Beranda / Fantasi / Dendam Kaisar Surgawi / Kenangan Masa Lalu

Share

Kenangan Masa Lalu

Penulis: M. Sevian F
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-14 16:30:17

Langit masih mendung, dengan sisa-sisa hujan menetes pelan dari daun-daun di atas kepalaku. Tanah di bawah kakiku sudah berubah jadi lumpur, licin dan basah. Aku berjalan pelan, berusaha agar tidak terpeleset, sambil sesekali melihat ke langit yang kelabu. Suara gemericik air dari pepohonan terdengar samar, seperti bisikan lembut di tengah kesunyian.

“Aneh… ya, kok rasanya aku masih di sini,” gumamku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Tubuh ini… rasanya lemah, tapi bukan cuma itu. Entah kenapa aku merasa ada beban aneh di dada, semacam perasaan sesak yang sulit dijelaskan. Mungkin karena aku masih terbawa dengan kenangan dari kehidupan lamaku. Rasanya baru kemarin aku hidup sebagai Kaisar Surgawi, sosok yang ditakuti dan dihormati. Dan sekarang? Aku ini cuma Lin Feng, seorang remaja yang nyaris mati dibunuh saudaranya sendiri. Dunia benar-benar… absurd.

Aku memejamkan mata sebentar, dan, ya ampun, mendadak semuanya datang kembali. Kilasan-kilasan wajah Lian Xue muncul di kepalaku—senyum lembutnya, caranya menatapku dulu, seolah-olah aku ini dunianya. Ah, aku benar-benar bodoh saat itu.

Dada ini terasa sesak tiap kali mengingatnya.

Aku ingat betul hari itu, saat dia berdiri di samping Mo Tian, Kaisar Iblis, dengan tatapan sinis yang belum pernah kulihat sebelumnya. Tangannya… ya ampun, tangannya bahkan menggenggam tangan Mo Tian, seolah aku ini tidak pernah ada. Dia yang kutemani, kusayangi, bahkan kubela dari fitnah dan tipu daya istana, ternyata cuma berpura-pura. Semua itu hanya kepura-puraan.

Dan sialnya, aku baru sadar ketika semuanya sudah terlambat.

Aku mendesah panjang, mengusap wajahku, seolah bisa menghapus kenangan pahit itu begitu saja. “Sudah, Lin Feng,” bisikku pada diriku sendiri. “Ini… ini hidup baru, kan? Bukan saatnya lagi memikirkan yang sudah berlalu.”

Tapi, tahu kan? Kata-kata itu memang mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan. Setiap kali aku mengingat Lian Xue dan Mo Tian, rasa sakit di dada ini kembali datang. Dendam itu, benci itu… seperti api yang tak pernah padam.

Di tengah lamunanku, aku tidak sadar kalau langkahku sudah membawaku ke tepi sungai kecil di dekat desa. Airnya jernih, memantulkan wajahku. Dan ketika aku menatap bayangan itu… aku tidak tahu kenapa, ada rasa asing. Mungkin karena aku masih belum terbiasa melihat wajah baru ini—wajah Lin Feng yang sebenarnya. Wajah yang penuh bekas luka dan kelelahan.

Entah kenapa, melihat wajah itu membuat dadaku sedikit berat. Kasihan juga sebenarnya anak ini. Terluka, dikhianati, bahkan nyaris mati. Sama seperti aku dulu, meskipun dalam cara yang berbeda. Bedanya, mungkin, aku dulu memiliki segalanya—kekuasaan, kekuatan, bahkan “cinta” yang ternyata palsu. Sementara Lin Feng? Dia hanya remaja biasa yang tak berdaya di tengah kekacauan keluarganya.

“Maaf, Lin Feng,” gumamku pelan. “Aku tahu kau pasti punya mimpi dan harapan sendiri… tapi sekarang, tubuh ini sudah jadi milikku. Dan aku akan menggunakan hidup ini untuk membalas semua yang sudah mereka lakukan padaku. Pada kita, mungkin.”

Ada sedikit keheningan setelah itu, hanya suara gemericik sungai dan desiran angin. Terkadang aku merasa sedikit aneh berbicara dengan diri sendiri, tapi entah kenapa rasanya lega. Seolah ada sesuatu yang tersampaikan, meski hanya kepada bayangan di air.

