Melihat keahliannya diakui, Kaling tertawa terbahak-bahak. "Kau memang tidak biasa, Pak Tua. Namun, ini belum seberapa!" serunya sambil melancarkan serangan beruntun dengan kecepatan yang meningkat.
Mangku Jati tetap tenang, mengarahkan aliran airnya untuk membentuk pola pertahanan yang kompleks. Setiap serangan Kaling bertemu dengan perlawanan yang lebih tangguh. Pertarungan semakin intens, dengan elemen air dan api bersatu dalam tarian yang menegangkan di malam yang gelap. Samar-samar terlihat asap beterbangan melalui pantulan cahaya api.Tiba-tiba, Mangku Jati mengubah strategi. Dengan cepat, ia menghentikan aliran airnya dan meluncur maju, menerjang Kaling dengan serangan mendalam. Kejutan ini membuat Kaling terkejut, namun dia dengan cepat merespons dengan mengeluarkan tenaga dalamnya yang mematikan.Pertarungan mencapai puncak ketegangan antara air yang mengalir dan kobaran api yang bergelora. Keduanya saling berusaha mengungguli satu sama lain. Membandingkan air dan api jelas memiliki sifat yang bertolak belakang. Kaling menyadari lawannya mampu menggunakan elemen air, menyebabkan sedikit kesulitan baginya. Sementara itu, Mangku Jati masih khawatir bahwa tenaganya terkuras secara terus-menerus.Dalam serangkaian gerakan yang lincah, Mangku Jati dengan cepat mengarahkan aliran air ke arah kobaran api Kaling. Namun, kekuatan api itu tak begitu saja padam. Kobaran api yang kuat mencoba menahan serangan air, menciptakan pertarungan elemen yang memukau.Sementara itu, Mangku Jati berusaha menjaga fokusnya, menyadari bahwa tenaganya semakin menipis. Ia memusatkan energi untuk menciptakan aliran air yang melingkupinya, berusaha menyerang sebisa mungkin. Namun, terlihat jelas bahwa daya serang air yang dia kendalikan mulai menyusut. Tenaga dalamnya yang terkuras hampir tidak bisa memanipulasi gerakan aliran air.Kaling, dengan kepiawaiannya mengendalikan Api, terus mengejar kelemahan lawannya. Ia menciptakan percikan kobaran api yang besar dan mencekam di sekitar Mangku Jati. Kobaran api semakin intens, dan Mangku Jati mulai merasa kewalahan.Tidak mengira keliang perampok ini ternyata begitu cakap, bahkan sampai mengalahkannya yang merupakan seorang tetua yang dihormati. Mangku Jati terus mengkompres tenaga dalamnya untuk menciptakan aliran air, sampai kobaran api di sekitarnya mulai menipis dan padam.Sayang, Mangku Jati jatuh berlutut di atas tanah dengan nafas yang tersenggal-senggal. Ketika pandangannya mulai teralihkan, pedang dengan kobaran api tipis mulai mengancam hidupnya.Dalam momen kemenangan itu, Kaling dengan tawa sinis mengejek Mangku Jati. Ia melihat kelelahan pada wajah sang Mangku dan memutuskan untuk tidak menghabiskan tenaganya sepenuhnya. "Kita bisa mengakhiri pertarungan ini," ucap Kaling dengan dingin dan penuh kebencian.Pedang berkobar di tangannya terangkat ke atas, siap untuk ditebaskan dan memenggal leher sang Mangku."Menyingkir!"Seruan muda tiba-tiba datang dari arah samping, menerobos kerumunan perampok.Kaling, yang menyadarinya, menoleh dengan sedikit rasa penasaran. Pandangannya menyapu kedatangan sosok muda yang dengan mudahnya menghancurkan barisan perampok. Dengan kehadiran sosok muda itu, ketegangan di udara semakin terasa. Keliang perampok itu mendecakkan lidah dengan raut wajah yang berkerut.Mandala datang entah dari mana, mendobrak perampok secara tiba-tiba. Mereka yang tidak mengetahui kedatangannya terkejut secara perlahan.Sabetan demi sabetan menyapu para perampok di sekitar Mandala, dengan serangan yang tak terduga membuat rasa kejutan dan ketidaksiapan."Jangan hanya melihat dasar bodoh, bunuh dia!" seru salah satu perampok, menginstruksikan langkah untuk menghadapi Mandala.Namun, dalam sekejap, Mandala dengan keahliannya yang luar biasa mampu mengatasi serangan-serangan itu. Kecepatan dan ketepatannya dalam bertarung membuat perampok-perampok tersebut kewalahan.Dalam kekacauan itu, Mandala menunjukkan keunggulannya sebagai pejuang yang handal. Kehadirannya tidak hanya mengubah dinamika pertarungan, tetapi juga memberikan sentilan harapan bagi mereka yang sebelumnya terjebak dalam ketakutan."Siapa pemuda ini?" Lirih tanya Mangku Jati begitu melihat aksi kedatangan seorang anak muda menyerang dengan berani gerombolan perampok.Dengan kelincahannya, Mandala sampai beberapa meter di hadapan Kaling. Mengacungkan pedangnya, ia menyuruh pemimpin perampok itu menjauh dari sang Mangku, menciptakan momen ketegangan di antara mereka.Wajah Kaling terpancar kemarahan saat melihat Mandala menghadang jalannya. "Siapa kau yang berani campur tangan?" serunya dengan nada yang penuh keangkuhan.Mandala tersenyum, tak terpengaruh oleh intimidasi Kaling. "Aku Mandala, penegak keadilan. Dan kau, pemimpin perampok, harus berhenti sekarang."Kaling, meskipun menunjukkan ketidaksenangan, merasa tergoda oleh keberanian Mandala. Sementara itu, Mangku Jati yang masih berlutut di tanah, melihat kejadian ini dengan penuh harapan."Jangan terlalu percaya pada keberanianmu, Nak. Kau terlalu naif!" Ujar Kaling sambil menggeram. "Aku akan menghancurkanmu!"Pertarungan antara Mandala dan Kaling pun dimulai, menciptakan atmosfer ketegangan yang semakin memuncak di tengah kekacauan yang belum reda. Dalam serangkaian gerakan yang cepat dan presisi, pedang mereka bersentuhan, menciptakan percikan api yang memenuhi udara.Mangku Jati, meskipun lemah karena usia tua, memandangi pertarungan tersebut dengan keyakinan bahwa kehadiran Mandala membawa harapan kemenangan bagi mereka. Mangku Jati menggunakan momen itu untuk memulihkan sedikit tenaganya, dan bergegas membantu pengawal yang lain menghadapi perampok.Dentingan pedang yang saling beradu menciptakan kebisingan di bawah sinar bulan. Mandala, yang berhadapan dengan Kaling, sang kepala perampok, menemukan keadaan yang buntu.Perbedaan kekuatan jelas menjadi masalah di antara keduanya. Mandala, yang lebih muda, justru kurang dalam pengalaman dan keterampilan tenaga dalam. Sementara Kaling, yang jauh lebih hebat, berusaha mengakhiri anak muda itu dengan seni bela diri biasa.Namun, cukup mengejutkan bahwa Mandala ternyata terampil dengan seni bela diri, membuat sang pemimpin perampok tidak bisa bertindak sesuka hati.Dalam serangkaian gerakan yang lincah, Mandala mampu menahan serangan Kaling. Meskipun Kaling memiliki kekuatan yang lebih besar, Mandala mengimbangi dengan kecepatan dan ketepatannya dalam bertarung. Setiap serangannya diantisipasi dengan gesit, menciptakan tarian pedang yang memukau di bawah cahaya bulan.Sementara itu, para perampok yang menyaksikan pertarungan ini menjadi terdiam, terkagum-kagum oleh kemampuan Mandala yang melebihi ekspektasi. Mangku Jati, yang sebelumnya lemah, menatap pertarungan itu dengan mata penuh harapan.Mandala, dengan keberanian dan keterampilannya, menunjukkan bahwa kekuatan bukanlah segalanya. Meskipun Kaling terampil dalam seni bela diri biasa, Mandala mampu mengecoh dan memberikan serangan balasan yang mematikan.Pertarungan di bawah sinar bulan menjadi semakin intens, menciptakan atmosfer ketegangan yang terus meningkat. Sementara Kaling merasa semakin terdesak, Mandala tetap tegar.Akhirnya, Kaling memutuskan untuk menggunakan tenaga dalam yang dimilikinya. Mungkin kesalahan baginya menganggap anak muda itu jauh lebih enteng darinya. Sampai-sampai memaksa menggunakan tenaga dalam dari seorang seniman bela diri sejati adalah usaha yang luar biasa.Kaling menggumpalkan tenaga dalamnya dengan maksimal, memancarkannya melalui tubuhnya seperti kobaran api yang mempesona. Serangan dan gerakannya menjadi lebih cepat dan kuat, menciptakan efek yang memukau di sekitarnya.Dalam pikiran Kaling, ia memutuskan untuk mengakhiri pertarungan ini secepat mungkin. Memaksa dirinya menggunakan tenaga dalam dua kali begitu menyiksa baginya. Pertarungan dengan Mangku Jati sebelumnya sudah menguras setengah dari energinya, dan sekarang Mandala memaksa Kaling menggunakan tenaga dalam itu lagi....Mandala, yang sebelumnya merasa keuntungan berbalik ke arahnya, kini dihadapkan pada tantangan baru. Namun, ia tidak menunjukkan rasa takut. Sebaliknya, Mandala berkonsentrasi dan menyesuaikan diri dengan tingkat tenaga dalam yang tiba-tiba meningkat.Dalam momen klimaks ini, pertanyaan tentang siapa yang akan menjadi pemenang masih tergantung di udara, menciptakan ketegangan yang sulit dijelaskan. Hanya waktu yang akan menentukan bagaimana nasib pertarungan ini akan berakhir.Mandala dan Kaling saling berhadapan di bawah cahaya bulan yang bersinar redup. Suasana tegang terasa di udara, dan keduanya memancarkan aura keberanian dan ketegasan. Dalam sekali kibasan, pedang mereka bersentuhan, menciptakan sinar kilat dan percikan api yang melingkupi pertarungan mereka.Kaling, dengan gerakan lincah dan serangan yang mematikan, mencoba menyerang setiap celah pertahanan Mandala. Namun, Mandala, dengan kecepatan dan kelincahannya yang luar biasa, mampu menghindar
Dalam obrolan yang berlangsung lama, malam semakin larut, dan akhirnya, mereka pergi tidur di dekat pohon. Hanya beberapa pengawal yang tetap ditugaskan menjaga gerbong kereta.Mandala, sementara itu, tidak pergi jauh dari tempat tersebut dan tertidur di atas alas dedaunan yang dibuat dengan sedikit usaha....Di pagi hari selanjutnya, cahaya matahari perlahan menyapa mereka, membuat bayangan pohon-pohon dan gerbong kereta semakin memudar. Para pengawal yang setia segera bangun dari kewaspadaan malam sebelumnya, sementara yang lainnya terbangun dengan kantuk yang masih menyergap.Dengan semangat yang membara, Mandala melangkah dari tempat tidurnya yang sederhana. Penuh energi, dia bersiap untuk memulai hari baru. Rencananya masih menyelimuti pikirannya. Setelah mendengar sejumlah cerita menarik dari Mangku Jati semalam, Mandala semakin menunjukkan ketertarikan yang mendalam pada berbagai hal.Mandala bersama kelompok Mangku Jati melanjutkan perjalanan menuju kota Murmur. Sebelum itu d
Dengan tekad yang baru tumbuh, Mandala melangkah maju menuju area pendaftaran. Pandangan matanya penuh dengan keteguhan, mencoba menembus kerumunan murid perguruan Manik Putih yang sibuk berbincang."Saya ingin mendaftar," ungkap Mandala, berdiri beberapa langkah di depan sekelompok pemuda berseragam putih-hitam itu.Ketika Mandala tiba di loket pendaftaran, seorang petugas ramah menyambutnya, "Selamat datang. Nama Anda?""Mandala."Petugas itu meneliti daftar peserta dan kemudian memberikan formulir pendaftaran kepadanya. "Isilah data dirimu dengan lengkap, dan lima koin perak sebagai biaya pendaftaran."Dengan hati yang berdegup cepat, Mandala menyelesaikan formulirnya. Dalam benaknya, keraguan dan tekad terus berbenturan, tetapi ia memilih untuk mempercayai keputusannya sendiri. Paling tidak, ini akan menjadi langkah awal perjalanannya di kota Murmur. Apakah dia akan memiliki kesempatan untuk menjadi murid perguruan atau tidak, itu hanya urusan belakang.Setelah menyerahkan formul
Dengan nama baru yang diberikan, Mandala merasa semakin terhubung dengan latihannya. Ia memutuskan membawa energi dan keharmonisan dari latihan "Harmony Angin" ini ke dalam tantangan mendatang. Namun, itu satu-satunya yang bisa dia manfaatkan sekarang, sementara elemen petirnya masih menjadi rahasia, dan Mandala belum menemukan petunjuk untuk melatihnya.Tak lama setelah matahari bersinar terang dari arah timur, Mandala yang selesai dengan latihannya segera pergi keluar, berniat untuk mencari sarapan pagi. Kakinya melangkah melewati pintu kamar penginapan di lantai dua, dan ia pun muncul di lorong menuju tangga ke lantai bawah.Saat itu juga, telinga Mandala berdenyut mendengar kebisingan yang datang dari bawah. Dia tidak tahu apa yang terjadi, namun menurut pengetahuannya, penginapan ini memiliki dua tingkat, dan lantai di bawahnya merupakan restoran. Dengan rasa penasaran yang tumbuh, Mandala melangkah menuju tangga yang mengarah ke lantai bawah. ..."Dasar wanita tua! Mau berapa l
Pada saat ini, rentenir dengan kepalan tangannya melaju melewati sisi kiri kepala Mandala yang tengah menghindar. Percikan api dari tinjunya membawa suhu panas ekstrim, hampir membakar segala yang ada di sekitarnya.Beruntung, Mandala dilengkapi dengan pelindung angin yang dengan cepat menolak api, menjauhkannya dari tubuh Mandala seperti magnet dengan gaya tolak.Rentenir mencoba memukul Mandala dengan serangan tinju berapi, tetapi sia-sia karena tidak mampu menyentuh tubuh Mandala yang gesit dan terlindung. Mandala dengan cepat bergerak ke sisi rentenir, memanfaatkan angin untuk menyeimbangkan kekuatan.Dengan cermat, Mandala merespons serangan berikutnya dari rentenir. Ia melompat mundur, menghindari pukulan berbahaya yang datang dengan kecepatan tinggi. Angin membentuk perisai tak terlihat, menjaga Mandala dari ancaman yang terus berdatangan.Rentenir semakin frustrasi, berusaha menguasai pertarungan dengan kekuatan apinya. Namun, Mandala dengan keahlian mengarahkan hembusan angin
Mandala, yang masih tergeletak di tanah dengan luka-lukanya, menatap dengan keterkejutan dan kelegaan. Kedatangan murid senior tersebut membawa harapan baru dalam pertarungan yang tampaknya sudah tidak mungkin untuk dimenangkan."Sekarang, serahkan senjata kalian dan akui kesalahan kalian. Kami akan memberikan sanksi yang sesuai atas pelanggaran ini," lanjut murid senior yang lain, suaranya penuh otoritas."Cih!"Rentenir yang tadinya sangat yakin dengan kemenangan mereka, sekarang terlihat ragu. Mereka saling pandang, berat hati menyerahkan senjata mereka. Dengan langkah kesal, mereka segera berbalik dan memungut rekannya yang terluka kemudian kabur dengan cepatnya."Kau beruntung kali ini bocah," ucapnya dengan sinis, tampak tatapan dingin yang menusuk dari kedua rentenir.Tiba-tiba kepulan asap putih muncul dari ledakan bom asap yang dengan sengaja para rentenir itu lemparkan. Tentu hal ini sangat berguna untuk mengelabui jika mereka ingin kabur."Hei, mau kemana kalian," seru seor
Selain itu, Mandala juga belajar bahwa kekuatan sejati memerlukan keseimbangan antara kelembutan dan kekuatan. Dengan menggali pemahaman tentang kebijaksanaan, dia dapat membentuk karakternya tidak hanya sebagai pejuang yang tangguh, tetapi juga sebagai individu yang bijaksana dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Latihan fisiknya bukan hanya sekadar melatih tubuh, tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam pengenalan diri dan nilai-nilai yang dipegang teguh.Malam pun tiba tak lama setelah itu, Mandala tidak menghabiskan kebanyakan waktunya hanya untuk beristirahat dalam pemulihan. Ia juga bergerak untuk mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya yang kosong."Berapa total bayaran makanan yang saya pesan?" tanya Mandala pada pemilik penginapan sekaligus restoran sebelumnya.Wanita tua itu tersenyum ramah, merasa agak sedikit berat hati untuk berkata, "Totalnya dua puluh lima perak, tuan," ucapnya.Mendengar itu, Mandala agak sedikit bingung. Sebelumnya, dia hanya mem
Mandala telah berlatih dengan penuh tekad, menunjukkan detail-detail teknik yang telah dia kembangkan selama bertahun-tahun. Dia tidak hanya berfokus pada kekuatan fisik, tetapi juga pada harmoni pembentukan tenaga dalamnya. Selain itu, hampir sebagian besar peserta ujian di tempat itu seumuran dengannya, hal ini sedikit membangkitkan tekad dan daya saing Mandala. Dia tidak sabar ingin menunjukkan kekuatan penuh dari hasil latihannya selama ini.Sementara waktu berlalu, atmosfer perguruannya semakin terasa intens. Beberapa saat kemudian, sekelompok tetua yang biasanya bergelar Mangku perguruan Manik Putih datang dan duduk di atas podium penjurian. Mandala, bersama dengan para calon murid lainnya, menyaksikan dengan tegang di lapangan latihan.Suasana hening, dan kemudian terdengarlah pengumuman. "Terima kasih atas kehadiran kalian semua, anak muda," seru salah seorang tokoh Mangku perguruan."Namaku Gumanar, orang yang akan memandu seleksi di ujian kali ini," lanjutnya berlogat penuh
Mendengar itu, Mandala sedikit merasa aneh. Sebenarnya, bukan itu yang dia maksudkan, tapi entah mengapa gadis ini memiliki begitu banyak pertanyaan.Mandala mencoba menjelaskan, "Tentu aku bersedia bekerja sama, tapi kita juga harus fleksibel. Mungkin akan ada situasi di mana kita harus bergerak sendiri. Yang penting, kita saling mendukung dan berbagi informasi.""Baiklah kalau begitu," kata Hayin. "Aku juga akan berusaha menemukan informasi mengenai kebenaran semua ini."Berpikir untuk menemukan ide dalam memecahkan masalah, Mandala dan Hayin berusaha keras mengobrak pikirannya, memikirkan rencana apa yang harus dia lakukan.Tapi, dengan kekuatannya saat ini, menghadapi bahaya tak terduga ataupun berurusan dengan para Mangku misterius itu sangatlah mustahil baginya. Bukan hanya dirinya, bahkan seluruh pemuda yang senasib dengannya tidak akan mampu mengatasi orang-orang itu, walaupun jumlah mereka terbilang banyak.Dalam keheningan gua yang gelap, Mandala dan yang lainnya terus menca
Mandala dan para anak muda berdiri bersama, memperhatikan dengan seksama sosok Mangku yang tampak memiliki aura mencekam dan menakutkan. Mereka merasakan kehadiran yang kuat dan misterius dari para Mangku tersebut.Tak seorang pun menunjukkan celah identitas mereka, hampir semua tubuh mereka tertutup kain hitam, kecuali daerah sekitar mata.Anak-anak muda yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menggigit bibir dengan rasa takut dan khawatir.Sejak diculik, mereka terikat tali cukup lama, tanpa mengetahui alasan atau penyebabnya. Ikatan itu kemudian dilepaskan, namun mereka dibawa ke tempat yang tidak diketahui.Sekarang, mereka berdiri kaku, menyembunyikan keresahan hati masing-masing di hadapan sekelompok orang berbahaya ini."Satu hal yang harus kalian ketahui, mulai sekarang kalian akan menghadapi kehidupan seperti neraka, dan jangan coba-coba kabur dari sini." Nada suara yang dingin masih membingungkan.Sebagian dari pemuda yang diculik tidak mengerti perkataan itu."Tunggu, apa maksud
Waktu berlangsung sangat lambat bagi Mandala yang terkurung di dalam gerbong tanpa dapat bergerak bebas.Di dalam gerbong kereta itu, Mandala tak mengetahui berapa waktu yang telah berlalu. Namun, menurut perkiraannya, telah lewat satu hari penuh, dari malam hingga malam lagi.Langkah kuda dan roda gerbong kereta tiba-tiba berhenti bergerak, memberikan sedikit rasa tegang dan kepanikan di antara Mandala dan anak-anak lainnya.Tak lama pintu kayu yang dilapisi jeruji besi perlahan terbuka, memperlihatkan nyala obor dan sekelompok orang berpakaian hitam. Penampilan mereka tampak misterius di mata anak muda yang tinggal di dalam gerbong."Kalian semua bisa keluar!" tukas salah seorang dari sekelompok sosok misterius itu.Mereka ragu-ragu sejenak, namun dengan terpaksa melangkah keluar setelah melihat tatapan tajam dari mata sekelompok orang misterius itu.Setelah keluar dari gerbong, Mandala dan anak-anak lainnya dikepung oleh sosok-sosok misterius. Suasana tegang semakin terasa ketika s
Ketika malam semakin larut, sosok Mandala tiba-tiba membuka mata dari tidurnya yang nyenyak. Entah mengapa, ia merasakan kegelisahan dalam dirinya tanpa penyebab pasti. Mandala kemudian bangun dari tempat tidurnya, mengedarkan pandangannya ke segala arah. Namun, ia hanya menemukan kamar yang tenang, diterangi oleh cahaya samar dari lampu minyak."Apa aku baru saja bermimpi buruk?" ungkapnya dengan rasa keanehan."Kurasa tidak, atau mungkin aku terlalu kelelahan," ucapnya lagi sebelum hendak duduk bersila di atas lantai kamar penginapan.Tapi, secara tak terduga, sosok berseragam hitam muncul di belakangnya, memberikan Mandala kejutan yang luar biasa.Sayangnya, ia tidak dapat bereaksi tepat waktu sebelum sosok berseragam hitam itu menghantam tengkuknya dengan keras, membuat Mandala terjatuh pingsan dalam sekejap mata."Target terakhir selesai," bisik kata sosok itu.Ia kemudian membawa tubuh Mandala yang jatuh pingsan di atas bahunya, keluar melewati jendela kamar pengitapan di tempa
Semuanya mengangguk setuju, berdasarkan penilaian mereka, tidak ada yang memenuhi syarat untuk memasuki perguruan, kecuali para peserta mencapai peringkat sepuluh besar, atau mungkin mendapatkan pengecualian berdasarkan performa mereka.Kembali ketika tombak-tombak tanah terbang ke arah Mandala dengan kecepatan luar biasa yang tidak mungkin dihindari oleh orang biasa.Namun, Mandala dengan keahliannya menghindari serangan itu seolah itu hanya angin yang berlalu. Terhitung selusin tombak terbang di udara, melewati tubuh Mandala yang bergerak seperti kilat membentuk lintasan cahaya yang luar biasa.Di balik tekanan yang luar biasa, terdapat kekuatan hebat yang baru saja bangkit dalam dirinya. Hal ini mendorong Mandala menuju tingkatan yang beberapa kali lebih tinggi dibanding kemampuan yang dia miliki sebelumnya.Gamara dengan ekspresi terkejut, ia tak menyangka serangan terkuatnya akan dihindari dengan semudah itu.Sekejap mata, sosok Mandala muncul tepat di hadapan Gamara, membuatnya s
Sayangnya, Mandala dengan sigap menghindari serangan tersebut dengan gerakan yang sangat gesit. Keduanya saling berhadapan dalam pertarungan yang semakin mendebarkan.Mandala tidak tinggal diam. Dengan kecepatannya yang didorong oleh unsur angin, ia mendekati Gamara dan melancarkan serangan bertubi-tubi. Gamara, sementara itu, terus menggunakan kekuatannya untuk mengendalikan unsur tanah, menciptakan rintangan dan perangkap di sekitar arena.Pertarungan menjadi semakin kompleks dengan setiap serangan dan kontra yang dilancarkan. Teknik tenaga dalam dan gerakan bela diri tangan kosong saling berkejaran di tengah arena. Penonton terlihat antusias oleh pertunjukan kekuatan dan keahlian yang ditunjukkan oleh kedua petarung.Tetua Manik Putih di podium penjurian, sementara itu, memperhatikan dengan cermat. Ia meresapi setiap aspek pertarungan, mencoba memahami kedalaman strategi dan keahlian bela diri yang ditunjukkan oleh Gamara dan Mandala.Di tengah intensitas pertarungan, Gamara dan Ma
Keduanya kemudian berdiri di tengah arena, saling berhadapan satu sama lain, menunggu instruksi lebih lanjut dari Mangku Gumanar.Hembusan udara dingin merambat di atas arena, menciptakan ketegangan di antara keduanya."Mulai!" Mangku Gumanar pun berseru, menandakan pertarungan telah dimulai.Mandala dengan cepat menunjukkan kuda-kuda bertarungnya, bersiap menghadapi lawan dengan penuh kepercayaan diri dan tekad yang kuat.Adapun Gamara, dibandingkan dengan lawannya, dia justru lebih tenang dengan sikapnya yang tegap nan kokoh. Raut kearoganan terpancar dari sepasang sorot matanya."Namamu Mandala, bukan?" Dengan sengaja, ia membuka sedikit topik melalui pertanyaan yang sebenarnya tidak berguna, padahal ia tahu sendiri siapa lawannya.Namun, Mandala membalas perkataan itu dengan sedikit anggukan dalam keheningan."Lawan aku dengan segenap kemampuan yang kau miliki, jangan menunda lebih lama karena waktuku sangat berharga," ujarnya dengan nada suara yang angkuh.Mandala mengernyit mend
Dukubana melepaskan pusaran angin kuat ke arah Arcamada dengan satu gerakan tangan. Namun, dengan kefasihan yang sama, Arcamada menanggapi dengan membentuk barikade air melingkupi dirinya, menghambat serangan angin tersebut.Pertarungan terus berlanjut, keduanya saling menunjukkan kekuatan dan kelincahan mereka. Tetua Manik Putih di podium penjurian menunjukkan ekspresi serius, memperhatikan setiap gerakan. Mangku Gumanar, meskipun tampak tenang, juga tak kalah fokus dalam menilai setiap aspek pertarungan.Dukubana dan Arcamada saling berhadapan lagi, mata penuh determinasi. Keduanya merasakan intensitas pertarungan ini, dan penonton terhipnotis oleh pertunjukan keahlian bela diri mereka.Mandala, yang berdiri di samping arena, menatap pertarungan dengan seksama. Ia mencoba mempelajari setiap gerakan, terutama Dukubana yang menggunakan unsur angin.Setiap orang memiliki gaya bertarung dan pengendalian afinitas yang berbeda, tergantung pada cara mereka memanfaatkan keahlian yang telah
Mandala telah berlatih dengan penuh tekad, menunjukkan detail-detail teknik yang telah dia kembangkan selama bertahun-tahun. Dia tidak hanya berfokus pada kekuatan fisik, tetapi juga pada harmoni pembentukan tenaga dalamnya. Selain itu, hampir sebagian besar peserta ujian di tempat itu seumuran dengannya, hal ini sedikit membangkitkan tekad dan daya saing Mandala. Dia tidak sabar ingin menunjukkan kekuatan penuh dari hasil latihannya selama ini.Sementara waktu berlalu, atmosfer perguruannya semakin terasa intens. Beberapa saat kemudian, sekelompok tetua yang biasanya bergelar Mangku perguruan Manik Putih datang dan duduk di atas podium penjurian. Mandala, bersama dengan para calon murid lainnya, menyaksikan dengan tegang di lapangan latihan.Suasana hening, dan kemudian terdengarlah pengumuman. "Terima kasih atas kehadiran kalian semua, anak muda," seru salah seorang tokoh Mangku perguruan."Namaku Gumanar, orang yang akan memandu seleksi di ujian kali ini," lanjutnya berlogat penuh