Share

02. XIAN LING

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-04 05:00:50

Alam semesta membagi dunia menjadi tiga bagian yaitu Dunia Atas, Dunia Tengah, dan Dunia Bawah.

Dunia Atas dihuni oleh dewa dan dewi yang sudah turun temurun, juga dewa dan dewi yang berhasil mencapai tingkatan keabadian ini melalui kultivasi. Penghuni Dunia Atas ini menganggap mereka adalah tingkatan tertinggi dalam kehidupan yang kadang menganggap remeh Dunia Bawah yang dihuni oleh manusia tanpa keabadian.

Dunia Tengah adalah dunia yang kejam yang banyak dihuni oleh cultivator yang mati-matian berusaha berkultivasi untuk mencapai keabadian. Selain berkultivasi, mereka juga mempelajari ilmu bela diri yang hebat sehingga mereka hanya menganggap manusia tanpa keabadian di Dunia Bawah sebagai budak mereka saja.

Dunia Bawah adalah dunia yang berjalan normal dengan banyaknya manusia yang tanpa keabadian. Dunia ini banyak dihuni oleh pendekar-pendekar sakti, namun sayangnya mereka tetap akan mati bila waktunya sudah tiba, tidak memandang seberapa besar kesaktian mereka. Itulah yang juga membuat cultivator tidak begitu memandang pendekar sebagai saingan mereka.

Benua Timur, salah satu benua di Dunia Tengah yang banyak sekali melahirkan cultivator dan immortal yang hebat.

Benua Timur merupakan benua terbesar dan benua yang paling strategis untuk jalur perdagangan, maupun untuk markas sekte dan rumah lelang.

Selain Benua Timur yang memang terkenal sebagai Kerajaan terbesar di Dunia Tengah ini, masih terdapat benua-benua lainnya yang juga banyak melahirkan cultivator hebat.

Empat benua lainnya di Dunia Tengah ini adalah Benua Selatan, Benua Barat, Benua Tengah, dan Benua Utara.

Di Benua Timur inilah Xian Ling dibesarkan.

Xian Ling yang tumbuh tanpa bimbingan dari permaisuri, sama sekali tidak tertarik dengan kehidupan di dalam kerajaan.

Sejak kecil, Xian Ling diberikan master bela diri untuk mengajarinya ilmu bela diri agar bisa bertahan dari orang-orang di sekitarnya yang hendak berbuat jahat kepadanya karena statusnya yang menjadi Putri Mahkota Kerajaan Benua Timur.

Xian Ling memang dekat dengan pamannya Xian Heng yang juga kadang-kadang mengajarinya ilmu bela diri.

Xian Heng tidak terganggu oleh Xian Ling yang ditetapkan Kaisar Xian Shen menjadi pewaris tahta Kerajaan Benua Timur. Baginya, apapun keputusan kakak tertuanya ini adalah keputusan terbaik untuk kelestarian Kerajaan Benua Timur.

“Paman Heng ... aku mau belajar kultivasi!” rengek Xian Ling kepada pamannya saat mereka bertemu di aula istana.

“Nanti ya kalau kamu sudah cukup umur! Di usia kamu sekarang masih belum boleh mempelajari teknik kultivasi, nanti paman dimarahi ayahmu!” ujar Xian Heng menenangkan keponakan kesayangannya ini.

“Jadi kapan baru aku boleh mempelajari teknik kultivasi seperti yang ayah dan paman pelajari?” tanya Xian Ling.

“Aduh ... paman tidak tahu berapa usia yang tepat untuk mulai belajar kultivasi! Mungkin lebih baik kamu tanya ayahmu saja!’ ujar Xian Heng.

“Ayah sibuk dengan tugasnya sebagai Kaisar. Paman saja yang jawab!” kata Xian Ling memaksa Xian Heng menjelaskannya.

Wajah Xian Ling yang menggembung pipinya dan cemberut membuat Xian Heng ingin tertawa dan tidak tega terhadap keponakannya ini.

“Setahu paman, teknik awal kultivasi baru bisa dipelajari saat berusia 15 tahun atau 16 tahun tergantung kondisi!” ujar Xian Heng. “Teknik Body Tempering Realm, namanya.”

“Berarti masih lama ya paman? Kenapa tidak bisa dipelajari sebelum berumur 16 tahun ya paman?” tanya Xian Ling penasaran.

“Mungkin bisa saja jika memiliki tubuh yang kuat, tapi paman tidak tahu pasti!” jelas Xian Heng.

“Aku bosan, paman! Master hanya mengajarkan dasar ilmu bela diri saja, tidak ke inti jurusnya!” seru Xian Ling.

“Kamu harus memperkuat tubuhmu dahulu Ling’er, barulah kamu bisa menyerap jurus inti! Mastermu sudah benar, hanya mengajarkan jurus dasar dahulu agar tubuhmu bisa menerimanya!” jelas Xian Heng.

“Jadi menurut paman, aku harus terus menerus belajar jurus dasar hingga tubuhku kuat untuk menerima jurus inti?” tanya Xian Ling dengan wajah kesal.

“Begitulah kira-kira, Ling’er!” jawab pamannya.

“Hufh ...!”

Xian Ling kesal sekali begitu mengetahui kalau dia tidak bisa belajar jurus-jurus inti yang bisa digunakan dalam pertarungan. Jurus-jurus dasar hanya sebagai penguat gerakan saja jika sudah mempelajari jurus-jurus inti.

“Kenapa aku tidak boleh keluar dari istana ini ya paman?” tanya Xian Ling lagi.

“Kamu masih kecil, jadi ayahmu melarangmu keluar dari lingkungan istana!” kata Xian Heng mencoba menjelaskannya kepada Xian Ling.

"Memangnya kenapa? kalau aku keluar ditemani paman, boleh?' tanya Xian Ling penasaran.

"Tetap tidak boleh, Ling'er ..." ujar Xian Heng.

"Sebenarnya ada apa sih paman, kok aku tidak boleh keluar sama sekali! Aku juga ingin melihat dunia di luar istana!" seru Xian Ling dengan kesal.

"Banyak yang mengincar dirimu Ling'er ... karena kamu adalah pewaris tahta kerajaan yang tidak begitu disukai sebagian pejabat kerajaan!" jelas Xian Heng.

"Berarti aku sama sekali tidak aman berada di dalam istana!" ujar Xian Ling.

"Kalau di dalam istana, tidak ada yang berani menyakitimu, Ling'er ..." ujar Xian Heng lagi.

"Apa paman Heng bisa jamin kalau aku akan aman selalu di dalam istana kerajaan ini?" tanya Xian Ling kepada Xian Heng.

"Paman tidak tahu Ling'er, tapi kalau di dalam istana kamu lebih aman daripada berada di luaran sana!" kata Xian Heng lagi.

Xian Ling memasang wajah cemberut karena tidak berhasil membujuk Xian Heng untuk mengajaknya keluar dari istana.

"Kamu harus banyak belajar ketatanegaraan karena kamu ini Putri Mahkota! Harus bisa mengatur semua pejabat yang berada di bawah kekuasaanmu, apalagi banyak juga pejaabat korup di kerajaan ini!" lanjut Xian Heng.

"Kenapa paman tidak mengadukan pejabat korup ini kepada ayah?" tanya Xian Ling.

"Percuma saja! Hampir semua pejabat di Kerajaan Benua Timur ini adalah pejabat yang korup ... percuma saja memberantas mereka karena pejabat baru akan melakukan hal yang sama!" jelas Xian Heng.

"Wah! Rumit sekali! Aku tidak ingin menjadi Ratu Kerajaan Benua Timur, paman! Kenapa bukan paman saja yang mewarisi tahta dari ayah?" tanya Xian Ling.

Pertanyaan sederhana dari gadis cilik tapi begitu menyentak hati Xian Heng.

"Paman juga tidak begitu menyukai politik kerajaan, Ling'er! Sama seperti dirimu!" sahut Xian Heng sambil memencet hidung gadis cilik ini.

"Paman! Tidak boleh memencet hidung Putri Mahkota!" seru Xian Ling yang bersikap bagaikan Ratu Kerajaan.

"Hahaha! Kamu akan jadi Ratu yang bijaksana bagi negeri kita ini, Ling'er! Terima saja takdirmu ya!" saran Xian Heng.

"Takdirku adalah menjadi Dewi Kultivator Tertinggi! Aku akan melebihi Immortal dan hidup abadi, paman! Aku sama sekali tidak tertarik terus berada di dalam istana seperti sekarang ini! Sungguh membosankan!"

"Wah! Paman akan kalah darimu kalau kamu berhasil menjadi Dewi Kultivator yang hebat itu!" sahut Xian Heng.

Bab terkait

  • Dewi Kultivator Langit   03. MENARA LONCENG

    Di sudut istana yang megah dan penuh kemewahan, ada satu bangunan yang selalu dihindari, tempat yang bahkan para pelayan istana enggan menatap terlalu lama. Itu adalah menara lonceng—sebuah bangunan tua yang kini tampak merana, ditinggalkan begitu saja. Dulu, menara ini menjadi pusat perhatian, tempat lonceng berat yang menggema di seluruh istana, memperingatkan para penghuni tentang bahaya yang mendekat. Namun, sejak Kaisar Xian Shen berkuasa, menara itu telah sunyi, dan tak seorang pun berani mengganggu keheningan yang melingkupi kekuasaan sang kaisar.Xian Ling, putri mahkota yang selalu diliputi rasa ingin tahu, merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar cerita hantu yang beredar di antara para pelayan. Dengan hati berdebar dan keberanian yang mendidih dalam dirinya, ia memutuskan untuk menembus tabu yang telah lama membayangi menara lonceng. "Mungkin di sana aku bisa menemukan hantu yang bisa mengajariku jurus-jurus inti dengan cepat," gumamnya dengan semangat yang tak bisa ia ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Dewi Kultivator Langit   04. NIRVANA HEAVEN ART BOOK

    Menara Lonceng berdiri megah, menjulang tinggi di atas dataran luas Benua Timur, bayangannya memanjang seiring matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Menara yang telah berdiri kokoh selama ribuan tahun ini menyimpan rahasia yang tak terhitung jumlahnya, namun satu di antaranya adalah yang paling berharga—Kitab Nirvana Surgawi, sebuah artefak legendaris yang telah lama dianggap hilang.Di tengah keheningan yang mencekam, suara langkah kaki lembut terdengar, menggemakan keheningan di dalam menara tua itu. Putri Xian Ling, dengan pakaian sutra emas yang mengalir lembut di tubuhnya, melangkah hati-hati di antara reruntuhan menara. Rambut hitamnya yang tergerai dihiasi oleh pin emas berbentuk burung phoenix, dan matanya yang cerah berkilau seperti bintang-bintang di langit malam. Dia tidak tahu bahwa takdir besar akan menyambutnya di puncak menara ini.Setelah berjam-jam mendaki dan menjelajahi setiap sudut menara yang berdebu, Xian Ling tiba di sebuah ruang tersembunyi yang hanya diteran

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Dewi Kultivator Langit   05. SELIR JAHAT

    Di dalam istana megah yang berdiri kokoh di bawah langit biru, Selir Song Qian memendam iri yang membara terhadap kemewahan dan kekuasaan yang dipegang oleh Permaisuri Zhi Yang. Setiap kali ia melintasi aula yang dipenuhi ornamen emas dan permata, matanya tertuju pada tahta permaisuri yang megah, disertai dengan kilauan harapan dan rencana yang terukir dalam hatinya."Permaisuri Zhi Yang," gumam Song Qian pelan, sambil menyentuh ornamen emas di dinding, "kau mungkin berkuasa sekarang, tapi semuanya bisa berubah."Malam itu, Selir Song Qian menghiasi dirinya dengan jubah sutra merah yang lembut, rambutnya yang hitam seperti malam disanggul tinggi, dan wewangian melati menguar dari setiap pori kulitnya. Ia berjalan menuju kediaman Kaisar Xian Shen dengan langkah ringan namun penuh perhitungan. Saat ia tiba di depan pintu, ia berhenti sejenak, mengatur napas, dan mengetuk perlahan."Yang Mulia," suaranya lembut dan menggoda, "bolehkah hamba menemani Anda malam ini?"Kaisar Xian Shen mena

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Dewi Kultivator Langit   06. SIASAT LICIK

    Di bawah langit yang muram, di bawah bayang-bayang istana yang menjulang angkuh, Selir Song Qian merajut rencananya dengan ketelitian yang nyaris berbahaya. Kabut kesedihan Kaisar Xian Shen terhadap Permaisuri Zhi Yang—meskipun telah lama wafat—tetap melingkupinya seperti selimut tak kasat mata, menjadi benteng besar yang menghalangi ambisinya. Namun, tekad Song Qian kokoh, seperti baja yang tak mudah goyah. Dalam bisikan tersembunyi, ia mulai meraih orang-orang yang bersedia mengabdi padanya, menebar janji-janji manis di satu sisi dan ancaman di sisi lain, mengumpulkan dukungan di balik layar.Pada suatu malam yang sunyi, dalam kamar megah berhiaskan lampu minyak yang menerangi dengan temaram, Song Qian berhadapan dengan dayang kepercayaannya, Meilan. Mereka duduk berhadapan dengan cermin besar, tempat Song Qian biasa mempercantik dirinya dengan penuh dedikasi sebelum bertemu sang kaisar.“Meilan,” bisiknya, suara Song Qian lirih namun tegas, sementara tangannya menyisir rambut panja

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-17
  • Dewi Kultivator Langit   07. UTUSAN RAJA CHING

    Di balik dinding kekaisaran yang megah, langit memudar menjadi merah muda keemasan. Namun suasana istana terasa tegang, seolah udara enggan bergerak, menahan napas. Lonceng istana berdentang."Utusan dari Dinasti Ching telah tiba!" seruan sang petugas memecah kesunyian, menggema di aula yang luas.Kaisar Xian Shen memandang ke arah gerbang dengan alis terangkat. Mata tuanya menyipit, penuh dengan rasa ingin tahu bercampur waspada. Ketika sosok yang dikenal melangkah masuk, sejenak dia terdiam—Raja Shang Fu sendiri datang, bukan hanya sekadar utusan. Mantan jenderal Ching itu, kini dengan pakaian kerajaan yang mencerminkan kekuasaan, menunduk hormat di hadapan Xian Shen."Shang Fu, angin macam apa yang menghembuskanmu ke sini?" Kaisar Xian Shen tersenyum, namun matanya tajam. Nada suaranya ringan, tapi ada ketegangan samar di balik kehangatan itu.Shang Fu perlahan bangkit, memandang Kaisar yang pernah ia dukung menguasai Benua Timur. Ia merasa hatinya tenggelam sejenak, mengenang pert

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-18
  • Dewi Kultivator Langit   08. KECERDIKAN XIAN LING

    Xian Ling duduk tegang di depan ayahnya, Kaisar Xian Shen, di ruang singgasana yang megah. Udara di sekitar mereka terasa berat, seolah setiap detak jantungnya bergema di dinding-dinding istana yang tinggi dan sunyi. Ia memandang sang kaisar, sosok yang selalu ia hormati, namun kini mata itu terasa penuh dengan kecemasan. Tangan Xian Ling gemetar saat ia menggenggam ujung gaunnya, berusaha menahan kegelisahan yang merayap dari dadanya."Ayah…" suaranya serak, hampir tenggelam dalam kerinduan yang terpendam. "Lebih baik ayah tangguhkan dahulu penobatanku sebagai Putri Mahkota. Aku… aku tidak ingin Raja-raja di setiap negeri melawan kekuasaan ayah." Kata-katanya keluar dengan terburu-buru, seolah berharap sang kaisar akan mendengarkan dan mengubah keputusan yang sudah diambil.Namun, Kaisar Xian Shen hanya memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diselami, keras namun penuh keyakinan. "Bukan aku yang harus menuruti mereka, Ling'er," jawabnya dengan suara yang dalam dan berwibawa, men

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Dewi Kultivator Langit   09. JALAN RAHASIA

    Xian Ling akhirnya berhasil membujuk pamannya, Xian Heng untuk membawanya keluar dari istana dan berjalan-jalan di pusat kota East City, yang merupakan ibukota dari Kekaisaran Benua Timur.Selain lima kerajaan yang masing-masing dipimpin oleh seorang raja, Kekaisaran Benua Timur memiliki wilayah sendiri yang memanjang dari ujung utara ke ujung selatan Benua Timur yang disebut Dinasti Xian.Sepanjang perbatasan ibukota Kekaisaran dibentengi dengan tembok raksasa setinggi lima meter dengan masing-masing penjaga sejarak seratus meter.Kaisar Xian terdahulu tidak mempercayai lima kerajaan di bawah kekuasaannya yang kemungkinan memberontak suatu hari nanti sehingga membuat pertahanan untuk wilayahnya sendiri dengan membangun tembok raksasa ini.Di balik dinding megah istana Kekaisaran Benua Timur, Xian Ling melangkah dengan semangat yang sulit disembunyikan, roknya yang ringan berayun seirama dengan langkahnya. Mata gadis itu bersinar saat ia memandang pamannya, Xian Heng, yang berjalan di

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-20
  • Dewi Kultivator Langit   10. EAST CITY

    East City, ibu kota Kekaisaran Benua Timur, adalah simbol kemegahan dan keagungan. Jalan-jalan besarnya dipenuhi pedagang, penduduk, dan pengelana dari berbagai kerajaan. Di tengah hiruk-pikuk ini, seorang gadis kecil berlari riang di antara kerumunan, rambut hitam panjangnya melambai-lambai seiring langkah kakinya."Paman, lihat! Taman ini penuh dengan pohon-pohon yang indah!" seru Xian Ling dengan mata berbinar. Tangannya menunjuk ke arah taman kota yang dipenuhi pohon-pohon besar dengan dedaunan hijau yang rimbun.Xian Heng, seorang pria gagah, yang dikenal sebagai panglima perang Benua Timur, tersenyum tipis. "Ling'er, kau memang memiliki semangat yang besar. Tapi, dunia luar tidak selalu seindah taman ini. Ada hutan lebat yang dipenuhi binatang buas dan desa-desa yang dilanda perang."Xian Ling berhenti sejenak, matanya berkedip memikirkan ucapan pamannya. "Kalau begitu, aku akan menjadi ratu yang kuat! Aku akan melindungi semua kota dan membuat taman seperti ini di setiap keraja

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21

Bab terbaru

  • Dewi Kultivator Langit   46. XIAN LING VS IBLIS HANTU

    Aura gelap yang mengelilingi Iblis Hantu semakin pekat, membuat udara di sekitarnya terasa berat dan pengap. Para pengawal yang masih berusaha berdiri tampak menggigil, beberapa mundur perlahan, tak sanggup menahan tekanan. Byakko menatap tajam, bulunya berdiri, mengeluarkan raungan yang menggema ke seluruh desa. "Jadi, Putri Mahkota Xiang Ling ingin bertarung denganku? Kau memiliki keberanian yang luar biasa... atau kebodohan yang tak terukur," suara Iblis Hantu terdengar seperti geraman dan tawa yang menyatu. Xian Ling menarik napas panjang, tangannya mengangkat pedang peraknya yang memancarkan cahaya lembut. "Aku tidak akan membiarkan makhluk sepertimu menghancurkan desaku. Jika harus bertarung, maka aku siap." Iblis Hantu mulai bergerak, tubuhnya melayang rendah dengan gerakan yang tak lazim, seperti asap yang bergulir ke depan. "Bagus. Aku akan menikmati meremukkan jiwa pemberani sepertimu." Namun, sebelum makhluk itu dapat menyerang, Song Yin melangkah maju, berdiri di a

  • Dewi Kultivator Langit   45. KRISTAL LANGIT

    Selir Song Yin berdiri tegap di bawah tatapan mengerikan Iblis Hantu, tetapi ada kilatan dingin di matanya, sesuatu yang membuat Xian Ling semakin curiga. Dengan langkah mantap, Song Yin melangkah maju, membuat pengawal-pengawal di belakang mereka terkejut, bahkan ada yang menahan napas."Kau berani mendekat?" Suara Iblis Hantu menggema seperti guruh yang melayang di udara. Asap hitam di sekeliling tubuhnya menggeliat liar, seolah siap menerkam kapan saja.Song Yin berhenti tepat beberapa langkah dari makhluk itu, lalu menyeringai tipis. "Aku tahu batasanku," katanya dengan nada rendah namun tegas. "Dan aku tahu kau bukan sekadar makhluk liar yang ingin merusak. Kau makhluk yang hidup dari energi jiwa—kau tidak pernah menyerang tanpa alasan."Mata kuning itu menyipit, memperhatikan Song Yin dengan lebih intens. "Hmph. Kau tahu banyak, wanita. Lalu, apa yang akan kau tawarkan untuk menyelamatkan desa ini?"Xian Ling merasa darahnya mendidih mendengar percakapan itu. Apa maksud Song Yin

  • Dewi Kultivator Langit   44. IBLIS HANTU

    Langit malam berubah menjadi lautan merah dengan kilat yang menyambar-nyambar di kejauhan. Sosok besar yang mulai terbentuk di balik awan gelap tampak seperti bayangan raksasa dengan mata bercahaya kekuningan. Desir angin kencang membawa suara-suara aneh—bisikan, tawa, dan jerit tangis yang menggema, memeluk udara dengan kengerian yang dingin menusuk.Xian Ling menghunus pedangnya, kilau tajam logamnya memantulkan cahaya api dari desa yang terbakar. "Song Yin, makhluk apa ini?" tanyanya tegas, meski ketegangan menggantung di setiap katanya.Selir Song Yin menatap ke langit, matanya menyipit seolah berusaha membaca rahasia di balik kabut merah yang meliuk-liuk. Namun, sekilas bayangan rasa takut melintas di wajahnya sebelum ia kembali memasang ekspresi tenang. "Itu bukan makhluk biasa," katanya dengan suara rendah. "Itu Iblis Hantu, penjaga Hutan Hantu. Tidak ada yang pernah melihatnya dan hidup untuk menceritakannya.""Bagaimana mungkin kau tahu banyak tentang ini?" Xian Ling memandan

  • Dewi Kultivator Langit   43. BENCANA DI DESA HUANG YANG

    Bayangan malam mulai menyelimuti Desa Huang Yang, tetapi nyala api yang membakar sisa-sisa rumah penduduk membuat kegelapan tampak lebih mencekam. Bau hangus kayu dan jerami bercampur dengan aroma besi dari darah memenuhi udara. Angin dingin berhembus, membawa bisikan samar yang terdengar seperti rintihan pilu.Xian Ling dan Selir Song Yin berdiri di tepi desa, menyaksikan pemandangan yang lebih mengerikan daripada yang mereka bayangkan. Rumah-rumah berserakan, beberapa telah rata dengan tanah, sementara yang lain masih menyala, memuntahkan asap hitam ke langit. Tubuh-tubuh penduduk tergeletak di tanah, beberapa dengan luka yang terlalu mengenaskan untuk dilihat."Apa-apaan ini..." gumam Xian Ling, matanya menyipit, menahan gejolak emosi. Ia menggenggam pedangnya lebih erat, merasakan ketegangan yang semakin menyesakkan dada.Sementara itu, Selir Song Yin berdiri sedikit di belakang, wajahnya tetap tenang meskipun matanya menyapu pemandangan dengan penuh perhitungan. Namun, senyum tip

  • Dewi Kultivator Langit   42. SELIR TERHEBAT

    Kilauan matahari sore menyelinap melalui jendela aula istana yang luas, menerangi lantai marmer yang berkilauan. Aroma lembut dupa melayang di udara, namun keheningan terasa seperti bilah tajam yang menggantung di atas kepala. Di tengah aula, Selir Song Yin berdiri anggun, mengenakan jubah sutra berwarna merah marun yang dihiasi bordir bunga peony emas. Bibirnya melengkung menjadi senyuman tipis yang tak terbaca.Seorang pengawal masuk tergesa, langkahnya menggema di lantai marmer. Ia menjatuhkan satu lutut di lantai, menundukkan kepala dengan hormat. "Lapor, Yang Mulia Selir Song! Telah terjadi kekacauan di Desa Huang Yang yang berbatasan dengan Hutan Hantu!"Selir Song Yin mengangkat alisnya dengan elegan. Tatapannya dingin namun penuh rasa ingin tahu. "Kenapa kau lapor padaku? Bukankah ini tanggung jawab Panglima Xiang Heng yang mengurus pertahanan kita?"Pengawal itu menggelengkan kepalanya, keringat menetes di dahinya. "Panglima Xiang Heng sedang pergi ke West City bersama Putri

  • Dewi Kultivator Langit   41. RENCANA TERAKHIR

    Malam itu, setelah kegagalan rencananya di Aula Naga Langit, Song Qian duduk di paviliunnya dengan tangan gemetar menahan amarah. Angin dingin malam menyusup melalui celah-celah jendela, seolah ikut menyaksikan kekalahannya yang memalukan. Ia menggenggam cangkir teh hingga nyaris retak, pikirannya berputar mencari cara lain untuk menghancurkan Song Yin.“Aku tidak akan berhenti,” gumamnya lirih, hampir seperti mantra. “Song Yin akan membayar untuk penghinaan ini.”Pelayan setianya, Mei'er, mendekat dengan langkah pelan. “Yang Mulia, apakah Anda ingin aku mencari lebih banyak informasi? Mungkin ada jalan lain untuk menyingkirkan Song Yin tanpa menimbulkan kecurigaan.”Song Qian menatap Mei'er dengan mata tajam. “Tidak. Informasi tidak cukup. Aku membutuhkan tindakan langsung. Jika racun tidak berhasil, maka mungkin aku harus menciptakan skenario yang lebih kompleks. Sesuatu yang membuat Song Yin tidak hanya kehilangan posisi, tetapi juga hidupnya.”Mei'er menelan ludah, menyadari kegil

