Jenna hanya sedang menertawakan takdirnya. Memiliki impian untuk mempunyai mahligai cinta yang indah, harus pupus karena surga yang dia dapatkan bukanlah impiannya. Berstatus sebagai seorang istri kedua yang diawali dengan keberadaannya yang tak diterima, membuat dunia Jenna berubah 180 derajat. Padahal, status 'istri kedua' adalah satu dari hal yang Jenna benci di dunia ini. Seandainya saja suami Jenna itu tau, jika kehidupannya tidaklah seceria hari-hari Jenna. Apakah mungkin, cinta itu hadir untuk Jenna? Lalu bagaimana bisa Jenna mendapatkan status 'istri kedua' tersebut? Temukan jawabannya dengan membaca cerita ini guysss! Mengandung plot twist! Wajib baca setiap part-nya untuk tau ada rahasia besar antara tiga tokoh utama.
view moreJika kehidupan seseorang bisa dipilih akan bagaimana perjalanannya, mungkin Jenna tidak menginginkan perjalanan hidup yang banyak menorehkan luka di hatinya seperti ini. Memang, siapa yang ingin menjadi seseorang yang dinilai meruntuhkan rumah tangga orang lain? Seseorang yang kehadirannya dinilai begitu buruk oleh hampir kebanyakan orang. Padahal dirinya tidak seperti itu. Tentu saja Jenna juga tidak ingin. Mendapatkan cinta, di posisinya yang kedua—Jenna pernah merasakan rasa pesimis luar biasa. Statusnya yang berada di nomor dua, sudah pasti tidak akan menjadi prioritas. Tapi setelah kepergian madunya itu, atau seseorang yang menyandang status istri pertama—hati Jenna sempat mengharapkan jika cinta itu akan hadir, karena bagaimana pun dirinya kini berstatus sebagai satu-satunya istri. Menjalani hidup sebagai seorang istri yang awalnya tak diharapkan, tentu tidak mudah untuk dilakukan. Berbulan-bulan lamanya Jenna sering makan hati saat mendengar ocehan demi ocehan dari orang-ora
Dalam satu minggu ini, Jenna merasakan banyak perubahan dalam hubungannya bersama Reyhan dan Anala. Hal itu terjadi setelah Anala demam, dan insiden Jenna yang kehujanan lalu disusul oleh Reyhan. Sejak itu, interaksi mereka pun tidak lagi canggung. Reyhan bahkan sudah sering mengajaknya untuk shalat berjama'ah jika pria itu sudah pulang dari kantor, ataupun mengajak Jenna untuk sama-sama tidur di kamar Anala seperti waktu itu. Meskipun belum sampai ke tahap mereka satu ranjang yang sama tanpa Anala, tapi Jenna merasa semuanya sudah cukup. Tidak ada lagi beban pikiran bagi Jenna, untuk memikirkan bagaimana cara mengambil hati dua orang itu. "Bunda!" Lihat! Anala bahkan sudah mau memanggilnya dengan sebutan 'bunda', alih-alih dia memanggil 'tante' seperti biasanya. Saat Jenna mendengar puteri sambungnya itu memanggil, dia dengan segera menoleh dan menghampiri Anala. "Ada apa, Sayang?" Dengan penuh kelembutan, Jenna menjawab panggilan Anala. Senyum juga turut hadir di wajahnya yang c
"M-mas Reyhan?" Jenna mengerjapkan mata saat menangkap presensi suaminya itu di hadapannya. Dia berdiri dengan payung besar di tangannya, pun dengan sorot mata yang terlihat ... khawatir?Jenna tertegun sambil menatap Reyhan dengan mendongakkan kepala, bolehkah dia berharap—jika Reyhan memang sedang khawatir dan sekarang menjemputnya?"Kamu kenapa?" Selanjutnya, Reyhan membungkukkan badan, dan hal itu membuat Jenna buru-buru memalingkan wajah ke arah lain. Ketahuan menatap Reyhan dengan binar, tentu saja hal memalukan untuk Jenna, bukan?"Kakiku sepertinya keseleo, Mas. Tadi aku nggak sengaja injak batu itu," adu Jenna sambil menunjuk batu yang tadi dia injak. Reyhan mengikuti ke mana arah Jenna menunjuk, dia lantas bergegas mengambil batu tersebut dan melemparkannya ke arah yang tidak dilalui oleh orang."Kenapa kamu bisa ceroboh? Sekarang hujan-hujanan pula," gerutu Reyhan. Memang benar, Reyhan saat ini melihat Jenna seperti seorang anak kecil yang tidak tau arah jalan pulang. Ba
Langit telah menggelap sepenuhnya. Selain itu, tidak adanya sang bintang yang biasanya bertaburan—turut andil dalam membuat malam ini terasa lebih mencekam. Belum lagi suara petir yang mulai terdengar, menandakan jika air mata langit akan turun—membuat seorang gadis yang berjalan dengan membawa dompetnya itu, kini berlari kecil. Memilih untuk berjalan kaki lantaran jarak Supermarket dan rumahnya hanya 200 meter, tujuan utama gadis itu adalah membeli obat penurun panas untuk Anala. Karena stok di rumah hanya ada obat penurun panas berbentuk tablet, yang mana rasanya pun pahit—Anala tidak menginginkan untuk minum obat tersebut. Alhasil, gadis yang tak lain adalah Jenna tersebut harus mau tidak mau keluar untuk membeli obat.Sementara sang suami, sekaligus ayah dari Anala—belum pulang dari kantornya sampai saat ini. Padahal Jenna sudah memberitahu, jika Anala sedang demam di rumah. Mungkin, karena kesibukannya sebagai seorang pemimpin perusahaan—membuatnya tidak bisa berleha-leha seper
“Bisa Anda jelaskan, terkait dengan berita tersebut?” “Nona Senjakala, tolong beritahu kami! Apa benar, Nona menjadi istri kedua?”“Katanya, Anda telah merusak rumah tangga orang lain. Apa itu benar, Nona Senjakala?” Jenna mengangkat kedua tangan untuk menutupi dua telinganya rapat-rapat, saat ia mendapatkan pertanyaan bertubi dari para wartawan tersebut. Sungguh! Jenna sama sekali tidak bisa menjawab, lantaran panic attack yang berujung dengan kecemasannya menyerang—membuatnya kesulitan untuk membela diri. Sementara sosok pria yang berdiri di samping Jenna, tertegun sambil mencerna kalimat demi kalimat yang dipertanyakan oleh wartawan tersebut pada istrinya. Senjakala? Bukankah itu nama seorang penulis yang Reyhan sering baca karya novelnya? “Kenapa? Kamu mengenalnya?”“Sangat mengenalnya.” Reyhan ingat pembicaraannya dengan Jenna beberapa menit yang lalu. Perempuan itu bilang, jika dia sangat mengenali sosok Senjakala yang dimaksud. Apa mungkin, sosok Senjakala itu adalah Jenna
Ada beberapa hal dalam hidup, yang bisa membuat Jenna merasa bangga pada dirinya sendiri. Selain karena bisa mengontrol kecemasan yang datang dengan tiba-tiba, Jenna juga merasa bangga saat ada seseorang yang membaca karyanya dengan perasaan mendalam. Tak jarang, pembacanya selalu meneror Jenna via DM Instagram hanya untuk memaki-maki karakter yang buruk dalam karyanya. Atau memuji karakter yang berperan sebagai protagonis. Sebagai seorang penulis, tentu Jenna membutuhkan feedback dari pembacanya. Maka dari itu dia sangat senang dan bangga pada dirinya sendiri, saat ada pembacanya yang terbawa suasana dengan alur cerita yang dibuat.Sama seperti yang dilakukan oleh seorang pria di meja kerjanya itu. Jenna yang berdiri di ambang pintu cukup terpekur dengan pemandangan langka ini. Bagaimana bisa, suaminya sedang membaca salah satu karyanya yang berjudul 'Bukan Surga Impian'? Yang di mana isi dari cerita itu adalah tentang seorang istri kedua yang menikah karena sesuatu hal. Sebenarny
Sejak awal, Jenna tak seharusnya berharap lebih dengan pernikahannya bersama Reyhan. Pernikahan yang dari awalnya saja bersifat pemaksaan terhadap personal, meskipun pada prosesnya—Cahaya membeberkan sakitnya sebagai alasan utama, untuk membuat Jenna dan Reyhan menyetujui permintaannya. Maka sekali pun sekarang sudah tidak ada lagi sosok Cahaya, yang membuat Jenna seringkali merasa bersalah karena sudah memutuskan untuk menjadi madu wanita itu. Tapi sekarang Jenna justru dihadapkan dengan segala berita buruk yang beredar tentangnya. Entah bagaimana caranya publik tau, jika status Jenna sebelumnya adalah istri kedua. "Ada yang membebani pikiranmu?" Sebuah suara bariton tiba-tiba membuat Jenna tersentak kecil. Dia lupa, jika saat ini tengah makan malam bersama dengan Reyhan dan Anala."Ah, maaf. Aku sedikit melamun," ucap Jenna merasa tidak enak."Ada yang membebani pikiranmu?" Reyhan mengulangi pertanyaannya. Pasalnya, pria itu merasa Jenna tidak seperti yang ia lihat. Wajahnya terli
Selama satu bulan full, Jenna memilih mengosongkan jadwal untuknya menghadiri acara seminar ataupun talkshow yang berkaitan dengan literasi. Tapi pagi ini, dia akan kembali lagi dengan aktivitasnya sebagai seorang penulis dan pengisi materi kepenulisan. Satu bulan kemarin, Jenna manfaatkan waktu kekosongan tersebut untuk mengurus rumah tangga barunya. Sekaligus merapikan hati, setelah kepergian Cahaya yang sekarang menginjak bulan kedua. "Setelah ini, kamu dipanggil. Persiapkan diri, Na." Yang bersuara barusan, adalah rekan sesama penulis. Tapi seringkali bekerjasama dengan berbagai sekolah ataupun instansi yang ingin mengadakan acara seminar dan talkshow literasi. Ya sebut saja, dia salah satu bagian dari kepanitiaan acara seminar pagi ini. "Hari ini, kamu tidak jadi pemateri?" Jenna melempar tanya. Sementara, sosok yang menjadi lawan bicara Jenna itu malah membalasnya dengan seulas senyum dan gelengan kepala. "Kukira kamu juga isi," sambung Jenna. "Akhir-akhir ini aku sibuk ja
"Apa yang kulakukan kemarin? Aku memeluk dia?" Seorang pria berjalan mondar-mandir di kamar. Pikirannya melanglang pada saat siang kemarin, ketika dirinya mendadak peduli dengan Jenna—istri kedua yang sekarang beralih status menjadi satu-satunya istri. "Dia bisa kepedean! Dan yang paling parah adalah ... menaruh perasaan cinta padaku." Pria itu mengusap wajahnya kasar, sama sekali tidak bisa membiarkan jika semua itu terjadi. Meskipun saat ini dirinya menerima kehadiran Jenna sebagai istri, tapi untuk hal perasaan cinta—ia tidak bisa menjanjikan itu. Hidup selama hampir 7 tahun bersama dengan mendiang Cahaya saja, dirinya sulit untuk jatuh cinta pada wanita itu. Bagaimana mungkin, perasaannya akan berubah pada Jenna—yang dia kenal hitungan bulan? Pria yang tak lain adalah Reyhan itu tidak bermaksud untuk jahat, dengan melarang Jenna jatuh cinta padanya. Reyhan hanya takut, jika lagi-lagi dia menyakiti hati seorang perempuan. Sama seperti apa yang dia lakukan pada mendiang Cahaya.
Saat itu sang surya seolah sedang berada di atas kepala. Tentu saja, hal itu membuat siapa pun yang berada di luar ruangan—merasakan hawa panas yang menjalar ke tubuhnya. Tapi itu tidak berlaku bagi dua orang perempuan berbeda usia, yang tengah duduk saling berhadapan. Karena hawa sejuk yang dihasilkan oleh air conditioner di dalam ruangan, membuat keduanya tidak berkeringat. "Ada satu hal yang mau aku bicarain sama kamu, Jenna." Yang berbicara saat ini adalah Cahaya Ghaliya Mahasin—seorang perempuan berhijab yang berstatus sebagai psikiater di RS Kenangan Indah. Perawakannya indah. Dengan tinggi semampai 168 cm, berkulit putih bersih, serta wajah perpaduan Indonesia-Pakistan yang membuatnya nampak begitu sempurna jika dipandang. "Jenna ...," panggil Cahaya dengan ragu pada sosok perempuan muda yang duduk di hadapannya. "Iya, Dok?" Perempuan muda di depannya menyahuti. Ada tatap penasaran dari kedua pasang mata monoloid perempuan itu. "Selama dua tahun ini ... ikatan yang terbang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments