Bukan Pernikahan Palsu

Bukan Pernikahan Palsu

last updateLast Updated : 2023-10-06
By:  Anindya AlfariziCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
8.4
9 ratings. 9 reviews
235Chapters
147.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Lima hari sebelum hari pernikahannya, Carissa Airin menemukan kenyataan pahit yang menghancurkan nyaris seluruh hidupnya: calon suaminya ternyata berselingkuh menghamili keponakan Rissa sendiri! Persiapan pernikahan yang nyaris 100% pun langsung dibatalkan secara sepihak oleh tante dari Carissa demi melindungi nama baik keponakannya. Luka dan rasa malu membuat Carissa depresi, hingga Sagara Aditama menemukannya secara tidak sengaja. CEO itu tiba-tiba mengulurkan tangan dan menawarkan janji membalaskan rasa sakit Carissa dengan syarat mereka akan menikah. Tapi, siapa Gara sebenarnya? Apakah hanya seorang lelaki kaya raya yang kebetulan tertarik kepada Rissa, ataukah ada intrik dan rahasia lain yang ia sembunyikan?

View More

Chapter 1

1. Betrayer

"Ris, maafkan aku."

Carissa tertegun.

"Aku terpaksa melakukan ini. Hanya aku harapan ayah satu-satunya. Aku nggak bisa menikah sama perempuan seperti kamu."

Semua kata-kata itu seperti tersendat di tenggorokan. Carissa hanya mampu menggeleng dengan shock. Gadis itu mundur selangkah, menutup mulut dengan telapak tangan, dan merasakan tetesan hangat meleleh di kedua pipinya.

"A-Abi, kamu ... "

"Dan lagi, aku sama Anes memang saling mencintai, kok."

Hancur sudah. Kedua bahu Carissa merosot turun. Isak tangis tanpa suara membuat dada gadis itu terlampau sesak. Ia menatap sepasang manusia di hadapannya dengan pandangan buram karena air mata.

Lelaki itu, Abian Danurendra, meraih telapak tangan gadis di sampingnya, lantas mengecupnya dengan lembut.

"T-tapi Bi ... pernikahan kita lima hari lagi–"

"Masih cukup lama, kan? Lima hari bukan waktu yang sangat mendadak, kok. Kamu harus bersyukur aku nggak batalin semuanya saat hari H."

Lagi-lagi Carissa hanya mampu menggeleng keras. Sama sekali tak ingin mempercayai penglihatan dan pendengarannya.

"Sorry ya, Kak. Tapi bayi dalam perut aku ini lebih butuh Mas Abi daripada kamu." Gadis di sebelah Abian itu mengelus perutnya dengan tangan yang lain. Sementara Carissa kembali seperti dihantam gelombang pasang.

Hatinya sudah remuk redam dengan menemukan kenyataan bahwa tunangannya tidur dengan keponakannya sendiri, kemudian membatalkan rencana pernikahan yang hanya tinggal lima hari lagi, dengan sepihak. Lalu sekarang ditambah dengan fakta busuk lain lagi.

"Iya. Aku lagi mengandung anaknya Mas Abi. Usianya masih sekitar tiga bulan."

Oh, Demi Tuhan!

"Kenapa kamu kaget begitu, Kak? Bukannya kamu udah cukup lama pacaran sama Mas Abi? Pasti kamu udah paham lah dia gimana."

"Apa maksudmu, Nes?"

"Kalian pasti juga udah sering ngelakuin itu, kan? Aku tau banget Mas Abi tuh nggak bisa kalau terlalu lama–"

"Anes!" Carissa menyentak murka, mendadak ia menemukan kembali suaranya yang tadi sempat menghilang, "jaga mulutmu, Nes! Kamu pikir aku perempuan seperti apa?"

Air mata berjatuhan kian deras, membasahi kedua pipi Carissa serta blus berwarna marun yang dikenakannya. Apakah serendah itu orang lain memandangnya?

"Ya intinya, sorry," lanjut Aneska. Tak ada sesal dalam nada suaranya sama sekali. "Mas Abi nggak bisa lagi lanjutin hubungan sama kamu. Aku harap kamu maklum lah."

Maklum? Rissa yakin perempuan di hadapannya itu sudah tidak waras.

"Pernikahan akan tetap dilaksanakan, Ris."

Carissa menoleh kala sebuah suara lain turut bergabung tiba-tiba. Seorang wanita setengah baya yang masih tampak rupawan mendekat dari arah luar. Arini, ibu Aneska sekaligus tantenya sendiri.

"T-Tante?"

"Pernikahan akan tetap dilaksanakan." Wanita itu tersenyum. Sesaat Carissa mengira bahwa segalanya akan teratasi dan kembali baik-baik saja, namun Arini ternyata melanjutkan. "Benar, lima hari lagi Abian akan tetap melangsungkan pernikahan. Hanya saja sama Aneska, bukan sama kamu."

Carissa merasa dunia dan seluruh isinya memusuhinya secara serentak mulai detik ini. Dengan dada yang kian sesak, ia mencoba menata tutur katanya untuk disampaikan kepada wanita yang telah ia anggap ibunya sendiri.

"Tante ... jangan bercanda."

"Sama sekali nggak."

"T-tapi Tante tahu sendiri ... aku mati-matian siapin pernikahan ini."

"Ah, Tante turut sedih, Ris." Walau nyatanya sama sekali tak ada raut sedih tergambar dalam wajah rupawan itu. "Mungkin Abian bukan jodohmu, begitu saja. Ah, dan satu lagi ... "

Apa lagi?

"Tante pikir, di usia yang sekarang, kamu sudah bisa mengurus dirimu sendiri."

Hati Carissa terasa mencelos ketika mendengar penuturan wanita itu. Belum dikatakan, tapi gadis itu seperti tahu kalimat tantenya akan mengarah ke mana. Tanpa bisa ia tahan, dua butir air mata kembali luruh berjatuhan dari netra cokelatnya yang sudah sangat sembab.

"Bukan Tante nggak sayang lagi sama kamu, tapi keberadaan kamu di sini nanti hanya akan membuat canggung keadaan. Walaupun Anes sama Abi nggak tinggal di sini pasca menikah, tapi mereka pasti sering datang, kan? Tante nggak mau terjadi hal-hal yang nggak diinginkan kalau kamu masih ada di sini, Ris."

Ya, benar. Persis seperti yang Carissa duga.

"Rissa harus tinggal di mana, Tan ... "

"Ah, itu terserah kamu. Kalau nggak salah, kamu masih punya saudara dari pihak ayahmu, kan? Mungkin kamu bisa datang menemuinya."

Carissa merasa pertahanan dirinya runtuh sudah. Sekuat tenaga ia berusaha tetap berdiri di atas kaki gemetar yang nyaris tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuh, berusaha ia tahan isak tangis yang rasanya sudah akan meledak.

"Sebaiknya kamu mulai berkemas dan memutuskan akan pergi ke mana sekarang, mengingat beberapa hari ke depan, rumah ini mungkin akan agak ramai."

"Un-undangannya ... " Gadis itu tersengal.

"Kamu bisa menghubungi siapa-siapa aja yang udah nerima undanganmu dan bilang kalau acaranya batal. Lagian pasti nggak banyak, kan? Tante pikir kamu pasti nggak kenal banyak orang."

"Masalah itu, biar Abi yang urus, Ma." Abian menimpali. "Abi ingat semua nama yang udah nerima undangan, nanti biar Abi aja yang konfirmasi."

Pandangan Carissa perlahan bergulir ke arahnya, dan demi apapun, lelaki itu justru membuang muka.

"Abi ... " sebut Carissa lirih, "kamu tega lakuin ini sama aku? Memangnya aku punya salah apa sama kamu? Kenapa kalian sejahat ini?"

