Betelgeuse

Betelgeuse

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-28
Oleh:  Daes EagTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat. 3 Ulasan-ulasan
72Bab
8.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Para ahli astronomi dunia dibuat geger karena adanya perubahan pada salah satu bintang di rasi Orion yang bernama Betelgeuse. Semula, ukuran bintang itu biasa saja layaknya matahari, namun begitu Betelgeuse semakin tua, warnanya berubah menjadi merah dengan ukuran yang terus membesar. Para ahli menduga kalau hal itu diakibatkan oleh kadar hidrogen yang menipis dan mengakibatkan cahaya bintang itu meredup. Mereka menduga bahwa Betelgeuse akan meledak sebagai supernova. Di sisi lain, kehidupan di Betelgeuse terancam saat melemahnya kekuatan. Para penghuni Betelgeuse lalu menemukan Bumi, yang diyakini sebagai sumber energi baru dengan kandungan hidrogen yang melimpah. Di tengah rencana itu, penghuni Betelgeuse terpecah menjadi dua kelompok, di mana salah satunya ingin menguasai bumi. Kedatangan mereka pun diketahui oleh seorang gadis bernama Isla, dan dia secara tidak sadar menolong salah satu dari mereka dan hal itu membawanya ke dalam berbagai masalah besar.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Kejadian Misterius di Trollehallar

Suhu di kota Gothenburg mencapai tujuh derajat celcius di awal tahun. Namun meskipun begitu, keadaan langit pada siang hari tampak begitu cerah seperti biasa, berikut dengan aktivitas masyarakatnya.

Salah satu sekolah menengah atas terbesar di kota itu tampak ramai begitu bel jam terakhir dibunyikan. Semilir angin perlahan datang seolah menyambut para murid begitu mereka menginjakkan  kaki di permukaan halaman sekolah.

“Kau sudah cukup banyak mengambil gambar kemarin. Apa hari ini kau mau pergi lagi?” Seorang gadis berambut ikal merangkul rekannya yang tengah mengelapi sebuah kamera.

“Hm.”

“Isla, Isla. Kau masih saja belum kapok setelah kemarin hampir dikejar babi hutan?” Teresa menarik pipi sahabatnya.

“Itu kan kemarin. Aku tidak boleh menyerah, lagi pula ibuku tidak akan marah.” Gadis bernama Isla itu mengedipkan salah satu matanya.

“Ibumu tak marah karena kau beralasan mengerjakan tugas. Iya, kan?”

Sebuah cengiran tercetak di bibir Isla. Ia mengalungkaan kameranya ke leher.

“Kali ini kau mau pergi ke mana lagi?”

Isla menarik kedua sudut bibirnya ke atas hingga membentuk sebuah seringaian tipis. “Trollehallar,” ujarnya.

Hening selama beberapa saat, sebelum akhirnya kedua mata milik Teresa membulat. “K-kau gila?!” Ia lantas memukul lengan Isla hingga gadis itu mengaduh pelan.

“Kenapa malah memukulku? Kau takut aku benar-benar dikejar babi hutan, huh?”

“Bukan itu. Apa kau tidak tahu? Kudengar beberapa hari terakhir, di sana ada peristiwa aneh –“

“Kau terlalu sering menonton Narnia, kurasa. Hal aneh seperti apa?”

“Aku tidak tahu, tapi firasatku tidak enak jadi kau jangan ke sana. Hm? Lagi pula tempat itu cukup jauh dan ini sudah sore. Kenapa tidak lusa saja? Bukannya lusa libur?” Teresa memeluk lengan Isla kian erat, seolah tak mengizinkannya bergerak satu senti pun.

“Ah, aku pasti tidak bisa tidur jika menundanya terus.”

“Ayolah, lusa nanti kau bisa memotret di sana sepuasnya.”

Isla melirik Teresa yang tampak memohon. Ia menghela napas pelan. “Baiklah.” Ia lalu mengacak pelan rambut Teresa. Keduanya lantas pergi menuju sebuah halte yang terletak di dekat sekolah.

***

“Salah satu bintang paling terang akan mengalami supernova lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Ukurannya semakin bertambah seiring berjalannya waktu, bersamaan dengan cahayanya yang semakin memudar. Para ahli menduga kalau hal ini dikibatkan menipisnya kadar hidrogen, dan membuat bintang ini menjadi bintang raksasa merah yang ukurannya jauh melampaui matahari.”

“Ibu selalu saja menonton berita. Sesekali tonton drama, itu lebih menyenangkan. Apa kepala ibu tidak sakit karena sering menonton hal seperti ini?” Isla menghempaskan tubuhnya ke permukaan empuk sofa dan meminum gelas jus milik sang ibu.

“Bintang ini akan menjadi suatu saat nanti, kapanpun berdasarkan skala waktu astronomi yang berarti dalam seratus ribu tahun lagi,” ungkap seorang pria berkacamata yang ada di televisi.

“Seratus ribu tahun? Lucu sekali, bahkan sebelum bintang itu meledak, aku sudah berada di alam lain.” Isla beranjak dari posisinya dan berjalan menuju kamar dengan tas diseret di atas permukaan lantai. Kedua telinganya masih aktif mendengarkan ucapan pria berkacamata tadi, sesekali dibalas cibiran olehnya.

Gadis itu lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan melihat hasil bidikannya kemarin. Ia tersenyum puas memandangi hasilnya. Bakat memotretnya memang tidak boleh ia sia-siakan. Kemudian ia kembali mendudukkan tubuhnya dan menatap ke sekitar, mencari sesuatu yang menarik untuk dijadikan model fotonya kali ini.

“Ah, itu dia!” Isla tersenyum dan mengarahkan kameranya ke luar jendela kamar, tepatnya ke arah seekor burung yang hinggap di salah satu dahan pohon.

“Oke, tetaplah berada di sana. Satu, dua, ti –“ Hitungan Isla terhenti dan kedua tangannya bergerak menurunkan kamera yang ia pegang. Ia menatap sebuah garis kemerahan yang terbentuk di langit secara tiba-tiba. Kedua kakinya lalu bergerak mendekat ke jendela, membuat burung tadi terbang melarikan diri.

“Apa itu?” gumamnya. Garis berwarna merah itu menghilang begitu saja.

***

Burung-burung berhamburan menjauhi pohon saat ada sesuatu yang melesat dengan cepat menuju hutan. Beberapa pasang kaki terlihat menapak di atas permukaan tanah, sementara kedua mata sang pemilik menelusuri keadaan di sekitar.

“Aku yakin tadi melihatnya ke sini.” Salah satu di antaranya berujar. Sebuah lambang burung phoenix yang terdapat di punggung tangannya mengkilap, lalu dalam sekejap permukaan rumput di depannya mengeluarkan kobaran api.

“Dia tidak akan bisa ke mana-mana.” Ia menyeringai.

Seorang lelaki yang berada di sebelahnya lalu maju selangkah, dan dalam waktu kurang dari satu detik ia sudah berada di salah satu dahan pohon. Ia menyipitkan kedua matanya, lalu kembali ke tempat semula hanya dalam kedipan mata. “Dia tidak di sini.” Sebuah tanda segitiga di punggung tangannya mengkilap, persis seperti milik rekannya tadi.

“Ayo cari ke tempat lain.”

Tidak jauh dari kobaran api itu, seekor anak anjing tampak menatap kepergian orang-orang tadi dari balik sebuah pohon besar.

***

Isla melahap roti isinya dengan lahap hingga kedua pipinya tampak seperti tempat penyimpanan makanan. Sang ibu yang baru saja selesai mencuci peralatan memasaknya pun mengelap tangannya dan berjalan menuju meja makan.

“Setelah pulang sekolah, kau harus pulang ke rumah dan jangan pergi ke mana pun.” Maria berujar dengan nada tak biasa, membuat Isla menelan makanannya dengan paksa.

“Te-Tentu saja. Memangnya Ibu pikir aku ini mau ke mana?”

“Ibu tahu kalau kau hari ini berencana pergi ke Trollehallar.”

Isla menurunkan roti isi miliknya dan menatap ibunya dengan kedua mata membulat. “Apa Teresa mengatakan sesuatu?”

“Ibu tidak sengaja melihat buku jurnalmu kemarin saat membereskan kamarmu. Jika kau memang berniat pergi ke sana, Ibu tidak mengizinkannya.”

“A-apa? Tapi kenapa?”

“Kemarin sore Trollehallar kebakaran.”

Kedua alis Isla saling bertaut. “Hah?”

“Ibu menonton berita pagi ini dan mereka mengatakan kalau Trollehallar kebakaran kemarin. Polisi setempat dan pemadam kebakaran ke sana tapi mereka berkata kalau api sudah padam begitu mereka sampai.”

“Mungkin itu karena angin. Mana bisa apinya padam sendiri? Kemarin tidak ada perkiraan hujan, kan?” Isla kembali mengunyah roti isinya.

“Bodoh. Jika itu angin, apinya justru akan membesar, bukannya malah padam. Tapi aneh sekali karena mereka bilang keadaan tanah di sana basah, itu artinya air yang memadamkan apinya.” Maria mengerutkan dahi, mengingat-ingat setiap kalimat yang diucapkan oleh seorang reporter yang muncul di berita pagi tadi.

“Kemarin tidak hujan, Bu. Apa Ibu bercanda? Apa air-air di sungai itu pindah dengan sendirinya dan memadamkan api? Lucu sekali.”

Maria membuang napas dan menatap kembali putrinya. “Pokoknya Ibu tidak mengizinkanmu ke sana.” Setelah meletakkan kotak makan siang di tas milik Isla, Maria berjalan membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa buah.

Tak ada satu pun kalimat yang keluar dari bibir Isla setelahnya. Gadis itu mengunyah makanannya dengan nafsu makan yang sudah menghilang. Ia pun meminum habis segelas susu di depannya dan beranjak dari kursi, lalu mencium salah satu pipi ibunya dan meninggalkan gigitan terakhir roti isi tadi di atas piring.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Fachruddin Sofwan
semoga ad lanjutannya lagi
2023-10-08 22:58:02
1
user avatar
backup Asus
cerita fantasi yang sangat bagus.
2023-07-18 23:12:18
1
user avatar
Hi you
hallo ka mohon di up lagi ya bab nya untuk bisa proses kontrak terima kasih ~ Bill
2021-07-28 18:12:32
0
72 Bab
1. Kejadian Misterius di Trollehallar
Suhu di kota Gothenburg mencapai tujuh derajat celcius di awal tahun. Namun meskipun begitu, keadaan langit pada siang hari tampak begitu cerah seperti biasa, berikut dengan aktivitas masyarakatnya.Salah satu sekolah menengah atas terbesar di kota itu tampak ramai begitu bel jam terakhir dibunyikan. Semilir angin perlahan datang seolah menyambut para murid begitu mereka menginjakkan  kaki di permukaan halaman sekolah.“Kau sudah cukup banyak mengambil gambar kemarin. Apa hari ini kau mau pergi lagi?” Seorang gadis berambut ikal merangkul rekannya yang tengah mengelapi sebuah kamera.“Hm.”“Isla, Isla. Kau masih saja belum kapok setelah kemarin hampir dikejar babi hutan?” Teresa menarik pipi sahabatnya.“Itu kan kemarin. Aku tidak boleh menyerah, lagi pula ibuku tidak akan marah.” Gadis bernama Isla itu mengedipkan salah satu matanya.“Ibumu tak marah karena kau beralasan mengerjakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-06
Baca selengkapnya
2. Supernova
“Aku tidak tahu  kenapa kau bersikeras pergi ke sana. Tapi bisakah kali ini kau membatalkannya? Kau bahkan baru pertama kali pergi ke tempat itu. Ayolah, Trollehallar mengalami kebakaran secara mendadak dan itu aneh sekali.” Teresa meminum minuman miliknya dan menatap Isla yang masih mengerjakan tugas rangkuman.“Mungkin saja ada orang iseng yang membuang rokok sembarangan, lalu dia kabur saat ulahnya menimbulkan masalah besar di sana.”“Kau bercanda? Polisi saja masih belum menemukan jawabannya dan kau malah berspekulasi sendiri. Ah, pokoknya aku tidak mengizinkanmu pergi ke sana.”“Kau benar-benar terdengar seperti ibuku.” Isla berdecak dan menutup bukunya. Kemudian gadis itu mengeluarkan sebuah kotak makan siang. “Ayo makan, aku sudah lapar,” ajaknya pada Teresa. Keduanya beranjak dari sana dan berjalan keluar kelas. Namun langkah Isla secara mendadak berhenti saat pandangannya secara tak sengaj
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-08
Baca selengkapnya
3. Sihir
Deringan ponsel itu membuat mimpi sang pemilik mendadak berantakan. Di sana diceritakan ia sedang berada di sebuah pesta dansa besar dengan berbagai hidangan mewah. Semula semuanya berjalan dengan baik, di mana ia berdansa dengan seorang pria tampan dengan pandangan yang terus mengarah padanya. Manik mata berwarna merah itu justru tak membuatnya takut, justru sebaliknya. Ia malah jatuh ke dalam pesonanya. Suasana pun mendadak berubah begitu musik klasik yang mengiringi diganti menjadi musik rock yang memekakkan telinga. Sang pria tampan yang tadi berdansa dengannya itu menghilang entah ke mana.Isla membuka kedua matanya dan langsung menutup wajahnya dengan sebuah bantal. Siapa suruh juga ia memilih lagu rock sebagai nada alarm pagi harinya. Mau tak mau ia pun bangun dan mematikan alarm yang nyaris memecahkan gendang telinganya itu. Ponselnya tidak lama kemudian berdering, membuatnya mengangkat panggilan itu dengan suara husky khas bangun tidur. "Kenapa?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-10
Baca selengkapnya
4. Bumi dan Hidrogen
Isla tidak henti-hentinya berdecak kagum. Gadis itu selama seharian memutari seisi hutan, memotret objek-objek di sana. Dengan seekor anjing kecil yang menemaninya, Isla menikmati waktunya selama berada di Trollehallar. Siapa sangka hutan yang katanya menyimpan kejadian misterius itu justru di dalamnya menyimpan berbagai hal menakjubkan. "Kau pasti senang sekali berada di sini.Udara di sini begitu segar, aku bahkan menyukainya," ujarnya. Sang anak anjing hanya menatapnya. Namun secara tiba-tiba langkahnya mendadak berhenti dan kepalanya dengan cepat menoleh ke belakang. Ia menggonggong, lalu menarik-narik dress yang dikenakan Isla saat gadis itu sedang berjongkok hendak mengambil gambar seekor serangga. "Ada apa?" tanyanya. Si anak anjing menggonggong kian keras, lalu berlari dengan cepat dari sana. Isla dibuat kebingungan dan ia langsung menyusul anak anjing itu, khawatir sesuatu kembali terjadi padanya. "Ke-kenapa kau berlari? Apa ada sesuatu?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-15
Baca selengkapnya
5. Pintu Kematian Betelgeuse
"Ramalan cuaca pagi tadi mengatakan kalau hari ini akan cerah, tapi malah sebaliknya. Dasar payah." Teresa membuka mulutnya lebar lalu menggigit burger yang baru saja dibelinya di kantin. Ia mendengkus begitu hujan tiba-tiba turun, padahal tadi pagi cuaca masih cerah dengan matahari yang bersinar begitu terang. Di depannya, Isla ikut menatap keadaan di luar sana. Karena hujan, mau tidak mau semua murid menghabiskan waktu istirahat mereka di dalam ruangan. "Ramalan cuaca tidak selalu akurat. Mungkin saja ada perubahan angin." Ia lalu beranjak dari tempatnya. "Kau mau ke mana? Burgermu kan belum datang." Teresa berujar. "Aku mau ke toilet sebentar."Isla berjalan keluar dari kantin. Hujan membuat suhu di sekitarnya berubah menjadi sedikit lebih  dingin. Hal itu sudah pasti berpengaruh padanya yang cukup sensitif terhadap dingin. Ginjalnya akan menyaring lebih banyak darah dan menghasilkan lebih banyak urine, sehingga membuatnya lebih sering b
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-27
Baca selengkapnya
6. Hutan Ajaib Trollehallar
"Kau pasti sudah gila." Teresa membuang napasnya kasar saat Isla melambaikan tangannya dari balik jendela bus. Entah apa yang ada di dalam otak sahabatnya itu, namun Teresa tak pernah paham, di saat orang lain menjauhi tempat misterius bernama Trollehallar, Isla justru terlihat seperti semakin tertarik dengan tempat yang satu itu. Bus perlahan melaju, membuat perasaan Teresa campur aduk seketika. Ia merasa seperti seorang ibu yang tengah melepaskan anak sematawayangnya untuk pergi merantau ke negeri orang.Sementara itu di dalam bus, Isla sudah terlihat sibuk mengotak-atik kameranya. Meskipun dalam hatinya ia masih merasa sedikit trauma dengan kejadian ajaib beberapa waktu lalu, tapi dia masih penasaran dengan tempat itu. Anak anjing, kebakaran, meteor jatuh, salju, serta laki-laki yang melemparkan batangan es padanya. Semua itu masih menyimpan banyak pertanyaan hingga detik ini. Isla tak habis pikir, di zaman seperti ini, masihkah ilmu sihir digunak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-03
Baca selengkapnya
7. Di Tengah Kota
"Kenapa anak anjing itu selalu menunjukkan tatapan yang aneh? Warna bola matanya bisa berubah, kadang berwarna biru, lalu berubah menjadi merah." "Kau kenapa?" Maria bertanya pada Isla begitu menyadari kalau putrinya sedari tadi hanya melamun. Isla mengerjap, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Hehe. Tidak ada." "Kalau begitu bukalah pintunya. Kedua mata Isla kembali berkedip dua kali. "Ha?" "Dari tadi belnya berbunyi. Kau benar-benar tidak dengar, ya? Ya ampun." Maria membuang napas pelan seraya menatap putrinya. Ia menyimpan beberapa sayuran ke dalam kulkas. Sementara Isla bergegas membukakan pintu dan gadis itu tersenyum begitu melihat sesosok wanita yang ada di baliknya. "Bibi ... " Isla langsung berhambur ke dalam pelukan wanita yang baru saja ia panggil bibi itu. "Kupikir kau tidak ada di rumah," ujar sang bibi begitu pelukan mereka terlepas. "Kakak~" Seorang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-03
Baca selengkapnya
8. Kedatangan Kai
Isla berjalan menyusuri rak-rak besar dan mengambil beberapa buku paket yang dia perlukan. Gadis itu kembali ke meja tempatnya dan Teresa saat sudah menemukan buku yang ia cari. "Teresa?" panggil Isla pelan. Gadis itu sedikit menoleh ke penjaga perpustakaan, takut-takut wanita tua berkacamata itu akan menegurnya secara tiba-tiba karena mendengar suaranya. "Kenapa?" Teresa yang tengah menulis itu berujar tanpa menghentikan aktivitas menulisnya. "Apa kau pernah melihat murid sekolah kita yang berambut marun?" tanya Isla.Kening Teresa seketika mengerut, lalu gadis itu tampak menghentikan pergerakan tangannya dan beralih menatap Isla. "Apa maksudmu?" ujarnya."Ya, begitu. Murid yang rambutnya dicat berwarna marun. Apa kau pernah melihatnya?""Pasti murid itu sudah gila karena melakukan hal bodoh di sekolah kita. Isla, sudah kukatakan kalau di sekolah kita tidak ada murid seperti itu. Kurasa sebelumnya kau pernah menanyakan itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-04
Baca selengkapnya
9. Mimpi
"Kakak~"Kedua mata Isla seketika terbuka saat seseorang mengguncang tubuhnya pelan. Gadis itu lalu mendudukkan tubuhnya dan menatap Jason yang entah kapan sudah berada di dalam kamarnya. "Ada apa, Jason?" tanya gadis itu."Aku pamit pulang. Maaf karena mengganggu tidur Kakak." Jason mendadak memasang raut wajah bersalah karena merasa mengganggu tidur Isla. "Tidak apa-apa." Isla tertawa pelan lalu mengusap puncak kepala Jason dengan tangannya. "Ya ampun, Jason. Harusnya kau tidak mengganggu tidur Kak Isla." Sang ibu ikut masuk ke dalam kamar tidak lama setelahnya, membuat Jason semakin menunduk. "Haha, tidak apa-apa, Bibi.""Kalau begitu kami pamit pulang, ya." Jason dan ibunya segera berpamitan dari sana. Sepeninggal mereka berdua, Isla termenung di posisinya. Gadis itu menatap ke sekitar dengan kedua alis yang bertaut. "Apa tadi Jason dan Bibi berkata kalau aku tidur?" gumam Isla. Ga
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-01
Baca selengkapnya
10. Sosok Penghuni Trollehallar
Tiga minggu tidak terasa berlalu begitu saja setelah kejadian aneh yang dialami Isla di sekolah dan rumahnya. Gadis itu masih ingat dengan betul saat seorang lelaki bernama Kai datang mendatanginya dan mengatakan sesuatu yang sama sekali tak ia mengerti. Rhys. Isla ingat kalau Kai menyebutkan orang lain yang bernama Rhys. Namun siapa lagi itu? Isla sama sekali tak mengenalnya. Gadis itu bahkan tak tahu seperti apa rupa orang bernama Rhys itu. Dan yang jadi pertanyaannya lagi adalah, kenapa sosok bernama Kai itu sampai bisa datang ke rumahnya? Ibunya bahkan seperti tak menyadari kedatangan lelaki itu di sana. "Sebenarnya apa mau dia?" gumam Isla. Setelah kejadian itu, ia demam selama hampir dua minggu dan mengharuskannya untuk tetap istirahat di rumah. Bahkan Teresa sampai beberapa kali menjenguknya karena khawatir. Isla mendudukkan tubuhnya di bawah sebuah pohon besar dan melihat-lihat hasil jepretannya hari ini. Ia tak pernah paha
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-09-02
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status