Share

Bab 8

Sudah capek menjelaskan, Nenek tetap saja ngeyel dan tidak setuju dengan rencanaku. Padahal, semua ini juga untuk kami juga.

"Ya, sudah. Kalau itu memang maumu, Nenek akan turuti. Tapi, bagaimana dengan pembayaran untuk menebusnya nanti? Apakah calon suamimu itu yang akan membayarnya?" tanya Nenek, terlihat masih khawatir dengan keputusanku.

"Ya, iyalah, Nek. Kalau pun tidak, ya, sudah ikhlaskan saja. Anggap saja itu sebagai warisan untukku."

"Tapi, Nduk. Nenek masih butuh kebun itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari."

"Nek, kebun itu cuma digadaikan. Nenek masih bisa menyadapnya dan memetik hasilnya."

"Iya, Nenek tau. Tapi, kalau kebun itu tidak ditebus, maka kebun itu akan disita lalu dijual. Terus, bagaimana dengan Nenek."

"Jangan khawatir, Nek. Masih ada Sarah. Dia juga kan bekerja di grosir. Jadi, masih ada penghasilan dari dia. Pokoknya, Nenek harus membantuku. Jangan sampai nggak jadi!" sungutku, seraya memajukan bibir.

"Hmm, iya. Terserah kamu saja deh." Nenek terl
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
husz alias
neni ini bodoh atau cacat otak sih. mudah2 percaya uang begitu besar
goodnovel comment avatar
Xulast
gimana caranya lanjut baca ya.
goodnovel comment avatar
Sri Sudaryati
Waduh ...jangan- jangan Neni kena tipu tuh ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status