Sejenak, rahang tegas itu terlihat menegang. Namun ternyata tak ada kata-kata pembelaan apapun. Lelaki itu tidak membantah apa yang Aneska katakan tadi. Benarkah Abian sudah mengkhianatinya sedalam itu? Abi yang selama ini begitu menjaga dan menghormati Carissa walaupun sudah menjalin hubungan tiga tahun lamanya. Benarkah ia justru melakukannya dengan perempuan lain? Atas dasar apa? Cinta?

Cinta yang seperti apa tepatnya?

"Aku salah apa sama kamu, Bi ... " Isak tangis yang sedari tadi Rissa tahan-tahan itu akhirnya tumpah sudah. Ia tergugu, pilu. Hati dan perasaannya berserakan dihantam kenyataan. "Lalu apa artinya semua perlakuan dan kata-kata cinta kamu selama tiga tahun ini? Kenapa kamu ngelamar aku tiga bulan yang lalu? Kenapa kamu baru batalin semuanya sekarang? Hari ini? Saat semua persiapan udah nyaris selesai? Kamu mau buat aku gila, Bi? Iya?"

Carissa menyerah mengendalikan dirinya. Ia berlari menerjang dan mencengkeram kemeja hitam yang dikenakan lelaki di hadapannya itu erat-erat.

"Kak! Kamu apa-apaan, sih? Lepasin Mas Abi! Kalau dia nggak mau nikah sama kamu, terus kamu mau apa, ha? Jangan nggak tau malu gitu, dong!"

"Diam kamu, jalang!"

PLAK!

Untuk ke sekian kalinya, Carissa kembali tertegun. Rasa panas perlahan menjalari pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh Abian.

"A-Abi ... "

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Sirius Pen
Ceritanya bagus ...
2023-10-23 18:34:36
1
user avatar
el louzee
kak.. udah tamat apa blum yaa... up donggg
2023-09-30 11:57:22
0
user avatar
fatimah husain
bikin penasaran
2023-09-14 13:29:05
0
user avatar
Sari Sarlimga
ceritanya bagus tapi buka babnya riweh kbnyakan iklan
2023-09-09 03:42:16
0
user avatar
Wiwin Saja
ceritanya keren, ga sabar nunggu bab selanjutnya
2023-08-10 22:20:56
0
user avatar
fikri maulana
bagus banget
2023-07-15 06:44:26
0
user avatar
Liana El
Keren............
2023-04-16 13:04:59
1
user avatar
Akun Baru
tadinya baca terus,tp sekarang disimpan dulu,buka tp blm baca, nunggu tamat aja,q baperan,gk berani baca.mo dihapus sayang udah baca dr awal. semangat untuk penulis nya.ayuuuukkkk happy ending,biar hatiku senang, wkwkwk
2023-07-12 19:13:23
1
user avatar
Micro Merotanita Micromicrotin
terlalu bertele2,,harusnya sdh tamat tp masih menciptakan masalah baru . masalah yg hampir sama terulang2 ..membuat jenuh yg baca
2023-06-08 05:52:49
2
235 Chapters
1. Betrayer
"Ris, maafkan aku."Carissa tertegun."Aku terpaksa melakukan ini. Hanya aku harapan ayah satu-satunya. Aku nggak bisa menikah sama perempuan seperti kamu."Semua kata-kata itu seperti tersendat di tenggorokan. Carissa hanya mampu menggeleng dengan shock. Gadis itu mundur selangkah, menutup mulut dengan telapak tangan, dan merasakan tetesan hangat meleleh di kedua pipinya."A-Abi, kamu ... ""Dan lagi, aku sama Anes memang saling mencintai, kok."Hancur sudah. Kedua bahu Carissa merosot turun. Isak tangis tanpa suara membuat dada gadis itu terlampau sesak. Ia menatap sepasang manusia di hadapannya dengan pandangan buram karena air mata.Lelaki itu, Abian Danurendra, meraih telapak tangan gadis di sampingnya, lantas mengecupnya dengan lembut."T-tapi Bi ... pernikahan kita lima hari lagi–""Masih cukup lama, kan? Lima hari bukan waktu yang sangat mendadak, kok. Kamu harus bersyukur aku nggak batalin semuanya saat hari H."Lagi-lagi Carissa hanya mampu menggeleng keras. Sama sekali tak i
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
2. Berakhir
PLAAK!Rasa panas perlahan menjalari pipi kirinya yang baru saja ditampar oleh Abian. Carissa tertegun, mengangkat tangan dan menyentuh pipinya pelan."A-Abi ... " bisiknya dengan suara tercekat. "Abi kamu nampar aku?""Kamu yang cari gara-gara duluan, Ris!""Kamu sampai hati main tangan sama aku hanya karena belain Aneska?" Suara Carissa nyaris histeris, tidak bisa ia tahan."Makanya kalau ngomong itu dipikir dulu. Kamu ngatain Anes begitu, memangnya diri kamu sendiri udah yang paling suci apa?""Abian!" jerit Carissa. "Kamu tahu selama tiga tahun ini aku setengah mati jaga diri buat kamu. Bisa-bisanya kamu bicara begitu!""Aku nggak tahu," sela Abian tajam. "Kamu punya banyak teman cowok di tempat kerjamu, kan? Aku mana tahu kalau kamu pernah main belakang.""Abian, Ya Tuhan!" Carissa benar-benar histeris sekarang. Air matanya deras berjatuhan, membentuk jejak di kedua pipinya yang putih. Gelombang amarah terasa menyesaki dadanya.Entah apa yang merasuki pikiran lelaki yang sebelumn
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
3. Apa Dia Mati?
Sorot menyilaukan dari kejauhan menyapu penglihatan Carissa yang buram karena air mata bercampur air hujan. Netra gadis itu memicing, mencoba mendapatkan fokus yang lebih jelas. Tapi percuma sajalah, ia tidak akan bisa melihat di bawah guyuran hujan sederas ini. Lagipula, apa yang mau dilihatnya?Dengan langkah terhuyung, gadis itu maju. Tepat menyambut kala hantaman keras membuat tubuhnya terpental dan jatuh berdebam beberapa meter dari tempat sebelumnya.BRAKKK! Decit rem terdengar menekan aspal basah saat lelaki di balik kemudi itu memaksa sedan hitamnya untuk berhenti mendadak. Kesadarannya terkumpul dengan tiba-tiba begitu ia menoleh ke arah spion dan melihat sesuatu tergeletak di atas jalanan sepi, di bawah guyuran hujan. Ketakutan pelan-pelan naik merayapi tubuhnya. Terlintas dalam benak untuk kembali tancap gas dan meninggalkan sosok itu saja, tapi sisi kemanusiaannya menolak ide itu. Maka lelaki itu menyerah. Ia mengambil payung dan keluar dari mobil bersama sumpah serapah,
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
4. Gadis Basah
Astaga!Gara menoleh pelan. Selama beberapa saat, ia merasa tubuhnya membeku. Hingga ketika disadarinya siapa yang mengetuk dari balik kaca jendela itu, napasnya berhembus keras tanpa sadar.Itu sekuriti apartemen yang sudah ia kenal baik. Gara buru-buru menurunkan kaca jendela mobilnya."Pak Gara!""Ngagetin aja!" sembur Gara kesal."Kok lama banget nggak keluar-keluar? Pak Gara nggak apa-apa?" Pria berseragam itu memandang penuh perhatian. Ia bahkan sudah hapal kelakuan Tuan Muda satu ini jika pulang kemari pada larut malam seperti sekarang ; sudah pasti sedang mabuk!"Habis minum lagi, ya?" tebaknya, tepat sasaran."Emm ... ""Mau saya bantu ke atas? Pak Gara sama sekali nggak bisa jalan, kah?"Gara menggeleng pelan. Ia melirik dengan ekor mata ke arah kursi belakang mobilnya. Berpikir-pikir apakah pria sekuriti ini bisa menyimpan rahasia? Bagaimana reaksinya ketika mendapati Gara membawa pulang seorang gadis dalam keadaan tak sadarkan diri dan penuh luka seperti itu?Ya, Gara tahu
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
5. Jangan Pergi
Carissa tersedu-sedan dengan isak tangis yang terdengar perih. Kedua tangannya meremas selimut putih yang menutupi sebagian tubuhnya di atas sofa. Beberapa plester tampak menempel di tangan itu.Sagara di hadapannya. Bersandar pada sekat ruangan yang memisahkan ruang tengah dengan dapur. Hastanya terlipat di depan dada dengan kedua netra kelam menyorot tajam. Menghujam gadis terisak yang hanya mampu menunduk dalam itu, dengan tatapan kesal."Bagaimana, mau pergi sekarang?"Carissa tidak bisa menjawab."Pintu terbuka lebar-lebar. Juga kalau kamu masih mau mati saja, aku nggak akan mencegah. Silakan berangkat sendiri, sana!"Masih tidak bisa menjawab."Jangan nggak tahu terimakasih begitu, makanya. Kamu pikir aku senang tertimpa musibah seperti ini?"Sapaan saya-anda yang tadi ia gunakan itu, sudah terhempas jauh. Sagara sebenarnya mau menggunakan lo-gue seperti ketika ia sedang bersama Radit, tapi menurutnya itu justru mengurangi wibawa. Maka begitulah sekarang. Setelah lelaki itu puas
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
6. Gagal Mengusir
"Hah?"Istrinya?Radit sudah membungkuk-bungkuk menahan tawa mendengar pernyataan polos gadis perawat itu, sementara Gara sendiri terbelalak dengan wajah merah padam."Pak, saya serius. Ibu harus dibawa ke rumah sakit segera. Memangnya Bapak nggak khawatir kah? Kasihan Ibu, Pak.""Hahaha ... " Tawa Radit meledak tanpa bisa dihentikan. "Istri anda kasihan loh, Bapak.""Terserah. Kalau kamu mau, bawa aja sana sendiri. Dan lo bisa diem nggak, Dit?"Masih dengan wajah kesal setengah mati, Gara berlalu meninggalkan ruangan apartemennya tanpa menoleh lagi. Meninggalkan sosok lemah yang sesekali masih merintih, mengatakan 'jangan pergi' berulang-ulang.Dan kenyataannya, Sagara justru melewati hari ini dengan buruk. Selain meeting evaluasi yang sarat kritikan pedas dari sang Direktur Utama dan berlangsung selama berjam-jam, Gara sama sekali tidak bisa fokus dengan pekerjaannya.Akhirnya, sebelum jarum jam menunjuk angka tiga sore, pria dua puluh delapan tahun itu sudah beranjak dari ruanganny
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more
7. Permintaan Untuk Tinggal
"Cepetan Pak Gara, biar kata badan dia kecil begini, tapi berat nih!" Lelaki muda berseragam sekuriti itu mendesak, yang buru-buru direspon Gara dengan merapatkan tubuhnya ke pintu. Si sekuriti menerabas masuk kemudian, membaringkan tubuh Carissa di sofa yang belum juga sepuluh menit ditinggalkannya tadi."Lagian kok dibiarin aja temennya pergi sih, Pak?" Si sekuriti kembali melayangkan protes sembari memandang gadis di atas sofa itu dengan iba. "Kasihan atuh, untung aja tadi ketahuan saya. Bentar ya, kopernya saya ambilkan di lobby."Gara tidak bisa berkata-kata. Ia hanya mematung membiarkan petugas keamanan itu berlari keluar. Sampai beberapa menit kemudian muncul kembali seraya menenteng koper besar di tangannya, Gara masih belum bergerak."Loh kok diam saja, Pak? Mau saya telponkan dokter?""Nggak," tolak Gara, barulah bisa menguasai diri lagi. "Makasih, Pak. Udah, biar saya aja yang urus."Urus dalam artian memandang saja dengan kedua alis menukik selama beberapa menit selanjutny
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more
8. Satu Syarat
"Syarat, Kak?""Iya, dengan syarat, kamu nggak boleh keluar sama sekali dari apartemen ini. Aku nggak mau ada laporan yang sampai ke telinga ibuku kalau ada seorang gadis di dalam tempat ini. Ngerti?"Carissa tidak percaya, Tuhan masih sangat berbaik hati kepadanya dengan mengirimkan bantuan seperti ini. Gadis itu mengangguk cepat seraya menggumamkan terimakasih berkali-kali. Tak ada keberatan apapun dengan syarat yang Gara ajukan. Justru bagus, ia tidak perlu berurusan dengan dunia luar sementara. Masalah di mana ia akan tinggal nanti, itu biar dipikirkannya sendiri sembari memulihkan tubuh. Yang penting sekarang ia tidak terlantar di jalanan dengan kondisi babak belur seperti ini."Pakai kamar tamu sebelah sana, jangan diam di sofa. Kalau ada tamu datang, kamu nggak boleh keluar kamar sampai tamunya pulang." Gara merasa dirinya agak berlebihan dengan berkata begitu, tapi ya masa bodohlah. Tempat ini kan miliknya, jadi ia yang memegang kendali penuh."Baik, baik Kak ... ""Sagara.""
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more
9. Tertangkap Basah
"Carissa, apa foto ini milikmu?"Carissa yang sudah selesai mencuci piring menoleh ke arah suara Gara di kamar tamu yang semalam ia tempati. Gadis itu bergegas mengayun langkah mendekat."Ya, Kak?""Ini milikmu?" Gara yang semula berjongkok, berdiri pelan-pelan. Mengulurkan selembar foto kecil itu kepada Carissa yang berdiri di hadapannya."Oh ... i-iya, punyaku." Kedua pipi gadis itu bersemu tiba-tiba. Ia menarik lembaran kecil itu dari sela-sela jemari Gara. Tidak berani membalas tatapan yang lebih tua, karena entah mengapa terasa begitu menusuk. "Mungkin aku nggak sengaja jatuhin ini semalam.""Itu siapamu?""Ah?" Carissa tercekat. Ia sempat mendongak sesaat hanya demi menemukan tatapan Gara yang benar-benar setajam belati, kemudian menunduk lagi. "Ini ... mantan tunanganku."Sebelah alis Gara terangkat kala mendengar penuturan itu. Mantan?Tatapan mata tajamnya kini terpancang lekat pada foto yang sekarang sedang digenggam erat oleh Rissa."I-ini, aku nggak sempet buang. Aku jaran
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more
10. Penawaran Gara
"Iya, Mi. Ini pacarnya Gara."Mulut Carissa terbuka lebar. Ia menatap Gara yang masih merangkul bahunya dengan mata terbelalak. "K-Kak ... ""Gara udah bilang berkali-kali sama Mami. Gara nggak mau dijodohin sama Tamara.""Kenapa nggak bilang sama Mami kalau kamu udah punya pacar?""Ah, itu ... " Sesaat, lelaki muda itu kelihatan sedikit bingung dan menghindari tatapan ibunya. "Gara belum siap kasih tau Mami.""Belum siap tapi kamu bawa dia tinggal satu atap, Sagara?" Wanita cantik itu berusaha tidak histeris. "Kalau sampai salah satu rekan Mami ada yang tahu, bagaimana? Kamu mau bikin Mami malu dunia akhirat, ha?"Gara buru-buru mendekat kala ibunya tampak memejamkan mata sembari memegangi kening dengan kedua tangan."Mami, maaf. Gara sama sekali nggak bermaksud begitu. Gara hanya nggak mau Mami jodohin sama Tamara. Ini rencananya juga udah mau Gara kenalin sama Mami, kok. Tapi Mami udah keburu tahu sendiri." Gara meringis dengan posisi jongkok, memijiti lutut ibunya. Dan Carissa ag
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status