Setitik air mata, meluncur begitu saja dari sudut seorang wanita berhijab. Tak dapat dipungkiri, segala proses tahapan kemoterapi yang sudah dilakukan—membuat perasaannya campur aduk. Ada perasaan senang, kala ia ditemani dengan setia oleh sang suami. Ada perasaan sedih, jika takdir harus menuliskannya begini.Bibir pucat milik wanita itu sekarang mencuat ke atas. Membentuk sebuah lengkungan tipis yang turut membuat pria di sebelahnya menganggukkan kepala, mencoba meyakinkan dirinya—bahwa semua akan baik-baik saja. Proses kemoterapi yang dilakukan di Rumah Sakit Kenangan Indah pagi ini, meliputi tiga fase dan terapi tambahan. Dari mulai fase induksi, yang berguna untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa. Sampai fase pemeliharaan, yang bertujuan mencegah sel-sel kanker tumbuh kembali. Wanita berhijab yang tidak lain adalah Cahaya tersebut, melakukan proses pengobatannya dengan cukup serius.Tapi meski begitu, Cahaya tetap mempunyai ketakutan yang tidak bisa dia bagi pada oran
Dalam cinta, mungkin butuh perjuangan dan juga pengorbanan. Jika dulu, Cahaya berjuang untuk mendapatkan hati Reyhan—maka sekarang, dia harus berkorban untuk cintanya. Jika berbicara tentang ikhlas dan tidak ikhlas, mungkin akal pikirannya akan dengan lantang mengatakan tidak ikhlas. Tentu saja, seperti perkataan Jenna—wanita mana yang rela membagi suaminya untuk perempuan lain? Jawabannya hanya bisa terhitung oleh jari. Sekelas istri Rasulullah saja, masih bisa merasakan cemburu. Lalu bagaimana dengan umat-Nya? Cahaya mengakui, jika dirinya akan amat cemburu. Tapi semua itu sudah menjadi keputusannya, bukan? Untuk apa Cahaya menyesali, jika nanti pada akhirnya—baik Jenna ataupun Reyhan, setuju untuk menikah.Sudah beberapa malam, cuaca terasa tidak cukup nyaman. Mungkin juga memang karena ini awal tahun, yang di mana curah hujan sedang tinggi-tingginya. Selain karena udara malam yang terasa dingin, lalu ditambah dari udara dari air conditioner—Cahaya merasakan tubuhnya menggigil. A
8 tahun ini, Jenna merasa hidupnya banyak berubah. Ya! Karena peristiwa di mana luka hati untuk sang ibunda dan dirinya terjadi. Sejak saat itu, Jenna sadar—jika hubungannya dengan sang ayah cukup merenggang. Tidak ada lagi Jenna yang manja seperti dulu—merengek setiap kali ayahnya pulang bekerja, meminta dibelikan cemilan. Ataupun Jenna yang mengadu pada sang ayah, kala nilai di sekolahnya menurun. Tapi di malam ini, Jenna harus menurunkan ego demi sesuatu hal yang entah baik ataukah buruk untuknya. Melihat jika keadaan dokter Cahaya semakin tidak stabil, Jenna memutuskan untuk bersedia menuruti permintaannya. Dia tidak memikirkan hal lain, selain permintaan dokter Cahaya yang dikhawatirkan jika itu adalah wasiat darinya.Selang pertemuannya dengan lelaki asing yang sedikitnya berhasil mengetuk hati Jenna, pembicaraan mereka tidak berhenti ketika Reyhan—nama lelaki itu, mengatakan tak ingin menikahi perempuan mana pun lagi. Pembicaraan mereka baru berhenti, saat sadar jika Cahaya ke
“Allah, kenapa aku masih hidup?” Sepasang mata milik seorang wanita, masih terpejam. Tapi tangannya menyentuh kasur serta selimut yang terpakai di tubuhnya. Kala mencoba membuka mata, penglihatannya samar-samar terpaku pada ruangan yang tadi malam menjadi saksi—atas sebuah pernikahan yang terjadi karena permintaan darinya. Wanita itu menyentuh dada, di sana dia masih merasakan adanya kehidupan. Terbukti dengan degupan jantung yang masih berirama. Langit-langit kamar berwarna putih, dan lampu yang sinarnya begitu menyilaukan mata jika dipandang—masih bisa ia lihat dengan jelas. Jadi benar, tadi malam ia mengantuk itu bukan akan pergi selamanya? “Kukira, malam tadi adalah malam terakhir untukku di dunia ini.” Si wanita itu menghembuskan nafasnya dengan berat. Dia sudah cukup lega jikalau tadi malam benar-benar waktu terakhirnya, karena suami dan madunya itu bisa menjalankan kehidupan baru tanpa bayang-bayang dirinya. Cahaya, si wanita itu berusaha untuk duduk. Dia menatap ke sekeli
Dalam hidup, Jenna sudah seringkali mengalami banyak kegagalan. Di mana, semua itu tidak sesuai dengan ekspektasi dan mimpi-mimpinya. Seperti halnya saat ia mendapatkan nilai di bawah KKM saat dulu masih sekolah, atau karena tidak lolos masuk jurusan kedokteran di universitas impiannya. Tapi semua itu, tidak sampai membuat Jenna merasakan gelisah seperti saat ini. Kegagalan yang pernah terjadi dulu, yang sifatnya masih cukup wajar—hanya mampu membuatnya sedih sementara saja. Tentunya, mempunyai keinginan untuk mendapatkan surga impian—di saat dirinya menjadi saksi nyata, atas hancurnya surga yang dibangun oleh sang ayah untuk sang bunda, membuat Jenna terpikirkan. Apakah ia akan mendapatkan surga impian itu dalam pernikahannya ini? Meskipun pada dasarnya, Jenna mengajukan sebuah syarat untuk setuju dengan pernikahan ini. Yang di mana syarat tersebut adalah jangka waktu yang dia tentukan untuk tetap berada dalam pernikahan ini, tapi Jenna tidak mungkin mempermainkan pernikahan dalam
Malam kini telah menyapa. Kebetulan sekali, malam ini nampak indah dibandingkan malam lalu. Bagaimana indurasmi itu hampir keseluruhan membuat terang benderang, belum lagi gemerlap bintang yang ikut menemani—membuat semesta di malam ini begitu disukai oleh banyak orang. Salah satu orang yang kini memandangi malam itu adalah Jenna. Entah kenapa, keluar dari rumah yang selama 8 tahun ini membuatnya banyak terluka—Jenna merasa cukup tenang. Meskipun demikian, hatinya tak urung bersedih—saat tau jika sang ayah di sana pasti akan merindukannya. Meskipun Jenna ataupun Reyhan menganggap pernikahan yang terjadi ini adalah kontrak, tapi berbeda dengan Cahaya. Justru wanita itu menginginkan pernikahan yang benar-benar pernikahan, antara Jenna dan suaminya itu. Lihat saja buktinya!Di saat Jenna tengah menikmati malamnya dengan menghirup udara sejuk di balkon kamar, perempuan itu tersentak kaget saat mendengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Dengan rasa penasaran yang tinggi, pada akhir
Keheningan menyapa seorang perempuan yang tengah bersujud. Dalam gerakan sujud terakhirnya, hatinya banyak bermunajat—merapalkan semua doa dan keinginan pada Sang Ilahi Rabbi. Di antara semua keinginannya, selain ia memohon ampunan atas dosa di masa lalu—ia meminta petunjuk terkait pernikahan kontrak yang terjadi ini.Saat ini masih pukul 02.00 malam, di mana banyak orang yang tengah tertidur dengan nyenyaknya. Tapi perempuan yang sekarang telah bangun dari sujudnya, memilih mengisi waktu malamnya dengan shalat sunah tahajjud 4 raka'at dan diakhiri oleh witir 3 raka'at.Shalat sunnah tahajud adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan. Bahkan Imam Syafi'i pernah berkata. "Doa di saat tahajud, bagaikan anak pahah yang melesat tepat mengenai sasaran." Tajamnya anak panah yang dimaksud di sini itu, dua tangan yang menengadah pada Allah SWT di sepertiga malam, tidak akan pernah kembali dengan sesuatu yang hampa. “Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.”“Assalamualakum warrahmatulla
