Share

6

Author: Anik Safitri
last update Last Updated: 2024-12-13 16:46:14

Dimas melengos. Salah tingkah.

"Ehm ti... ti.. tidak Mayang. Tak apa," jawab Dimas dengan gugup.

Mayang mengeluarkan satu kartu dari dompetnya. Fiyuhh Dimas lega bukan main. Ia kira Mayang akan menyuruhnya membayar.

"Kamu kenapa sih? Kok keringatan seperti itu? Ini tidak panas loh. Ini malam hari," tanya Mayang.

Dimas sejenak tertunduk.

"Ah aku mungkin grogi di dekat kamu," elak Dimas. Ya ia hanya berbohong menutupi ketakutannya 

Mendengar itu, Mayang tersipu malu. Pipinya bersemu kemerahan. Perasaanya semakin berbunga-bunga.

"Kamu bisa saja," respon Mayang yang salah tingkah.

Mayang masih senyum-senyum walau dia sampai di mobil

"Terimakasih ya Dimas," ucap Mayang tiba-tiba.

Dimas menoleh.

"Terimakasih kenapa? Aku yang justru berterimakasih. Kamu baik," ujar Dimas 

Ah rasanya Mayang sekarang seperti terbang tinggi. Tersanjung.

"Jangan kapok ya Dimas. Kapan kapan kita keluar lagi," ucapnya saat mereka sudah turun dari mobil.

Dimas hanya mengangguk kecil. Memaksakan senyum. Lalu ia menuju montornya yang masih terparkir.

"Dimas, tunggu," teriak Mayang.

Mayang setengah berlari mendekat. Ia menyerahkan sebuah amplop.

"Ini apa?" tanya Dimas yang bingung

"Ini isinya uang."

Dimas melongo.

"Kamu tidak bermaksud membeliku bukan?"

Mayang menggeleng dengan cepat.

"Eh tidak. Bukan begitu. Ini aku titip buat Mbak Diah," jawab Mayang yang gugup.

Dahi Dimas berkerut .

"Hah? Maksut kamu?"

"Ehm tadi Mbak Diah menghubungi aku. Katanya dia butuh uang," jawab Mayang.

Dimas merutuk dalam hati. Dia benar benar geram dengan kelakuan kakaknya itu. Benar benar tidak ada akhlak.

"Ayolah diterima. Jangan merasa tidak enak. Toh aku juga bukan orang lain untuk keluarga kalian," lanjut Mayang dengan yakinnya.

Dimas setengah tidak ikhlas menerima amplop dari Mayang tersebut. Malu.

Tak sabar ia ingin pulang, ia memacu montor lebih kencang lagi. Ingin memakai Mbak Diah. Benar benar membuat malu dia.

Seperti yang dia kira, benar saja Mbak Diah seolah sudah tau. Dia berdiri di depan teras menunggu kepulangan sang adik.

"Mana Dimas?" tanyanya sembari menyodorkan tangan. Tanpa rasa bersalah.

Dimas menyerahkan amplop dari Mayang dengan sedikit kasar.

"Mbak Diah itu memalukan," gerutu Dimas.

"Kenapa justru kamu yang marah? Mayang saja dengan senang hati memberi kok. Dia bahkan berkata ke aku, jika butuh apa-apa, tidak usah sungkan untuk ngomong. Toh dia akan jadi adik ipar ku. Begitu katanya." jawab Mbak Diah seolah merasa menang.

"Tapi Dimas malu Mbak." elaknya

Mbak Diah mengibaskan tangan di udara.

"Jadi diri kamu sendiri saja. Karena apa adanya kamu, Mayang sudah suka," kata Mbak Diah. Kali ini nada bicaranya serius. Dan setelah mendapat apa yang dia mau, dia pulang begitu saja.

"Ibu, seharusnya bilang dong ke Mbak Diah. Agar sedikit punya urat malu. Mentang mentang keluarga Mayang lebih kaya daripada kita." protes Dimas kepada sang ibu.

"Mas Dimas, zaman sekarang perduli urat malu, ya tidak akan makan apa apa. Lagipula benar kok apa kata Mbak mu. Lebih baik jadi diri sendiri. Toh Mayang menerima kamu apa adanya."

Dimas mendengus kesal.

"Ya iya menerimaku. Memang hanya aku yang mau dengannya," gerutunya lagi dengan kecewa.

"Jangan begitu Dimas. Kelak kamu juga akan suka dengan dia. Ingat pepatah Jawa bukan?"

"Sudah Bu. Jangan diteruskan. Dimas pusing mendengar itu," sengitnya lagi sembari masuk ke dalam kamar.

*

"Runa, kamu masuk kerja?" tanya Ko Ari, pemilik toko tempat Runa bekerja.

"Runa, sehat sehat saja Ko. Kenapa tidak bekerja?"

"Ah iya. Tapi orang orang bilang, kamu batal menikah ya Runa. Tidak apa apa kalau kali ingin menenangkan diri dulu. Jangan dipaksa untuk bekerja," lanjut Ko Ari.

Runa sedikit melongo.

"Meratapi orang yang salah tidak menghasilkan duit Ko. Tapi kalau bekerja kan dapat duit." jawab Runa dengan kekeh kecilnya.

"Ah benar benar. Apapun masalahnya, hantam terus ya Run. Saya tau, kamu wanita yang kuat."

Runa mengangguk.

"Oh iya, kenalkan laki laki yang duduk disana itu karyawan baru saya. Dia tugasnya angkat angkat. Barangkali ada pembeli yang bawa mobil. Atau ada barang bongkaran baru. Jika kamu butuh bantuan untuk mengangkat sesuatu, panggil dia."

Toko Ko Ari adalah toko kelontong besar di kota itu. Banyak toko toko kecil yang memilih mengambil barang disitu. Tak heran jika toko itu selalu ramai pembeli. Selain harga yang lebih miring, Ko Ari selalu menekankan kepada karyawan, agar selalu ramah terhadap pembeli. Dan tidak membeda-bedakan.

Di depan toko, tampak sudah banyak kardus yang tertumpuk. Biasanya kardus itu diletakkan di sebelah toko, nanti akan ada tukang rongsok yang sudah menjadi langganan Ko Ari mengambilnya.

Tapi laki laki yang Ko Ari maksud, justru duduk dengan santainya di atas kardus.

"Mas, tolong dong berdiri."

Dia masih diam 

"Mas, tolong ini dipindah kesana."

Masih diam 

"Mas, niat kerja apa tidak sih?" tanya Aruna sedikit lebih keras.

Laki -laki itu setengah kaget, ia reflek berbalik badan. Begitupun Aruna yang juga kaget. Ia menatap laki laki itu tanpa kedip

"Ko Ari, tolong," pekik Aruna.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
carsun18106
kasihan juga mayang ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   7

    Ko Ari yang sedang berkutat di depan kalkulator, tentu kaget mendengar teriakan Aruna. Begitupun dengan laki-laki itu. Ia kaget mengapa Aruna justru berteriak saat menatapnya"Hei, aku ini manusia. Bukan hantu. Lihat kakiku. Menapak tanah. Lagipula ini masih pagi. Hantu masih tidur," ucap laki-laki itu tak kalah panik.Runa masih berdiri dengan kaku "Ada Apa Runa? Kamu mengagetkan saja," tanya Ko Ari "Itu Ko. Ada Pangeran Arab nyasar kesini." jawab Runa sembari menunjuk laki laki di depannya.Laki laki itu menepuk jidat."Yaelah. Ada ya wanita yang alergi laki laki tampan," katanya."Idih. Sombong banget." balas Runa."Iya lah. Kamu tadi bilang aku seperti pangeran Arab kan. Semua wanita juga tau bahwa sosok yang dijuluki pangeran itu tentu sosok yang tampan.""Eh sudah sudah. Disini saya bayar kalian untuk bekerja. Bukan untuk berantem. Mengerti." kata Ko Ari Aruna mengangguk."Maaf Ko. Reflek." "Perkenalkan dia namanya Andra. Dan ini Aruna."Karena di depan Ko Ari, terpaksa Run

