Xian Ling merupakan putri tunggal Kaisar dan merupakan pewaris satu-satunya Kerajaan Benua Timur yang terbentang luas di Dunia Tengah. Namun pemilik Nirvana Heaven Art Book ini memilih melepaskan tahta Kekaisaran Benua Timur untuk berpetualang di Dunia Bawah setelah berhasil berkultivasi mencapai tingkat Dewi. Perjalanan Xian Ling menjadi kultivator sejati ini menemui banyak lika liku dan perjuangan, terutama saat Kekaisaran Benua Timur terancam oleh kekuatan jahat yang timbul setelah Xian Ling ditetapkan sebagai pewaris tunggal untuk menjadi Kaisar Wanita Benua Timur yang merupakan pertama kalinya di dalam sejarah Kekaisaran Benua Timur. Bagaimana perjalanan Xian Ling sebagai Putri Mahkota untuk menjadi Legenda yang disegani di seluruh dunia ini? Berhasilkah dia menjadi Dewi Kultivator?
Lihat lebih banyakDi paviliunnya yang dingin, Selir Song Qian berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Pikirannya berputar-putar, dipenuhi bayangan Song Yin yang tersenyum licik dan pesan ancaman yang masih terukir di pikirannya.“Kau terlalu lemah untuk melawan aku,” gumamnya pelan, mengulang pesan itu dengan kebencian yang mendidih. Tangannya mengepal hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangan. “Aku lemah? Akan kubuktikan bahwa aku jauh lebih berbahaya daripada yang dia pikirkan.”Pelayan setianya berdiri di sudut, tidak berani mengganggu. Namun, Selir Song Qian memanggilnya dengan suara tajam. “Ayo, kita temui seseorang yang bisa membantuku.”Di Paviliun Bunga Malam, Selir Song Qian bertemu dengan seorang tabib rahasia yang dikenal ahli dalam racun-racun paling mematikan. Pria tua itu memiliki wajah penuh kerut, matanya tajam seperti elang yang terus mengawasi mangsanya. Di hadapannya, botol-botol kecil berisi cairan berwarna-warni tertata rapi.“Aku butuh racun yang tidak meninggalkan jejak,” uja
Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya memantulkan kilauan keemasan pada atap-atap paviliun istana Naga Emas. Namun di dalam kamar Selir Song Qian, suasananya jauh dari keindahan malam. Ia duduk di depan cermin besar, jarinya menggenggam sisir perak dengan gerakan kasar, menarik rambutnya sendiri dengan penuh amarah. Pelayan setianya berdiri di sudut, takut mengeluarkan suara.“Dia bahkan berani menghina usahaku,” desis Song Qian, menggertakkan giginya. “Dia pikir dirinya tak terkalahkan hanya karena berhasil menggagalkan rencana kecil itu. Tapi aku belum selesai. Jika racun tak mempan, aku akan menggunakan cara lain.”Song Qian berdiri dan memutar tubuhnya dengan cepat. Matanya memancarkan kegilaan yang membuat pelayan di sudut gemetar. “Aku ingin kau mencari seseorang di luar istana. Pembunuh bayaran. Bayar berapa pun yang mereka minta. Tapi kali ini, aku ingin Song Yin lenyap tanpa jejak.”Pelayan itu mengangguk gugup. “Saya akan mengurusnya, Nyonya.”Namun, di balik dindin
Langit pagi di Istana Naga Emas memancarkan keindahan berlapis warna oranye dan merah muda, namun suasana di dalam istana tidak seindah itu. Di balik pintu-pintu berlapis ukiran naga, Selir Song Qian berdiri di balkon kamarnya, jari-jarinya yang ramping meremas pagar kayu hingga buku-bukunya memutih. Matanya memandang tajam ke arah paviliun selir yang lain, di mana tawa lembut Selir Song Yin terdengar samar, menggema seperti alunan melodi kemenangan yang merobek ketenangannya.Selir Song Qian mengerutkan bibirnya, wajahnya memerah karena marah. Selir Song Yin, dengan kecantikan yang seolah-olah diciptakan oleh para dewa, telah berhasil mencuri perhatian Kaisar Xian Shen. Bahkan, Kaisar mulai tersenyum lagi, sesuatu yang tak pernah ia lakukan sejak kepergian tragis Permaisuri Zhi Yang. Senyum itu, yang seharusnya hanya dimiliki oleh dirinya, sekarang sepenuhnya milik Song Yin.“Keparat itu,” gumam Song Qian, suaranya nyaris seperti bisikan. “Tubuhnya yang sempurna dan senyuman manis it
Ruang tahta yang megah tiba-tiba terasa sunyi dan mencekam. Hiasan naga emas yang biasanya memancarkan wibawa kini tampak seperti diam menghakimi. Kaisar Xian Shen duduk di singgasananya, wajahnya terlihat lebih tua dari biasanya, guratan kecewa dan kelelahan tergambar jelas di matanya. Di hadapannya, Panglima Xian Heng berdiri tegap, dengan senyum tipis kemenangan yang menghiasi bibirnya.“Tentu saja, Duke Shou,” kata Xian Heng, suaranya datar namun mengandung tekanan yang tak bisa diabaikan. “Kaisar akan meringankan hukumanmu, asalkan kamu menyerahkan semua nama Duke yang terlibat dalam pengkhianatan ini.”Duke Shou yang berlutut di lantai dingin marmer terlihat bimbang. Wajahnya pucat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Akhirnya, dengan suara gemetar, dia menyerahkan daftar nama yang diminta. Saat kata-kata itu keluar dari mulutnya, ruangan seakan menegang. Nama-nama yang dia sebutkan mengungkapkan pengkhianatan yang jauh lebih dalam daripada yang dibayangkan.Salah satu nama
Xian Heng sudah lama mencurigai beberapa Duke yang hidup dalam kemewahan berlebihan di sekitar istana. Aroma dupa mahal dan sutra yang menghiasi rumah-rumah mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Mereka hidup seperti raja-raja kecil, seolah-olah kekaisaran ini milik mereka sendiri. Namun, kecurigaan Xian Heng selama ini hanya berhenti pada dugaan. Tidak ada bukti konkret untuk menyingkap rencana mereka menggulingkan Kaisar Xian Shen.Saat berita tentang perjanjian damai dengan bangsa Barbar diumumkan, Xian Heng mulai merancang strateginya. Dia tahu, serangan mendadak terhadap bangsa Barbar akan memaksa pihak yang berkhianat untuk menunjukkan taringnya. Dengan itu, Xian Heng mengarahkan pasukannya menyerang perbatasan utara, menghancurkan salah satu benteng Barbar.Ketika kabar serangan itu sampai di telinga istana, Duke Shou, salah satu Duke paling vokal di antara yang lain, bereaksi dengan kemarahan yang meledak-ledak. Di ruang audiensi, ia melangkah maju, jubah ungunya be
Di dalam aula megah Istana Langit, pilar-pilar besar yang diukir dengan naga emas berdiri menjulang, seolah mengawasi segala sesuatu dengan tatapan abadi. Cahaya lilin dari lampu gantung perunggu memantulkan kilau keemasan di lantai marmer yang halus, menciptakan suasana yang megah namun mencekam. Suara sandal sutra Duke Shou Lei menggema saat dia melangkah maju dengan penuh keberanian. “Kaisar Langit! Panglima Xian Heng sudah melampaui batas!” serunya dengan suara keras, menghancurkan keheningan yang penuh ketegangan. “Dia menyerang bangsa Barbar di perbatasan, meskipun kita telah mencapai kesepakatan damai dengan mereka!” Nada suaranya memantul di dinding-dinding aula, menarik perhatian semua pejabat istana yang hadir. Duke Shou Lei, pria dengan tubuh tegap dan janggut perak yang rapi, berdiri tegak dengan wajah memerah oleh amarah yang tertahan. Tatapannya mengarah langsung kepada Kaisar Xian Shen, yang duduk di singgasana keemasan dengan wibawa yang tak tergoyahkan. Namun, Kais
Ketika bola Darkness Qi memudar, Xian Ling tetap berdiri di tempatnya, tubuhnya seperti terpaku di tengah keheningan yang magis. Hembusan angin lembut menyentuh kulitnya, membawa aroma segar dari air mengalir. Dunia kantong ajaib perlahan kembali ke wujud semula, dihiasi kilauan kristal yang bergantungan seperti bintang-bintang di langit malam.Xian Ling masih terpaku di tempatnya sambil terus menatap permukaan sungai denga perasaan takjub setelah rasa terkejut melandanya. Airnya begitu jernih, seperti kaca yang memantulkan dunia di atasnya. Riak kecil di permukaan mencerminkan sinar kristal, menghadirkan pemandangan memukau yang seolah tidak nyata. Ketika Xian Ling menunduk untuk melihat bayangannya, tubuhnya semakin membeku.Refleksi yang menatapnya dari air sungai itu adalah wajah seorang gadis remaja. Rambut hitam legam yang panjang dan berkilauan jatuh lembut di sepanjang punggungnya, mengalir seperti sutra. Wajah itu... cantik, nyaris seperti ukiran dewi dalam legenda. Tubuh ram
Jari-jari Xian Ling akhirnya menyentuh permukaan bola Darkness Qi. Begitu sentuhan itu terjadi, kilatan energi yang jauh lebih kuat daripada sebelumnya meledak dari bola tersebut, menyelimuti tubuhnya dengan cahaya hitam pekat. Byakko terdorong beberapa langkah ke belakang, mengaum keras saat tubuhnya mencoba melawan tekanan energi yang mendadak itu."Tuan Putri!" serunya, suaranya penuh kecemasan. Namun, ia tidak bisa mendekat; kekuatan yang keluar dari bola itu menciptakan penghalang yang tak kasatmata, memisahkan Xian Ling dari sekitarnya.Tubuh Xian Ling terangkat perlahan ke udara, dikelilingi pusaran qi hitam yang berputar semakin cepat. Matanya terbuka, tetapi tidak lagi memantulkan ekspresi biasa. Cahaya gelap yang tajam bersinar dari bola matanya, menciptakan kesan bahwa ia bukan lagi manusia biasa.Sebuah suara menggema di dalam kepalanya, berat dan penuh wibawa, seperti gabungan ribuan jiwa yang berbicara sekaligus."Putri Xian Ling, engkau telah memilih untuk menerima keku
Xian Ling berdiri dengan mantap, matanya terpaku pada bola energi hitam yang melayang anggun di udara. Cahaya suramnya memantul di permukaan halus dunia kantong ajaib ini, menciptakan kontras yang ganjil dengan keindahan sekitar—seolah ada dua realitas yang saling bertarung di dalam satu ruang. Bola itu berdenyut pelan, seperti makhluk hidup yang bernapas, memancarkan aura aneh yang tidak sepenuhnya gelap, namun juga jauh dari bersih.Udara di sekelilingnya berubah, berat dengan sesuatu yang tak kasatmata. Bukan rasa takut, tetapi kehadiran. Xian Ling merasakan setiap helai rambut di tengkuknya berdiri, sementara hawa qi di tubuhnya bergerak lebih cepat dari biasanya."Kenapa ada benda seperti ini di sini?" gumamnya, suaranya hampir tenggelam dalam keheningan. Alisnya berkerut, matanya menyipit saat ia mencoba memahami fenomena yang melayang di hadapannya.Langkah kaki ringan namun penuh otoritas terdengar mendekat. Byakko, harimau putih yang setia menemaninya, muncul dari balik pepoh
Kerajaan Benua Timur, dipimpin oleh Kaisar Xian Shen, seorang Immortal yang hebat di masa mudanya, dikenal kuat dan disegani oleh semua kalangan. Meskipun usia tidak membatasi kehidupannya, penampilan Kaisar Xian Shen kini berbeda dari saat ia masih menjadi seorang kultivator.Hari ini, kebahagiaan meliputi istana. Permaisuri Zhi Yang, istri tercinta Kaisar, sedang melahirkan putri pertama mereka setelah sekian lama dinantikan. Kaisar Xian Shen, yang selama ini mendambakan seorang anak, akhirnya melihat impiannya terwujud.“Selamat, Paduka! Putri pertama Baginda telah lahir. Semoga diberi kesehatan dan kekuatan,” ucap salah satu pejabat kerajaan, disusul oleh ucapan selamat dari berbagai kalangan.Kaisar tersenyum lebar, menatap putri kecilnya dengan penuh kasih. "Xian Ling, namamu akan dikenal di seluruh penjuru negeri. Aku akan menamakanmu demikian, agar kelak kau bisa menjadi naga yang memimpin negeri ini, jika memang kau satu-satunya pewaris tahta Kerajaan Benua Timur."“Aku setuj...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen