Dibuang Keluarga, Dapat Calon Mertua Dari Surga

Dibuang Keluarga, Dapat Calon Mertua Dari Surga

By:  Reg Eryn  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
11 ratings
85Chapters
35.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kehidupan sarah yang selama ini selalu di sia-siakan oleh keluarganya, kini berubah semenjak ia dijodohkan dengan lelaki pilihan neneknya. Calon mertua yang ternyata kaya raya, sangat menyayangi Sarah seperti anak sendiri.

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Shasha Ulfa
...️...️...️...️...️...️...️...️...️
2024-06-29 11:41:33
0
user avatar
LittlePrincesses Kayyiisaa
sambung lagi please
2024-02-19 10:45:39
0
user avatar
Zaid Zaza
Keren Bangettt! Rugi kalau nggak BACAA novel dii bawah ini! Izin promo Thor. Yok mampir di novel, ROH KAISAR LEGENDARIS
2024-02-18 14:19:30
0
user avatar
LittlePrincesses Kayyiisaa
please bab yg sterus nya cerita begitu menarik
2024-02-17 00:16:19
0
user avatar
Forcaz Morningstar
bagus... d tunggu bab selanjutnya
2024-02-15 22:51:52
0
default avatar
rahayu rachman
Ceritanya bagus ..menarik untuk ditamatkan ......
2023-12-09 07:04:57
1
user avatar
Fara Andina
baguss.... ditunggu lanjutannya....
2023-11-19 05:56:09
1
user avatar
Rilah Nurfadillah
bagus suka ceritanya
2023-11-11 13:04:39
2
user avatar
Echa Vina
Bagus ceritanya
2023-11-09 15:01:49
1
default avatar
Tinnie
Menarik juga
2023-11-01 08:35:17
1
user avatar
Mayda Kyoto
resiko baca cerita on going..nggak sabaran nunggu kelanjutan nya ... semangat thor menulis nya..
2023-10-30 19:44:58
1
85 Chapters

Bab 1

"Kamu makan pakai sayur saja. Itu daging ayamnya untuk Mbakmu," ucap Nenek, sembari melirikku sekilas. Aku yang baru saja hendak menyendokkan nasi hanya mengangguk mengiyakan. Sudah biasa bagiku diperlakukan seperti ini oleh Nenek. Wanita paruh baya itu memang selalu lebih mengasihi Mbak Neni, kakak sepupuku yang tinggal di samping rumah Nenek. Sejak kecil, aku memang di asuh oleh Nenek, Ibu dari Bapak. Semua itu dikarenakan Bapak yang sudah menikah lagi, dan ibuku meninggal dunia saat aku berusia lima tahun. Bapak tidak mau membawaku ikut tinggal bersamanya. Ia takut direpotkan olehku yang pada saat itu masih kecil. Bapak lebih memilih berbahagia bersama istri barunya tanpaku. Makanya, Nenek dengan terpaksa mengurusku. Mengapa kukatakan terpaksa? Karena itulah ucapan yang sering dilontarkan oleh Nenek. Katanya, aku hanya menyusahkan dia saja selama ini. Seandainya Nenek dari Ibuku masih ada, mungkin ia akan memberikanku pada Nenek dari Ibuku. Sayangnya, ibuku adalah yatim piatu
Read more

Bab 2

Ucapan Nenek sungguh sangat mengiris hatiku. Bulir-bulir bening jatuh mengenai wajahku. Saat ini aku sudah berada di kamar. Setelah ucapan Nenek yang menyakitkan itu terlontar dari bibirnya, aku langsung berlari ke kamar dan mengurung diri. Nenek hanya mencibirku dan mengatakan aku cengeng. Aku tau jika selama ini aku tidak diinginkan oleh Nenek. Tapi, kenapa Nenek tega mengatakan itu. Apakah semua yang kulakukan selama ini tidak pernah berarti di mata Nenek?Aku sudah berusaha untuk tidak menyusahkan Nenek. Sejak usiaku sepuluh tahun, aku sudah ikut tetangga bekerja apa saja di kebunnya. Dari mulai mengutip singkong, mengutip kacang, dan apapun itu yang bisa menghasilkan uang untuk bisa membeli keperluan sekolahku.Sedikitpun, aku tidak pernah meminta Nenek untuk membelikan buku, walau hanya satu lembar saja. Aku tahu diri. Aku sudah tidak diinginkan oleh Bapakku, dan hanya nenek yang mau menerimaku. Aku sudah sangat bersyukur dan selalu berusaha untuk tidak menyusahkannya.Tapi, te
Read more

Bab 3

"Karena Ibu nggak tau seberapa ukuran jarimu, hari ini kita ke toko emas, ya," ucap Bu Sari yang sudah datang ke rumah Nenek pagi-pagi sekali. Bagaimana tidak pagi-pagi sekali. Ini baru pukul delapan pagi. Dan Bu Sari sudah datang bersama supirnya.Sudah dua minggu sejak Bu Sari pertama kali berkunjung ke rumah Nenek. Aku pikir, perjodohan ini dibatalkan. Karena, setelah ucapan Mbak Neni yang terkesan merendahkan. Bu Sari tak lama memutuskan untuk pulang. Dan sejak saat itu, tidak ada lagi kabar dari mereka tentang perjodohan ini. Tapi ternyata semua tetap berjalan sesuai rencana mereka. "Kok malah ngelamun. Ayo, kita pergi sekarang," ucap Bu Sari lagi seraya memegang pundakku dan mengguncangkannya pelan. "Tapi, Bu, saya ganti baju dulu, ya," tawarku, melihat pakaian yang kupakai sungguh sangat memprihatinkan. Warnanya sudah memudar. Aku sengaja memakai pakaian ini karena hendak pergi kerja. Tak kusangka, ternyata harus batal karena kedatangan Bu Sari. Tadi, ia sempat ngobrol sebe
Read more

Bab 4

"Mbak, awas air liurnya jatuh," bisikku saat melihat air yang hampir terjatuh di sudut bibir Mbak Neni. Gadis berkulit putih itu segera tersadar. Ia menutup mulutnya lalu membenarkan posisi berdirinya. "Cuma segitu doang. Nanti, nih, ya. Aku akan minta yang lebih banyak sama calon suamiku. Lagian, dapat dari mana uang sebanyak itu, Bu? Awas saja nanti kalau setelah menikah sepupu saya ini sibuk bekerja, dan merepotkan Nenek saya. Nggak sudi kami menerima dia lagi." Mbak Neni berbicara dengan sangat ketus pada Bu Sari. Tidak sopan sekali dia. Padahal dia lebih terpelajar dibandingkan aku. "Kamu tenang saja. Saya tidak akan membiarkan menantu saya ini, kembali merepotkan kalian. Saat dia sudah menikah dengan anak saya. Maka tanggung jawab dia sudah beralih pada anak saya dan juga saya. Asal jangan kebalik saja nanti. Kau yang malah merepotkan menantu saya," ucapan Bu Sari langsung memukul telak Mbak Neni. Dia melengos tak suka seraya membuang pandang. "Ini, Bu. Terimakasih sudah be
Read more

Bab 5

"Ayo, kita cari makanan. Ibu laper, nih," ajak Ibu seraya menggandeng lenganku. Bu Sari tak lagi mempedulikan kakak sepupuku itu. Kasihan juga Mbak Neni. Pasti dia malu kalau sampai tidak jadi membeli semua pakaian yang sudah dipilih olehnya. Dia itu paling pantang kalau sudah memilih sesuatu tapi tidak dibelinya. Apa yang sudah ditunjuk, biasanya selalu dibayar olehnya. "Bu, jangan begitu dong. Ini belanjaanku gimana?" teriak Mbak Neni yang kebingungan. Aku bisa melihat dia bolak-balik melihat ke arah bajunya dan ke arah kami. Dia pasti sangat menginginkan pakaian itu. Antara ingin tertawa dan juga sedih melihat Mbak Neni seperti itu. "Kalau kamu nggak punya uang, ya, tinggalkan saja! Gitu aja kok repot," sahut Ibu tak mau ambil pusing dengan urusan Mbak Neni.Duh, gimana ya? Aku nggak mungkin meminta calon mertuaku ini untuk membayarnya. Belanjaan untukku saja sudah sebanyak itu. Apalagi kalau ditambah barang Mbak Neni. Mau habis berapa lagi. "Ayo, Nak. Sudah, biarkan saja Mba
Read more

Bab 6

Pov Neni. "Ini sih bukan kainnya yang jelek. Tapi badan Mbak Neni saja yang kayak Singa laut," gumam Sarah dan masih dapat kudengar. "Apa kamu bilang? Kamu ngatain aku kayak singa laut?" bentakku tak terima dibilang Singa laut. Enak saja dia mengataiku singa laut. Tubuh indah seperti Meghan Trainor begini kok dikatain Singa laut. Huuuhh, dasar Lisa bungkring! Body sepertiku ini yang banyak dicari kaum laki-laki. Tidak seperti dia, hanya lung-lit-lut. Iya, tulang, kulit, kentut. "Ehh, nggak kok, Mbak. Ini bajunya ada gambar Singa laut-nya," jawabnya gelagapangelagapan sambil nyengir tidak merasa bersalah. "Mana gambar singa lautnya? Kamu pikir Mbakmu ini rabun? Itu tuh, gambar Gajah terbang!" sungutku dan menatapnya tajam. Dia pikir aku bodoh. Baju itu semuanya sudah kucoba, dan tak ada gambar singa laut seperti ucapannya. Dia pasti memang berniat mengataiku."Eh, iya. Aku pikir gambar Singa, Mbak." Sarah terlihat salah tingkah, sambil menggaruk kepalanya yang berkutu. Entahlah
Read more

Bab 7

Loh, loh, loh. Kok jadi dia yang mau minjam uang sama aku? Bukannya selama ini dia sudah banyak uang? Duh, aku kok jadi galau, ya? Apa jangan-jangan dia mau menipuku?"Maaf, Mas. Adek, tidak punya uang sebanyak itu. Mas, kan, tau sendiri kalau selama ini, Adek belum kerja." Aku mencoba mencari alasan. Ya, walaupun pada kenyataannya aku memang pengangguran dan tidak punya uang sebanyak itu. Tapi, jika meminta pada Nenek, pasti akan diusahakan olehnya. "Hmmm, gimana ini, ya, Dek. Padahal, semua ini Mas lakukan juga untuk Adek. Agar nanti, Adek bisa bilang pada teman-teman kalau calon suami adek, adalah tentara yang sudah berpangkat." Mas Fajar terdengar menghembuskan napas panjang. "Selama ini, sebelum mengenal Dek Neni, Mas juga sudah sering mendapatkan tawaran ini. Tapi selalu Mas tolak. Toh, Mas saat itu belum punya calon istri. Untuk apa berpangkat kalau calon istri saja belum punya. Dan sekarang, setelah mengenal Dek Neni, Mas jadi ingin membuat Dek Neni bahagia dengan membangg
Read more

Bab 8

Sudah capek menjelaskan, Nenek tetap saja ngeyel dan tidak setuju dengan rencanaku. Padahal, semua ini juga untuk kami juga. "Ya, sudah. Kalau itu memang maumu, Nenek akan turuti. Tapi, bagaimana dengan pembayaran untuk menebusnya nanti? Apakah calon suamimu itu yang akan membayarnya?" tanya Nenek, terlihat masih khawatir dengan keputusanku. "Ya, iyalah, Nek. Kalau pun tidak, ya, sudah ikhlaskan saja. Anggap saja itu sebagai warisan untukku.""Tapi, Nduk. Nenek masih butuh kebun itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.""Nek, kebun itu cuma digadaikan. Nenek masih bisa menyadapnya dan memetik hasilnya.""Iya, Nenek tau. Tapi, kalau kebun itu tidak ditebus, maka kebun itu akan disita lalu dijual. Terus, bagaimana dengan Nenek.""Jangan khawatir, Nek. Masih ada Sarah. Dia juga kan bekerja di grosir. Jadi, masih ada penghasilan dari dia. Pokoknya, Nenek harus membantuku. Jangan sampai nggak jadi!" sungutku, seraya memajukan bibir. "Hmm, iya. Terserah kamu saja deh." Nenek terl
Read more

Bab 9

Pov Sarah. Aku berguling ke kanan dan ke kiri. Sejak tadi, aku sudah mencoba untuk tidur. Namun, mataku rasanya enggan terpejam. Apakah ini karena efek dari perkataan Nenek siang tadi?Katanya, besok Bu Sari dan anak lelakinya yang akan di jodohkan denganku datang untuk melamar secara resmi.Aku masih takut untuk bertemu lelaki itu. Bagaimana jika lelaki itu tidak suka denganku? Aku yang hitam dekil ini, apa bisa menarik perhatian laki-laki? Selama ini, lelaki yang dekat denganku, hanya ingin berteman saja. Tidak ada yang pernah mau menjadi kekasihku. Aku tidak tahu apa yang salah dariku. Tapi, memang seperti itulah kenyataannya. Ah, aku jadi pusing sendiri. Aku tahu Bu Sari itu baik banget. Tapi, apakah anaknya bisa sebaik Bu Sari? Hmmm. Semakin dipikir, kenapa semakin membuat kepala ini nyut-nyutan. Lebih baik aku harus benar-benar tidur. ***"Sarah, apa kamu nggak punya alat make up? Dandananmu itu loh, terlalu sederhana! Wajah kamu juga terlihat kusam." Bi Nining yang baru saj
Read more

Bab 10

Kalau lelaki yang akan dijodohkan denganku setampan itu, apakah dia mau memiliki istri biasa saja seperti diriku? Belum juga apa-apa, aku sudah insecure duluan. "Ayo, Rah, kita duduk di sana." Bi Nining membawaku duduk di pojok ruangan. Tak lama, para tamu juga masuk dibarengi dengan Nenek dan juga Bude Arum, ibunya Mbak Neni.Sementara Bapak, lelaki yang akan menjadi waliku jika menikah nanti, tak kulihat di mana keberadaannya. Apakah bapak tidak datang? Apakah aku tidak penting dalam hidupnya? Sampai-sampai, di acara sepenting ini saja, ia tidak mau datang. Bu Sari dan lelaki yang tadi berjalan bersamanya, kini sudah duduk tepat di hadapanku dengan jarak yang lumayan jauh. Wanita paruh baya itu, tersenyum saat pandangannya bertemu denganku. Tak seperti ibunya, lelaki di sampingnya malah sibuk dengan ponselnya. Dia sama sekali tidak terlihat antusias dengan acara ini."Maaf, acaranya sudah dimulai, ya?" Mbak Neni yang tadi sempat menghilang, kini dia datang dengan dandanan yang
Read more
DMCA.com Protection Status