Aku kembali ke rumah sederhana tempatku tinggal. Rumah ini… ya, mungkin lebih tepat disebut gubuk. Bangunan kayu reyot dengan atap bocor dan lantai yang berdebu. Tidak ada satu pun tanda kemewahan atau kenyamanan di sini, tapi toh ini satu-satunya tempat yang aku punya sekarang.

Saat aku masuk, aku melihat sesosok pria tua dengan janggut putih duduk di kursi kayu. Oh, ini… Guru Bai, orang yang menemukanku saat nyaris mati di tepi tebing. Entah kenapa, dia adalah satu-satunya orang di desa ini yang sepertinya benar-benar peduli padaku. Mungkin karena dia sudah tua, atau mungkin dia hanya… terlalu baik. Entahlah, tapi rasanya begitu.

“Lin Feng,” panggilnya sambil tersenyum tipis. “Kau baik-baik saja? Kulihat kau berjalan dalam hujan tadi.”

Aku mengangguk pelan, berusaha menyembunyikan rasa lelah yang mulai merayap di tubuhku. “Iya, Guru Bai. Aku cuma… jalan-jalan sebentar, mencoba mengumpulkan pikiran.”

Pria tua itu mengangguk, ekspresinya sedikit cemas. “Lin Feng, aku tahu kau mengalami banyak hal. Kau pasti merasa… berat, kan? Kehilangan, pengkhianatan… itu bukan sesuatu yang mudah dilalui.”

Mataku menatapnya tajam. Terkadang, ucapan orang tua ini seperti menusuk langsung ke dalam hatiku. Seolah dia tahu apa yang kurasakan. Padahal aku belum pernah cerita apa-apa padanya. Tapi… entah, ada ketenangan dalam sorot matanya yang mengingatkanku pada seseorang di masa lalu. Seseorang yang selalu berkata, “Jangan terburu-buru, tenang saja…”

Aku menghela napas panjang. “Guru Bai, aku rasa… hidup ini memang seperti ini, ya? Orang baik pun bisa saja dikhianati, orang jahat bisa hidup bahagia.”

Guru Bai tertawa kecil, wajahnya sedikit melunak. “Ah, Lin Feng… dunia ini memang tidak selalu adil. Tapi, siapa tahu? Mungkin, suatu hari nanti, keadilan itu akan datang. Dan kalau kau cukup sabar… kau akan melihatnya.”

Aku tersenyum kecil, meski agak getir. Sabar, katanya. Entah kenapa, nasihat itu terdengar konyol bagiku sekarang. Sabar? Aku ini sudah mati sekali! Pengkhianatan Lian Xue, Kaisar Iblis, mereka merenggut segalanya dariku. Bagaimana bisa aku hanya… sabar?

Tapi aku tidak membantah. Hanya menatap lantai yang berdebu sambil menggigit bibir. “Ya, mungkin…” jawabku setengah hati.

Guru Bai bangkit dari kursinya, menghampiriku sambil menepuk bahuku pelan. “Lin Feng, apapun yang terjadi… ingatlah, kau tidak sendiri. Kau masih punya hidup, kesempatan untuk memperbaiki segalanya. Biar lambat, yang penting terus maju.”

Aku menatapnya, berusaha menelan kata-kata itu dalam hati. Mungkin dia benar. Mungkin aku harus fokus pada apa yang ada di depanku sekarang, dan tidak terus terjebak dalam bayang-bayang masa lalu.

“Terima kasih, Guru Bai,” kataku pelan. Dan untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa bersyukur ada orang seperti dia di dekatku.

Malam itu, aku duduk di lantai kayu di dalam kamarku, menatap keluar jendela yang menghadap ke hutan. Bintang-bintang bertebaran di langit, meski sebagian tertutup awan. Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Semua beban, semua kemarahan dan kebencian yang menyesakkan dada ini, aku coba lepaskan sejenak.

“Lin Feng… apa yang kau inginkan sebenarnya?” Aku bergumam pada diriku sendiri, berusaha merenungkan apa yang sebenarnya kuinginkan di kehidupan ini. Apakah benar hanya sekedar balas dendam? Apakah itu cukup untuk membuatku puas?

Dulu, aku berpikir kekuasaan adalah segalanya. Aku berpikir dengan menjadi Kaisar Surgawi, aku akan memiliki kendali penuh atas hidupku. Tapi nyatanya? Aku tetap dikalahkan oleh pengkhianatan dari dalam.

Apa sebenarnya yang aku kejar sekarang?

Di tengah keheningan malam, aku mulai merasakan ada sesuatu yang bergerak dalam diriku. Sebuah kekuatan kecil, mungkin sisa-sisa dari kekuatan lamaku, yang masih tertinggal. Aku menutup mataku dan memusatkan pikiran, mencoba merasakan energi itu, meski sangat lemah.

Dan malam itu, aku memutuskan satu hal.

Jika aku harus memulai lagi dari bawah, biarlah. Aku akan menguatkan tubuh ini, memperbaiki fondasi ini, dan, suatu hari nanti, aku akan berdiri kembali di puncak. Bukan sebagai Kaisar yang penuh kebanggaan kosong, tapi sebagai seseorang yang benar-benar kuat. Yang tak akan tergoyahkan oleh pengkhianatan, tipu daya, atau apapun itu.

Ya… perlahan tapi pasti, aku akan bangkit kembali.

Dan ketika hari itu tiba, aku akan membuat mereka yang menghancurkan hidupku berlutut di hadapanku.

Ini baru permulaan.

Bab terkait

  • Dendam Kaisar Surgawi   Pembentukan Fondasi

    Pagi itu, sinar matahari yang menyelinap masuk dari jendela kecil menerpa wajahku. Cahaya itu hangat, tapi entah kenapa malah membuatku mengerang pelan. Sakit kepala ini... ya ampun, seperti ditampar bolak-balik semalaman. Aku memegang kepalaku, mencoba meredakan denyutan di pelipis. Ini gara-gara apa, sih?Oh. Benar. Malam tadi, aku menghabiskan waktu mencoba merasakan energi Qi yang tersisa di dalam tubuh ini. Cuma sisa-sisa kecil, tapi sepertinya aku agak keterusan… ya, gimana ya, namanya juga aku terlalu bersemangat. Sudah lama aku nggak menyentuh energi murni. Jadi begitu merasakannya lagi, ada rasa kangen yang aneh. Seperti orang kelaparan yang dikasih roti cuma sepotong, bawaannya malah pengin lebih.Aku menarik napas dalam-dalam, duduk bersila di atas lantai kayu yang dingin. Lantai ini... keras, dingin, dan sedikit berdebu. Tapi yah, apa boleh buat, kan? Mau seenak apapun hidupku dulu sebagai Kaisar Surgawi, sekarang aku cuma punya ini. Tubuh lemah seorang anak manusia, tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Dendam Kaisar Surgawi   Pertemuan dengan Guru Bai

    Udara sore itu terasa lembap, dengan sisa-sisa embun yang masih menggantung di daun-daun di sekitar desa. Aku berjalan perlahan di jalan setapak menuju rumah Guru Bai, pria tua yang pertama kali menemukanku setelah insiden di tebing. Pria itu... entahlah, dari caranya bicara dan bertindak, dia jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu yang dalam di matanya, seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal dalam hidup, tapi tetap bisa tersenyum.Mungkin itu kenapa aku merasa sedikit… nyaman di dekatnya. Bukan berarti aku percaya begitu saja, ya. Setelah semua pengkhianatan yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sulit bagiku untuk benar-benar mempercayai orang lain. Tapi untuk saat ini… mungkin dia bisa memberiku sedikit petunjuk.Rumahnya terletak di ujung desa, agak jauh dari rumah-rumah penduduk lainnya. Rumah kayu tua dengan halaman yang penuh rerumputan liar. Tapi anehnya, tempat ini terasa damai, seperti ada aura tenang yang melingkupi.Aku mengetuk pintu pelan, mencoba sopan. Tapi, be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Dendam Kaisar Surgawi   Konflik

    Udara sore itu terasa lembap, dengan sisa-sisa embun yang masih menggantung di daun-daun di sekitar desa. Aku berjalan perlahan di jalan setapak menuju rumah Guru Bai, pria tua yang pertama kali menemukanku setelah insiden di tebing. Pria itu... entahlah, dari caranya bicara dan bertindak, dia jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu yang dalam di matanya, seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal dalam hidup, tapi tetap bisa tersenyum. Mungkin itu kenapa aku merasa sedikit… nyaman di dekatnya. Bukan berarti aku percaya begitu saja, ya. Setelah semua pengkhianatan yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sulit bagiku untuk benar-benar mempercayai orang lain. Tapi untuk saat ini… mungkin dia bisa memberiku sedikit petunjuk. Rumahnya terletak di ujung desa, agak jauh dari rumah-rumah penduduk lainnya. Rumah kayu tua dengan halaman yang penuh rerumputan liar. Tapi anehnya, tempat ini terasa damai, seperti ada aura tenang yang melingkupi. Aku mengetuk pintu pelan, mencoba sopan. Tapi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Dendam Kaisar Surgawi   Tekad Kuat

    Pagi itu, matahari sudah mulai naik, menembus pepohonan di desa kecil itu. Lin Feng duduk bersila di tanah, di depan rumahnya yang sederhana. Tangan kanannya perlahan-lahan menelusuri rerumputan, sementara ia menunduk, mengamati telapak tangannya yang kosong, seolah berharap ada secercah kekuatan yang dulu pernah ia miliki kembali hadir begitu saja. Tapi yang ia rasakan sekarang hanyalah kehampaan, kelemahan yang sama sekali tidak asing lagi setelah hari-hari ini berlalu.Dalam benaknya, potongan-potongan memori masa lalu berkelebat, mengingatkan akan kejayaannya dulu sebagai Kaisar Surgawi. Ia dulu adalah penguasa yang tak tertandingi, seseorang yang ditakuti dan dihormati. Tapi kini, semua itu terasa seperti mimpi yang sudah lama hilang. Sekarang, di tubuh barunya sebagai Lin Feng, ia hanyalah manusia biasa, seorang remaja tanpa kekuatan apa pun. Mengerikan, ya, tapi di satu sisi... entah kenapa, ada semacam tantangan yang menarik."Lin Feng!" Tiba-tiba suara nyaring memecah kesunyi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Dendam Kaisar Surgawi   Regresi

    Suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin yang dingin menusuk terasa aneh di kulitku. Rasanya… entah, asing. Seperti perasaan kedinginan yang sudah lama hilang. Perlahan, aku membuka mata, mencoba memahami situasi aneh ini. Di atas sana, awan-awan kelabu menggantung rendah, menyelubungi langit. Aku butuh beberapa detik untuk sadar kalau aku tidak lagi berada di Istana Surgawi yang penuh cahaya dan kemegahan. Tidak ada kemilau emas, tidak ada aroma dupa yang semerbak, dan… tunggu, ini… tubuhku? Seketika aku tersadar, mataku terbelalak melihat kedua tanganku. Ini… tangan siapa? Tubuhku… terasa begitu lemah, kurus, dan—oh, astaga. Aku ini apa? Anak remaja? Aku mendesah, mencoba menenangkan pikiranku yang berantakan. Tapi sulit untuk percaya bahwa aku, Kaisar Tian Yun, penguasa langit yang ditakuti, kini terperangkap dalam tubuh seorang remaja kurus yang bahkan tidak bisa berdiri tegak tanpa gemetaran. Kilatan ingatan itu mendadak datang, menghantamku seperti ombak besar. Pengkhianat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Dendam Kaisar Surgawi   Keluarga Lin

    Aku berjalan perlahan di jalan tanah yang sempit, mencoba meresapi setiap langkah dengan tubuh baruku ini. Kaki terasa lemah, nyaris tak bertenaga. Rasanya seperti membawa beban berat di kedua kaki—padahal dulu aku biasa melayang di angkasa, melampaui awan, melawan badai tanpa takut. Sekarang? Jalan di jalan tanah saja terasa berat.Matahari siang bersinar terik, tapi hawa dingin masih terasa menyelimuti Desa Lin. Desa kecil ini jauh berbeda dari istana megah yang biasa aku tinggali, yang penuh dengan lampu-lampu kristal dan jubah-jubah emas. Di sini hanya ada rumah-rumah kayu reyot, ladang kosong, dan orang-orang desa dengan wajah yang entah kenapa terasa lebih… asli. Lebih jujur, mungkin?Ya, mereka mungkin tidak memiliki kekuatan atau kemewahan, tapi ada sesuatu dalam mata mereka. Semacam kepolosan yang sudah lama hilang dari dunia tempatku berasal.Aku berjalan sambil merenung, mencoba mengingat kehidupan Lin Feng sebelum aku mengambil alih tubuhnya. Samar-samar, kenangan tentang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14

