[Mas, Papa kepalanya terbentur. Itu yang membuatnya di rawat.]
[Terus gimana kondisi beliau sekarang, Sayang? Apa aku perlu cuti menemani ke Jakarta?]
[Tidak apa, Mas. Kamu kerja saja. Aku cuma mau minta izin, mungkin disini akan menemani sedikit lebih lama hingga Papa lebih baik.]
[Iya, Sayang. Kamu bantu Mama saja mengurus Papa. Kalau sudah selesai urusan baru kembali, tidak apa.]
Lampu hijau menyala. Pertanda baik untuk hubungan tersembunyi Jojo dan Erika. Senyum Jojo semakin mengembang. Setidaknya ia memiliki waktu beberapa hari bersama Erika di rumah. Tanpa harus ketahuan orang luar, seperti Roni yang hampir mempergoki hubungan mereka.
Kabar baik ini segera ia sampaikan ke Erika dan meminta gadis itu membawa beberapa pakaian serta
tidak perlu bekerja selama tinggal di rumah Jojo. Semua kebutuhan akan dipenuhi oleh lelakinya itu.
Jojo semakin tidak sabar menanti malam tiba. Bayangan Erika berpakaian seksi dengan bau parfum menggoda pun melintas. Hingga membuat debaran pada dada yang semakin kencang. Roni menyadari sikap aneh temannya itu.
Lelaki berjenggot itu menghampiri Jojo. Diam di sampingnya tanpa Jojo sadari. Lalu, ia berbisik, "Istighfar, Jo."
Jojo mengerjapkan mata dan menoleh sumber suara. Ia yang terkejut melangkah mundur menyadari Roni di sebelahnya.
"Lagi ingat istri?" tanya Roni.
"Kepo. Nanti kau juga merasakan setelah menikah."
"Rasakan apa? Mesum sepertimu, membayangkan istri di tempat kerja?" Tawa Roni mengejek. Jojo naik pitam, tangannya telah mengepal dan ingin mengayunkan ke wajah Roni. "Woii… santai, Bro! Anak-anak juga biasa, kok, bercanda begitu. Udah marah aja."
Tawa meledek dari teman-teman kerja lainnya pun terdengar. Hingga membuat Jojo salah tingkah.
"Kenapa harus marah, Bro? Toh, lu mesum mikirin istri. Itu nggak masalah. Yang jadi masalah lu mesum mikirin cewek lain."
Sontak sorak-sorak dari yang lain menggebu, meledek. Jojo mencoba menahan amarah dengan ikut tertawa.
"Nggak mungkinlah, tampang kaya Bos Jojo mikirin cewek lain," sahut dari rekan lainnya. "Bener 'kan, Bos?"
Ya, siapa yang mengira Jojo bisa berselingkuh? Lelaki bermata sipit itu memiliki cap yang baik di lingkungan pekerjaan. Ia orang yang disiplin dalam bekerja, giat serta sangat menjaga sikap terhadap lawan jenis. Tidak akan ada yang mengira hubungannya dengan wanita lain. Bahkan Roni pun awalnya tidak percaya jika tidak bertemu Sari dan mendengar langsung pengakuan Jojo dulu.
"Ah! Bisa aja lu. Nggak bakal-lah. Kalian tahu sendiri, gue mah setia."
"Setiap tikungan ada atau selingkuh tiada akhir?" jawab yang lainnya lagi. Membuat suasana semakin gemuruh.
"Sudah-sudah. Ayo kembali bekerja. Ketahuan Bos Besar, bisa kena potong gaji kita semua, bercanda di jam kerja."
Roni tertawa sengit, ia senang berhasil membuat Jojo panik. Jika Jojo masih juga tidak berubah, Roni akan bicara langsung dengannya. Untuk saat ini ia hanya diam dan memantau secara trrsembunyi.
***
Erika bersiap membawa koper dengan beberapa pakaian ganti dan perlengkapan lainnya. Namun, ia tidak langsung menuju rumah Jojo. Gadis itu berhenti dulu di sebuah swalayan. Memesan beberapa makanan instan dan bahan-bahan masakan segar untuk dimasak. Agar ia tak perlu mondar-mandir keluar rumah dengan stok makanan yang dimiliki.
Setelah dirasa semua cukup, ia bergegas menuju rumah kekasihnya dengan sebuah taksi online. Wajahnya pun tertutup dengan masker dan kacamata hitam serta kerudung. Sebelum turun, ia berpura-pura mencari uang tunai untuk membayar taksi sambil memastikan lingkungan sudah sepi.
