Tian Yun, ialah Kaisar langit yang paling kuat, punya segalanya—kekuatan, kehormatan, dan bahkan cinta dari Permaisuri Lian Xue. Atau, ya, setidaknya dia pikir begitu. Tapi ternyata, Lian Xue malah menikamnya dari belakang, diam-diam bersekongkol dengan Kaisar Iblis. Dalam sebuah pertempuran yang penuh tipu muslihat, Tian Yun tewas di tangan orang yang paling ia percaya. Alam semesta pun gempar, berduka atas kejatuhan sang penguasa. Tapi, bukannya benar-benar lenyap, Tian Yun malah bereinkarnasi di dunia fana, terjebak dalam tubuh seorang pemuda bernama Lin Feng yang baru saja mati karena dihianati saudaranya sendiri. Kebayang nggak, dari seorang Kaisar yang dulu serba bisa, sekarang harus hidup sebagai remaja biasa yang nggak punya apa-apa? Tapi Tian Yun, atau sekarang Lin Feng, nggak patah semangat. Dalam hatinya, ada tekad membara untuk membalas dendam, dan dia punya satu senjata yang nggak bisa diambil siapa pun darinya: pengetahuan soal kultivasi. Pelan-pelan, Lin Feng mulai merangkak naik lagi. Setiap kali dia latihan atau bertarung, ada kilasan-kilasan masa lalunya sebagai Kaisar yang terlintas—wajah Lian Xue, pertempuran terakhirnya, sampai rasa sakit yang dia pendam. Kadang dia berhenti sebentar, termenung, bertanya dalam hati, "Apa iya balas dendam ini bakal bikin semuanya lebih baik?" Tapi dia nggak mau terlalu lama larut dalam pikiran. Yang penting, dia harus bangkit lagi, lebih kuat dari sebelumnya, dan kali ini… nggak ada yang bisa menghalanginya. Perjalanan Lin Feng penuh tantangan, rahasia kelam mulai terungkap, dan ada musuh-musuh lama yang harus dihancurkan, termasuk Lian Xue dan Kaisar Iblis. Tapi di balik itu semua, dia juga mulai menemukan sesuatu yang baru—mungkin, makna hidup yang sebenarnya. Entahlah, tapi yang jelas, Lin Feng nggak akan berhenti sampai semua dendamnya terbalaskan.
View MorePagi itu, matahari sudah mulai naik, menembus pepohonan di desa kecil itu. Lin Feng duduk bersila di tanah, di depan rumahnya yang sederhana. Tangan kanannya perlahan-lahan menelusuri rerumputan, sementara ia menunduk, mengamati telapak tangannya yang kosong, seolah berharap ada secercah kekuatan yang dulu pernah ia miliki kembali hadir begitu saja. Tapi yang ia rasakan sekarang hanyalah kehampaan, kelemahan yang sama sekali tidak asing lagi setelah hari-hari ini berlalu.Dalam benaknya, potongan-potongan memori masa lalu berkelebat, mengingatkan akan kejayaannya dulu sebagai Kaisar Surgawi. Ia dulu adalah penguasa yang tak tertandingi, seseorang yang ditakuti dan dihormati. Tapi kini, semua itu terasa seperti mimpi yang sudah lama hilang. Sekarang, di tubuh barunya sebagai Lin Feng, ia hanyalah manusia biasa, seorang remaja tanpa kekuatan apa pun. Mengerikan, ya, tapi di satu sisi... entah kenapa, ada semacam tantangan yang menarik."Lin Feng!" Tiba-tiba suara nyaring memecah kesunyi