  • Dewi Kultivator Langit   40. PERSEKUTUAN SELIR ISTANA

    Sementara itu, Selir Song Qian tidak tinggal diam setelah penghinaan terang-terangan yang dilakukan Song Yin. Dengan amarah yang membara, ia mengumpulkan para selir lain di paviliun tersembunyinya. Lampu-lampu minyak menerangi wajah-wajah para wanita yang kini bersatu dalam kebencian terhadap Song Yin.“Kita tidak bisa membiarkan dia terus merajai hati Kaisar,” ujar Song Qian dengan suara penuh determinasi. “Song Yin semakin kuat setiap harinya. Jika kita tidak bertindak sekarang, dia akan menghancurkan kita semua satu per satu.”Salah satu selir, Selir Mei, mengangguk dengan ekspresi penuh kebencian. “Kau benar. Dia bukan hanya mengambil perhatian Kaisar, tapi juga membuat kita semua terlihat tidak berguna.”“Tapi dia terlalu kuat,” sela Selir Lian dengan ragu. “Kita semua tahu bahwa dia menguasai seni bela diri tingkat tinggi. Setiap kali kita mencoba melawan, dia selalu menang.”Song Qian mengepalkan tangannya, matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan. “Kita tidak perlu melaw

  • Dewi Kultivator Langit   39. PANTANG MENYERAH

    Di paviliunnya yang dingin, Selir Song Qian berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Pikirannya berputar-putar, dipenuhi bayangan Song Yin yang tersenyum licik dan pesan ancaman yang masih terukir di pikirannya.“Kau terlalu lemah untuk melawan aku,” gumamnya pelan, mengulang pesan itu dengan kebencian yang mendidih. Tangannya mengepal hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangan. “Aku lemah? Akan kubuktikan bahwa aku jauh lebih berbahaya daripada yang dia pikirkan.”Pelayan setianya berdiri di sudut, tidak berani mengganggu. Namun, Selir Song Qian memanggilnya dengan suara tajam. “Ayo, kita temui seseorang yang bisa membantuku.”Di Paviliun Bunga Malam, Selir Song Qian bertemu dengan seorang tabib rahasia yang dikenal ahli dalam racun-racun paling mematikan. Pria tua itu memiliki wajah penuh kerut, matanya tajam seperti elang yang terus mengawasi mangsanya. Di hadapannya, botol-botol kecil berisi cairan berwarna-warni tertata rapi.“Aku butuh racun yang tidak meninggalkan jejak,” uja

  • Dewi Kultivator Langit   38. PEMBALASAN SELIR SONG YIN

    Bulan purnama menggantung di langit, cahayanya memantulkan kilauan keemasan pada atap-atap paviliun istana Naga Emas. Namun di dalam kamar Selir Song Qian, suasananya jauh dari keindahan malam. Ia duduk di depan cermin besar, jarinya menggenggam sisir perak dengan gerakan kasar, menarik rambutnya sendiri dengan penuh amarah. Pelayan setianya berdiri di sudut, takut mengeluarkan suara.“Dia bahkan berani menghina usahaku,” desis Song Qian, menggertakkan giginya. “Dia pikir dirinya tak terkalahkan hanya karena berhasil menggagalkan rencana kecil itu. Tapi aku belum selesai. Jika racun tak mempan, aku akan menggunakan cara lain.”Song Qian berdiri dan memutar tubuhnya dengan cepat. Matanya memancarkan kegilaan yang membuat pelayan di sudut gemetar. “Aku ingin kau mencari seseorang di luar istana. Pembunuh bayaran. Bayar berapa pun yang mereka minta. Tapi kali ini, aku ingin Song Yin lenyap tanpa jejak.”Pelayan itu mengangguk gugup. “Saya akan mengurusnya, Nyonya.”Namun, di balik dindin

DMCA.com Protection Status