengar sapaan itu, Aryesta yang semula menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut pun seketika juga mendongakkan wajahnya, yang masih berderai air mata."A–apa itu? Apa yang Kakak temuin? Tolong bantu kasih hukuman sama orang yang udah bikin Mas Dion kayak gini, Kak!" titah Aryesta dengan suara paraunya, karena terlalu lama menangisi keadaan Dion, yang masih dalam keadaan kritis, setelah mengalami kecelakaan.Beruntungnya, Aryesta tak tertabrak oleh kendaraan besa

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   65. Obsesi Tuan D

    Tubuh Aryesta menegang sempurna, ketika mencium parfum maskulin yang bercampur aroma tubuh seseorang di belakangnya.Napas yang sebelumnya sudah lega, kini menjadi sesak kembali oleh lilitan sepasang lengan kokoh, yang di punggung tangannya terdapat tato kepala burung elang itu semakin memeluknya erat."Kenapa kamu diam saja, Baby? Apakah kamu tidak merindukanku, hmh?" bisik laki-laki itu di samping telinga Aryesta, yang semakin membuat tubuhnya bergetar karena takut.Melihat pujaan hatinya tak bisa berkutik, tentu saja membuat laki-laki yang tengah memeluk tubuh mungil itu semakin merasa gemas.Saking gemasnya, dia mendaratkan hidung bangirnya di leher Aryesta yang tak terhalang oleh rambut hitam bergelombangnya."K–kak D. Apa kabar?" tanya Aryesta yang berusaha menguatkan dirinya sendiri dari godaan setan berwujud manusia, yang sialnya sangat tampan itu."Bukannya aku sudah bilang, kalau aku tidak suka jika kamu memanggilku Tuan D?!""A–aku kan manggilmu Kakak. Bukan Tuan," elak Arye

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   64. Ketemu Dia

    "Itu bukan urusanmu! Dan berhenti ikut campur urusan kami! Kalau kamu masih ingin banyak bicara, lebih baik turun dari mobil ini sekarang juga!"geram Aleandra yang sudah sangat emosi.Apakah keputusan Aleandra menikah siri dengan Tisya adalah keputusan yang benar?Atau bahkan keputusannya keliru?Saat ini laki-laki itu merasa terjebak oleh rencananya sendiri, dan hal tersebut membuatnya sangat kesal.Melihat Tisya yang akhirnya diam dan tak melakukan protes pada dirinya lagi, kini Aleandra langsung memacu kendaraannya kembali.Hingga teleponnya berdering dan langsung dia angkat menggunakan earpiece di telinga kanannya."Istri Anda baru saja tiba di bandara, dan mereka bertiga langsung naik pesawat, yang sudah dipesan oleh Dion sebelumnya, Tuan," adu ajudan Aleandra di seberang telepon sana."Lalu?" Aleandra bertanya singkat."Saya baru saja cek, dan ternyata keberangkatan mereka menuju Jakarta. Mungkin ada masalah dengan keluarga istri Anda Tuan. Makanya mereka terlihat sangat terburu-

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   63. Aleandra Kesetanan

    Aryesta masih menunggu penjelasan dari mantan suaminya. Sementara itu, Dinda adik tirinya sudah mulai kesal pun berkata, "Ini sebenarnya kalian mau sampai kapan ngedrama kayak gini, sih? Aku udah muak, yah!"Mendengar perkataan adik tirinya, membuat Aryesta menoleh ke belakang dan memandangnya malas."Kalau emang kamu muak, ya udah sana pergi! Lagian enggak ada yang nyuruh kamu datang ke sini juga, kok. Kamunya aja yang kayak jalangkung." Memandang rendah sang adik tiri ketika mengatakan kalimat tersebut.Tak lupa juga tangan yang Aryesta lipat di bawah dadanya dengan tatapan sinis.Melihat situasi yang sudah tidak kondusif lagi, Dion pun akhirnya menjelaskan, "Kami mau pulang ke Jakarta sekarang juga. Dan mau enggak mau kamu harus ikut bareng kami.""Kenapa aku harus ikut sama kalian?" tolak Aryesta yang merasa kurang nyaman berada di tengah-tengah mereka. Dion menggendikan kedua bahunya, dan mulai menjalankan roda empat itu kembali menuju bandara. "Tadi Kakek Surya telepon dan sur

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   62. Kamu Tahu Alasannya

    "Enggk usah banyak drama yah kamu! Aku paling benci sama air mata perempuan!" peringat Aleandra dengan nada kejamnya.Hal itu membuat Tisya mengusap pelan air mata di pipinya dan mencoba menghentikan isakannya."Aku masih bingung kenapa kamu begitu terobsesi untuk menikah denganku?" Bingung Aleandra dengan jalan pikiran istrinya ini.Bagaimana mungkin seorang perempuan begitu memuja seorang laki-laki yang tak pernah menganggap keberadaannya, kan?"Itu juga yang jadi pertanyaan aku, kenapa kamu obses banget sama Aryesta? Ada apa? Aku aja sampe enggak paham dengan semua rencana anehmu ini." Balasan Tisya terjeda sedikit, hanya untuk melihat respon suaminya."Padahal kalau emang kamu obses milikin dia, kenapa nikahin aku dan obses juga buat nyakitin dia? Kamu yang jauh lebih aneh tahu, Mas. Aku enggak ngerti sama semua yang ada di dalam pikiran kamu."Terlihat wajah Aleandra semakin dingin tak tersentuh, yang hanya menyeringai, tanpa berniat memberi jawaban apa pun.Aleandra pun berbalik

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   61. Aleandra Mulai Peduli?

    "Kayaknya enggak perlu nunggu malam, deh."Mendengar jawaban dari mulut suaminya, membuat tubuh Tisya seketika tersentak dan sedikit mundur.Bagaimana tidak mundur, jika suaminya sudah melangkah dan semakin mengikis jarak dengannya.Sebuah jarak yang selama ini Aleandra jaga, kini semakin tak berjarak.Bahkan tubuh besar suaminya sudah berhasil mengungkung tubuh semampai Tisya di balik dinding jendela kaca teras vila."M–maksud Mas, apa?" gagap Tisya yang merasa jika mungkin suaminya hanya ingin mengujinya saja.Apalagi Tisya sangat mengingat perjanjian yang keduanya sepakati untuk tidak saling menyentuh satu sama lain.Lalu, jika dalam perjanjian saja mereka dilarang saling menyentuh, kenapa pula Aleandra meminta sesuatu yang sepertinya menjurus ke arah sana?Aduh!Kepala Tisya semakin pusing saja.Ditambah lagi Aleandra yany kian mendekatkan wajah keduanya, hingga napas mereka saling bersahutan, saking dekatnya."Aku lagi pusing ... dan aku lagi butuh pelampiasan. Bukannya sangat efe

  • Diceraikan Saat Malam Pertama Nikah   60. Kamu Serius Minta Jatah?

    "Kamu jangan coba-coba bohongin aku, berengsek!" hardik Aleandra yang saat ini sudah bangun, dan berdiri dengan tatapan mata setajam pisaunya.Tisya membuang napas kesal sekaligus sakit hati, karena ternyata kesialannya akan dimulai hari ini.Dirinya pikir akan ada momen bahagianya walau secuil dari pernikahan mereka, tetapi ternyata nihil. Tidak sama sekali.Karena kesal dan tak kunjung membuka suara, Aleandra kembali bertanya, "Cepat katakan di mana istriku, sialan!""Aku juga istrimu, Mas! Bukan hanya dia aja!" Tisya berteriak dan tak terima dimaki sedemikian rupa oleh suaminya.Apalagi hanya karena mendengar ucapannya, yang mengatakan jika Aryesta pergi dengan mantan suaminya. Dia pikir Aleandra tak akan semurka ini. Nyatanya feeling-nya jauh meleset.Karena tak ingin disalahkan dengan hal yang bukan ulahnya, Tisya pun kembali berujar, "Seenggaknya aku ini juga istrimu, Mas! Tolong hargain aku di sini meski sedikit! Jangan apa-apa hanya Aryesta dan Aryesta aja! Aku juga punya hak y

DMCA.com Protection Status