Bab terbaru

  • Dendam Kaisar Surgawi   Tekad Kuat

    Pagi itu, matahari sudah mulai naik, menembus pepohonan di desa kecil itu. Lin Feng duduk bersila di tanah, di depan rumahnya yang sederhana. Tangan kanannya perlahan-lahan menelusuri rerumputan, sementara ia menunduk, mengamati telapak tangannya yang kosong, seolah berharap ada secercah kekuatan yang dulu pernah ia miliki kembali hadir begitu saja. Tapi yang ia rasakan sekarang hanyalah kehampaan, kelemahan yang sama sekali tidak asing lagi setelah hari-hari ini berlalu.Dalam benaknya, potongan-potongan memori masa lalu berkelebat, mengingatkan akan kejayaannya dulu sebagai Kaisar Surgawi. Ia dulu adalah penguasa yang tak tertandingi, seseorang yang ditakuti dan dihormati. Tapi kini, semua itu terasa seperti mimpi yang sudah lama hilang. Sekarang, di tubuh barunya sebagai Lin Feng, ia hanyalah manusia biasa, seorang remaja tanpa kekuatan apa pun. Mengerikan, ya, tapi di satu sisi... entah kenapa, ada semacam tantangan yang menarik."Lin Feng!" Tiba-tiba suara nyaring memecah kesunyi

  • Dendam Kaisar Surgawi   Konflik

    Udara sore itu terasa lembap, dengan sisa-sisa embun yang masih menggantung di daun-daun di sekitar desa. Aku berjalan perlahan di jalan setapak menuju rumah Guru Bai, pria tua yang pertama kali menemukanku setelah insiden di tebing. Pria itu... entahlah, dari caranya bicara dan bertindak, dia jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu yang dalam di matanya, seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal dalam hidup, tapi tetap bisa tersenyum. Mungkin itu kenapa aku merasa sedikit… nyaman di dekatnya. Bukan berarti aku percaya begitu saja, ya. Setelah semua pengkhianatan yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sulit bagiku untuk benar-benar mempercayai orang lain. Tapi untuk saat ini… mungkin dia bisa memberiku sedikit petunjuk. Rumahnya terletak di ujung desa, agak jauh dari rumah-rumah penduduk lainnya. Rumah kayu tua dengan halaman yang penuh rerumputan liar. Tapi anehnya, tempat ini terasa damai, seperti ada aura tenang yang melingkupi. Aku mengetuk pintu pelan, mencoba sopan. Tapi,

  • Dendam Kaisar Surgawi   Pertemuan dengan Guru Bai

    Udara sore itu terasa lembap, dengan sisa-sisa embun yang masih menggantung di daun-daun di sekitar desa. Aku berjalan perlahan di jalan setapak menuju rumah Guru Bai, pria tua yang pertama kali menemukanku setelah insiden di tebing. Pria itu... entahlah, dari caranya bicara dan bertindak, dia jelas bukan orang biasa. Ada sesuatu yang dalam di matanya, seperti seseorang yang sudah melihat banyak hal dalam hidup, tapi tetap bisa tersenyum.Mungkin itu kenapa aku merasa sedikit… nyaman di dekatnya. Bukan berarti aku percaya begitu saja, ya. Setelah semua pengkhianatan yang aku alami di kehidupan sebelumnya, sulit bagiku untuk benar-benar mempercayai orang lain. Tapi untuk saat ini… mungkin dia bisa memberiku sedikit petunjuk.Rumahnya terletak di ujung desa, agak jauh dari rumah-rumah penduduk lainnya. Rumah kayu tua dengan halaman yang penuh rerumputan liar. Tapi anehnya, tempat ini terasa damai, seperti ada aura tenang yang melingkupi.Aku mengetuk pintu pelan, mencoba sopan. Tapi, be

  • Dendam Kaisar Surgawi   Pembentukan Fondasi

    Pagi itu, sinar matahari yang menyelinap masuk dari jendela kecil menerpa wajahku. Cahaya itu hangat, tapi entah kenapa malah membuatku mengerang pelan. Sakit kepala ini... ya ampun, seperti ditampar bolak-balik semalaman. Aku memegang kepalaku, mencoba meredakan denyutan di pelipis. Ini gara-gara apa, sih?Oh. Benar. Malam tadi, aku menghabiskan waktu mencoba merasakan energi Qi yang tersisa di dalam tubuh ini. Cuma sisa-sisa kecil, tapi sepertinya aku agak keterusan… ya, gimana ya, namanya juga aku terlalu bersemangat. Sudah lama aku nggak menyentuh energi murni. Jadi begitu merasakannya lagi, ada rasa kangen yang aneh. Seperti orang kelaparan yang dikasih roti cuma sepotong, bawaannya malah pengin lebih.Aku menarik napas dalam-dalam, duduk bersila di atas lantai kayu yang dingin. Lantai ini... keras, dingin, dan sedikit berdebu. Tapi yah, apa boleh buat, kan? Mau seenak apapun hidupku dulu sebagai Kaisar Surgawi, sekarang aku cuma punya ini. Tubuh lemah seorang anak manusia, tanpa

  • Dendam Kaisar Surgawi   Kenangan Masa Lalu

    Langit masih mendung, dengan sisa-sisa hujan menetes pelan dari daun-daun di atas kepalaku. Tanah di bawah kakiku sudah berubah jadi lumpur, licin dan basah. Aku berjalan pelan, berusaha agar tidak terpeleset, sambil sesekali melihat ke langit yang kelabu. Suara gemericik air dari pepohonan terdengar samar, seperti bisikan lembut di tengah kesunyian.“Aneh… ya, kok rasanya aku masih di sini,” gumamku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Tubuh ini… rasanya lemah, tapi bukan cuma itu. Entah kenapa aku merasa ada beban aneh di dada, semacam perasaan sesak yang sulit dijelaskan. Mungkin karena aku masih terbawa dengan kenangan dari kehidupan lamaku. Rasanya baru kemarin aku hidup sebagai Kaisar Surgawi, sosok yang ditakuti dan dihormati. Dan sekarang? Aku ini cuma Lin Feng, seorang remaja yang nyaris mati dibunuh saudaranya sendiri. Dunia benar-benar… absurd.Aku memejamkan mata sebentar, dan, ya ampun, mendadak semuanya datang kembali. Kilasan-kilasan wajah Lian Xue muncul di kepalaku—sen

  • Dendam Kaisar Surgawi   Keluarga Lin

    Aku berjalan perlahan di jalan tanah yang sempit, mencoba meresapi setiap langkah dengan tubuh baruku ini. Kaki terasa lemah, nyaris tak bertenaga. Rasanya seperti membawa beban berat di kedua kaki—padahal dulu aku biasa melayang di angkasa, melampaui awan, melawan badai tanpa takut. Sekarang? Jalan di jalan tanah saja terasa berat.Matahari siang bersinar terik, tapi hawa dingin masih terasa menyelimuti Desa Lin. Desa kecil ini jauh berbeda dari istana megah yang biasa aku tinggali, yang penuh dengan lampu-lampu kristal dan jubah-jubah emas. Di sini hanya ada rumah-rumah kayu reyot, ladang kosong, dan orang-orang desa dengan wajah yang entah kenapa terasa lebih… asli. Lebih jujur, mungkin?Ya, mereka mungkin tidak memiliki kekuatan atau kemewahan, tapi ada sesuatu dalam mata mereka. Semacam kepolosan yang sudah lama hilang dari dunia tempatku berasal.Aku berjalan sambil merenung, mencoba mengingat kehidupan Lin Feng sebelum aku mengambil alih tubuhnya. Samar-samar, kenangan tentang

  • Dendam Kaisar Surgawi   Regresi

    Suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin yang dingin menusuk terasa aneh di kulitku. Rasanya… entah, asing. Seperti perasaan kedinginan yang sudah lama hilang. Perlahan, aku membuka mata, mencoba memahami situasi aneh ini. Di atas sana, awan-awan kelabu menggantung rendah, menyelubungi langit. Aku butuh beberapa detik untuk sadar kalau aku tidak lagi berada di Istana Surgawi yang penuh cahaya dan kemegahan. Tidak ada kemilau emas, tidak ada aroma dupa yang semerbak, dan… tunggu, ini… tubuhku? Seketika aku tersadar, mataku terbelalak melihat kedua tanganku. Ini… tangan siapa? Tubuhku… terasa begitu lemah, kurus, dan—oh, astaga. Aku ini apa? Anak remaja? Aku mendesah, mencoba menenangkan pikiranku yang berantakan. Tapi sulit untuk percaya bahwa aku, Kaisar Tian Yun, penguasa langit yang ditakuti, kini terperangkap dalam tubuh seorang remaja kurus yang bahkan tidak bisa berdiri tegak tanpa gemetaran. Kilatan ingatan itu mendadak datang, menghantamku seperti ombak besar. Pengkhianat

DMCA.com Protection Status