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   8

    Mayang mengepalkan tangannya. Ia kira mantan tunangan Dimas adalah wanita miskin dan lembek. Tapi ternyata dia menyebalkan juga.'Awas. Tunggu saja pembalasanku. Akan ku buat kamu bertekuk lutut meminta maaf dariku,' gumam Mayang dalam hati.Sementara itu Aruna tak habis pikir. Kurang kerjaan atau bagaimana wanita itu hingga datang kesini hanya untuk mengucapkan itu. Jika ia mau, bisa saja ia berbicara panjang lebar. Tapi untuk apa? Tak ada untungnya. Biar dia yang merasakan sendiri."Belum waktunya istirahat. Kok sudah ada disini? Kata Ko Ari kamu adalah karyawan teladan. Tapi kok?" tegur Andra.Di belakang toko, Ko Ari membuatkan sebuah teras untuk para kartawannya istirahat. Teras tersebut menghadap area persawahan secara langsung. Damainya, semilir anginnya. Benar benar membuat nyaman.Aruna hanya sekilas menoleh."Kamu sakit?" tanya Andra lagi."Iya. Sakit hati." jawab Aruna asal.Andra menatap Aruna dengan tawa seraknya. Sementara Aruna membalasnya dengan tatapan sinis."Kenapa

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   9

    Bohong sekali jika saat itu Subrata tidak tersinggung. Tapi ia harus tetap menjaga sikap di depan Ko Ari. Setidaknya agar keinginanya terkabulkan."Apa mungkin kurang banyak? Saya bisa tambahkan lagi," tawar Subrata.Mendengar itu, Ko Ari bertambah kadar kekesalannya."Ah sudah sudah. Pergi saja. Saya tidak punya banyak waktu meladeni acara suap menyuap. Saya tidak butuh uang anda," usir Ko Ari yang mulai bangkit berdiri.Kedua bodyguard Subrata, sontak pasang badan melihat majikannya diperlakukan dengan sedemikian rupa.Namun Subrata mengangkat tangannya. Mengisyaratkan untuk tidak mengambil langkah yang lebih."Baiklah. Tapi tawaran saya masih berlaku Ko. Jika anda berubah pikiran, anda bisa menemui saya.""Iya iya iya," jawab Ko Ari dengan tangan yang mengusir.Subrata kecewa bukan main. Baru kali ini ada orang yang menolak tawarannya. Bagaimana dan apa yang bisa ia lakukan kepada Mayang untuk mengabulkan permintaannya. Dia tak pernah gagal melihat usaha Daddy-nya.Dan benar saja.

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   10

    Aruna mengusap wajahnya dengan kasar."Ndra, berhenti gombal seperti itu. Aku bukan orang yang langsung mleyot mendengar rayuan laki laki."Andra mengangguk."Iya. Aku juga tidak akan mengobral janji, Run.""Maksut kamu?""Pikir saja sendiri," jawab Andra. Obrolan mereka dibuyarkan karena ada pelanggan yang datang."Ingat ya Ndra. Kamu masih punya hutang ke aku," bisik lirih Aruna."Utang apa Run? Yang ada kamu kemarin yang aku belikan cilok,""Utang penjelasan." jawab Aruna penuh penekanan.*"Dimas, antar ibu ke pasar," pinta Bu Siti saat anaknya baru pulang.Dimas mendengus kesal."Mau ngapain sih Bu? Dimas baru pulang," keluhnya."Heh, ini semua demi kamu ya. Ibu mau jual emas ini."Sontak Dimas terperanjat."Untuk apa Bu? Itu emas peninggalan bapak kan? Apa Mbak Diah butuh uang lagi? Ya Tuhan, kemarin habis dapat dari Mayang loh.""Jangan banyak omong kamu. Ini untuk lamaran kamu. Tak apa ibu menjualnya. Nanti kalau sudah dapat dari Mayang, ibu bisa beli lagi. Lebih banyak," kata

    Last Updated : 2024-12-13
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   11