Jenna kira, kesakitannya dalam hidup—hanya karena sang ayah mengkhianati sang bunda dan membuatnya terluka waktu itu. Tapi saat mendengar tangisan dari anak kecil, yang tak menerima kehadirannya—cukup membuat hati Jenna mencelos seketika. Perasaan mendebarkan tadi pagi, yang dia rasakan saat Reyhan memeluk dirinya tanpa sadar—raib entah ke mana. Sekarang, hanya ada rasa penyesalan mendalam atas pernikahannya ini. “Aku nggak mau punya mama baru, Ma.” Anala, gadis kecil yang sebentar lagi masuk ke sekolah dasar itu masih menangis. Tangisannya sesenggukkan, begitu menyayat hati orang yang mendengarnya. Dalam hal ini, Jenna tidak membenarkan sikap Cahaya. Bagaimana mungkin, wanita itu terang-terangan menjelaskan siapa dirinya pada Anala? Sudah pasti, jika gadis kecil itu tidak akan mengerti apa yang terjadi. Justru dia sekarang malah menilai Jenna sebagai perebut papanya. Atau mungkin kehadirannya memang seperti itu? “Panggi dia Bunda Jenna, Bunda Jenna adalah mama baru untuk Anala. N
Jika kehidupan seseorang bisa dipilih akan bagaimana perjalanannya, mungkin Jenna tidak menginginkan perjalanan hidup yang banyak menorehkan luka di hatinya seperti ini. Memang, siapa yang ingin menjadi seseorang yang dinilai meruntuhkan rumah tangga orang lain? Seseorang yang kehadirannya dinilai begitu buruk oleh hampir kebanyakan orang. Padahal dirinya tidak seperti itu. Tentu saja Jenna juga tidak ingin. Mendapatkan cinta, di posisinya yang kedua—Jenna pernah merasakan rasa pesimis luar biasa. Statusnya yang berada di nomor dua, sudah pasti tidak akan menjadi prioritas. Tapi setelah kepergian madunya itu, atau seseorang yang menyandang status istri pertama—hati Jenna sempat mengharapkan jika cinta itu akan hadir, karena bagaimana pun dirinya kini berstatus sebagai satu-satunya istri. Menjalani hidup sebagai seorang istri yang awalnya tak diharapkan, tentu tidak mudah untuk dilakukan. Berbulan-bulan lamanya Jenna sering makan hati saat mendengar ocehan demi ocehan dari orang-ora
Dalam satu minggu ini, Jenna merasakan banyak perubahan dalam hubungannya bersama Reyhan dan Anala. Hal itu terjadi setelah Anala demam, dan insiden Jenna yang kehujanan lalu disusul oleh Reyhan. Sejak itu, interaksi mereka pun tidak lagi canggung. Reyhan bahkan sudah sering mengajaknya untuk shalat berjama'ah jika pria itu sudah pulang dari kantor, ataupun mengajak Jenna untuk sama-sama tidur di kamar Anala seperti waktu itu. Meskipun belum sampai ke tahap mereka satu ranjang yang sama tanpa Anala, tapi Jenna merasa semuanya sudah cukup. Tidak ada lagi beban pikiran bagi Jenna, untuk memikirkan bagaimana cara mengambil hati dua orang itu. "Bunda!" Lihat! Anala bahkan sudah mau memanggilnya dengan sebutan 'bunda', alih-alih dia memanggil 'tante' seperti biasanya. Saat Jenna mendengar puteri sambungnya itu memanggil, dia dengan segera menoleh dan menghampiri Anala. "Ada apa, Sayang?" Dengan penuh kelembutan, Jenna menjawab panggilan Anala. Senyum juga turut hadir di wajahnya yang c