Saat semua tampak aman, Erika segera turun dan meminta bantuan supir menurunkan barang bawaannya hingga membawakan ke depan pintu utama. Lalu, ia mencari kunci di bawah keset yang telah Jojo beritahu. Benar saja, dengan mudah kunci itu ia temukan. Gadis bercelana jeans dengan kaos panjang yang membentuk lekuk tubuhnya berhasil masuk ke dalam rumah dan segera mengunci rumah kembali.
Ia melepas semua perlengkapan penyamarannya. Langkahnya menuju dapur merapikan barang-barang belanjaan di kulkas terlebih dulu. Setelah itu ia menarik koper ke dalam kamar utama. Kamar itu tampak rapi dan bersih, karena Sari memang membersihkannya terlebih dulu sebelum berangkat. Erika membuka lemari dan mendapati pakaian istri dari kekasihnya yang tersusun rapi.
"Orang kota tapi baju-bajunya kampungan," ucap Erika.
Mata Erika tertuju pada sebuah lemari plastik yang masih kosong. Memang lemari itu belum sempat Sari isi barang apapun. Lalu, Erika memanfaatkan untuk menaruh pakaiannya. Gadis itu pun segera berbaring di ranjang, merasakan kasur tempat istirahat Sari. Senyum sinis gadis seksi itu timbul, merasa puas dan bangga hampir bisa menguasai semua milik Sari.
Erika penasaran dengan isi laci yang berada di dalam lemari. Ia kembali bangkit dan menghampiri lemari yang masih terbuka. Laci terkunci. Erika semakin penasaran isi dari laci. Ia mencari kuncinya di setiap tumpukan baju dan benar saja firasat gadis itu.
Terdapat sebuah kunci yang berada di salah satu tumpukan baju Sari. Dengan cepat Erika membukanya. Matanya terbelalak tidak percaya dengan apa yang dilihat. Beberapa kotak perhiasan, lengkap dengan isi dan suratnya.
"Apa ini semua dari Jojo? Sialan! Nggak akan gue biarin. Lu lihat saja, Jojo akan memberikan lebih dari ini ke gue nanti."
Suara pintu pagar terbuka terdengar. Erika segera menutup laci dan menyembunyikan kuncinya lagi di bawah tumpukan baju. Lalu, ia bergegas mengintip dari balik hordeng. Jojo berjalan menuju pintu utama. Gadis berambut ikal itu menghampiri pintu dan membukanya.
Jojo segera masuk dan mengunci pintu. Lalu mendorong tubuh Erika hingga ke dinding dan melepaskan hasrat yang sejak siang telah tertahan.
***
"Sial!" Jojo beranjak dari ranjang. Menyadari jadwal keberangkatan bis jemputan tinggal lima belas menit lagi.
Ia segera membasuh wajah dan menggosok gigi. Lalu berganti pakaian dengan kilat. Tak ada waktu untuk mandi apalagi sarapan. Ternyata kenikmatan semalam bersama Erika membuatnya terlena. Melupakan kewajiban kerja.
"Kamu mau berangkat?" tanya Erika. Gadis itu mencoba membuka mata. Jojo menghampiri kekasih gelapnya dan meninggalkan kecupan. Lalu, beranjak dari kamar.
"Ingat, ya, kamu jangan keluar rumah. Aku berangkat dulu. Semoga hari ini nggak lembur, jadi kita bisa jumpa lebih awal," ucap Jojo seraya menuju pintu keluar. Erika hanya duduk di pinggir ranjang. Mendengarkan sambil berusaha memulihkan nyaman yang belum normal sepenuhnya kembali.
Mendengar suara pintu tertutup, Erika membaringkan tubuh lagi di ranjang. Melanjutkan mimpi. Memang mereka baru saja melakukan perjalanan panjang. Menghabiskan malam dengan cinta yang bergairah. Tentu, membuat Erika merasa lelah dan tertidur lagi. Sementara Jojo berlari sekuat tenaga agar tidak tertinggal bis jemputan.
Setibanya ia di halte, bis telah tiba. Beberapa karyawan masih antri ingin masuk. Jojo mempercepat langkah kakinya sambil berteriak memanggil nama salah seorang temannya. Lalu, orang yang mendengar meminta supir menanti.
Napas Jojo tersengal-sengal sambil mencari bangku kosong. Hanya ada bangku kosong di bagian belakang dan itu pun di sebelah Roni. Semenjak pertanyaan dan kata-kata menjurus Roni belakangan ini membuat Jojo tidak nyaman di dekat temannya itu. Namun, mau gimana lagi, ia tetap meletakkan tubuh di sebelah lelaki berjenggot lagi.
"Tumben, Jo, terlambat," tanya seorang teman satu perumahan dengannya. Lelaki itu tahu betul, Jojo orang yang rajin. Ia biasa tiba di halte lebih dulu dibandingkan teman-teman lainnya. Ini kali pertama Jojo terlambat berangkat ke halte. Menjadi hal yang aneh.
"Iya, semalam gue lembur. Cape banget. Semoga hari ini aman, jadi nggak perlu lembur. Remuk juga badan lama-lama kalau sering lembur."
"Berbeda jika lembur bersama istri pasti, ya?" ledek Roni. Seketika membuat yang lain ikut tertawa dan mulai meledek. Namun, Jojo tidak menggubris. Ia memilih diam daripada salah berucap dan membuat yang lain jadi curiga.
"Wah… calon manten omongannya dari kemarin tentang istri. Sudah tak tahan rupanya," sahut temannya.
"Wajar dong… doakan, ya, hari Jum'at akad berlangsung," jawab Roni. Serempak semua mengaminkan ucapan Roni.
"Kita nanti bakal bertetangga dekat," ucap lelaki di sebelah Roni."
"Apa ada yang kosong disitu?" tanya Roni.
"Iya, sebelah kanan rumah gue. Depannya Jojo."
"Wahhh… asik dekat dengan kalian kalau begitu. Ya, semoga saja mendapatkan rumah yang itu."
"Sudah pasti sepertinya, Ron. Karena kemarin istriku lihat petugas kebersihan sudah membersihkan rumah. Katanya akan segera ditempati untuk yang mau menikah minggu ini. Siapa lagi kalau bukan kau."
"Bro, depan-depanan kita. Harus banyak akur."
Jojo tersenyum simpul. Ia harus membawa Erika keluar dari rumah sebelum Roni masuk ke rumah depannya.
"Sial!" ucap Jojo dalam hati.
Bersambung….
Erika terbangun dari tidur kala dering gawainya tak henti mengganggu. Ia duduk di tepi ranjang, menyadarkan jiwa yang masih di alam mimpi. Perlahan gadis seksi itu menggeser layar berwarna hijau pada gawai. Suara tangis dari balik telepon terdengar. Membuat separuh nyawanya tersadar.[Mel? Kamu kenapa?][Kak, Ayah…][Ayah kenapa?]Tidak ada jawaban dari Meli, hanya tangis dari balik telepon terdengar jelas dan semakin sendu.[Kamu tenangkan diri dulu. Ayo, cerita pelan-pelan. Mana bisa aku paham kalau kamu sambil menangis seperti ini.]Erika mencoba menenangkan adiknya tetapi gad
"Hei, Hon, ayo bangun." Jojo mengerjapkan mata. Menatap gadis yang tengah mencium pipinya sambil berbisik. Ia segera mendekap gadisnya, enggan beranjak. "Ayo, bangun. Katanya takut kesiangan lagi?" "Jam berapa sih, Hon?" "Jam empat." "Kamu kok, udah bangun?" Erika tidak menjawab. Ia memasukkan wajahnya ke dalam pelukan Jojo. Berdiam beberapa saat di sana. Bukan sudah bangun, lebih tepatnya gadis itu tidak bisa tidur nyenyak teringat sang ayah. Namun, Erika memilih tidak menceritakan ke Jojo. "Aku masakin sar
[Hai, Sayang.][Kamu lagi di rumah, Mas?][Iya. Baru selesai makan.][Makan malam apa?][Tadi aku beli di depan. Gimana kondisi Papah?][Alhamdulillah lebih baik, Mas. Mungkin aku pulang hari Minggu.]Jojo mengangguk. Memasang wajah ceria, menyambut kedatangan istrinya. Rayuan gombal pun ia lontarkan untuk meyakinkan wanita itu bahwa rindu padanya sangat menyiksa.Sementara Erika yang mendengar Jojo sedang mengobrol dengan Sari di panggilan video tidak menghiraukan. Ia tetap melanjutkan mencuci piring di dapur. Memberikan waktu untuk
"Pagi, Sayang… masak apa, Sayang?" sapa Jojo. Ia baru bangun, memeluk mesra tubuh Sari dari belakang yang sedang sibuk memasak di dapur."Masak yang ada di kulkas. Kamu stok ayam ungkep, Mas?""Oh, iya. Kemarin. Aku pikir kamu baru pulang hari ini. Jadi kemarin aku beli, niatnya buat makan semalam sama pagi ini. Praktis tinggal goreng.""Hmmm… oh, ya, Mas. Kamu ganti parfum baru?""Parfum? Nggak. Kenapa memangnya?""Itu yang di meja rias aku. Kayaknya aku baru lihat parfum itu."Jojo terdiam mencoba berpikir. Apa yang dimaksud Sari adalah parfum Erika yang mungkin tertinggal, pi
Satu bulan berlalu. Setiap Sari lembur bekerja, Jojo dan Erika mengambil kesempatan untuk jalan-jalan. Menghabiskan waktu dan uang. Bahkan mulai bulan ini, separuh gaji Jojo telah ia transfer ke rekening Erika. Beralasan Sari telah memiliki gaji sendiri, lelaki itu bilang kepada istrinya ingin menabung untuk membeli rumah di kampung. Sari pun setuju. Jadi, untuk kebutuhan sehari-hari istrinya yang mengeluarkan uang.Semua kebusukan Jojo dan Erika berjalan lancar. Sari tak lagi curiga karena sikap Jojo yang setiap hari romantis. Ia kembali menepis pikiran negatif yang sempat mengusik lagi. Bahkan ia juga sudah lupa dengan helai rambut di ranjang saat pulang kampung.Wanita itu fokus dengan pekerjaan barunya. Menikmati mengurus suami, rumah dan kantor. Sambil menanti momongan yang sampai sekarang belum juga dititipkan Tuhan
"Hei… kamu belum tidur?" Dengan sigap Jojo menghampiri Sari, merangkul wanita itu sambil menutup pintu belakang. Ia mengajak istrinya melangkah ke arah kamar. Mengalihkan pemandangan halaman belakang yang masih menampilkan asap, bakaran kertas."Kamu ngapain malam-malam di belakang?" tanya Sari penasaran."Ng-nggak ngapa-ngapain. Hirup udara malam aja.""Kok ada asap? Kamu bakar sesuatu?""Oh… aku ngerokok tadi. Baru selesai. Tidur, yuk?"Jojo memeluk Sari sebelum wanita itu merebahkan tubuh di ranjang saat mereka tiba di kamar. Ia pun meninggalkan kecupan di kening istrinya. Dengan wajah bahagia, karena sikap manis Jojo, Sari pun
"Hei, hei… dengar aku, Sayang. Sari akan pergi ke Makassar minggu depan. Kamu bisa tinggal di rumah dinasku sementara, gimana?""Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Aku sudah bilang sama kamu, Mas. Aku mau kita segera menikah. Mumpung dia tidak disini, mengapa kita tidak menikah saja minggu depan? Jadi, aku bisa kamu bawa pulang ke rumah dinas."Erika tampak mondar-mandir sambil berbicara. Saat Jojo mendekat dan mulai merayunya, ia kembali menghindar. Bahkan sentuhan Jojo pun ditepis."Mana mungkin bisa?" tanya Jojo."Bisa. Besok aku ke KUA dan urus semuanya. Kamu terima beres.""Bukan itu maksud aku, Honey. Duitnya udah nggak ada. Aku nggak
"Berangkat gelap, pulang pun hari sudah gelap. Kamu itu kerja atau kemana?"Sari menghentikan langkah kaki. Baru saja ia membuka pintu dan ingin mengucap salam. Namun, Jojo telah lebih dulu membuatnya terkejut dengan ucapannya. Lelaki itu duduk di sofa sambil bersedekap. Perlahan berdiri menghampiri istrinya yang terpaku di depan pintu.Sari tidak paham dengan ucapan Jojo tadi. Ia hanya diam menatap suaminya dalam, penuh tanya. Mengapa sikap Jojo terus memojokkannya. Seolah semua yang ia lakukan salah."Apa kecurigaanku benar tentang balas dendammu, ya? ucap Jojo lagi."Mas, kamu kenapa sih? Jangan ngaco, deh.""Ngaco? Kamu yang mulai ngac