    Dimas hanya menelan Saliva saat Aruna mengatakan itu. Tidak bohong, memang Aruna cantik."Lagipula, kamu juga aneh. Putus dari aku, cari yang lebih. Kenapa cari yang lebih jelek dari aku?" olok Aruna."Memangnya.. emm,"Kalimat Dimas terbata bata."Memangnya kenapa? Memangnya aku tidak tau begitu calon istrimu? Aku tau ya Dimas. Dia pernah datang ke toko. Entah maunya apa. Mungkin ingin membuat ku sakit hati."Dimas terdiam. Ah apa mungkin Aruna sakit hati? Itu artinya dia masih menyimpan rasa untuknya."Dan kamu sakit hati?" tanya Dimas. Besar harapannya agar Aruna mengatakan iya."Tidak sama sekali. Justru dia yang mungkin kena mental. Kamu tanya saja sendiri."Dimas melengos."Kamu selalu begitu Run,""Begitu bagaimana? Lalu mau kamu yang seperti apa? Yang diam saja saat harga dirinya dihina. Jika hari ini dia bisa menginjak ekorku, besar kemungkinan dia juga akan menginjak kepalaku esok. Dan aku tidak mau. Kalau bukan aku yang mempertahankan harga diriku. Lalu siapa lagi?" tanya b

    Last Updated : 2025-01-02
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   12

    Mendengar itu justru Aruna mundur ke belakang. Menghindar dari Andra."Gila. Kamu pasti kesurupan," komentar Aruna dan ia hendak lari.Andra tertawa kecil. Separah itukah luka hati Aruna? Hingga ia seolah tidak percaya kepada laki-laki.Andra tak mengejar. Tapi ia mempunyai rencana lain. Wanita seperti Aruna pasti effortnya tinggi andaikata ia sudah jatuh cinta. Sayang, mungkin dia pernah jatuh di tangan laki laki yang salah.Hari Mayang kembali berbunga-bunga. Bagaimana tidak hari ini ia diajak oleh Dimas ke toko emas untuk membeli cincin lamaran mereka."Naik motor?" tanya Mayang.Dimas mengangguk. Bagaimana lagi. Memang yang ia punya hanya montor. Hati Dimas berdebar, apakah Mayang menolak karena hanya naik montor?Namun siapa sangka justru Mayang memberikan sebuah kunci mobil."Kamu bisa pakai mobil kan?"Dimas melongo dan mengangguk pelan. Tangannya bergetar menerima kunci itu."Nanti kamu bawa pulang sekalian. Jadi kalau jemput aku langsung pakai mobil," kata Mayang lagi.Apa se

    Last Updated : 2025-01-03
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   13

    Bu Marni tak menggubris omongan tetangga. Bahkan ia masih dengan santai melakukan aktivitasnya.Dimas berangkat dengan wajah yang tidak sumringah sama sekali. Walau para tetangga yang mengiringnya tentu senang bukan main. Karena ia yakin di tempat Pak Subrata akan di suguhkan beragam hidangan yang mewah. Tentu pelayanannya pun bukan kaleng kaleng.Benar saja, bahkan Pak Subrata memasang sebuah tenda di depan rumahnya. Hanya untuk acara pertunangan saja. Dengan beraneka macam makanan prasmanan yang begitu menggugah selera.Mayang tampil dengan kebaya berwarna pink soft. Baju yang dikenakan memang bagus. Tapi di mata Dimas, apapun bajunya tetap aneh jika dipakai oleh Mayang.Semua tepuk tangan saat Dimas melingkarkan cincin di jari manis Mayang. Fotografer terkenal juga turut diundang di acara tersebut. Mengabadikan momen yang sangat berkesan di hati Mayang.Acara berlangsung dengan begitu meriah. Para tetangga Dimas sudah seperti rakyat yang tidak pernah makan berhari hari. Mereka beg

    Last Updated : 2025-01-04
  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   14

    "Sudah sudah ayo pergi saja," ajak Mayang. Lalu naik ke mobil.Di dalam mobil bukannya ia sedih. Ia yang tidak terbiasa dengan kegagalan tentu menaruh dendam karena usahanya tidak berhasil.Ah keluarga Aruna memang bukan keluarga berada. Tapi mereka punya prinsip yang kuat."Nanti kita coba cara lain ya Non. Agar membyat mereka benar benar kapok dan menyesal sudah berani melawan Non Mayang," usul salah seorang bodyguard."Tidak usah. Buang buang waktu. Nanti akan ada saatnya anaknya akan benar benar sakit hati melihat aku bahagia. Kamu catat. Mereka harus diundang di acara nikahan ku nanti," perintah MayangSementara itu Pak Wito cukup mendengus kesal dengan kedatangan mereka. Nafasnya naik turun."Kurang kerjaan sekali mereka. Datang datang hanya untuk seperti itu. Bapak jadi khawatir dengan keadaan Aruna Bu," kata Pak Wito."Duh bapak seperti tidak kenal Aruna saja. Andai Aruna ada disini sudah habis wanita itu. Dia lebih keras dan lebih tegas daripada kita,"Pak Wito mengangguk pel

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   45

    Beberapa staf lainnya segera berlari masuk. Mereka mendapati Subrata memegangi dadanya, berkeringat deras, dan sulit bernapas. Salah satu dari mereka segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon ambulans, sementara yang lain mencoba membantu Subrata agar tetap terjaga.“Tahan, Pak, ambulans sedang dalam perjalanan!” ujar salah satu staf dengan nada cemas.Subrata mencoba membuka mulut untuk berbicara, tetapi hanya suara erangan lemah yang keluar. Pandangannya semakin buram, dan rasa sakit di dadanya semakin menyiksa. Dalam benaknya, hanya ada bayangan kehancuran. Kehilangan kerja sama dengan Robert bukan hanya pukulan bagi bisnisnya, tetapi juga bagi egonya yang selama ini merasa tak terkalahkan.Di rumah keluarga Subrata, Mayang sedang duduk di ruang tamu, melamun. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian di rumah Aruna dan kata-kata Robert yang menggelegar di kantor ayahnya tadi. Ia tahu situasinya buruk, tetapi ia tidak menyangka dampaknya akan sebesar ini.Telepon rumah tiba-tiba be

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   44

    Mayang kembali ke rumahnya dengan perasaan bercampur aduk. Tawaran yang ia berikan kepada Aruna justru berbalik menjadi penghinaan yang begitu menusuk. Aruna, dengan keangkuhannya, menolak segala bentuk rekonsiliasi, bahkan ketika Mayang sudah menawarkan sesuatu yang bagi dirinya terasa sangat berat: Dimas.Di ruang tamu rumahnya, Dimas sedang duduk santai, membaca koran dengan ekspresi tenang. Namun, ketika Mayang masuk dengan langkah berat, ia langsung menyadari ada sesuatu yang salah.“Kamu kenapa?” tanya Dimas, melipat korannya dan menatap Mayang dengan cemas.Mayang tak langsung menjawab. Ia menatap suaminya sejenak, lalu mengalihkan pandangan, berjalan menuju sofa dan duduk dengan tubuh yang tampak lelah.“Dimas,” katanya akhirnya, suaranya lirih. “Aku harus bicara sesuatu yang penting dengan kamu.”Dimas mengerutkan kening. “Apa ini ada kaitanya dengan Aruna?”Mayang mengangguk pelan. “Iya. Aku… aku mencoba meminta maaf dan menawarkan sesuatu untuk memperbaiki hubungan keluarga

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   43

    Ruangan terasa sunyi sejenak. Udara di antara mereka seperti dipenuhi oleh ketegangan tak terlihat. Mayang mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba menutupi rasa malu dan sakit hati akibat ucapan Aruna. Namun, ia menahan diri untuk tidak terpancing emosi.“Aku kesini tidak untuk berdebat, Aruna,” ujar Mayang dengan nada datar, berusaha mengendalikan perasaannya. “Aku datang untuk meminta maaf atas apa yang sudah Papa lakukan. Aku tahu itu salah, dan aku hanya ingin menjernihkan suasana.”Aruna menyilangkan kaki, menatap Mayang dengan ekspresi yang sulit ditebak. Ada kepuasan di balik matanya, tetapi ia tetap menjaga nada bicaranya netral.“Menjernihkan suasana, ya?” Aruna tersenyum tipis. “Kupikir, setelah semua penghinaan bahkan fitnah yang Papa kamu lakukan, permintaan maaf saja tidak cukup.”Mayang menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam gejolak di dadanya. “Aku mengerti. Tapi tolong dengarkan aku dulu.”Aruna mengangkat alis, memberi isyarat agar Mayang melanjutkan. Mayang m

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   42

    Tubuh Subrata bergetar. Matanya menatap Andra dan Aruna bergantian. Seolah ia tidak percaya.“Oh apa mungkin anda masih kurang percaya? Atau perlu saya telfon Papa saya?” tanya Andra lagi.Pak Subrata masih belum menjawab. Namun matanya kemali menelisik wajah Andra. Ya laki laki itu sangat menwarisi wajah tampan papanya, dan ia yakin bahwa yang berdiri dihadapannya benar adalah Dewa.“Dan ini Aruna, istri saya,” lanjut Andra.Subrata berdiri kaku, tubuhnya masih bergetar hebat. Tatapan matanya yang tadi penuh kesombongan kini berubah menjadi campuran syok dan ketakutan. Andra berdiri di hadapannya dengan penuh percaya diri, sementara Aruna tetap berdiri tenang di samping suaminya. Suasana di ruangan itu berubah mencekam, dengan keheningan yang hampir menyesakkan dada.“Andra… jadi… kamu benar-benar putranya Mas Sadewa?” Subrata akhirnya membuka suara, meski nadanya bergetar.Andra tersenyum tipis, menyilangkan tangan di dada. "Saya pikir tadi saya sudah cukup jelas. Atau perlu saya bu

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   41

    Bu Lina menggantung kalimatnya, pandangannya menerawang. Bibirnya bergerak seolah ingin mengucapkan sesuatu, tapi ia tampak menelan kembali kata-katanya. Seketika, suasana menjadi tegang. Subrata menyipitkan mata, mencoba membaca raut wajah istrinya, sementara Mayang berdiri dengan alis berkerut, menunggu dengan rasa penasaran.“Siapa, Bu?” desak Mayang, nada suaranya menunjukkan kebingungan sekaligus ketidaksabaran.Bu Lina menarik napas panjang, menunduk sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Subrata. “Tidak penting siapa. Intinya, aku hanya ingin memastikan Mayang tidak lagi memberi alasan bagi siapa pun untuk berbicara buruk tentangnya. Itu saja.”Subrata mendengus kecil, jelas merasa jawaban itu tidak memuaskan. “Kamu terlalu paranoid, Lina. Orang-orang selalu punya sesuatu untuk dibicarakan. Kita tidak bisa mengendalikan mulut mereka.”Namun, Bu Lina menatapnya dengan serius. “Tidak, Subrata. Kita tidak bisa mengendalikan mereka, tapi kita bisa mencegah mereka memiliki a

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   40

    Di sisi lain, di kediaman Subrata, suara gelak tawa memenuhi ruangan kecil itu. Subrata dan Mayang duduk di ruang tamu dengan meja kayu penuh dengan bekas cangkir kopi dan beberapa dokumen. Wajah mereka memancarkan kepuasan, seolah menikmati hasil rencana licik yang baru saja mereka jalankan."Benar-benar lucu, Mayang," ujar Subrata sambil menepuk lututnya. "Lihat saja wajahnya tadi. Seperti orang yang kehilangan akal. Kau lihat bagaimana dia mencoba membela diri? Sia-sia!"Mayang terkekeh, melirik ayahnya dengan bangga. "Aku tidak menyangka gosip kecil seperti itu bisa membuatnya kalang kabut. Warga desa benar-benar mudah sekali termakan cerita. Aku hanya perlu membocorkan ‘kawin kontrak’ itu ke Bu Sari, dan sisanya menyebar dengan sendirinya."Subrata mengangguk, senyum licik menghiasi wajahnya. "Orang-orang desa ini memang suka mendramatisasi cerita. Kalau kita bawa sedikit bumbu, mereka langsung terpancing. Lagi pula, apa lagi yang mereka harapkan dari perempuan seperti Aruna? Dia

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   39

    Aruna menatap bayangannya di cermin mobil. Senyumnya tertahan, meski hatinya penuh harap. Hari ini, ia memutuskan mengunjungi rumah orang tuanya. Kehidupan barunya terasa sempurna. Rumah mewah, mobil mahal, dan perhatian Andra yang tanpa cela membuatnya percaya diri. Tapi ada sesuatu di hatinya yang tak bisa ia abaikan—kerinduan untuk berbagi kebahagiaan itu dengan keluarganya.Ketika mobil SUV hitam berkilauan memasuki gang kecil di kampung halaman, mata-mata tetangga langsung tertuju padanya. Bisik-bisik mulai terdengar, dan Aruna bisa merasakan tatapan penuh selidik dari balik jendela rumah-rumah sekitar. Namun, ia mencoba tidak mempedulikannya. Dengan anggun, ia keluar dari mobil, mengenakan gaun sederhana tapi elegan, membawa tas bermerek yang menonjolkan kesuksesannya."Aruna sudah datang!" seru seorang ibu-ibu di ujung gang, memecah keheningan.Namun, bukannya menyambut dengan senyum, beberapa tetangga malah memandangnya dengan sorotan berbeda. Ada nada sinis di balik bisikan m

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   38

    Di ruang kerjanya yang megah, Subrata duduk sambil mengamati layar komputer. Matanya menyipit, memperhatikan laporan yang baru saja ia terima dari asisten pribadinya. Dalam laporan itu, tersirat kekacauan kecil yang mulai muncul di rumah tangga Mayang dan Dimas. Tapi Subrata tidak terganggu; sebaliknya, ia tersenyum kecil, seperti serigala yang sedang mencium aroma mangsa.Ketukan pintu terdengar pelan. “Masuk,” ucap Subrata dengan nada datar.Mayang melangkah masuk, ekspresi wajahnya terlihat campur aduk antara kebingungan dan ketegangan. “Papi, aku ingin bicara,” katanya tanpa basa-basi.Subrata menutup laptopnya dengan tenang, lalu menatap putrinya. “Apa yang ingin kamu bicarakan, Mayang? Duduklah.”Mayang duduk dengan tubuh yang tampak kaku. “Tadi mengenai ibu yang datang ke rumah,” katanya dengan suara lirih. “Dia bilang ingin memperbaiki hubungan. Tapi... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.”Subrata menghela napas panjang, matanya menatap tajam putrinya. “Mayang, dengarka

  • DITINGGAL MANTAN DINIKAHI SULTAN   37

    Dimas pulang ke rumah ibunya, tampak kelelahan dan frustrasi. Setibanya di ruang tamu, Dimas langsung melontarkan keluhan tentang pernikahannya dengan Mayang."Ibu, aku tidak tahu lagi harus bagaimana," keluh Dimas, duduk di sofa sambil memegangi kepala. "Aku merasa terjebak. Mayang itu gak pernah ngerti apa yang aku rasakan."Ibu Dimas, yang sudah menunggu di ruang tamu, menatap putranya dengan cemas. "Kenapa, Dim? Kenapa kamu merasa seperti itu? Apa yang terjadi dengan Mayang? Dia kan baik-baik saja, bukan?"Dimas menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Mayang itu... dia terlalu keras kepala. Dia lebih mengutamakan ego daripada memahami aku. Keluarganya juga kacau. Bahkan tadi ibu kandungnya datang ke rumah? Itu saja sudah membuat suasana semakin panas. Ibu Mayang itu tidak pernah peduli dengan dia, tiba-tiba datang dan mau bawa Mayang pergi."Ibu Dimas merasa terkejut mendengar keluhan itu. "Kamu harus bersabar, Dim. Setiap keluarga punya masalahnya sendiri.""Tapi, Bu,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status