"M-mas Reyhan?" Jenna mengerjapkan mata saat menangkap presensi suaminya itu di hadapannya. Dia berdiri dengan payung besar di tangannya, pun dengan sorot mata yang terlihat ... khawatir?Jenna tertegun sambil menatap Reyhan dengan mendongakkan kepala, bolehkah dia berharap—jika Reyhan memang sedang khawatir dan sekarang menjemputnya?"Kamu kenapa?" Selanjutnya, Reyhan membungkukkan badan, dan hal itu membuat Jenna buru-buru memalingkan wajah ke arah lain. Ketahuan menatap Reyhan dengan binar, tentu saja hal memalukan untuk Jenna, bukan?"Kakiku sepertinya keseleo, Mas. Tadi aku nggak sengaja injak batu itu," adu Jenna sambil menunjuk batu yang tadi dia injak. Reyhan mengikuti ke mana arah Jenna menunjuk, dia lantas bergegas mengambil batu tersebut dan melemparkannya ke arah yang tidak dilalui oleh orang."Kenapa kamu bisa ceroboh? Sekarang hujan-hujanan pula," gerutu Reyhan. Memang benar, Reyhan saat ini melihat Jenna seperti seorang anak kecil yang tidak tau arah jalan pulang. Ba
Langit telah menggelap sepenuhnya. Selain itu, tidak adanya sang bintang yang biasanya bertaburan—turut andil dalam membuat malam ini terasa lebih mencekam. Belum lagi suara petir yang mulai terdengar, menandakan jika air mata langit akan turun—membuat seorang gadis yang berjalan dengan membawa dompetnya itu, kini berlari kecil. Memilih untuk berjalan kaki lantaran jarak Supermarket dan rumahnya hanya 200 meter, tujuan utama gadis itu adalah membeli obat penurun panas untuk Anala. Karena stok di rumah hanya ada obat penurun panas berbentuk tablet, yang mana rasanya pun pahit—Anala tidak menginginkan untuk minum obat tersebut. Alhasil, gadis yang tak lain adalah Jenna tersebut harus mau tidak mau keluar untuk membeli obat.Sementara sang suami, sekaligus ayah dari Anala—belum pulang dari kantornya sampai saat ini. Padahal Jenna sudah memberitahu, jika Anala sedang demam di rumah. Mungkin, karena kesibukannya sebagai seorang pemimpin perusahaan—membuatnya tidak bisa berleha-leha seper
“Bisa Anda jelaskan, terkait dengan berita tersebut?” “Nona Senjakala, tolong beritahu kami! Apa benar, Nona menjadi istri kedua?”“Katanya, Anda telah merusak rumah tangga orang lain. Apa itu benar, Nona Senjakala?” Jenna mengangkat kedua tangan untuk menutupi dua telinganya rapat-rapat, saat ia mendapatkan pertanyaan bertubi dari para wartawan tersebut. Sungguh! Jenna sama sekali tidak bisa menjawab, lantaran panic attack yang berujung dengan kecemasannya menyerang—membuatnya kesulitan untuk membela diri. Sementara sosok pria yang berdiri di samping Jenna, tertegun sambil mencerna kalimat demi kalimat yang dipertanyakan oleh wartawan tersebut pada istrinya. Senjakala? Bukankah itu nama seorang penulis yang Reyhan sering baca karya novelnya? “Kenapa? Kamu mengenalnya?”“Sangat mengenalnya.” Reyhan ingat pembicaraannya dengan Jenna beberapa menit yang lalu. Perempuan itu bilang, jika dia sangat mengenali sosok Senjakala yang dimaksud. Apa mungkin, sosok Senjakala itu adalah Jenna
Ada beberapa hal dalam hidup, yang bisa membuat Jenna merasa bangga pada dirinya sendiri. Selain karena bisa mengontrol kecemasan yang datang dengan tiba-tiba, Jenna juga merasa bangga saat ada seseorang yang membaca karyanya dengan perasaan mendalam. Tak jarang, pembacanya selalu meneror Jenna via DM Instagram hanya untuk memaki-maki karakter yang buruk dalam karyanya. Atau memuji karakter yang berperan sebagai protagonis. Sebagai seorang penulis, tentu Jenna membutuhkan feedback dari pembacanya. Maka dari itu dia sangat senang dan bangga pada dirinya sendiri, saat ada pembacanya yang terbawa suasana dengan alur cerita yang dibuat.Sama seperti yang dilakukan oleh seorang pria di meja kerjanya itu. Jenna yang berdiri di ambang pintu cukup terpekur dengan pemandangan langka ini. Bagaimana bisa, suaminya sedang membaca salah satu karyanya yang berjudul 'Bukan Surga Impian'? Yang di mana isi dari cerita itu adalah tentang seorang istri kedua yang menikah karena sesuatu hal. Sebenarny
Sejak awal, Jenna tak seharusnya berharap lebih dengan pernikahannya bersama Reyhan. Pernikahan yang dari awalnya saja bersifat pemaksaan terhadap personal, meskipun pada prosesnya—Cahaya membeberkan sakitnya sebagai alasan utama, untuk membuat Jenna dan Reyhan menyetujui permintaannya. Maka sekali pun sekarang sudah tidak ada lagi sosok Cahaya, yang membuat Jenna seringkali merasa bersalah karena sudah memutuskan untuk menjadi madu wanita itu. Tapi sekarang Jenna justru dihadapkan dengan segala berita buruk yang beredar tentangnya. Entah bagaimana caranya publik tau, jika status Jenna sebelumnya adalah istri kedua. "Ada yang membebani pikiranmu?" Sebuah suara bariton tiba-tiba membuat Jenna tersentak kecil. Dia lupa, jika saat ini tengah makan malam bersama dengan Reyhan dan Anala."Ah, maaf. Aku sedikit melamun," ucap Jenna merasa tidak enak."Ada yang membebani pikiranmu?" Reyhan mengulangi pertanyaannya. Pasalnya, pria itu merasa Jenna tidak seperti yang ia lihat. Wajahnya terli
Selama satu bulan full, Jenna memilih mengosongkan jadwal untuknya menghadiri acara seminar ataupun talkshow yang berkaitan dengan literasi. Tapi pagi ini, dia akan kembali lagi dengan aktivitasnya sebagai seorang penulis dan pengisi materi kepenulisan. Satu bulan kemarin, Jenna manfaatkan waktu kekosongan tersebut untuk mengurus rumah tangga barunya. Sekaligus merapikan hati, setelah kepergian Cahaya yang sekarang menginjak bulan kedua. "Setelah ini, kamu dipanggil. Persiapkan diri, Na." Yang bersuara barusan, adalah rekan sesama penulis. Tapi seringkali bekerjasama dengan berbagai sekolah ataupun instansi yang ingin mengadakan acara seminar dan talkshow literasi. Ya sebut saja, dia salah satu bagian dari kepanitiaan acara seminar pagi ini. "Hari ini, kamu tidak jadi pemateri?" Jenna melempar tanya. Sementara, sosok yang menjadi lawan bicara Jenna itu malah membalasnya dengan seulas senyum dan gelengan kepala. "Kukira kamu juga isi," sambung Jenna. "Akhir-akhir ini aku sibuk ja
"Apa yang kulakukan kemarin? Aku memeluk dia?" Seorang pria berjalan mondar-mandir di kamar. Pikirannya melanglang pada saat siang kemarin, ketika dirinya mendadak peduli dengan Jenna—istri kedua yang sekarang beralih status menjadi satu-satunya istri. "Dia bisa kepedean! Dan yang paling parah adalah ... menaruh perasaan cinta padaku." Pria itu mengusap wajahnya kasar, sama sekali tidak bisa membiarkan jika semua itu terjadi. Meskipun saat ini dirinya menerima kehadiran Jenna sebagai istri, tapi untuk hal perasaan cinta—ia tidak bisa menjanjikan itu. Hidup selama hampir 7 tahun bersama dengan mendiang Cahaya saja, dirinya sulit untuk jatuh cinta pada wanita itu. Bagaimana mungkin, perasaannya akan berubah pada Jenna—yang dia kenal hitungan bulan? Pria yang tak lain adalah Reyhan itu tidak bermaksud untuk jahat, dengan melarang Jenna jatuh cinta padanya. Reyhan hanya takut, jika lagi-lagi dia menyakiti hati seorang perempuan. Sama seperti apa yang dia lakukan pada mendiang Cahaya.