Share

05. SELIR JAHAT

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-16 00:05:09

Di dalam istana megah yang berdiri kokoh di bawah langit biru, Selir Song Qian memendam iri yang membara terhadap kemewahan dan kekuasaan yang dipegang oleh Permaisuri Zhi Yang. Setiap kali ia melintasi aula yang dipenuhi ornamen emas dan permata, matanya tertuju pada tahta permaisuri yang megah, disertai dengan kilauan harapan dan rencana yang terukir dalam hatinya.

"Permaisuri Zhi Yang," gumam Song Qian pelan, sambil menyentuh ornamen emas di dinding, "kau mungkin berkuasa sekarang, tapi semuanya bisa berubah."

Malam itu, Selir Song Qian menghiasi dirinya dengan jubah sutra merah yang lembut, rambutnya yang hitam seperti malam disanggul tinggi, dan wewangian melati menguar dari setiap pori kulitnya. Ia berjalan menuju kediaman Kaisar Xian Shen dengan langkah ringan namun penuh perhitungan. Saat ia tiba di depan pintu, ia berhenti sejenak, mengatur napas, dan mengetuk perlahan.

"Yang Mulia," suaranya lembut dan menggoda, "bolehkah hamba menemani Anda malam ini?"

Kaisar Xian Shen menatapnya dengan mata yang dalam, seolah melihat sesuatu yang indah namun jauh. "Song Qian," ia berkata perlahan, "malam ini tidak seharusnya kau di sini. Permaisuri Zhi Yang memerlukan perhatian lebih dariku."

"Namun, Yang Mulia," Song Qian merespon dengan senyuman yang menghanyutkan, "Permaisuri Zhi Yang seringkali terlalu lemah. Hamba hanya ingin memberikan Anda kebahagiaan yang tidak bisa ia berikan."

Kaisar menghela napas panjang, seolah-olah terbebani oleh dilema yang tak terlihat. Ia meraih tangan Song Qian, merasakan kehangatan kulitnya, namun segera melepaskannya. "Kau memang cantik, Song Qian. Lebih cantik dari siapa pun di istana ini. Namun, ada hal-hal yang tidak bisa diukur dengan kecantikan semata."

Song Qian terdiam sejenak, bibirnya yang merah mengerucut dalam kebingungan. "Apa yang membuat Anda tetap setia pada permaisuri, Yang Mulia? Padahal, ia tak bisa memberikan Anda keturunan."

Kaisar memandang jauh ke depan, seolah mencari jawaban di balik bayang-bayang yang tertangkap oleh lilin-lilin yang menyala redup. "Zhi Yang telah bersamaku sejak awal. Dia mungkin lemah, tapi hatinya kuat. Aku menghormatinya, dan itulah yang membuatku tetap di sisinya."

Kekecewaan mencengkeram hati Song Qian. "Tapi, Yang Mulia... jika hamba bisa memberikan Anda seorang putra..."

"Keturunan bukanlah segalanya, Song Qian," potong Kaisar dengan nada tegas namun lembut. "Apa yang kubutuhkan adalah kedamaian, dan Zhi Yang memberikannya padaku."

Dalam keheningan yang menyelimuti mereka, Selir Song Qian menyadari bahwa rencananya tidak akan berjalan semulus yang ia bayangkan. Kecantikannya, meskipun mengagumkan, tidak mampu menembus hati Kaisar yang telah tertutup rapat oleh kesetiaan pada permaisurinya. Ia menunduk hormat, menyembunyikan kekecewaannya di balik senyum tipis, lalu perlahan mundur, meninggalkan Kaisar dalam keremangan malam. Namun, di dalam hatinya, ia tidak akan menyerah semudah itu. Rencana lain harus disusun, dan kali ini, ia akan memastikan tidak ada yang bisa menghentikannya.

Selir Song Qian kembali ke kamarnya, langkah kakinya berat, namun tekadnya semakin kuat. Begitu pintu kamarnya tertutup rapat, wajahnya yang tadi dipenuhi senyum manis berubah menjadi ekspresi dingin. Ia berjalan menuju cermin besar yang berdiri di pojok ruangan, menatap pantulan dirinya dengan mata yang penuh determinasi.

"Jika tidak bisa melalui kelembutan," bisiknya pelan, "maka aku harus menggunakan cara lain."

Keesokan harinya, Selir Song Qian mulai merencanakan langkah selanjutnya. Ia tahu bahwa jika ia ingin mencapai tujuannya, ia harus bermain lebih cerdik dan lebih licik. Menunggu kesempatan, ia dengan cermat mengamati kehidupan di istana, mencari celah yang bisa dimanfaatkan.

Suatu malam, ketika langit di atas istana gelap tanpa bulan, Song Qian diam-diam mengundang tabib istana, seorang pria tua yang telah lama melayani keluarga kekaisaran. Ia tahu bahwa tabib itu setia kepada Kaisar, tetapi juga tahu bahwa pria tua itu memiliki kelemahan—rasa takut akan kehilangan posisi dan kehormatan.

"Tabib Cheng," ucapnya dengan nada manis, "aku membutuhkan bantuanmu."

Tabib Cheng mengerutkan alisnya, matanya yang sudah mulai rabun berusaha mencari maksud di balik senyuman wanita di hadapannya. "Selir Song, apa yang bisa hamba lakukan untuk Anda?"

Song Qian mendekat, suaranya berubah menjadi bisikan penuh racun. "Aku ingin kau membuat ramuan khusus untuk Permaisuri Zhi Yang. Sesuatu yang tidak akan langsung membunuhnya, tapi cukup untuk membuatnya semakin lemah... hingga pada akhirnya, dia tidak bisa bertahan lagi."

Mata Tabib Cheng terbelalak, wajahnya memucat mendengar permintaan tersebut. "Tapi... tapi Selir Song, itu... itu sama saja dengan pengkhianatan! Jika Kaisar mengetahui hal ini, nyawaku tidak akan selamat!"

Song Qian menyipitkan matanya, bibirnya melengkung dengan dingin. "Jika kau menolak, aku bisa memastikan bahwa kau kehilangan lebih dari sekadar nyawamu, Tabib Cheng. Keluargamu, kehormatanmu... semuanya akan hilang. Kaisar tidak akan tahu apa-apa jika kau melakukan ini dengan baik."

Tabib Cheng gemetar, namun ia tahu bahwa pilihan menolaknya hampir tidak ada. Dengan suara gemetar, ia akhirnya mengangguk. "Baiklah, Selir Song. Hamba akan melakukan apa yang Anda minta."

Song Qian tersenyum puas, lalu berbalik meninggalkan ruangan itu. "Pastikan Permaisuri tidak curiga," ucapnya sebelum pergi. "Dan ingat, Tabib Cheng, hidupmu ada di tanganku."

Hari-hari berlalu, dan Permaisuri Zhi Yang semakin melemah. Sementara itu, Kaisar Xian Shen semakin cemas melihat kondisi permaisurinya yang kian memburuk. Namun, ia tidak menyadari bahwa di balik semua itu, ada tangan dingin yang bermain, merajut takdir yang kelam untuk wanita yang dicintainya.

Suatu malam, ketika Kaisar Xian Shen sedang duduk di samping ranjang Permaisuri Zhi Yang, memegang tangannya yang kurus dan lemah, ia mendengar suara pintu diketuk pelan. "Masuk," katanya dengan suara pelan namun penuh otoritas.

Song Qian melangkah masuk, membawa secawan teh. "Yang Mulia, ini ramuan yang disarankan oleh Tabib Cheng. Katanya ini bisa membantu memperkuat tubuh Permaisuri."

Kaisar memandang secawan teh tersebut, kemudian beralih pada wajah Song Qian yang tampak penuh perhatian. "Kau sangat baik, Song Qian," katanya, meskipun dalam hatinya masih ada keraguan yang samar. "Namun, aku akan memastikan sendiri bahwa ini aman untuk diminum oleh permaisuri."

Song Qian tersenyum manis, tapi dalam hatinya ia tahu bahwa waktunya hampir tiba. Jika semua berjalan sesuai rencana, maka Kaisar Xian Shen akan segera kehilangan permaisurinya, dan kesempatan untuk Song Qian menjadi lebih dari sekadar selir akan terbuka lebar.

Namun, dalam diamnya malam itu, Kaisar Xian Shen tidak tahu bahwa ancaman yang mengintai permaisurinya bukan hanya penyakit yang terlihat, tetapi juga racun yang bekerja perlahan di bawah kendali wanita yang ada di hadapannya.

Malam itu membuat tabib tua yang dipaksa menjadi alat oleh ambisi Song Qian merasakan ketakutan yang semakin membesar. Ia tahu bahwa sekali ia mengambil langkah ini, tidak akan ada jalan kembali. Namun, apakah kesetiaannya kepada Song Qian akan bertahan, ataukah rasa bersalahnya akan menghancurkan rencana licik sang selir? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dewi Kultivator Langit   06. SIASAT LICIK

    Di bawah langit yang muram, di bawah bayang-bayang istana yang menjulang angkuh, Selir Song Qian merajut rencananya dengan ketelitian yang nyaris berbahaya. Kabut kesedihan Kaisar Xian Shen terhadap Permaisuri Zhi Yang—meskipun telah lama wafat—tetap melingkupinya seperti selimut tak kasat mata, menjadi benteng besar yang menghalangi ambisinya. Namun, tekad Song Qian kokoh, seperti baja yang tak mudah goyah. Dalam bisikan tersembunyi, ia mulai meraih orang-orang yang bersedia mengabdi padanya, menebar janji-janji manis di satu sisi dan ancaman di sisi lain, mengumpulkan dukungan di balik layar.Pada suatu malam yang sunyi, dalam kamar megah berhiaskan lampu minyak yang menerangi dengan temaram, Song Qian berhadapan dengan dayang kepercayaannya, Meilan. Mereka duduk berhadapan dengan cermin besar, tempat Song Qian biasa mempercantik dirinya dengan penuh dedikasi sebelum bertemu sang kaisar.“Meilan,” bisiknya, suara Song Qian lirih namun tegas, sementara tangannya menyisir rambut panja

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-17
  • Dewi Kultivator Langit   07. UTUSAN RAJA CHING

    Di balik dinding kekaisaran yang megah, langit memudar menjadi merah muda keemasan. Namun suasana istana terasa tegang, seolah udara enggan bergerak, menahan napas. Lonceng istana berdentang."Utusan dari Dinasti Ching telah tiba!" seruan sang petugas memecah kesunyian, menggema di aula yang luas.Kaisar Xian Shen memandang ke arah gerbang dengan alis terangkat. Mata tuanya menyipit, penuh dengan rasa ingin tahu bercampur waspada. Ketika sosok yang dikenal melangkah masuk, sejenak dia terdiam—Raja Shang Fu sendiri datang, bukan hanya sekadar utusan. Mantan jenderal Ching itu, kini dengan pakaian kerajaan yang mencerminkan kekuasaan, menunduk hormat di hadapan Xian Shen."Shang Fu, angin macam apa yang menghembuskanmu ke sini?" Kaisar Xian Shen tersenyum, namun matanya tajam. Nada suaranya ringan, tapi ada ketegangan samar di balik kehangatan itu.Shang Fu perlahan bangkit, memandang Kaisar yang pernah ia dukung menguasai Benua Timur. Ia merasa hatinya tenggelam sejenak, mengenang pert

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-18
  • Dewi Kultivator Langit   08. KECERDIKAN XIAN LING

    Xian Ling duduk tegang di depan ayahnya, Kaisar Xian Shen, di ruang singgasana yang megah. Udara di sekitar mereka terasa berat, seolah setiap detak jantungnya bergema di dinding-dinding istana yang tinggi dan sunyi. Ia memandang sang kaisar, sosok yang selalu ia hormati, namun kini mata itu terasa penuh dengan kecemasan. Tangan Xian Ling gemetar saat ia menggenggam ujung gaunnya, berusaha menahan kegelisahan yang merayap dari dadanya."Ayah…" suaranya serak, hampir tenggelam dalam kerinduan yang terpendam. "Lebih baik ayah tangguhkan dahulu penobatanku sebagai Putri Mahkota. Aku… aku tidak ingin Raja-raja di setiap negeri melawan kekuasaan ayah." Kata-katanya keluar dengan terburu-buru, seolah berharap sang kaisar akan mendengarkan dan mengubah keputusan yang sudah diambil.Namun, Kaisar Xian Shen hanya memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diselami, keras namun penuh keyakinan. "Bukan aku yang harus menuruti mereka, Ling'er," jawabnya dengan suara yang dalam dan berwibawa, men

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Dewi Kultivator Langit   09. JALAN RAHASIA

    Xian Ling akhirnya berhasil membujuk pamannya, Xian Heng untuk membawanya keluar dari istana dan berjalan-jalan di pusat kota East City, yang merupakan ibukota dari Kekaisaran Benua Timur.Selain lima kerajaan yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja, Kekaisaran Benua Timur memiliki wilayah sendiri yang memanjang dari ujung utara ke ujung selatan Benua Timur yang disebut Dinasti Xian.Sepanjang perbatasan ibukota Kekaisaran dibentengi dengan tembok raksasa setinggi lima meter dengan masing-masing penjaga sejarak seratus meter.Kaisar Xian terdahulu tidak mempercayai lima kerajaan di bawah kekuasaannya yang kemungkinan memberontak suatu hari nanti sehingga membuat pertahanan untuk wilayahnya sendiri dengan membangun tembok raksasa ini.Di balik dinding megah istana Kekaisaran Benua Timur, Xian Ling melangkah dengan semangat yang sulit disembunyikan, roknya yang ringan berayun seirama dengan langkahnya. Mata gadis itu bersinar saat ia memandang pamannya, Xian Heng, yang berjalan di

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-20
  • Dewi Kultivator Langit   10. EAST CITY

    East City, ibu kota Kekaisaran Benua Timur, adalah simbol kemegahan dan keagungan. Jalan-jalan besarnya dipenuhi pedagang, penduduk, dan pengelana dari berbagai kerajaan. Di tengah hiruk-pikuk ini, seorang gadis kecil berlari riang di antara kerumunan, rambut hitam panjangnya melambai-lambai seiring langkah kakinya."Paman, lihat! Taman ini penuh dengan pohon-pohon yang indah!" seru Xian Ling dengan mata berbinar. Tangannya menunjuk ke arah taman kota yang dipenuhi pohon-pohon besar dengan dedaunan hijau yang rimbun.Xian Heng, seorang pria gagah, yang dikenal sebagai panglima perang Benua Timur, tersenyum tipis. "Ling'er, kau memang memiliki semangat yang besar. Tapi, dunia luar tidak selalu seindah taman ini. Ada hutan lebat yang dipenuhi binatang buas dan desa-desa yang dilanda perang."Xian Ling berhenti sejenak, matanya berkedip memikirkan ucapan pamannya. "Kalau begitu, aku akan menjadi ratu yang kuat! Aku akan melindungi semua kota dan membuat taman seperti ini di setiap keraja

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21
  • Dewi Kultivator Langit   11. FORBIDDEN FOREST

    Langit senja di East City membalut bangunan-bangunan kuno dengan cahaya keemasan. Angin musim gugur yang sejuk membawa aroma dedaunan kering dan bunga-bunga liar yang tumbuh di pinggiran jalan. Xian Ling berdiri di ambang gerbang kota, pandangannya terarah ke kejauhan, ke batas hutan yang tampak seperti kabut hijau pekat di cakrawala. Sepasang matanya yang cerah memantulkan semangat, seperti obor kecil yang berkobar di tengah kegelapan."Paman Heng," suara lembutnya memecah keheningan, "kita bisa keluar dari gerbang East City tidak?"Xian Heng, seorang pria yang masih muda dan gagah tampak bagaikan bukan paman dari Xian Ling, melipat tangannya di dada. Matanya menelusuri wajah keponakannya, menilai dengan campuran keheranan dan kewaspadaan. "Kenapa memangnya? Kamu hendak kemana, Ling'er?""Aku ingin jalan-jalan ke Hutan Terlarang," jawab Xian Ling dengan nada ringan, seolah yang ia bicarakan bukanlah tempat penuh bahaya, melainkan taman bermain biasa."Hutan Terlarang?" Xian Heng tert

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Dewi Kultivator Langit   12. SERANGAN BYAKKO

    Hutan Terlarang terasa seperti kubah kegelapan, di mana hanya remang cahaya bulan yang menembus sela-sela dedaunan tebal. Udara dipenuhi aroma tanah basah dan getah kayu, tetapi kini tercampur dengan bau hewani yang tajam—bau yang membuat bulu kuduk meremang."Hati-hati, Ling'er!" seru Xian Heng dengan napas tertahan. Matanya menyapu sekeliling dengan tajam. Dari balik pepohonan besar dan semak-semak gelap, mata-mata bersinar keemasan bermunculan satu per satu."Aummm!" Raungan itu bergema, mengguncang udara seperti petir. Harimau putih yang mengepung mereka melangkah maju dengan gerakan anggun namun mematikan. Otot-otot mereka tampak seperti baja hidup, melentur di bawah bulu putih yang bercahaya samar dalam sinar bulan. Gigi-gigi taring mereka berkilat saat mereka membuka mulut, seolah siap melahap siapa saja yang melangkah lebih dekat.Namun, sebelum Xian Heng sempat menarik pedangnya, sesuatu yang jauh lebih besar muncul. Dari kegelapan hutan, muncul seekor harimau putih raksasa,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Dewi Kultivator Langit   13. KANTONG AJAIB

    Xian Ling menguatkan cengkeraman pada pedang kayunya, mata bercahaya penuh tekad meski dadanya berdegup kencang. Di sisinya, Xian Heng berdiri siaga, auranya berangsur-angsur berubah, memancarkan tekanan seorang pendekar sejati."Ujian macam apa yang kau maksud?" tanya Xian Ling dengan suara lantang, meskipun jantungnya terasa seolah ingin melompat keluar.Makhluk setengah harimau itu tersenyum tipis, memperlihatkan taring tajamnya. "Ujian keberanian, kekuatan, dan jiwa. Kalian harus melawan kami tanpa ampun, namun tanpa kebencian. Jika mampu bertahan hingga Byakko mengaum untuk ketiga kalinya, maka kalian layak mendapatkan penghormatan dari kami.""Ketiga kalinya?" gumam Xian Heng, menyadari bahwa raungan pertama tadi mungkin baru permulaan.Seketika, harimau-harimau bersayap mengeluarkan suara rendah, serempak melangkah maju. Xian Heng tak menunggu lebih lama, pedangnya keluar dari sarung dengan kilatan tajam. "Ling'er, jangan meremehkan mereka. Harimau-harimau ini tak hanya buas, t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-26

Bab terbaru

  • Dewi Kultivator Langit   46. XIAN LING VS IBLIS HANTU

    Aura gelap yang mengelilingi Iblis Hantu semakin pekat, membuat udara di sekitarnya terasa berat dan pengap. Para pengawal yang masih berusaha berdiri tampak menggigil, beberapa mundur perlahan, tak sanggup menahan tekanan. Byakko menatap tajam, bulunya berdiri, mengeluarkan raungan yang menggema ke seluruh desa. "Jadi, Putri Mahkota Xiang Ling ingin bertarung denganku? Kau memiliki keberanian yang luar biasa... atau kebodohan yang tak terukur," suara Iblis Hantu terdengar seperti geraman dan tawa yang menyatu. Xian Ling menarik napas panjang, tangannya mengangkat pedang peraknya yang memancarkan cahaya lembut. "Aku tidak akan membiarkan makhluk sepertimu menghancurkan desaku. Jika harus bertarung, maka aku siap." Iblis Hantu mulai bergerak, tubuhnya melayang rendah dengan gerakan yang tak lazim, seperti asap yang bergulir ke depan. "Bagus. Aku akan menikmati meremukkan jiwa pemberani sepertimu." Namun, sebelum makhluk itu dapat menyerang, Song Yin melangkah maju, berdiri di a

  • Dewi Kultivator Langit   45. KRISTAL LANGIT

    Selir Song Yin berdiri tegap di bawah tatapan mengerikan Iblis Hantu, tetapi ada kilatan dingin di matanya, sesuatu yang membuat Xian Ling semakin curiga. Dengan langkah mantap, Song Yin melangkah maju, membuat pengawal-pengawal di belakang mereka terkejut, bahkan ada yang menahan napas."Kau berani mendekat?" Suara Iblis Hantu menggema seperti guruh yang melayang di udara. Asap hitam di sekeliling tubuhnya menggeliat liar, seolah siap menerkam kapan saja.Song Yin berhenti tepat beberapa langkah dari makhluk itu, lalu menyeringai tipis. "Aku tahu batasanku," katanya dengan nada rendah namun tegas. "Dan aku tahu kau bukan sekadar makhluk liar yang ingin merusak. Kau makhluk yang hidup dari energi jiwa—kau tidak pernah menyerang tanpa alasan."Mata kuning itu menyipit, memperhatikan Song Yin dengan lebih intens. "Hmph. Kau tahu banyak, wanita. Lalu, apa yang akan kau tawarkan untuk menyelamatkan desa ini?"Xian Ling merasa darahnya mendidih mendengar percakapan itu. Apa maksud Song Yin

  • Dewi Kultivator Langit   44. IBLIS HANTU

    Langit malam berubah menjadi lautan merah dengan kilat yang menyambar-nyambar di kejauhan. Sosok besar yang mulai terbentuk di balik awan gelap tampak seperti bayangan raksasa dengan mata bercahaya kekuningan. Desir angin kencang membawa suara-suara aneh—bisikan, tawa, dan jerit tangis yang menggema, memeluk udara dengan kengerian yang dingin menusuk.Xian Ling menghunus pedangnya, kilau tajam logamnya memantulkan cahaya api dari desa yang terbakar. "Song Yin, makhluk apa ini?" tanyanya tegas, meski ketegangan menggantung di setiap katanya.Selir Song Yin menatap ke langit, matanya menyipit seolah berusaha membaca rahasia di balik kabut merah yang meliuk-liuk. Namun, sekilas bayangan rasa takut melintas di wajahnya sebelum ia kembali memasang ekspresi tenang. "Itu bukan makhluk biasa," katanya dengan suara rendah. "Itu Iblis Hantu, penjaga Hutan Hantu. Tidak ada yang pernah melihatnya dan hidup untuk menceritakannya.""Bagaimana mungkin kau tahu banyak tentang ini?" Xian Ling memandan

  • Dewi Kultivator Langit   43. BENCANA DI DESA HUANG YANG

    Bayangan malam mulai menyelimuti Desa Huang Yang, tetapi nyala api yang membakar sisa-sisa rumah penduduk membuat kegelapan tampak lebih mencekam. Bau hangus kayu dan jerami bercampur dengan aroma besi dari darah memenuhi udara. Angin dingin berhembus, membawa bisikan samar yang terdengar seperti rintihan pilu.Xian Ling dan Selir Song Yin berdiri di tepi desa, menyaksikan pemandangan yang lebih mengerikan daripada yang mereka bayangkan. Rumah-rumah berserakan, beberapa telah rata dengan tanah, sementara yang lain masih menyala, memuntahkan asap hitam ke langit. Tubuh-tubuh penduduk tergeletak di tanah, beberapa dengan luka yang terlalu mengenaskan untuk dilihat."Apa-apaan ini..." gumam Xian Ling, matanya menyipit, menahan gejolak emosi. Ia menggenggam pedangnya lebih erat, merasakan ketegangan yang semakin menyesakkan dada.Sementara itu, Selir Song Yin berdiri sedikit di belakang, wajahnya tetap tenang meskipun matanya menyapu pemandangan dengan penuh perhitungan. Namun, senyum tip

  • Dewi Kultivator Langit   42. SELIR TERHEBAT

    Kilauan matahari sore menyelinap melalui jendela aula istana yang luas, menerangi lantai marmer yang berkilauan. Aroma lembut dupa melayang di udara, namun keheningan terasa seperti bilah tajam yang menggantung di atas kepala. Di tengah aula, Selir Song Yin berdiri anggun, mengenakan jubah sutra berwarna merah marun yang dihiasi bordir bunga peony emas. Bibirnya melengkung menjadi senyuman tipis yang tak terbaca.Seorang pengawal masuk tergesa, langkahnya menggema di lantai marmer. Ia menjatuhkan satu lutut di lantai, menundukkan kepala dengan hormat. "Lapor, Yang Mulia Selir Song! Telah terjadi kekacauan di Desa Huang Yang yang berbatasan dengan Hutan Hantu!"Selir Song Yin mengangkat alisnya dengan elegan. Tatapannya dingin namun penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau lapor padaku? Bukankah ini tanggung jawab Panglima Xiang Heng yang mengurus pertahanan kita?"Pengawal itu menggelengkan kepalanya, keringat menetes di dahinya. "Panglima Xiang Heng sedang pergi ke West City bersama Putri

  • Dewi Kultivator Langit   41. RENCANA TERAKHIR

    Malam itu, setelah kegagalan rencananya di Aula Naga Langit, Song Qian duduk di paviliunnya dengan tangan gemetar menahan amarah. Angin dingin malam menyusup melalui celah-celah jendela, seolah ikut menyaksikan kekalahannya yang memalukan. Ia menggenggam cangkir teh hingga nyaris retak, pikirannya berputar mencari cara lain untuk menghancurkan Song Yin.“Aku tidak akan berhenti,” gumamnya lirih, hampir seperti mantra. “Song Yin akan membayar untuk penghinaan ini.”Pelayan setianya, Mei'er, mendekat dengan langkah pelan. “Yang Mulia, apakah Anda ingin aku mencari lebih banyak informasi? Mungkin ada jalan lain untuk menyingkirkan Song Yin tanpa menimbulkan kecurigaan.”Song Qian menatap Mei'er dengan mata tajam. “Tidak. Informasi tidak cukup. Aku membutuhkan tindakan langsung. Jika racun tidak berhasil, maka mungkin aku harus menciptakan skenario yang lebih kompleks. Sesuatu yang membuat Song Yin tidak hanya kehilangan posisi, tetapi juga hidupnya.”Mei'er menelan ludah, menyadari kegil

  • Dewi Kultivator Langit   40. PERSEKUTUAN SELIR ISTANA

    Sementara itu, Selir Song Qian tidak tinggal diam setelah penghinaan terang-terangan yang dilakukan Song Yin. Dengan amarah yang membara, ia mengumpulkan para selir lain di paviliun tersembunyinya. Lampu-lampu minyak menerangi wajah-wajah para wanita yang kini bersatu dalam kebencian terhadap Song Yin.“Kita tidak bisa membiarkan dia terus merajai hati Kaisar,” ujar Song Qian dengan suara penuh determinasi. “Song Yin semakin kuat setiap harinya. Jika kita tidak bertindak sekarang, dia akan menghancurkan kita semua satu per satu.”Salah satu selir, Selir Mei, mengangguk dengan ekspresi penuh kebencian. “Kau benar. Dia bukan hanya mengambil perhatian Kaisar, tapi juga membuat kita semua terlihat tidak berguna.”“Tapi dia terlalu kuat,” sela Selir Lian dengan ragu. “Kita semua tahu bahwa dia menguasai seni bela diri tingkat tinggi. Setiap kali kita mencoba melawan, dia selalu menang.”Song Qian mengepalkan tangannya, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. “Kita tidak perlu melaw

  • Dewi Kultivator Langit   39. PANTANG MENYERAH

    Di paviliunnya yang dingin, Selir Song Qian berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Pikirannya berputar-putar, dipenuhi bayangan Song Yin yang tersenyum licik dan pesan ancaman yang masih terukir di pikirannya.“Kau terlalu lemah untuk melawan aku,” gumamnya pelan, mengulang pesan itu dengan kebencian yang mendidih. Tangannya mengepal hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangan. “Aku lemah? Akan kubuktikan bahwa aku jauh lebih berbahaya daripada yang dia pikirkan.”Pelayan setianya berdiri di sudut, tidak berani mengganggu. Namun, Selir Song Qian memanggilnya dengan suara tajam. “Ayo, kita temui seseorang yang bisa membantuku.”Di Paviliun Bunga Malam, Selir Song Qian bertemu dengan seorang tabib rahasia yang dikenal ahli dalam racun-racun paling mematikan. Pria tua itu memiliki wajah penuh kerut, matanya tajam seperti elang yang terus mengawasi mangsanya. Di hadapannya, botol-botol kecil berisi cairan berwarna-warni tertata rapi.“Aku butuh racun yang tidak meninggalkan jejak,” uja

  • Dewi Kultivator Langit   38. PEMBALASAN SELIR SONG YIN

    Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya memantulkan kilauan keemasan pada atap-atap paviliun istana Naga Emas. Namun di dalam kamar Selir Song Qian, suasananya jauh dari keindahan malam. Ia duduk di depan cermin besar, jarinya menggenggam sisir perak dengan gerakan kasar, menarik rambutnya sendiri dengan penuh amarah. Pelayan setianya berdiri di sudut, takut mengeluarkan suara.“Dia bahkan berani menghina usahaku,” desis Song Qian, menggertakkan giginya. “Dia pikir dirinya tak terkalahkan hanya karena berhasil menggagalkan rencana kecil itu. Tapi aku belum selesai. Jika racun tak mempan, aku akan menggunakan cara lain.”Song Qian berdiri dan memutar tubuhnya dengan cepat. Matanya memancarkan kegilaan yang membuat pelayan di sudut gemetar. “Aku ingin kau mencari seseorang di luar istana. Pembunuh bayaran. Bayar berapa pun yang mereka minta. Tapi kali ini, aku ingin Song Yin lenyap tanpa jejak.”Pelayan itu mengangguk gugup. “Saya akan mengurusnya, Nyonya.”Namun, di balik dindin

DMCA.com Protection Status