Udara sore itu terasa lembap, dengan sisa-sisa embun yang masih menggantung di daun-daun di sekitar desa. Aku berjalan perlahan di jalan setapak menuju rumah Guru Bai, pria tua yang pertama kali menemukanku setelah insiden di tebing. Pria itu... entahlah, dari caranya bicara dan bertindak, dia jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu yang dalam di matanya, seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal dalam hidup, tapi tetap bisa tersenyum. Mungkin itu kenapa aku merasa sedikit… nyaman di dekatnya. Bukan berarti aku percaya begitu saja, ya. Setelah semua pengkhianatan yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sulit bagiku untuk benar-benar mempercayai orang lain. Tapi untuk saat ini… mungkin dia bisa memberiku sedikit petunjuk. Rumahnya terletak di ujung desa, agak jauh dari rumah-rumah penduduk lainnya. Rumah kayu tua dengan halaman yang penuh rerumputan liar. Tapi anehnya, tempat ini terasa damai, seperti ada aura tenang yang melingkupi. Aku mengetuk pintu pelan, mencoba sopan. Tapi,
Udara sore itu terasa lembap, dengan sisa-sisa embun yang masih menggantung di daun-daun di sekitar desa. Aku berjalan perlahan di jalan setapak menuju rumah Guru Bai, pria tua yang pertama kali menemukanku setelah insiden di tebing. Pria itu... entahlah, dari caranya bicara dan bertindak, dia jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu yang dalam di matanya, seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal dalam hidup, tapi tetap bisa tersenyum.Mungkin itu kenapa aku merasa sedikit… nyaman di dekatnya. Bukan berarti aku percaya begitu saja, ya. Setelah semua pengkhianatan yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sulit bagiku untuk benar-benar mempercayai orang lain. Tapi untuk saat ini… mungkin dia bisa memberiku sedikit petunjuk.Rumahnya terletak di ujung desa, agak jauh dari rumah-rumah penduduk lainnya. Rumah kayu tua dengan halaman yang penuh rerumputan liar. Tapi anehnya, tempat ini terasa damai, seperti ada aura tenang yang melingkupi.Aku mengetuk pintu pelan, mencoba sopan. Tapi, be
Pagi itu, sinar matahari yang menyelinap masuk dari jendela kecil menerpa wajahku. Cahaya itu hangat, tapi entah kenapa malah membuatku mengerang pelan. Sakit kepala ini... ya ampun, seperti ditampar bolak-balik semalaman. Aku memegang kepalaku, mencoba meredakan denyutan di pelipis. Ini gara-gara apa, sih?Oh. Benar. Malam tadi, aku menghabiskan waktu mencoba merasakan energi Qi yang tersisa di dalam tubuh ini. Cuma sisa-sisa kecil, tapi sepertinya aku agak keterusan… ya, gimana ya, namanya juga aku terlalu bersemangat. Sudah lama aku nggak menyentuh energi murni. Jadi begitu merasakannya lagi, ada rasa kangen yang aneh. Seperti orang kelaparan yang dikasih roti cuma sepotong, bawaannya malah pengin lebih.Aku menarik napas dalam-dalam, duduk bersila di atas lantai kayu yang dingin. Lantai ini... keras, dingin, dan sedikit berdebu. Tapi yah, apa boleh buat, kan? Mau seenak apapun hidupku dulu sebagai Kaisar Surgawi, sekarang aku cuma punya ini. Tubuh lemah seorang anak manusia, tanpa
Langit masih mendung, dengan sisa-sisa hujan menetes pelan dari daun-daun di atas kepalaku. Tanah di bawah kakiku sudah berubah jadi lumpur, licin dan basah. Aku berjalan pelan, berusaha agar tidak terpeleset, sambil sesekali melihat ke langit yang kelabu. Suara gemericik air dari pepohonan terdengar samar, seperti bisikan lembut di tengah kesunyian.“Aneh… ya, kok rasanya aku masih di sini,” gumamku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Tubuh ini… rasanya lemah, tapi bukan cuma itu. Entah kenapa aku merasa ada beban aneh di dada, semacam perasaan sesak yang sulit dijelaskan. Mungkin karena aku masih terbawa dengan kenangan dari kehidupan lamaku. Rasanya baru kemarin aku hidup sebagai Kaisar Surgawi, sosok yang ditakuti dan dihormati. Dan sekarang? Aku ini cuma Lin Feng, seorang remaja yang nyaris mati dibunuh saudaranya sendiri. Dunia benar-benar… absurd.Aku memejamkan mata sebentar, dan, ya ampun, mendadak semuanya datang kembali. Kilasan-kilasan wajah Lian Xue muncul di kepalaku—sen
