"Tolong…!"Sebuah jeritan putus asa membelah keheningan, bergema dari kedalaman Hutan Terlarang. Suara itu memancar rasa takut yang begitu nyata hingga membuat dada Xian Ling berdenyut."Paman! Ada seseorang yang membutuhkan pertolongan!" serunya, wajahnya menegang.Xian Heng, yang berdiri di dekatnya, mengerutkan kening. “Ling’er, bukankah semua harimau putih sudah ada dalam kantong ajaibmu?” tanyanya dengan nada curiga."Tapi ini suara manusia. Jangan-jangan masih ada kawanan Bandit Hutan Terlarang yang tersisa!" jawab Xian Ling cepat.Tanpa ragu, Putri Kerajaan itu meraih kantong ajaib di pinggangnya, menyematkannya dengan sigap. Udara di sekitarnya terasa bergetar saat ia mengaktifkan jurusnya. Dalam sekejap, tubuhnya meluncur ke arah asal suara, melintasi pohon-pohon besar dan akar yang menjulur seperti tangan-tangan kegelapan. Xian Heng mengekor di belakangnya, napasnya terengah karena mengikuti gerakan lincah keponakannya.Mereka tiba di sebuah tempat terbuka yang diterangi rem
Raut wajah Xian Heng mengeras, matanya menatap tajam pada wanita muda yang berdiri di depannya. Suara bass-nya memecah keheningan. “Siapa sebenarnya dirimu, Nona? Dan untuk tujuan apa kau datang ke East City?” tanyanya dengan nada penuh kecurigaan.Wanita itu mengangkat dagunya sedikit, menunjukkan martabat yang tak terbantahkan meski tubuhnya masih menunjukkan jejak ketegangan dari insiden sebelumnya. “Aku adalah Putri Song Yin dari Kerajaan Song,” jawabnya, suaranya tegas namun lembut. “Ayahku, Raja Song Fei, mengutusku untuk menyampaikan pesan kepada Kaisar Xian Shen mengenai pengangkatan Putri Xian Ling sebagai Putri Mahkota.”Sebuah tawa pendek dan sinis lolos dari bibir Xian Heng. “Kenapa bukan ayahmu sendiri yang datang?” tanyanya, nadanya nyaris mengejek.Tatapan Xian Heng tak pernah lepas darinya, sementara suasana di sekitar mereka terasa semakin tegang. Angin membawa aroma daun basah dan tanah, namun hawa di antara keduanya terasa seperti pedang yang siap dihunuskan kapan s
Xian Heng tampak enggan. Rahangnya mengeras, namun ia akhirnya mengangguk kecil, menyadari bahwa adu argumen lebih jauh hanya akan mengurangi wibawa mereka di mata Song Yin.“Terima kasih, Putri Xian Ling,” kata Song Yin, suaranya nyaris berbisik. “Aku berjanji tidak akan membuat kekaisaran malu dengan kehadiranku.”Xian Ling mengangguk singkat, lalu memandang Song Yin. “Kita lihat nanti, Putri Song. Segala sesuatu akan menjadi jelas di hadapan Kaisar.”Kelompok kecil mereka mulai bergerak keluar dari hutan, langkah kaki mereka memecah keheningan yang diselingi suara dedaunan kering yang terinjak. Udara di sekitar mereka terasa semakin berat, seperti memuat beban yang tidak terlihat.Di tengah perjalanan, Song Yin tidak bisa menahan untuk berbicara lebih jauh. “ Panglima Xian Heng… kenapa kau begitu membenciku?” tanyanya, nada suaranya penuh rasa ingin tahu, meski tetap berhati-hati. Xian Heng hanya menatap lurus ke depan. “Bukan kau secara pribadi yang kubenci, Song Yin. Tapi tindak
