Pendekar Elemen Ganda

Pendekar Elemen Ganda

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-29
Oleh:  Murlox  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
23Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Mandala, seorang pemuda yang dilahirkan dalam kemiskinan, menghadapi ujian berat setelah kehilangan kedua orang tuanya pada usia 2 tahun. Dibimbing oleh Mak Gawan, seorang pengasuh yang penuh kasih, mereka tinggal di desa kecil bernama Jelok di tepi hutan. Saat Mandala mencapai usia 18 tahun, panggilan petualangan mulai memanggilnya. Dengan Wejangan bijak dari Mak Gawan, yang tak hanya sebagai wali, tetapi juga sebagai guru dan orang tua, Mandala memulai perjalanan untuk mencari makna sejati kehidupan di luar desa yang selama ini menjadi rumahnya. Petualangannya membuka tabir rahasia masa lalunya dan membawanya pada pemahaman mendalam tentang diri sendiri dan dunia di sekitarnya.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1-Pelarian

Di tengah ketegangan, suara gemuruh memecah keheningan malam. Seorang pria kekar muncul, wajahnya menunjukkan ketegasan dan keberanian yang luar biasa. "Cepat, bawa anak kita pergi. Aku akan menahan mereka," ujarnya, mengirimkan wanita yang menggendong bayi untuk segera pergi."Tapi, kamu—" tak sempat menyelesaikan kata-katanya, wanita yang menggendong bayi kecil di pelukannya segera didorong dengan instruksi pergi.Wanita itu memandang dengan ratapan sedih, air mata tak terbendung dan tidak bertahan lama untuk tidak menetes. Akhirnya, wanita itu hanya menurut dan berpaling, segera pergi. Namun, di sepanjang perjalanan, ia terus menoleh ke belakang, mengkhawatirkan nasib suaminya.Sementara itu, sosok laki-laki yang baru saja ditinggalkan menggenggam pedang erat-erat di tangannya. Dia berdiri seolah bersiap menunggu kedatangan sesuatu yang semakin mendekat.Kelebat hitam muncul seriring waktu, lima sosok berpakaian gelap dari ujung kepala sampai ujung kaki mengepung keberadaan pria it

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Er_zhi.zhii
Wahhh keren kak semangat nulisnya. thor ijin promosi ya Seorang reinkarnasi terakhir dewi es berjuang merebut kembali haknya di Alam Dewa dan menghukum Si pengkhianat... Mampir di Menentang Dunia sampai jumpa...
2024-03-26 17:16:09
0
user avatar
Murlox
Thanks yg sudah mampir...
2023-12-31 01:49:30
2
23 Bab

Bab 1-Pelarian

Di tengah ketegangan, suara gemuruh memecah keheningan malam. Seorang pria kekar muncul, wajahnya menunjukkan ketegasan dan keberanian yang luar biasa. "Cepat, bawa anak kita pergi. Aku akan menahan mereka," ujarnya, mengirimkan wanita yang menggendong bayi untuk segera pergi."Tapi, kamu—" tak sempat menyelesaikan kata-katanya, wanita yang menggendong bayi kecil di pelukannya segera didorong dengan instruksi pergi.Wanita itu memandang dengan ratapan sedih, air mata tak terbendung dan tidak bertahan lama untuk tidak menetes. Akhirnya, wanita itu hanya menurut dan berpaling, segera pergi. Namun, di sepanjang perjalanan, ia terus menoleh ke belakang, mengkhawatirkan nasib suaminya.Sementara itu, sosok laki-laki yang baru saja ditinggalkan menggenggam pedang erat-erat di tangannya. Dia berdiri seolah bersiap menunggu kedatangan sesuatu yang semakin mendekat.Kelebat hitam muncul seriring waktu, lima sosok berpakaian gelap dari ujung kepala sampai ujung kaki mengepung keberadaan pria it
Baca selengkapnya

Bab 2-Perpisahan dan Pertemuan

Dua tahun kemudian, gubuk reot terletak di tengah-tengah hutan di bawah kaki Gunung Pendem. Sinar matahari menembus celah-celah pepohonan dan menerangi ruangan kecil gubuk. Di sekitar, suara riuh pepohonan dan nyanyian burung membuat suasana damai. Seorang wanita cantik berkulit pucat terbaring di atas ranjang kayu, sesekali menunjukkan gejala batuk layaknya sakit-sakitan. Sang ibu dalam keadaan terbaring sakit, dia menoleh pada seorang anak muda kecil di samping ranjang kayu, menatapnya dengan senyuman penuh kasih sayang. Wanita itu, dengan tangan lembut, menyentuh wajah anak muda kecil tersebut."Mandala, jelajahi dunia ini dengan matahari sebagai teman setiamu. Ibu akan tetap disini menunggumu kembali dengan cerita-cerita baru," bisiknya lembut, meski napasnya terengah-engah.Anak laki-laki yang baru saja berusia dua tahun itu tidak begitu mengerti dengan kata-kata ibunya. Mandala menatap ibunya dengan penuh kekhawatiran, namun tetap dengan senyum yang mencerminkan rasa pengharga
Baca selengkapnya

Bab 3-Sepanjang Tahun

Dengan langkah mantap, Mandala melangkah meninggalkan pondok kayu, membawa cerita dan warisan orang tuanya, serta tekad untuk menjalani hidup dengan penuh arti. Kakek Gawan berjalan di sebelahnya, memberikan dukungan dan bijak nasihat di setiap langkah perjalanan Mandala yang baru saja dimulai....Berjalan sepanjang hari melewati hutan, dua orang laki-laki tiba di ujung jalan setapak menuju sebuah desa di bawah kaki bukit."Nak, lihat itu adalah tempat tinggal kakek, desa Jelok," ucap Kakek Gawan sambil menunjuk ke arah pemukiman di seberang sungai.Mandala, yang baru pertama kali melihat tanah dengan bukit dan padang rumput yang luas, merasa terpukau. Dia yang terisolasi selama dua tahun di kedalaman hutan semakin meningkatkan rasa keingintahuannya tentang dunia yang luas ini.Mandala dan Kakek Gawan menyeberangi sungai, berjalan di atas jembatan kayu sederhana. Saat mencapai desa Jelok, mereka disambut hangat oleh penduduk setempat, beberapa orang tampak bertanya-tanya ketika melih
Baca selengkapnya

Bab 4-Energi Batin

Mandala mengangguk menghormati. "Apa yang sebaiknya aku lakukan, Kek?"Dengan senyum lembut, Kakek Gawan menjawab, "Dengar, setiap seniman bela diri terbagi menjadi dua, yaitu seniman bela diri biasa dan sejati. Kau pasti tahu, seniman bela diri biasa hanya dapat menggunakan kemampuan fisik tanpa tenaga dalam, sementara seniman bela diri sejati mampu menggabungkan keduanya.""Dalam aturan negeri ini, seniman bela diri yang dapat mengolah tenaga dalam memiliki keistimewaan tersendiri. Tenaga dalam yang bangkit biasanya memiliki keterkaitan dengan satu dari lima elemen, sehingga para seniman bela diri yang mengolah tenaga dalam juga dapat memanifestasikannya dalam bentuk elemen tunggal," ucap Kakek Gawan.Walaupun dia tidak secara eksplisit mengolah tenaga dalam, pengetahuannya tentang itu cukup tinggi. Apa yang dia maksud merujuk pada setiap seniman beladiri yang membangkitkan energi batin akan memperoleh salah satu dari lima elemen, yaitu Api, Air, Angin, Tanah dan Petir. Kakek Gawan
Baca selengkapnya

Bab 5-Awal Perjalanan

Esok harinya, Mandala bersiap mengemasi barang bawaannya di dalam kamar rumah kayu. Dia menatap ke arah langit-langit kamarnya dengan berbagai perasaan."Ibu, hari ini petualanganku akan sepenuhnya dimulai. Nasehat dan ajaranmu dahulu akan selalu kuingat," gumam Mandala dengan sorot mata tegas dan penuh kesungguhan.Mandala melangkah keluar dari pintu dengan tas kain yang diusungnya. Sementara itu, Mak Gawan menanti di tepat depan teras rumah. Raut wajah tuanya tampak mencerminkan kesedihan yang mendalam.Di bawah langit cerah yang berwarna biru, Mandala menghampiri Kakek Gawan dengan penuh hormat. Tatapan mereka bertemu, dan dalam keheningan yang menggelayuti udara, Kakek Gawan berbicara dengan suara yang penuh kelembutan."Mandala, hati-hatilah di perjalananmu. Ini bukan perpisahan, tetapi awal dari babak baru dalam hidupmu," ujar Mak Gawan sambil meraih tangan Mandala dengan penuh kasih sayang.Mandala merasakan getaran kehangatan dalam jabatan tangan itu, seolah-olah ia merasakan
Baca selengkapnya

Bab 6-Perampokan

Mangku Jati melihat ke kegelapan di depan mereka, seolah mencoba membaca petunjuk yang tak terlihat oleh mata biasa. Setelah beberapa saat yang terasa seperti berjam-jam, ia akhirnya menurunkan tangannya dan berbicara dengan suara rendah namun tegas."Kita tidak sendirian di sini. Ada kehadiran beberapa orang di depan sana, aku menduga mereka gerombolan perampok. Bersiaplah," ucap Mangku Jati, wajahnya serius dan penuh kewaspadaan.Pengawal-pengawal yang semula merasa bingung dan penasaran, kini berganti ekspresi menjadi serius. Mereka menarik pedang mereka, siap untuk menghadapi ancaman yang akan datang. Suasana tegang terbentang di malam yang semakin gelap.Tiba-tiba, dari kegelapan muncul serangkaian suara langkah kaki yang ringan. Figur bayangan mulai muncul di tepi jalan, dan setiap langkahnya diiringi dengan gemerisik dedaunan di tanah. Dalam sekejap, keenam orang tersebut dikelilingi oleh sekelompok orang aneh yang terlihat sedikit jelas di bawah pengaruh sinar obor.Mangku Jat
Baca selengkapnya

Bab 7-Campur Tangan

Melihat keahliannya diakui, Kaling tertawa terbahak-bahak. "Kau memang tidak biasa, Pak Tua. Namun, ini belum seberapa!" serunya sambil melancarkan serangan beruntun dengan kecepatan yang meningkat.Mangku Jati tetap tenang, mengarahkan aliran airnya untuk membentuk pola pertahanan yang kompleks. Setiap serangan Kaling bertemu dengan perlawanan yang lebih tangguh. Pertarungan semakin intens, dengan elemen air dan api bersatu dalam tarian yang menegangkan di malam yang gelap. Samar-samar terlihat asap beterbangan melalui pantulan cahaya api.Tiba-tiba, Mangku Jati mengubah strategi. Dengan cepat, ia menghentikan aliran airnya dan meluncur maju, menerjang Kaling dengan serangan mendalam. Kejutan ini membuat Kaling terkejut, namun dia dengan cepat merespons dengan mengeluarkan tenaga dalamnya yang mematikan.Pertarungan mencapai puncak ketegangan antara air yang mengalir dan kobaran api yang bergelora. Keduanya saling berusaha mengungguli satu sama lain. Membandingkan air dan api jelas m
Baca selengkapnya

Bab 8-Apakah Seri?

Mandala, yang sebelumnya merasa keuntungan berbalik ke arahnya, kini dihadapkan pada tantangan baru. Namun, ia tidak menunjukkan rasa takut. Sebaliknya, Mandala berkonsentrasi dan menyesuaikan diri dengan tingkat tenaga dalam yang tiba-tiba meningkat.Dalam momen klimaks ini, pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi pemenang masih tergantung di udara, menciptakan ketegangan yang sulit dijelaskan. Hanya waktu yang akan menentukan bagaimana nasib pertarungan ini akan berakhir.Mandala dan Kaling saling berhadapan di bawah cahaya bulan yang bersinar redup. Suasana tegang terasa di udara, dan keduanya memancarkan aura keberanian dan ketegasan. Dalam sekali kibasan, pedang mereka bersentuhan, menciptakan sinar kilat dan percikan api yang melingkupi pertarungan mereka.Kaling, dengan gerakan lincah dan serangan yang mematikan, mencoba menyerang setiap celah pertahanan Mandala. Namun, Mandala, dengan kecepatan dan kelincahannya yang luar biasa, mampu menghindar
Baca selengkapnya

Bab 9-Sampai di Kota

Dalam obrolan yang berlangsung lama, malam semakin larut, dan akhirnya, mereka pergi tidur di dekat pohon. Hanya beberapa pengawal yang tetap ditugaskan menjaga gerbong kereta.Mandala, sementara itu, tidak pergi jauh dari tempat tersebut dan tertidur di atas alas dedaunan yang dibuat dengan sedikit usaha....Di pagi hari selanjutnya, cahaya matahari perlahan menyapa mereka, membuat bayangan pohon-pohon dan gerbong kereta semakin memudar. Para pengawal yang setia segera bangun dari kewaspadaan malam sebelumnya, sementara yang lainnya terbangun dengan kantuk yang masih menyergap.Dengan semangat yang membara, Mandala melangkah dari tempat tidurnya yang sederhana. Penuh energi, dia bersiap untuk memulai hari baru. Rencananya masih menyelimuti pikirannya. Setelah mendengar sejumlah cerita menarik dari Mangku Jati semalam, Mandala semakin menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada berbagai hal.Mandala bersama kelompok Mangku Jati melanjutkan perjalanan menuju kota Murmur. Sebelum itu d
Baca selengkapnya

Bab 10-Melatih Harmony Angin

Dengan tekad yang baru tumbuh, Mandala melangkah maju menuju area pendaftaran. Pandangan matanya penuh dengan keteguhan, mencoba menembus kerumunan murid perguruan Manik Putih yang sibuk berbincang."Saya ingin mendaftar," ungkap Mandala, berdiri beberapa langkah di depan sekelompok pemuda berseragam putih-hitam itu.Ketika Mandala tiba di loket pendaftaran, seorang petugas ramah menyambutnya, "Selamat datang. Nama Anda?""Mandala."Petugas itu meneliti daftar peserta dan kemudian memberikan formulir pendaftaran kepadanya. "Isilah data dirimu dengan lengkap, dan lima koin perak sebagai biaya pendaftaran."Dengan hati yang berdegup cepat, Mandala menyelesaikan formulirnya. Dalam benaknya, keraguan dan tekad terus berbenturan, tetapi ia memilih untuk mempercayai keputusannya sendiri. Paling tidak, ini akan menjadi langkah awal perjalanannya di kota Murmur. Apakah dia akan memiliki kesempatan untuk menjadi murid perguruan atau tidak, itu hanya urusan belakang.Setelah menyerahkan formul
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status