Aku berjalan perlahan di jalan tanah yang sempit, mencoba meresapi setiap langkah dengan tubuh baruku ini. Kaki terasa lemah, nyaris tak bertenaga. Rasanya seperti membawa beban berat di kedua kaki—padahal dulu aku biasa melayang di angkasa, melampaui awan, melawan badai tanpa takut. Sekarang? Jalan di jalan tanah saja terasa berat.Matahari siang bersinar terik, tapi hawa dingin masih terasa menyelimuti Desa Lin. Desa kecil ini jauh berbeda dari istana megah yang biasa aku tinggali, yang penuh dengan lampu-lampu kristal dan jubah-jubah emas. Di sini hanya ada rumah-rumah kayu reyot, ladang kosong, dan orang-orang desa dengan wajah yang entah kenapa terasa lebih… asli. Lebih jujur, mungkin?Ya, mereka mungkin tidak memiliki kekuatan atau kemewahan, tapi ada sesuatu dalam mata mereka. Semacam kepolosan yang sudah lama hilang dari dunia tempatku berasal.Aku berjalan sambil merenung, mencoba mengingat kehidupan Lin Feng sebelum aku mengambil alih tubuhnya. Samar-samar, kenangan tentang
Suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin yang dingin menusuk terasa aneh di kulitku. Rasanya… entah, asing. Seperti perasaan kedinginan yang sudah lama hilang. Perlahan, aku membuka mata, mencoba memahami situasi aneh ini. Di atas sana, awan-awan kelabu menggantung rendah, menyelubungi langit. Aku butuh beberapa detik untuk sadar kalau aku tidak lagi berada di Istana Surgawi yang penuh cahaya dan kemegahan. Tidak ada kemilau emas, tidak ada aroma dupa yang semerbak, dan… tunggu, ini… tubuhku? Seketika aku tersadar, mataku terbelalak melihat kedua tanganku. Ini… tangan siapa? Tubuhku… terasa begitu lemah, kurus, dan—oh, astaga. Aku ini apa? Anak remaja? Aku mendesah, mencoba menenangkan pikiranku yang berantakan. Tapi sulit untuk percaya bahwa aku, Kaisar Tian Yun, penguasa langit yang ditakuti, kini terperangkap dalam tubuh seorang remaja kurus yang bahkan tidak bisa berdiri tegak tanpa gemetaran. Kilatan ingatan itu mendadak datang, menghantamku seperti ombak besar. Pengkhianat
Suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin yang dingin menusuk terasa aneh di kulitku. Rasanya… entah, asing. Seperti perasaan kedinginan yang sudah lama hilang. Perlahan, aku membuka mata, mencoba memahami situasi aneh ini. Di atas sana, awan-awan kelabu menggantung rendah, menyelubungi langit. Aku butuh beberapa detik untuk sadar kalau aku tidak lagi berada di Istana Surgawi yang penuh cahaya dan kemegahan. Tidak ada kemilau emas, tidak ada aroma dupa yang semerbak, dan… tunggu, ini… tubuhku? Seketika aku tersadar, mataku terbelalak melihat kedua tanganku. Ini… tangan siapa? Tubuhku… terasa begitu lemah, kurus, dan—oh, astaga. Aku ini apa? Anak remaja? Aku mendesah, mencoba menenangkan pikiranku yang berantakan. Tapi sulit untuk percaya bahwa aku, Kaisar Tian Yun, penguasa langit yang ditakuti, kini terperangkap dalam tubuh seorang remaja kurus yang bahkan tidak bisa berdiri tegak tanpa gemetaran. Kilatan ingatan itu mendadak datang, menghantamku seperti ombak besar. Pengkhianat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments