Share

4

Author: Anik Safitri
last update Last Updated: 2024-12-13 16:44:43

Dimas melotot mendengar permintaan kakaknya tersebut.

"Apa tidak ada yang lebih konyol dari ini Mbak?" tanya Diams dengan kesal 

Justru Mbak Diah mengangguk tanpa rasa berdosanya.

"Ada." jawabnya.

Dimas melengos. Geram. Bodoh dan tidak peka memang beda beda tipis.

"Mintakan sawah setengah hektar. Untuk dikelola suamiku. Agar tidak nganggur," jawab Diah tanpa rasa bersalah.

Dimas bangkit dari tempat duduknya. Bisa meledak lama lama mendengar celoteh dari Mbak Diah.

"Dimas mau kemana? Kamu ingat pesan Mbak ya. Jangan lupa. Mbak tunggu," teriaknya, walau Dimas sudah menutup pintu kamar.

Kehidupan keluarga Aruna masih biasa saja. Mereka menjalani hidup dengan harmonis. Tapi tidak dengan omongan tetangga.

Bisik sana bisik sini. Sekarang Aruna menjadi trending topik di desa itu.

Tapi hal tersebut lantas tidak membuat keluarga mereka berkecil hati lalu tidak mau keluar rumah. Tidak sama sekali. 

"Runa mau kemana?" tanya Bu Marni.

"Mau ke warung Bu. Sabun dan pasrah gigi habis."

"Biar adikmu saja yang beli Runa. Di warung pasti orang ramai. Apalagi mereka tengah membicarakan batalnya pernikahan kamu."

Runa menghela nafas kasar.

"Aku tak perduli Bu. Selama tidak menghasilkan uang, Runa bodoh amat terhadap sesuatu apapun," jawabnya dengan lantang lalu ia memutuskan untuk pergi.

Bu Marni hanya menatap punggung anaknya yang lama kelamaan hilang ditelan belokan jalan. Hatinya gemetar. Mungkin di usianya saat ini, dia sudah kebal terhadap apapun yang orang katakan. Apapun omongan orang. Tapi Runa, bagi Bu Marni Runa masih labil.

"Aku bangga pada anak itu," ucap Pak Joyo yang tiba tiba muncul di belakang Bu Marni.

"Runa memang keras dan pemberani sedari kecil."

Pak Joyo mengangguk.

"Ya bahkan sebenarnya aku tidak sekuat Runa, Bu." ucapnya tiba-tiba.

Mendengar itu, Bu Marni menoleh.

"Maksud Bapak bagaimana?"

"Ya sebagai seorang bapak, siapa kiranya tang terima begitu saja, anak perempuannya diperlakukan seperti itu. Terlebih dengan alasannya, itu sama saja mereka merendahkan keluarga kita Bu."

Bu Marni tertunduk. Apa yang ia rasakan, pun sebenarnya sama dengan suaminya. Tapi orang kecil sepertinya bisa apa?

"Lalu bapak mau melakukan apa Pak? Mau balas dendam? Sekarang keluarga Siti di dukung penuh oleh keluarga Subrata. Bapak tau bukan keluarga Subrata?"

Pak Joyo hanya mengangguk pelan.

"Aku tau itu Bu. Tapi tak bisa aku pungkiri bahwa aku juga ingin mengajar laki laki itu," jawab Pak Joyo dengan geram sembari mengepalkan tangannya. 

"Tidak perlu mengotori tangan sendiri Pak. Ada Allah yang Maha Segalanya. Hukum tabur tuai masih berlaku."

Pak Joyo mengangguk. Tapi rasa dongkol di hati, baginya adalah manusiawi.

Tidak hanya di depan orang tuanya, Runa terlihat tegar. Tapi di luar pun, Runa masih tampak ceria. Seperti dia tak menyimpan masalah apapun.

"Runa, sabar ya."

"Memang dunia itu begitu Runa. Bercandanya kadang kelewatan. Sepuluh tahun menemani, bukan berarti kita yang bersanding di pelaminan nanti."

"Terkadang juga dalam hidup kita harus tau diri Runa. Agar jatuhnya tidak terlalu sakit."

Dan beragam komentar yang lain dari ibu ibu di warung. Aruna hanya menanggapinya dengan anggukan dan senyum.

"Kamu tidak apa apa Runa?" tanya ibu warung yang juga menuai penasaran

"Ah saya tidak apa apa Bu. Saya sehat wal afiat."

"Iya badannya sehat. Tapi belum tentu hatinya bukan?"

Runa tertawa kecil.

"Ibu sudah seperti peramal saja. Hati dan bibir saya itu sinkron Bu. Kalau diluar saya baik baik saja. Berarti hari saya juga baik baik saja. Saya bukan tipe orang yang pandai berpura-pura." jawab Aruna.

Ibu warung justru menautkan alis.

"Mustahil sekali kalau kamu tidak merasa apa apa Run. Apa kamu memang sengaja mempermainkan Dimas?" tanyanya penuh selidik. Yang Runa tau, bahwa ibu warung ini adalah masih saudara jauh dari keluarga Dimas.

Runa tertawa kecil.

"Kok saya yang justru dituduh main-main Bu? Yang membatalkan pernikahan itu Dimas. Ya harusnya dia dong yang dibilang main main." jawab Aruna dengan berani.

Ibu warung hanya tertunduk. Aruna juga tak ada niat untuk melanjutkan percakapannya tersebut.

"Dimas, ayo bangun. Sudah jam berapa ini? Ayo kamu mandi. Lalu segera jemput Mayang. Dia pasti sudah menunggu," kata Bu Siti dengan panik. Netra tuanya berkali kali melihat jam.

Dimas bangun dengan malas.

"Kamu harus berpakaian yang rapi. Yang wangi. Jangan mengecewakan Mayang. Ini semua demi kebaikan dan masa depan kamu sendiri."

Dimas tak begitu menyahut omongan dari sang Ibu. Ia hanya berjalan gontai menuju kamar mandi.

Walaupun terpaksa, Dimas tetap memacu gas montornya menuju kediaman Mayang. 

Rumah megah berpagar tinggi tersebut tampak menantang siapapun. Seolah memamerkan siapa pemilik dan bagaimana kayanya mereka.

"Mas Dimas ya?" tanya seorang pria paruh baya penjaga rumah.

Dimas mengangguk kecil.

"Masuk saja Mas. Mbak Mayang sudah menunggu," katanya.

Dimas masuk ke rumah sembari menuntun montornya.

"Biar saya yang menuntunnya Mas. Kalau ada apa apa panggil saya saja," kata Penjaga rumah.

Dimas kembali mengangguk.

'Apakah ini rasanya jadi orang kaya? Yang semua serba dilayani?' tanyanya dalam hati

Dan benar saja di teras rumah dengan pilar-pilar penyangga yang besar, sudah menunggu seorang wanita, ia memakai dress panjang press body. Bajunya memang menawan. Tapi tidak dengan yang pakai. Mau dirias seperti apapun, bagi Dimas, Mayang tetaplah seperti hantu di matanya. 

Related chapters

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   5

    "H...Hai," sapa Dimas dengan terbata.Namun Mayang langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia terlihat begitu antusias dengan kedatangan Dimas.Namun dekat semakin mendekat, wajah Mayang yang hitam karena bawaan lahir, semakin jelas terlihat. Sebenarnya Dimas ingin mundur, tapi dia tidak enak hati."Hai," jawab Mayang dengan riang."Ayo," ajak Dimas. Hanya kata itu yang keluar dari tenggorokannya. Lalu ia menuju montornya."Mau kemana?" tanya Mayang.Dimas hanya memasang wajah yang bingung."Katanya mau malam Minggu?"Mayang tertawa kecil. Jika wanita lain tersenyum manis. Justru bagi Dimas senyum Mayang tak ubah seperti pare. Pait."Iya. Tapi kita naik mobil. Ini," kata Mayang sembari menunjuk sebuah mobil Alphard.Dimas semakin melongo."Ta.. Tapi aku tidak bisa setir mobil," elak Dimas dengan lirih.Mayang mengibaskan tangannya di udara"Gampang. Kan ada sopir," jawabnya entengDimas dengan pelan masuk ke dalam mobil mewah itu. Bahkan sopirnya membukakan pintu untuknya. Ya Tuhan, b

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   6

    Dimas melengos. Salah tingkah."Ehm ti... ti.. tidak Mayang. Tak apa," jawab Dimas dengan gugup.Mayang mengeluarkan satu kartu dari dompetnya. Fiyuhh Dimas lega bukan main. Ia kira Mayang akan menyuruhnya membayar."Kamu kenapa sih? Kok keringatan seperti itu? Ini tidak panas loh. Ini malam hari," tanya Mayang.Dimas sejenak tertunduk."Ah aku mungkin grogi di dekat kamu," elak Dimas. Ya ia hanya berbohong menutupi ketakutannya Mendengar itu, Mayang tersipu malu. Pipinya bersemu kemerahan. Perasaanya semakin berbunga-bunga."Kamu bisa saja," respon Mayang yang salah tingkah.Mayang masih senyum-senyum walau dia sampai di mobil"Terimakasih ya Dimas," ucap Mayang tiba-tiba.Dimas menoleh."Terimakasih kenapa? Aku yang justru berterimakasih. Kamu baik," ujar Dimas Ah rasanya Mayang sekarang seperti terbang tinggi. Tersanjung."Jangan kapok ya Dimas. Kapan kapan kita keluar lagi," ucapnya saat mereka sudah turun dari mobil.Dimas hanya mengangguk kecil. Memaksakan senyum. Lalu ia menu

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   7

    Ko Ari yang sedang berkutat di depan kalkulator, tentu kaget mendengar teriakan Aruna. Begitupun dengan laki-laki itu. Ia kaget mengapa Aruna justru berteriak saat menatapnya"Hei, aku ini manusia. Bukan hantu. Lihat kakiku. Menapak tanah. Lagipula ini masih pagi. Hantu masih tidur," ucap laki-laki itu tak kalah panik.Runa masih berdiri dengan kaku "Ada Apa Runa? Kamu mengagetkan saja," tanya Ko Ari "Itu Ko. Ada Pangeran Arab nyasar kesini." jawab Runa sembari menunjuk laki laki di depannya.Laki laki itu menepuk jidat."Yaelah. Ada ya wanita yang alergi laki laki tampan," katanya."Idih. Sombong banget." balas Runa."Iya lah. Kamu tadi bilang aku seperti pangeran Arab kan. Semua wanita juga tau bahwa sosok yang dijuluki pangeran itu tentu sosok yang tampan.""Eh sudah sudah. Disini saya bayar kalian untuk bekerja. Bukan untuk berantem. Mengerti." kata Ko Ari Aruna mengangguk."Maaf Ko. Reflek." "Perkenalkan dia namanya Andra. Dan ini Aruna."Karena di depan Ko Ari, terpaksa Run

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   8

    Mayang mengepalkan tangannya. Ia kira mantan tunangan Dimas adalah wanita miskin dan lembek. Tapi ternyata dia menyebalkan juga.'Awas. Tunggu saja pembalasanku. Akan ku buat kamu bertekuk lutut meminta maaf dariku,' gumam Mayang dalam hati.Sementara itu Aruna tak habis pikir. Kurang kerjaan atau bagaimana wanita itu hingga datang kesini hanya untuk mengucapkan itu. Jika ia mau, bisa saja ia berbicara panjang lebar. Tapi untuk apa? Tak ada untungnya. Biar dia yang merasakan sendiri."Belum waktunya istirahat. Kok sudah ada disini? Kata Ko Ari kamu adalah karyawan teladan. Tapi kok?" tegur Andra.Di belakang toko, Ko Ari membuatkan sebuah teras untuk para kartawannya istirahat. Teras tersebut menghadap area persawahan secara langsung. Damainya, semilir anginnya. Benar benar membuat nyaman.Aruna hanya sekilas menoleh."Kamu sakit?" tanya Andra lagi."Iya. Sakit hati." jawab Aruna asal.Andra menatap Aruna dengan tawa seraknya. Sementara Aruna membalasnya dengan tatapan sinis."Kenapa

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   9

    Bohong sekali jika saat itu Subrata tidak tersinggung. Tapi ia harus tetap menjaga sikap di depan Ko Ari. Setidaknya agar keinginanya terkabulkan."Apa mungkin kurang banyak? Saya bisa tambahkan lagi," tawar Subrata.Mendengar itu, Ko Ari bertambah kadar kekesalannya."Ah sudah sudah. Pergi saja. Saya tidak punya banyak waktu meladeni acara suap menyuap. Saya tidak butuh uang anda," usir Ko Ari yang mulai bangkit berdiri.Kedua bodyguard Subrata, sontak pasang badan melihat majikannya diperlakukan dengan sedemikian rupa.Namun Subrata mengangkat tangannya. Mengisyaratkan untuk tidak mengambil langkah yang lebih."Baiklah. Tapi tawaran saya masih berlaku Ko. Jika anda berubah pikiran, anda bisa menemui saya.""Iya iya iya," jawab Ko Ari dengan tangan yang mengusir.Subrata kecewa bukan main. Baru kali ini ada orang yang menolak tawarannya. Bagaimana dan apa yang bisa ia lakukan kepada Mayang untuk mengabulkan permintaannya. Dia tak pernah gagal melihat usaha Daddy-nya.Dan benar saja.

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   10

    Aruna mengusap wajahnya dengan kasar."Ndra, berhenti gombal seperti itu. Aku bukan orang yang langsung mleyot mendengar rayuan laki laki."Andra mengangguk."Iya. Aku juga tidak akan mengobral janji, Run.""Maksut kamu?""Pikir saja sendiri," jawab Andra. Obrolan mereka dibuyarkan karena ada pelanggan yang datang."Ingat ya Ndra. Kamu masih punya hutang ke aku," bisik lirih Aruna."Utang apa Run? Yang ada kamu kemarin yang aku belikan cilok,""Utang penjelasan." jawab Aruna penuh penekanan.*"Dimas, antar ibu ke pasar," pinta Bu Siti saat anaknya baru pulang.Dimas mendengus kesal."Mau ngapain sih Bu? Dimas baru pulang," keluhnya."Heh, ini semua demi kamu ya. Ibu mau jual emas ini."Sontak Dimas terperanjat."Untuk apa Bu? Itu emas peninggalan bapak kan? Apa Mbak Diah butuh uang lagi? Ya Tuhan, kemarin habis dapat dari Mayang loh.""Jangan banyak omong kamu. Ini untuk lamaran kamu. Tak apa ibu menjualnya. Nanti kalau sudah dapat dari Mayang, ibu bisa beli lagi. Lebih banyak," kata

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   11

    Dimas hanya menelan Saliva saat Aruna mengatakan itu. Tidak bohong, memang Aruna cantik."Lagipula, kamu juga aneh. Putus dari aku, cari yang lebih. Kenapa cari yang lebih jelek dari aku?" olok Aruna."Memangnya.. emm,"Kalimat Dimas terbata bata."Memangnya kenapa? Memangnya aku tidak tau begitu calon istrimu? Aku tau ya Dimas. Dia pernah datang ke toko. Entah maunya apa. Mungkin ingin membuat ku sakit hati."Dimas terdiam. Ah apa mungkin Aruna sakit hati? Itu artinya dia masih menyimpan rasa untuknya."Dan kamu sakit hati?" tanya Dimas. Besar harapannya agar Aruna mengatakan iya."Tidak sama sekali. Justru dia yang mungkin kena mental. Kamu tanya saja sendiri."Dimas melengos."Kamu selalu begitu Run,""Begitu bagaimana? Lalu mau kamu yang seperti apa? Yang diam saja saat harga dirinya dihina. Jika hari ini dia bisa menginjak ekorku, besar kemungkinan dia juga akan menginjak kepalaku esok. Dan aku tidak mau. Kalau bukan aku yang mempertahankan harga diriku. Lalu siapa lagi?" tanya b

    Last Updated : 2025-01-02
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   12

    Mendengar itu justru Aruna mundur ke belakang. Menghindar dari Andra."Gila. Kamu pasti kesurupan," komentar Aruna dan ia hendak lari.Andra tertawa kecil. Separah itukah luka hati Aruna? Hingga ia seolah tidak percaya kepada laki-laki.Andra tak mengejar. Tapi ia mempunyai rencana lain. Wanita seperti Aruna pasti effortnya tinggi andaikata ia sudah jatuh cinta. Sayang, mungkin dia pernah jatuh di tangan laki laki yang salah.Hari Mayang kembali berbunga-bunga. Bagaimana tidak hari ini ia diajak oleh Dimas ke toko emas untuk membeli cincin lamaran mereka."Naik motor?" tanya Mayang.Dimas mengangguk. Bagaimana lagi. Memang yang ia punya hanya montor. Hati Dimas berdebar, apakah Mayang menolak karena hanya naik montor?Namun siapa sangka justru Mayang memberikan sebuah kunci mobil."Kamu bisa pakai mobil kan?"Dimas melongo dan mengangguk pelan. Tangannya bergetar menerima kunci itu."Nanti kamu bawa pulang sekalian. Jadi kalau jemput aku langsung pakai mobil," kata Mayang lagi.Apa se

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   55

    Dimas duduk di teras rumah dengan pandangan kosong. Matahari mulai condong ke barat, tapi pikirannya masih terjebak dalam kekhawatiran yang sama sejak pagi tadi — mencari pekerjaan. Tumpukan koran dengan lingkaran merah di kolom lowongan kerja tergeletak di sampingnya, namun satu pun panggilan belum ia terima. Melamar menjadi guru kembali pun juga sulit.Pintu rumah terbuka dengan kasar, dan Bu Siti muncul dengan wajah kesal. “Dimas! Kamu di sini aja dari tadi? Udah dapat kerja belum?” suaranya tajam, menusuk telinga Dimas yang sudah cukup lelah.Dimas menghela napas pelan, mencoba menahan diri. “Belum, Bu. Aku udah coba cari, tapi belum ada panggilan.”“Alasannya itu terus! Kamu mau jadi pengangguran sampai kapan?” nada Bu Siti semakin meninggi. “Ibu ini baru keluar dari rumah sakit, tapi kamu malah santai nggak jelas di rumah!”Dimas menggigit bibirnya, berusaha menahan amarah dan rasa malu. “Aku nggak santai, Bu. Aku keliling seharian tadi nyari kerja. Tapi di mana-mana susah. Kala

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   55

    “Bu!” Dyah menatap ibunya dengan pandangan tak percaya. “Ibu dengar nggak sih apa yang barusan Ibu katakan? Aruna sama sekali nggak minta dihormati atau disanjung, Bu. Dia cuma mau membantu kita! Kenapa Ibu selalu melihat dia dengan kebencian?”Bu Siti menggeleng, wajahnya mengeras. “Karena aku tahu siapa Aruna, Dyah. Dia itu sombong! Dulu dia sok jual mahal sama Dimas, dan sekarang aku yakin dia cuma mau pamer kalau dia lebih berhasil dari kita.”“Ya Allah, Bu...” Dyah menutup wajah dengan tangannya, berusaha menahan kekesalan yang semakin memuncak. “Sampai kapan Ibu mau kayak gini? Sampai kapan Ibu mau terjebak dengan kebencian yang nggak ada gunanya?”"kamu kenapa sih Dyah? Kenapa kamu justru membela si Aruna itu?" Tanya Bu Siti."Ya mau membela siapa lagi? Mayang? Bu, dia sudah tidak perduli dengan keluarga kita. Buat apa? Bahkan dia juga sudah membuang Dimas."Bu Siti mendengus pelan, matanya menatap lurus ke depan. “Pokoknya Ibu nggak mau berterima kasih sama Aruna. Kalau perlu,

