Tentang Aruna yang ditinggalkan tunangannya demi menikahi wanita yang dianggap lebih kaya raya. Tapi ternyata kebahagian Dimas hanya semu. Ia tersiksa di pernikahannya sendiri. Sementara Aruna dipertemukan dengan laki laki kaya raya yang sangat mencintai dia
View MoreTubuh Subrata bergetar. Matanya menatap Andra dan Aruna bergantian. Seolah ia tidak percaya.“Oh apa mungkin anda masih kurang percaya? Atau perlu saya telfon Papa saya?” tanya Andra lagi.Pak Subrata masih belum menjawab. Namun matanya kemali menelisik wajah Andra. Ya laki laki itu sangat menwarisi wajah tampan papanya, dan ia yakin bahwa yang berdiri dihadapannya benar adalah Dewa.“Dan ini Aruna, istri saya,” lanjut Andra.Subrata berdiri kaku, tubuhnya masih bergetar hebat. Tatapan matanya yang tadi penuh kesombongan kini berubah menjadi campuran syok dan ketakutan. Andra berdiri di hadapannya dengan penuh percaya diri, sementara Aruna tetap berdiri tenang di samping suaminya. Suasana di ruangan itu berubah mencekam, dengan keheningan yang hampir menyesakkan dada.“Andra… jadi… kamu benar-benar putranya Mas Sadewa?” Subrata akhirnya membuka suara, meski nadanya bergetar.Andra tersenyum tipis, menyilangkan tangan di dada. "Saya pikir tadi saya sudah cukup jelas. Atau perlu saya bu
Bu Lina menggantung kalimatnya, pandangannya menerawang. Bibirnya bergerak seolah ingin mengucapkan sesuatu, tapi ia tampak menelan kembali kata-katanya. Seketika, suasana menjadi tegang. Subrata menyipitkan mata, mencoba membaca raut wajah istrinya, sementara Mayang berdiri dengan alis berkerut, menunggu dengan rasa penasaran.“Siapa, Bu?” desak Mayang, nada suaranya menunjukkan kebingungan sekaligus ketidaksabaran.Bu Lina menarik napas panjang, menunduk sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Subrata. “Tidak penting siapa. Intinya, aku hanya ingin memastikan Mayang tidak lagi memberi alasan bagi siapa pun untuk berbicara buruk tentangnya. Itu saja.”Subrata mendengus kecil, jelas merasa jawaban itu tidak memuaskan. “Kamu terlalu paranoid, Lina. Orang-orang selalu punya sesuatu untuk dibicarakan. Kita tidak bisa mengendalikan mulut mereka.”Namun, Bu Lina menatapnya dengan serius. “Tidak, Subrata. Kita tidak bisa mengendalikan mereka, tapi kita bisa mencegah mereka memiliki a
Di sisi lain, di kediaman Subrata, suara gelak tawa memenuhi ruangan kecil itu. Subrata dan Mayang duduk di ruang tamu dengan meja kayu penuh dengan bekas cangkir kopi dan beberapa dokumen. Wajah mereka memancarkan kepuasan, seolah menikmati hasil rencana licik yang baru saja mereka jalankan."Benar-benar lucu, Mayang," ujar Subrata sambil menepuk lututnya. "Lihat saja wajahnya tadi. Seperti orang yang kehilangan akal. Kau lihat bagaimana dia mencoba membela diri? Sia-sia!"Mayang terkekeh, melirik ayahnya dengan bangga. "Aku tidak menyangka gosip kecil seperti itu bisa membuatnya kalang kabut. Warga desa benar-benar mudah sekali termakan cerita. Aku hanya perlu membocorkan ‘kawin kontrak’ itu ke Bu Sari, dan sisanya menyebar dengan sendirinya."Subrata mengangguk, senyum licik menghiasi wajahnya. "Orang-orang desa ini memang suka mendramatisasi cerita. Kalau kita bawa sedikit bumbu, mereka langsung terpancing. Lagi pula, apa lagi yang mereka harapkan dari perempuan seperti Aruna? Dia
Aruna menatap bayangannya di cermin mobil. Senyumnya tertahan, meski hatinya penuh harap. Hari ini, ia memutuskan mengunjungi rumah orang tuanya. Kehidupan barunya terasa sempurna. Rumah mewah, mobil mahal, dan perhatian Andra yang tanpa cela membuatnya percaya diri. Tapi ada sesuatu di hatinya yang tak bisa ia abaikan—kerinduan untuk berbagi kebahagiaan itu dengan keluarganya.Ketika mobil SUV hitam berkilauan memasuki gang kecil di kampung halaman, mata-mata tetangga langsung tertuju padanya. Bisik-bisik mulai terdengar, dan Aruna bisa merasakan tatapan penuh selidik dari balik jendela rumah-rumah sekitar. Namun, ia mencoba tidak mempedulikannya. Dengan anggun, ia keluar dari mobil, mengenakan gaun sederhana tapi elegan, membawa tas bermerek yang menonjolkan kesuksesannya."Aruna sudah datang!" seru seorang ibu-ibu di ujung gang, memecah keheningan.Namun, bukannya menyambut dengan senyum, beberapa tetangga malah memandangnya dengan sorotan berbeda. Ada nada sinis di balik bisikan m
Di ruang kerjanya yang megah, Subrata duduk sambil mengamati layar komputer. Matanya menyipit, memperhatikan laporan yang baru saja ia terima dari asisten pribadinya. Dalam laporan itu, tersirat kekacauan kecil yang mulai muncul di rumah tangga Mayang dan Dimas. Tapi Subrata tidak terganggu; sebaliknya, ia tersenyum kecil, seperti serigala yang sedang mencium aroma mangsa.Ketukan pintu terdengar pelan. “Masuk,” ucap Subrata dengan nada datar.Mayang melangkah masuk, ekspresi wajahnya terlihat campur aduk antara kebingungan dan ketegangan. “Papi, aku ingin bicara,” katanya tanpa basa-basi.Subrata menutup laptopnya dengan tenang, lalu menatap putrinya. “Apa yang ingin kamu bicarakan, Mayang? Duduklah.”Mayang duduk dengan tubuh yang tampak kaku. “Tadi mengenai ibu yang datang ke rumah,” katanya dengan suara lirih. “Dia bilang ingin memperbaiki hubungan. Tapi... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.”Subrata menghela napas panjang, matanya menatap tajam putrinya. “Mayang, dengarka
Dimas pulang ke rumah ibunya, tampak kelelahan dan frustrasi. Setibanya di ruang tamu, Dimas langsung melontarkan keluhan tentang pernikahannya dengan Mayang."Ibu, aku tidak tahu lagi harus bagaimana," keluh Dimas, duduk di sofa sambil memegangi kepala. "Aku merasa terjebak. Mayang itu gak pernah ngerti apa yang aku rasakan."Ibu Dimas, yang sudah menunggu di ruang tamu, menatap putranya dengan cemas. "Kenapa, Dim? Kenapa kamu merasa seperti itu? Apa yang terjadi dengan Mayang? Dia kan baik-baik saja, bukan?"Dimas menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Mayang itu... dia terlalu keras kepala. Dia lebih mengutamakan ego daripada memahami aku. Keluarganya juga kacau. Bahkan tadi ibu kandungnya datang ke rumah? Itu saja sudah membuat suasana semakin panas. Ibu Mayang itu tidak pernah peduli dengan dia, tiba-tiba datang dan mau bawa Mayang pergi."Ibu Dimas merasa terkejut mendengar keluhan itu. "Kamu harus bersabar, Dim. Setiap keluarga punya masalahnya sendiri.""Tapi, Bu,
Bahkan wanita paruh baya itu menatap Dimas dari atas sampai ke bawah, membuat Dimas sedikit risih.“Asli mana kamu?” tanya wanita itu.“Saya dari kampung sebelah, Bu,” jawab Dimas mencoba tetap bersikap sopan. Meskipun nada suara wanita yang mengaku sebagai ibu Mayang itu terdengar ketus.“Kerja apa?”“Dulu saya guru.”“Dulu? Guru? ASN?” tanya wanita itu.Dimas hanya menggeleng. Pertanyaan biasa, tapi membuat hati terasa perih mendengar.“MAsih honorrer,” jawab dimas pelan.“Lalu maksut kamu yang dulu itu bagaimana? Sekarang kamu bantu bantu di usaha Subrata?” tanya wanita itu lagi.Dimas kembali hanya menggeleng dengan pelan, sembari menghela nafas.“Lalu kamu kerja apa sebenarnya? Kamu tidak bekerja begitu?” tanya wanita itu semakin berapi api.Dimas tidak menjawab apa apa. Ia harus mengelak apa lagi, jika yang dikatakan wanita itu memang benar adanya.Wanita itu tiba tiba mengusap wajahnya dengan kasar.“Ya Tuhan Subrata, kenapa kamu tidak memberi tau aku jika Mayang menikah,” ucap
Pak Subrata melihat ketegangan yang terjadi antara Aruna dan Mayang. Wajahnya memerah marah ketika ia memahami bahwa situasi ini sudah terlalu jauh. Ia tidak menyangka bahwa Aruna akan berani melabrak Mayang di rumahnya sendiri."Aruna, apa yang kamu lakukan di sini? Apa maksud semua ini?" Pak Subrata mendekati Aruna dengan langkah cepat, suaranya penuh dengan kemarahan yang ditahan.Aruna menatap Pak Subrata tanpa gentar. "Aku datang untuk menuntut keadilan, Pak. Anak buah Bapak sudah mengaku bahwa Bapak yang menyuruhnya untuk mencelakakanku. Aku hanya ingin memastikan Mayang tahu bahwa tindakan seperti ini tidak akan dibiarkan begitu saja.Apa yang aku lakukan kepada keluarga kalian? Apa ada perbuatanku atau keluargaku yang merugikan keluarga besar kalian? Coba katakana ! Laki laki ini kan yang kalian mau? Dia sudah menjadi bagian dari keluarga kalian. Lalu apa yang kalian mau lagi?” tanya Aruna dengan kilatan emosi di wajahnya.Pak Subrata menghela napas panjang, mencoba menenangka
Malam itu, Aruna merasa udara di sekitarnya lebih dingin dari biasanya. Ia sedang duduk di ruang tamu, mencoba menenangkan diri dengan membaca buku. Kejadian-kejadian aneh beberapa hari terakhir terus menghantui pikirannya. Tiba-tiba, ia mendengar suara di luar jendela, seperti seseorang sedang mengendap-endap. Saat itu Andra ada lembur di tempat kerjanya. Para ART sudah tidur. Aruna tinggal di kompleks perumahan yang memang rata rata tidak ada gerbang, karena sudah aman dengan penjagaan dari depan.Aruna bangkit dari kursinya dengan hati-hati, berjalan mendekati jendela dengan langkah pelan. Ia mengintip melalui celah tirai, dan melihat sosok pria yang mencurigakan berdiri di halaman. Jantungnya berdegup kencang, tapi ia berusaha tetap tenang. Pria itu tampak sedang mencoba membuka pintu samping rumah.Dengan cepat, Aruna mengambil tongkat kayu yang biasa ia gunakan untuk olahraga. Ia mengintip sekali lagi, memastikan pria itu masih ada di sana. Kemudian, dengan langkah pasti, ia mem
"Kita batalkan pernikahan kita ya Run," ucap Dimas dengan tiba tiba.Aku hanya menatapnya sekilas. Lalu menganggukan kepala pertanda setuju.Terlihat kini bergantian Dimas menatapku penuh kecewa. Lah apa tidak salah? Seharusnya aku yang merasakan itu.Dia pikir, dengan kalimatnya yang mengagetkan itu, jus jeruk yang sudah ada di kerongkonganku ini keluar begitu? Oh tidak. Aku tidak seperti di sinetron sinetron itu. Yang menangis, merengek saat diputuskan hubungan.Andai dia bilang selesai, ya sudah selesai. Mau bagaimana lagi."Kok begitu tanggapanmu? Apa selama ini kamu tidak pernah cinta kepadaku? Kamu juga tidak tanya alasannya kenapa," keluh Dimas.Aku mendongak. Menatap laki laki yang sebenarnya tidak tampan itu. Laki laki yang sudah hampir satu dasawarsa aku temani. Dari kita yang masih hobi bermain gundu. Hingga dia sudah menjadi guru."Lalu mau mu aku harus bagaimana? Harus menangis? Harus histeris? Satu dasawarsa bukan waktu yang lama untuk kamu mengenalku bukan? Jadi ku rasa...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments