Kaya sih, tapi Pelit!

Kaya sih, tapi Pelit!

last updateLast Updated : 2023-08-04
By:  lasminuryani92Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
35Chapters
6.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Hidup bakal enak, jika menikahi pria yang sudah mapan." Pepatah itu nyatanya tidak semua benar. Menikah dengan pria yang sudah mapan tidak menjamin hidup Hilya_gadis yang akhirnya diasingkan dari keluarga karena terbilang pelit hidup bercukupan, meski sudah menikahi pria kaya. Aksa_suaminya adalah seorang pengusaha yang memiliki toko pakaian. Usahanya cukup ramai dan mereka sudah termasuk keluarga dengan taraf ekonomi menengah ke atas. Namun ternyata, siapa sangka kalau hidup Hilya jauh dari kata bahagia. Hilya hanya diperbolehkan mengurus rumah tanpa diberi jatah uang. Ia menggunakan barang-barang yang dibelikan suaminya saja, tanpa bisa meminta lebih. Urusan makan pun tergantung pada apa yang dibelikan Aksa, seringnya ia bahkan makan lauk sisa suaminya. Hilya tidak habis pikir apa yang meracuni pikiran suaminya, Aksa terbilang mampu dan bisa membeli barang-barang mewah serta makanan yang cukup untuk keduanya. Akan tetapi, Aksa justru enggan melakukan itu, ia bahkan menolak pemberian ibunya yang simpati kepada Hilya karena hidup mereka yang jauh dari berkecukupan. Hilya tidak tahan lagi dan mencoba berontak, namun ternyata ia mendapatkan sebuah fakta mengejutkan. Pria yang menikahinya ternyata mengidap sebuah penyakit akibat dari kenangan buruk masa lalu. Dalam kondisi gonjang-ganjing pernikahannya yang di ujung tanduk, Hilya berusaha untuk mengeluarkan suaminya dari trauma masa lalu yang membuatnya sakit seperti sekarang ini. Mampukah Hilya menyembuhkan penyakit suaminya itu, dan mempertahankan pernikahan mereka? Mari baca cerita lengkapnya di cerbung 'Kaya sih, tapi pelit!'

View More

Chapter 1

Awal Kesalahan

"Satu, dua, tiga, empat ... sembilan, sepuluh." Aku tertegun di depan mesin cuci. Berkali-kali menghitung uang yang kutemukan di celana Mas Aksa. Sebenarnya bukan satu kali ini saja aku menemukan uang di saku celananya, sudah belasan kali bahkan mungkin lebih, hanya tidak sebanyak ini. Biasanya uang yang kutemukan hanya pecahan 2 ribu, 5 ribu sampai 10 ribu. Setiap kali menemukan uang tidak pernah kukatakan padanya, kuanggap sebagai uang jajan yang tidak pernah sekali pun diberikan Mas Aksa.

Selama setahun pernikahan kami, tak sekali pun Mas Aksa memberiku uang jajan, semua kebutuhan rumah, kamar mandi dan dapur ia yang mengurusnya. Aku hanya memakai, memasak dan memakan apa yang dibelinya. Sekali pun aku menginginkan sesuatu begitu sulit untuk ia berikan, jika terus meminta barulah disanggupi.

Mas Aksa punya toko pakaian yang cukup besar di kota kami, pelanggannya pun sudah banyak, tokonya hampir tidak pernah sepi, orang-orang luar memandang kami sebagai salah satu keluarga yang terbilang kaya, sehingga tidak sedikit dari keluargaku yang terkadang meminta bantuan pinjaman uang. Tapi, apa mau dikata, seratus ribu pun aku jarang punya, meminta pada Mas Aksa bilangnya selalu tak ada, hingga berkali-kali aku menolak permintaan mereka.

Terkadang sedih karena di mata mereka aku seperti orang yang sangat pelit, banyak pula yang akhirnya menjauh, dalam acara keluarga aku sangat jarang diikut sertakan, selain tidak bisa menyumbang, Mas Aksa jarang mengijinkanku untuk berkumpul bersama keluarga, katanya, acara seperti itu hanya menghamburkan uang saja.

Aku jarang membantah dan lebih banyak mengikuti maunya saja, karena jika sekali saja dia marah, tak ada makanan yang bisa kumakan. Pernah satu hari aku tidak menurut padanya, Mas Aksa pergi pagi dan pulang malam tanpa membelikanku makanan atau pun memberi uang, untung saat itu aku masih punya beras untuk di makan bersama garam.

Aku sangat bahagia saat pertama kali menemukan uang di saku celana kotor Mas Aksa, awalnya aku merasa takut dan berniat untuk mengatakannya saat dia bertanya, tapi sudah sering aku menemukan uang, tak pernah satu kali pun ia menanyakannya. Akhirnya, aku selalu berharap dan terkadang berdoa agar Mas Aksa menjadi pelupa dan sering menyimpan uangnya di saku celana atau bajunya.

Hari ini antara senang dan bingung, uang yang kutemukan terlalu besar jumlahnya, aku takut Mas Aksa ingat kalau aku tidak memberitahunya, tapi sangat sayang jika uang ini aku beritahukan, berharap dia lupa. Kapan lagi aku bisa mendapatkan uang sebanyak ini.

Aku kembali menghitung jumlah uang yang kutemukan, rasanya sangat bahagia bisa memiliki uang sebanyak ini. Jumlah semuanya ada 1 juta rupiah.

Lebih baik kusimpan dulu dan menunggu beberapa hari sampai yakin Mas Aksa tidak akan menanyakannya lagi.

Saat hendak menyimpan uang, ponselku tiba-tiba berbunyi. Ternyata Ibu yang menelpon.

[Iya Bu.]

[Hil, kamu punya uang simpanan nggak?]

Deg! Hatiku sudah tak nyaman mendengarnya.

[Berapa Bu?] tanyaku sedikit ragu.

[Satu juta saja, Hil.]

[Besar sekali Bu, buat apa?]

[Hanya satu juta kamu bilang besar, suamimu itu uangnya ratusan juta Hilya!]

[Iya, Bu. Tapi, itu bukan uang Hilya.]

[Uang suamimu itu, uangmu juga Hilya, apa salahnya membantu Ibu?]

[Iya Bu, nanti Hilya kirim uangnya,] jawabku tak ingin memperpanjang perdebatan.

Selama ini aku memang tidak pernah menceritakan tentang buruknya perilaku Mas Aska, tidak ada untungnya, yang ada malah aku yang kena olok mereka, tidak becus menaklukan hati suamilah, sampai dikatakan aku terlalu lemah.

[Ibu kirimkan nomor rekeningnya. Kirim sekarang ya!]

[Iya Bu.]

Saat panggilan ditutup aku segera berdandan tipis untuk pergi kesalah satu gerai bank.

Tak lama Ibu mengirimkan nomor rekeningnya, aku mengerutkan alis, nama dari pemilik rekening ini adalah Mbak Ratna kakakku.

Kaki sedikit ragu untuk melangkah saat nomor yang harus kukirim adalah nomor rekening Mbak Ratna.

Dalam perjalanan aku terus berpikir, menimbang apakah harus bertanya lagi pada Ibu. Namun, belum sempat memanggilnya, Ibu sudah memanggil lebih dulu.

[Hil, sudah ditransfer belum?] tanya Ibu sedikit kesal, mungkin karena cukup lama menunggu.

[Bu, ini dikirimnya ke Mbak Ratna?] tanyaku ragu.

[Iya,] jawab Ibu sedikit kecut.

[Mbak Ratna kan kaya Bu, kenapa harus dikirim uang?] tanyaku lagi.

[Kamu sebenarnya mau kasih pinjam apa tidak?]tukas ibu.

Aku mengusap dada, [Iya Bu, ini Hilya sedang di jalan] jawabku lagi.

[Cepat ya, uangnya ditunggu!]

Panggilan dimatikan, aku mempercepat langkah agar Ibu tidak kembali menghubungi.

Sampai di salah satu gerai, aku mengirimkan uang satu juta pada Mbak Ratna, pintar sekali kakakku itu meminta tolong Ibu untuk menodongku, biasanya ia begitu jaim, mengata-ngatai aku bukan anak yang berbakti.

Setelah selesai dikirimkan aku memberitahu Ibu dan segera kembali, sebentar lagi masuk waktu Ashar, jadwalnya Mas Aksa pulang.

Aku segera menyiapkan makanan dan mandi untuk menyambut kedatangannya, biasanya aku sudah tidak memegang ponsel kalau Mas Aksa di rumah, ia tidak suka jika aku lebih sibuk hal lain dan kurang memperhatikannya. Aku selalu menurut saja daripada tidak dikasih makan.

"Assalamulailaikum," ucap Mas Aksa dari luar.

Aku segera membuka pintu dan menyambutnya, menawarinya makan atau mandi.

Tapi Mas Aksa menggeleng, lalu ia masuk ke dalam kamar. Aku melihat gelagat yang aneh darinya, tumben sekali, biasanya ia langsung makan atau bersih-bersih badan.

Aku mencoba mengintip dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.

Mas Aksa menyibak tempat tidur, lemari dan laci meja. Apa yang sebenarnya ia cari? mungkinkah uang satu juta itu? bagaimana kalau dia bertanya padaku, apa yang harus aku katakan?

Bersambung ....

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
cherryblossom
novel yg sangat memberi kesan.. salam dari malaysia...️
2023-09-27 03:34:57
0
35 Chapters
Awal Kesalahan
"Satu, dua, tiga, empat ... sembilan, sepuluh." Aku tertegun di depan mesin cuci. Berkali-kali menghitung uang yang kutemukan di celana Mas Aksa. Sebenarnya bukan satu kali ini saja aku menemukan uang di saku celananya, sudah belasan kali bahkan mungkin lebih, hanya tidak sebanyak ini. Biasanya uang yang kutemukan hanya pecahan 2 ribu, 5 ribu sampai 10 ribu. Setiap kali menemukan uang tidak pernah kukatakan padanya, kuanggap sebagai uang jajan yang tidak pernah sekali pun diberikan Mas Aksa.Selama setahun pernikahan kami, tak sekali pun Mas Aksa memberiku uang jajan, semua kebutuhan rumah, kamar mandi dan dapur ia yang mengurusnya. Aku hanya memakai, memasak dan memakan apa yang dibelinya. Sekali pun aku menginginkan sesuatu begitu sulit untuk ia berikan, jika terus meminta barulah disanggupi.Mas Aksa punya toko pakaian yang cukup besar di kota kami, pelanggannya pun sudah banyak, tokonya hampir tidak pernah sepi, orang-orang luar memandang kami sebagai salah satu keluarga yang terb
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
Kucing Penyelamat
Tubuhku mematung seperti gunung es, hawa dingin sudah menyeruak ke seluruh aliran darah, aku nampak terkesima, sulit mengendalikan tubuh untuk menyingkir dari depan pintu saat Mas Aksa melangkah hendak keluar.‘Ya Tuhan ada apa dengan tubuhku?’ tanyaku dalam hati, ‘mungkinkah ini akibat dari perbuatanku yang tidak meminta izin pada Mas Aksa saat memberikan uang itu pada Mbak Ratna?Aku memberikan uang itu pada Mbak Ratna karena permintaan Ibu, kalau bukan Ibu yang meminta, aku tidak akan memberikannya.' Hati terus meracau.Sebenarnya pernah suatu hari Ibu mengatakan hal yang membuatku takut menjadi anak durhaka, ia mengatakan kalau aku sama sekali tidak bisa diandalkan.“Kamu itu ya Hil, suami punya uang banyak, seratus ribu sebulan pun, kamu nggak pernah memberinya pada Ibu,” ucapnya kala itu.Hatiku sangat sakit ketika Ibu mengatakan hal itu, apalagi baru saja Mas Ilham, suaminya Mbak Ratna membawakan belanjaan untuk memenuhi kebutuhan harian beliau.“Tak ada lagi menatu sepengertia
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
Status Mbak Ratna
Aku berpikir semalaman dan memutuskan untuk menanyakan perihal uang itu pada Mbak Ratna, mungkin saja ia bisa mengembalikannya, karena yang kutahu Mbak Ratna tidak pernah kekurangan uang.Bagimanapun uang itu masih di cari Mas Aksa, aku bisa menyimpannya di suatu tempat agar bisa ditemukan Mas Aksa kalau Mbak Ratna mau mengembalikannya.[Assalamualaikum Mbak] Kukirim pesan padanya pagi-pagi buta. Mumpung Mas Aksa belum bangun, rasa bersalah padanya membuatku tidak bisa tidur tenang semalam, bahkan berkali-kali aku bermimpi uang itu sudah dikembalikan.Lima belas menit aku menunggu, Mbak Ratna akhirnya membalas. [Ya, ada apa?][Kemarin aku kirim uang satu juta Mbak, ada?] tanyaku basa-basi.[Ada.] Balasnya. Dingin sekali sikapnya, apakah dia tidak bisa mengucapkan kata terimakasih karena sudah dibantu?[Oh ya syukurlah Mbak.]Lama lagi dia tidak membalas dan hanya di baca saja. Haduh! kenapa Mbak Ratna benar-benar tidak bertanya apapun?[Uang itu milik Mas Aksa Mbak,] kataku lagi meng
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
Mengecewakan
Aku masih memelototi status itu, sudah diunggah satu jam yang lalu, bagaimana mungkin Mbak Ratna bisa berpikir pendek padahal ia lulusan Universitas, beda denganku yang hanya lulusan SMA, di mana pikirannya hingga ia tega menjadikan hubungan persaudaraan kami jadi konsumsi publik.Kalau aku membalas status itu malah takut tambah runyam dan dia mengunggah percakapan kami lagi. Sudahlah biarkan saja, yang harus kupikirkan sekarang adalah bagaimana kalau Mas Aksa membacanya?Masih belum selesai berpikir apalagi menemukan solusi, ponsel sudah berbunyi nyaring, aku sampai terkaget dan menjatuhkanya ketika nama yang memanggil adalah Mas Aksa.‘Ah aku benar-benar tamat!'[Hallo, Mas?][Kamu dimana?][Di rumah Mas,] jawabku gugup.Lalu, ponsel di matikan. Yasalam, kenapa aku begitu polos dan b*d*h! kenapa juga harus bilang di rumah, dia pasti pulang menanyaiku sekarang. Ayolah berpikir Hilya, sebaiknya alasan apa yang kamu berikan pada Mas Aksa!“Assalamualaikum.”Deg! Hatiku langsung bergem
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
Dihukum
Mata Mas Aksa masih melotot tajam padaku, ia menunggu penjelasan atas kesalahan bicara yang kulakukan tadi."Baiklah," ucapku pasrah, "aku menemukan uang di saku celana coklat satu juta, tadinya aku mau menunggu Mas sampai lupa, tapi ternyata ibu menelpon meminta bantuan, dan diminta untuk dikirimkan pada Mbak Ratna,” ucapku lemas. Aku ini b*d*h atau kurang pintar sih, lemot amat otaknya! Geramku pada diri sendiri.“Ilham kan pengusaha sukses, kakakmu juga bekerja, kenapa Ibu meminta uangmu untuk diberikan padanya?” Matanya melotot tak percaya dengan pengakuanku.“Aku tidak tahu Mas, ibu yang meminta, makanya aku menurutinya," belaku.“Harusnya kamu tanya benar-benar, lagian itu uangku, kamu sudah berani mengambilnya tanpa seijin pemiliknya!”“Minta ijin pun percuma, Mas tidak akan memberikannya.”“Ya, jelas tidak! mereka itu orang berpunya, dibantu pun tidak akan berterima kasih.” Rahang Mas Aksa mengeras, “terus bagaimana tanggung jawabmu?” tanyanya lagi.“Mas minta ganti uangnya?”
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
Senjata Makan Tuan
Aku memeras ujung kerudung yang berat karena air hujan, tubuh sedikit terasa dingin, apalagi di dalam mobil menggunakan AC.“Maaf ya, kamu jadi kedinginan, kalau AC nya dimatikan kacanya berkabut,” ucap Aziel ragu.Aku menggeleng, tentu tidak elok kalau aku yang hanya menumpang ini banyak maunya, “Tidak apa-apa, aku baik-baik saja,” jawabku lirih. Padahal kaki terasa begitu dingin.“Kamu mau kemana hujan-hujan begini, Hil?” tanyanya lagi, tanpa menoleh. Hujan semakin deras, Aziel harus lebih berhati-hati dalam mengemudi.“Mau ke pasar,” jawabku singkat.“Suamimu?” tanyanya lagi ragu.“Hm! ada,” jawabku sedikit risih dengan pertanyaan itu.Aziel hanya terlihat mengangguk pelan, matanya masih fokus pada jalanan, ia tidak memperpanjang percakapan kami tentang Mas Aksa. Hanya fokus pada jalan di depan sampai mobil akhirnya sampai di pasar, tapi deretan toko sudah banyak yang tutup, mungkin karena turun hujan, hingga mereka tutup lebih awal.“Kamu mau turun di mana?” tanyanya Aziel sembar
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more
Keluarga Aneh dan Langka
Aku memisahkan diri dan tidur dikamar tamu, memikirkan setiap detail perkataan Mas Aksa, kenapa dia bisa melakukannya dengan begitu lancar tanpa merasa bersalah ataupun risih, dengan gamblang membalas perbuatan dan melawan semua kata-kataku, padahal apa yang kutulis hanya menggertak saja agar ia tidak terlalu perhitungan.Apa mungkin dia benar-benar memiliki suatu penyakit? aku harus mencari tahu, sepertinya aku menikahi lelaki yang tidak biasa, caranya menghemat keuangan kami begitu aneh. Namun, selain pelit, bawel dan bermulut pedas, Mas Aksa belum pernah menyakitiku secara fisik, setidaknya masih ada kebaikannya yang harus aku ingat.‘Tok …, tok …, tok ….’Suara pintu kamarku diketuk pelan dari luar.Siapa yang mengetuknya malam-malam begini, sedangkan kami hanya tinggal berdua?Aku membukanya dan kulihat Mas Aksa sudah berdiri sembari memeluk bantal di dada.“Ada apa?” tanyaku heran.Tanpa menjawab Mas Aksa nyeloyor masuk dan tidur di kasur. Menelungkap tubuhnya seperti ikan sapu
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more
Haruskah Aku Melakukannya?
Kaki berjalan gontai masuk ke dalam rumah, serasa mimpi, dalam beberapa hari kehidupanku jungkir balik, sekarang aku harus membayar sewa untuk rumahku sendiri, tidak lagi melayani suami, dan akan lebih banyak menghabiskan banyak hari di luar, apakah kehidupan seperti ini sudah tepat?Ah entahlah! yang harus aku pikirkan sekarang adalah di mana aku harus bekerja dan mendapatkan uang, dalam sebulan aku harus memiliki uang minimal dua juta tiga ratus, apakah itu sudah seperti hidup ngontrak sendiri, dan kumpul kebo sama suami?“His! sepertinya otakku sudah oleng dan mulai gila!” kelakarku, menggerutu pada diri sendiri.Aku mengambil kartu nama yang diberikan Ulfa kemarin, ia baru saja mendapatkan pekerjaan baru, mungkin aku bisa ikut meski jadi tukang bantu-bantu, tidak apalah, yang penting bisa makan tiap hari untuk menyambung hidup.Selagi menunggu panggilan tersambung aku berjalan ke warnas untuk membeli sarapan.“Tumben Mbak, biasanya Mas Aksa yang membeli?” tanya si pemilik warnas k
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more
Nasibku yang Malang
Dadaku bergemuruh, keinginan untuk memiliki banyak uang dan menunjukkan eksistensi diri pada mereka yang katanya keluarga terus meluap-luap hingga pikiran jernihku terlindas oleh gejolaknya. Hati terus memacu dan berkata lantang kalau aku bisa melakukannya, lagi pula bukannya hidupku sudah kacau, aku tidak punya siapapun yang peduli, tidak akan ada yang tahu apalagi bersimpati dengan apa yang aku lakukan sekarang.“Sudah siap Mbak?” tanya Ulfa yang sudah berdiri di sampingku.Tanganku mengepal dengan bergetar, bayangan tawa mereka ketika sedang mengejekku terus terngiang, belum lagi sikap Mas Aksa yang menambah hidupku menjadi tidak ada artinya.“Hm!” jawabku yakin.“Di depan Bos, Mbak Hilya harus tunjukkan sisi cantik diri Mbak ya?” ucap Ulfa lagi sembari tersenyum nakal.Kami berjalan menuju koridor, sepanjang jalan jemari kakiku terasa bergetar dan dingin, antara menapak dan tidak. Tubuh Ulfa berhenti di sebuah ruangan di lantai tiga, hanya ada satu ruangan di lantai ini dan terli
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more
Suamiku Punya Dua Kepribadian?
"Aziel?” panggilku lirih.Mata itu menatapku sendu, mengedip lambat tampak menahan sesuatu. ‘Tidak! jangan menangis karena melihat kemalanganku,' keluhku dalam hati.‘Aku tidak ingin kamu pun menganggapku lemah seperti yang lain,’ sorot mataku terus berbicara padanya, 'aku tidak ingin dikasihani menjadi perempuan yang lemah. terutama olehmu. Dari dulu hanya kamu yang selalu membuatku bangga menjadi diriku sendiri, tolong jangan menangis.’Mata itu masih menatapku, menyapu pandangannya pada sekeliling.“Sudah kukatakan jangan menggunakan sepatu berhak tinggi,” bibir Aziel bergetar seraya berjongkok di hadapanku. Aku tahu ia sedang menahan hatinya agar tidak mengasihaniku.“Aku tidak apa-apa, kaki hanya tergilir saja, jadi aku tidak bisa bangun,” jelasku.Aziel melihat tumitku yang berdarah, memegangnya pelan, “Ini dalam Hilya,” desisnya lagi.“Aku bantu kamu bangun, kita ke dokter,” pintanya.Aku menggeleng saat mencoba berdiri, tangan mengaleng pada lehernya, “Antar aku pulang saja,”
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status