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   54

    Andra menatap Aruna dengan pandangan tajam, namun tidak ada kemarahan di sana. Hanya sedikit kekecewaan yang tersirat di matanya. Aruna yang sejak tadi duduk di tepi ranjang, menggigit bibirnya, tidak tahu harus berkata apa. Ia takut jika Andra berpikiran yang tidak-tidak tentang keputusannya membantu Dimas.“Aku tahu,” akhirnya Andra bersuara, suaranya datar namun tegas. “Aku tahu kamu bantu Dimas.”Aruna menelan ludah, sedikit salah tingkah. “Mas, aku cuma...”“Berapa yang kamu kasih ke dia?” potong Andra sebelum Aruna sempat menyelesaikan kalimatnya.Aruna terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara pelan, “Sepuluh juta.”Andra terdiam sesaat, menghela napas panjang. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, bukan karena Aruna memberi uang kepada Dimas, tapi lebih kepada nominal yang cukup besar.“Sepuluh juta?” ulangnya, menatap Aruna dengan sedikit tidak percaya. “Aruna, kalau kamu memang mau bantu, kenapa nggak sekalian?”Aruna mengernyit. “Maksud Mas?”Andra bangkit dari duduk

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   53

    Dimas duduk gelisah di ruang tamu rumah Aruna. Tangannya menggenggam erat lututnya, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia tidak menyangka harus kembali ke rumah ini dalam kondisi seperti ini. Dulu, ia meninggalkan Aruna tanpa ragu, dan kini, ia kembali sebagai seorang peminta-minta.Pak Wito, ayah Aruna, duduk di hadapannya dengan wajah keras. Sorot matanya tajam, penuh amarah yang ia tahan. Ia melipat kedua tangannya di dada, menunggu penjelasan dari Dimas."Jadi, kau datang ke sini untuk meminjam uang?" suara Pak Wito rendah, namun penuh tekanan.Dimas menelan ludah. "Pak Wito, saya benar-benar dalam kesulitan. Ibu saya sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Saya butuh biaya untuk membayar pengobatannya."Pak Wito menghela napas, lalu menggeleng. "Kau tahu, Dimas? Aku sudah mendengar banyak tentang kehidupanmu sekarang. Kau meninggalkan Aruna, menikahi perempuan lain, lalu hidup dalam kemiskinan. Dan sekarang, kau kembali ke sini dengan tangan kosong, meminta bantuan?"Dimas m

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   52

    Dimas duduk di ruang tamu rumah ibunya dengan wajah letih. Sudah beberapa hari ia tinggal di sini sejak Mayang mengusirnya. Di depannya, Bu Siti duduk dengan tangan bersedekap, ekspresinya penuh kekecewaan."Ibu, sudahlah. Kita nggak akan menang lawan Bu Lina," Dimas berkata dengan suara datar.Bu Siti melotot. "Maksudmu apa? Kamu mau menyerah begitu saja? Mayang itu istrimu, Dimas! Kamu nggak boleh membiarkan dia semena-mena seperti ini!"Dimas mengusap wajahnya dengan frustasi. "Aku sudah capek, Bu. Bu Lina memang keras kepala. Dia nggak akan membiarkan Mayang kembali ke aku. Lagipula, aku nggak bisa terus-terusan begini. Aku harus mulai membangun hidupku sendiri."Bu Siti mengerutkan dahi. "Kamu mau ngapain?"Dimas menarik napas dalam. "Aku mau mulai dari awal. Seperti dulu, aku bakal jadi guru lagi."Bu Siti langsung menepuk pahanya dengan keras. "Guru?! Kamu mau jadi guru honorer lagi? Kamu pikir itu cukup? Kamu pikir dengan gaji receh itu kamu bisa hidup enak?"Dimas terdiam. Ia

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   51

    Dimas terduduk di ruang tengah rumah ibunya, wajahnya tampak kusut. Sudah tiga hari ia tinggal di sini sejak diusir Mayang. Hatinya masih dipenuhi amarah dan gengsi yang terluka.Bu Siti berjalan keluar dari dapur sambil membawa segelas teh manis, lalu meletakkannya di meja di depan Dimas. Namun, tatapan matanya penuh selidik."Sudah tiga hari kamu di sini. Kamu nggak pulang ke rumah?"Dimas menghela napas panjang. Ia meneguk tehnya tanpa menjawab.Bu Siti duduk di sebelahnya, menatapnya lekat-lekat. "Dimas, kamu ada masalah apa sama Mayang?"Dimas mendengus. "Masalah besar, Bu."Bu Siti menyipitkan mata. "Jangan bilang kamu berantem lagi. Kamu itu laki-laki, Dimas. Istri itu harus kamu kendalikan, bukan malah kamu yang diusir dari rumah!"Dimas menoleh dengan ekspresi kesal. "Iya, Bu! Aku diusir! Mayang sudah nggak mau sama aku lagi!"Bu Siti terbelalak. "Apa?!"Dimas bersandar ke sofa dengan wajah penuh kekecewaan. "Dia bilang dia nggak bisa hidup sama laki-laki yang nggak bertanggu

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   50

    Mayang duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lantai. Suara ibunya masih terngiang di kepalanya, terus-menerus mengusik pikirannya."Ayo ikut Ibu. Kamu masih punya masa depan, Mayang. Jangan buang hidupmu untuk laki-laki yang tidak punya modal."Ia menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan berat. Ia tahu ibunya tidak salah. Sejak awal menikah, Dimas memang tidak pernah benar-benar berjuang untuknya. Bahkan saat mereka masih hidup berkecukupan berkat usaha ayahnya, Dimas lebih banyak bergantung daripada berusaha. Sekarang, setelah semua hancur, ia bahkan lebih banyak mengeluh daripada mencari solusi.Namun, di sisi lain, Mayang merasa tidak punya pilihan lain. Sejak dulu, ia sudah terbiasa berpikir bahwa tidak ada laki-laki lain yang akan menginginkannya selain Dimas. Wajahnya biasa saja—tidak secantik perempuan-perempuan lain di luar sana. Bahkan sejak kecil, ia selalu merasa kurang menarik dibandingkan teman-temannya.Jika ia meninggalkan Dimas sekarang, apakah

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   49

    Rumah itu kini terasa hampa. Sejak kepergian Pak Subrata, seolah-olah seluruh kehangatan yang dulu menyelimuti keluarga mereka ikut pergi bersamanya. Mayang duduk di sudut ruang tamu, menatap kosong ke arah lantai. Matanya sembab, namun air matanya seakan sudah habis.Orang-orang masih berdatangan untuk menyampaikan belasungkawa. Namun, bagi Mayang, semuanya hanya suara yang sayup-sayup masuk ke telinganya tanpa benar-benar ia pahami. Sejak hari kematian ayahnya, ia menjadi seperti orang linglung. Ia masih bernapas, masih bergerak, tapi jiwanya seperti tertinggal di hari di mana ayahnya pergi.Bu Lina mencoba menguatkan Mayang, tapi semua orang bisa melihat betapa rapuhnya ia sekarang. Wajahnya yang dulu selalu tegas kini dipenuhi garis-garis kesedihan yang semakin dalam. Berulang kali ia memanggil nama Mayang, namun putrinya hanya menoleh sebentar, lalu kembali tenggelam dalam dunianya sendiri.Dimas berdiri di sudut ruangan, merasa serba salah. Sejak hari itu, Mayang hampir tidak be

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   48

    Bu Lina berdiri di ambang pintu ruang tamu dengan tatapan tajam. Wajahnya tegas, dan sorot matanya penuh dengan kekecewaan. Mayang menoleh ke arah ibunya, sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Sementara itu, Dimas tampak pucat, tidak menyangka bahwa mertuanya akan muncul di saat pertengkaran sedang memuncak."Bu?" Mayang bersuara lirih.Bu Lina berjalan mendekat dengan langkah mantap, tangannya terlipat di dada. "Laki-laki seperti ini masih kamu pertahankan, Mayang?" tanyanya lagi, suaranya dingin namun penuh ketegasan.Dimas berusaha menenangkan dirinya, lalu berkata dengan nada terpaksa, "Bu Lina, ini urusan saya dan Mayang. Ibu nggak perlu ikut campur."Namun, Bu Lina tidak bergeming. Ia menatap Dimas dengan pandangan penuh penilaian. "Ikut campur? Kamu kira aku bisa diam saja melihat anak perempuanku diperlakukan seperti mesin ATM? Mayang itu bukan sapi perah kamu, Dimas! Dia bukan sumber uang untuk membiayai hidup ibumu di kampung. Dia adalah istrimu!"Dimas menge

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status