Song Yin melangkah maju, tatapannya tegas meski jantungnya berdegup keras. Di hadapan Kaisar Xian Shen, ia merasa seluruh tubuhnya tertimpa beratnya otoritas yang memancar dari sosok di atas singgasana itu."Yang Mulia," ucap Song Yin, suaranya jernih namun menggantung tegang di udara. "Ancaman ini berasal dari negeri yang jauh di utara. Klan Hitam Langit telah bangkit kembali, membawa kekuatan yang telah lama terkubur, kekuatan yang mampu menghancurkan kerajaan demi kerajaan tanpa ampun."Mata Xian Heng menyipit, sedangkan Xian Ling, yang berdiri di sisi ayahnya, tetap tenang meski pikirannya bergerak cepat. Nama Klan Hitam Langit bukanlah hal asing bagi mereka. Klan itu pernah menjadi momok yang hampir menghancurkan tatanan dunia sebelum akhirnya dibasmi oleh kekaisaran beberapa dekade silam."Klan Hitam Langit?" Suara Kaisar Xian Shen bergema rendah, seperti guntur yang jauh. "Bagaimana mungkin mereka bisa bangkit kembali? Mereka telah dimusnahkan hingga ke akar-akarnya."Song Yin
Malam itu, di balkon kamar istananya, Xian Ling memandangi langit berbintang. Angin lembut menerpa wajahnya, membawa keharuman bunga melati dari taman di bawah. Namun, pikirannya tidak tenang. Kata-kata Song Yin terus terngiang dalam benaknya."Apa ini benar-benar hanya soal ancaman Klan Hitam Langit?" bisiknya kepada dirinya sendiri. "Atau ada sesuatu yang lebih dalam di baliknya?"Ia melangkah ke dalam kamarnya, di mana Xian Heng telah menunggunya dengan peta-peta terbuka di meja rendah. Lilin-lilin di sudut ruangan berkedip-kedip, cahayanya membentuk bayangan yang menari di dinding."Kamu tidak percaya padanya, kan?" tanya Xian Heng tanpa basa-basi, menatap keponakannya dengan tajam.Xian Ling menghela napas, lalu duduk di seberang pamannya. "Aku ingin percaya, Paman Heng. Tapi, ada sesuatu yang aneh. Ayahku selalu mengatakan bahwa Raja Song Fei adalah orang yang penuh perhitungan. Jika ancaman ini sebesar yang dikatakan Song Yin, kenapa dia tidak datang sendiri?"Xian Heng mengang
Fajar merekah, namun hawa dingin tetap menggantung di sekitar istana, seolah malam enggan pergi. Xian Ling berdiri di halaman utama, mengenakan jubah peraknya yang berkilauan seperti air di bawah sinar matahari. Rambut panjangnya dikuncir tinggi, dan pedang berhiaskan batu giok tersemat di pinggangnya.Di depannya, Song Yin sudah menunggu, tampak lebih tenang dibanding malam sebelumnya. Namun, di matanya, ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan."Apa yang kamu rencanakan, Putri Song Yin?" Xian Ling bertanya, suaranya tegas namun tidak menghakimi.Song Yin menarik napas dalam, lalu mengangguk pelan. "Aku sudah mengatakan semuanya padamu, Xian Ling. Tapi jika bukti yang kuberikan tidak cukup, izinkan aku mengantar kalian ke tempat di mana Klan Hitam Langit bersarang."“Bukankah katamu Klan langit Hitam akan menyerang kerajaan Song terlebih dahulu?” tanya Xian Ling.“Aku telah melakukan kesalahan dengan membohongi Kaisar ... Klan Langit Hitam sudah menuju ke East City. Ayahku menyetuj
Kabut di depan semakin tebal, seolah-olah hutan sedang melindungi rahasia kelamnya. Dari dalam kabut, terdengar deru napas berat, diikuti oleh suara retakan ranting yang membuat tanah di bawah mereka bergetar."Semua berhenti!" perintah Xian Ling, mengangkat tangannya. Pasukan segera menghentikan langkah, senjata mereka siap di tangan.Xian Heng menyipitkan mata, mencoba menembus kabut dengan tatapannya. "Ada sesuatu... sesuatu yang besar."Tiba-tiba, kabut itu tersibak, terbelah oleh kekuatan tak terlihat. Dari dalamnya muncul makhluk raksasa berbentuk seperti naga namun dengan tubuh penuh duri dan cakar yang panjangnya seperti tombak. Sisik-sisik hitam pekatnya memantulkan sedikit cahaya, dan matanya menyala merah seperti bara api."Itu Naga Iblis Hitam!" seru Song Yin dengan suara bergetar. "Mereka benar-benar memanggilnya!"Makhluk itu mengeluarkan raungan yang mengguncang udara, membuat beberapa prajurit mundur ketakutan. Tanah di bawahnya retak setiap kali ia melangkah, dan hawa
Langit di atas hutan perlahan-lahan berubah menjadi merah darah, seolah memberi tanda akan bahaya yang lebih besar. Dari kejauhan terdengar langkah kaki berat yang teratur, diiringi dengan suara pekikan tajam seperti logam beradu. Xian Ling dan Xian Heng, meski kelelahan dari pertempuran sebelumnya, langsung mengangkat kepala mereka, waspada."Dugaanku benar," ujar Xian Heng dengan nada dingin. "Klan Hitam Langit akhirnya muncul."Kabut mulai menipis, memperlihatkan sosok-sosok yang berjalan mendekat. Mereka mengenakan jubah hitam pekat dengan simbol awan perak menghiasi dada mereka. Puluhan anggota klan ini bergerak seperti satu tubuh, dipimpin oleh seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut putih panjang yang tergerai. Wajahnya dihiasi senyum sinis, dan sepasang matanya menyala merah seperti bara api."Kalian telah mengganggu naga penjaga kami," ucap pria itu, suaranya serak namun penuh otoritas. "Aku, Tian Wugou, pemimpin Klan Hitam Langit, tidak akan membiarkan ini berlalu begitu
"Tuan Putri, apa Kau baik-baik saja?" tanya Selir Song Yin yang datang bersama beberapapengawal istana.Xian Ling tahu kalau semua ucapan Selir Song Yin ini hanyalah basa basi belaka, karena selir ini membiarkan dirinya bertarung sendirian dan menghilang. Tentunya Selir Song berharap Iblis Hantu akan menghabisi nyawanya untuk memuluskan jalan selir istana ini menjadi permaisuri dan merebut tahta lewat putra mahkota yang akan dilahirkannya bersama Kaisar Xian Shen."Aku baik-baik saja!" jawab Xian Ling diplomatis. Ia juga tidak mau terlalu konfrontasi dengan Selir Song Yin karena selir ini memiliki banyak pengikut setia yang menjadi mata-matanya di istana. Selama ia menjaga ritme agar tidak bermusuhan maka hidupnya tidak akan terancam di dalam istana."Masalah sudah selesai, apa kita pulang saja, Tuan Putri?" tanya Selir Song Yin."Aku masih penasaran dengan Hutan Hantu ini, jadi aku akan masuk untuk menyelidikinya!" kata Xian Ling yang cukup mengejutkan Selir Song Yin.Langit di atas
Hening menyelimuti reruntuhan desa yang hancur. Xian Ling memutar tubuhnya dengan sisa tenaga, mencari sumber suara yang begitu mengguncang perasaan. Cahaya bulan yang sebelumnya redup kini tertutup oleh bayangan pekat yang melingkupi desa. Aura dingin semakin menekan, membuat kawanan harimau putih bersayap menahan gerakan mereka, merasakan bahaya yang lebih besar.Iblis Hantu, yang sebelumnya begitu angkuh, tampak berubah. Ia menoleh ke arah kegelapan dengan sorot mata tajam, seolah mengenali kehadiran tersebut. "Kau... Tidak mungkin kau di sini," desisnya dengan nada marah bercampur ketakutan.Xian Ling, yang masih memegang pedangnya, menatap Iblis Hantu dengan kening berkerut. "Apa maksudmu? Siapa yang kau bicarakan?"Iblis Hantu tidak menjawab. Sebaliknya, ia melayang mundur perlahan, sikapnya yang dominan kini berubah menjadi waspada. "Aku tidak datang untuk menghadapi itu," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.Dari kegelapan, langkah kaki terdengar. Berat dan perlahan, setiap
Xian Ling berdiri tertatih-tatih di atas reruntuhan desa, tubuhnya berlumur darah dan keringat. Pedang peraknya masih tergenggam erat, meskipun beratnya kini terasa berlipat ganda. Sementara itu, Iblis Hantu melayang di udara, mengelilinginya dengan angkuh, seolah menikmati keputusasaan lawannya."Kau mengesankan, Putri Mahkota," ejek Iblis Hantu dengan tawa serak yang menggema. "Tapi kekuatanmu tak cukup untuk mengalahkanku. Setiap luka yang kuberikan padamu, semakin mendekatkanmu pada kehancuran."Xian Ling menarik napas panjang, mencoba mengatur Qi-nya yang mulai kacau. Ia menutup matanya sejenak, membiarkan energi di dalam tubuhnya menyatu dengan aliran di sekitarnya. Saat ia membuka mata, cahaya keperakan yang terpancar dari pedangnya semakin intens, memecah kegelapan yang menyelimuti desa."Jangan terlalu percaya diri, Iblis," balas Xian Ling dengan suara penuh keteguhan. "Aku belum menunjukkan segalanya."Ia mengangkat pedangnya tinggi, membentuk formasi jurus "Seribu Cahaya Me
Aura gelap yang mengelilingi Iblis Hantu semakin pekat, membuat udara di sekitarnya terasa berat dan pengap. Para pengawal yang masih berusaha berdiri tampak menggigil, beberapa mundur perlahan, tak sanggup menahan tekanan. Byakko menatap tajam, bulunya berdiri, mengeluarkan raungan yang menggema ke seluruh desa. "Jadi, Putri Mahkota Xiang Ling ingin bertarung denganku? Kau memiliki keberanian yang luar biasa... atau kebodohan yang tak terukur," suara Iblis Hantu terdengar seperti geraman dan tawa yang menyatu. Xian Ling menarik napas panjang, tangannya mengangkat pedang peraknya yang memancarkan cahaya lembut. "Aku tidak akan membiarkan makhluk sepertimu menghancurkan desaku. Jika harus bertarung, maka aku siap." Iblis Hantu mulai bergerak, tubuhnya melayang rendah dengan gerakan yang tak lazim, seperti asap yang bergulir ke depan. "Bagus. Aku akan menikmati meremukkan jiwa pemberani sepertimu." Namun, sebelum makhluk itu dapat menyerang, Song Yin melangkah maju, berdiri di a
Selir Song Yin berdiri tegap di bawah tatapan mengerikan Iblis Hantu, tetapi ada kilatan dingin di matanya, sesuatu yang membuat Xian Ling semakin curiga. Dengan langkah mantap, Song Yin melangkah maju, membuat pengawal-pengawal di belakang mereka terkejut, bahkan ada yang menahan napas."Kau berani mendekat?" Suara Iblis Hantu menggema seperti guruh yang melayang di udara. Asap hitam di sekeliling tubuhnya menggeliat liar, seolah siap menerkam kapan saja.Song Yin berhenti tepat beberapa langkah dari makhluk itu, lalu menyeringai tipis. "Aku tahu batasanku," katanya dengan nada rendah namun tegas. "Dan aku tahu kau bukan sekadar makhluk liar yang ingin merusak. Kau makhluk yang hidup dari energi jiwa—kau tidak pernah menyerang tanpa alasan."Mata kuning itu menyipit, memperhatikan Song Yin dengan lebih intens. "Hmph. Kau tahu banyak, wanita. Lalu, apa yang akan kau tawarkan untuk menyelamatkan desa ini?"Xian Ling merasa darahnya mendidih mendengar percakapan itu. Apa maksud Song Yin
Langit malam berubah menjadi lautan merah dengan kilat yang menyambar-nyambar di kejauhan. Sosok besar yang mulai terbentuk di balik awan gelap tampak seperti bayangan raksasa dengan mata bercahaya kekuningan. Desir angin kencang membawa suara-suara aneh—bisikan, tawa, dan jerit tangis yang menggema, memeluk udara dengan kengerian yang dingin menusuk.Xian Ling menghunus pedangnya, kilau tajam logamnya memantulkan cahaya api dari desa yang terbakar. "Song Yin, makhluk apa ini?" tanyanya tegas, meski ketegangan menggantung di setiap katanya.Selir Song Yin menatap ke langit, matanya menyipit seolah berusaha membaca rahasia di balik kabut merah yang meliuk-liuk. Namun, sekilas bayangan rasa takut melintas di wajahnya sebelum ia kembali memasang ekspresi tenang. "Itu bukan makhluk biasa," katanya dengan suara rendah. "Itu Iblis Hantu, penjaga Hutan Hantu. Tidak ada yang pernah melihatnya dan hidup untuk menceritakannya.""Bagaimana mungkin kau tahu banyak tentang ini?" Xian Ling memandan
Bayangan malam mulai menyelimuti Desa Huang Yang, tetapi nyala api yang membakar sisa-sisa rumah penduduk membuat kegelapan tampak lebih mencekam. Bau hangus kayu dan jerami bercampur dengan aroma besi dari darah memenuhi udara. Angin dingin berhembus, membawa bisikan samar yang terdengar seperti rintihan pilu.Xian Ling dan Selir Song Yin berdiri di tepi desa, menyaksikan pemandangan yang lebih mengerikan daripada yang mereka bayangkan. Rumah-rumah berserakan, beberapa telah rata dengan tanah, sementara yang lain masih menyala, memuntahkan asap hitam ke langit. Tubuh-tubuh penduduk tergeletak di tanah, beberapa dengan luka yang terlalu mengenaskan untuk dilihat."Apa-apaan ini..." gumam Xian Ling, matanya menyipit, menahan gejolak emosi. Ia menggenggam pedangnya lebih erat, merasakan ketegangan yang semakin menyesakkan dada.Sementara itu, Selir Song Yin berdiri sedikit di belakang, wajahnya tetap tenang meskipun matanya menyapu pemandangan dengan penuh perhitungan. Namun, senyum tip
Kilauan matahari sore menyelinap melalui jendela aula istana yang luas, menerangi lantai marmer yang berkilauan. Aroma lembut dupa melayang di udara, namun keheningan terasa seperti bilah tajam yang menggantung di atas kepala. Di tengah aula, Selir Song Yin berdiri anggun, mengenakan jubah sutra berwarna merah marun yang dihiasi bordir bunga peony emas. Bibirnya melengkung menjadi senyuman tipis yang tak terbaca.Seorang pengawal masuk tergesa, langkahnya menggema di lantai marmer. Ia menjatuhkan satu lutut di lantai, menundukkan kepala dengan hormat. "Lapor, Yang Mulia Selir Song! Telah terjadi kekacauan di Desa Huang Yang yang berbatasan dengan Hutan Hantu!"Selir Song Yin mengangkat alisnya dengan elegan. Tatapannya dingin namun penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau lapor padaku? Bukankah ini tanggung jawab Panglima Xiang Heng yang mengurus pertahanan kita?"Pengawal itu menggelengkan kepalanya, keringat menetes di dahinya. "Panglima Xiang Heng sedang pergi ke West City bersama Putri
Malam itu, setelah kegagalan rencananya di Aula Naga Langit, Song Qian duduk di paviliunnya dengan tangan gemetar menahan amarah. Angin dingin malam menyusup melalui celah-celah jendela, seolah ikut menyaksikan kekalahannya yang memalukan. Ia menggenggam cangkir teh hingga nyaris retak, pikirannya berputar mencari cara lain untuk menghancurkan Song Yin.“Aku tidak akan berhenti,” gumamnya lirih, hampir seperti mantra. “Song Yin akan membayar untuk penghinaan ini.”Pelayan setianya, Mei'er, mendekat dengan langkah pelan. “Yang Mulia, apakah Anda ingin aku mencari lebih banyak informasi? Mungkin ada jalan lain untuk menyingkirkan Song Yin tanpa menimbulkan kecurigaan.”Song Qian menatap Mei'er dengan mata tajam. “Tidak. Informasi tidak cukup. Aku membutuhkan tindakan langsung. Jika racun tidak berhasil, maka mungkin aku harus menciptakan skenario yang lebih kompleks. Sesuatu yang membuat Song Yin tidak hanya kehilangan posisi, tetapi juga hidupnya.”Mei'er menelan ludah, menyadari kegil