Share

8. Satu Syarat

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-26 13:35:30

"Syarat, Kak?"

"Iya, dengan syarat, kamu nggak boleh keluar sama sekali dari apartemen ini. Aku nggak mau ada laporan yang sampai ke telinga ibuku kalau ada seorang gadis di dalam tempat ini. Ngerti?"

Carissa tidak percaya, Tuhan masih sangat berbaik hati kepadanya dengan mengirimkan bantuan seperti ini. Gadis itu mengangguk cepat seraya menggumamkan terimakasih berkali-kali. Tak ada keberatan apapun dengan syarat yang Gara ajukan. Justru bagus, ia tidak perlu berurusan dengan dunia luar sementara. Masalah di mana ia akan tinggal nanti, itu biar dipikirkannya sendiri sembari memulihkan tubuh. Yang penting sekarang ia tidak terlantar di jalanan dengan kondisi babak belur seperti ini.

"Pakai kamar tamu sebelah sana, jangan diam di sofa. Kalau ada tamu datang, kamu nggak boleh keluar kamar sampai tamunya pulang." Gara merasa dirinya agak berlebihan dengan berkata begitu, tapi ya masa bodohlah. Tempat ini kan miliknya, jadi ia yang memegang kendali penuh.

"Baik, baik Kak ... "

"Sagara."

"B-baik Kak Gara. Terimakasih banyak."

Gara mendengus kecil. Lelaki itu lantas meraih kunci mobilnya di atas meja bar dapur. Bermaksud keluar untuk menenangkan pikiran. Seluruh kejadian ini membuat kepalanya seperti mau pecah. Mungkin ia memerlukan beberapa teguk alkohol untuk membuat pikirannya rileks sedikit. Sementara itu, Carissa yang akhirnya ditinggal sendirian, tertatih melangkah dan menyeret kopernya masuk ke kamar tamu. Gadis itu mendudukkan diri di atas ranjang yang dingin karena sepertinya kamar ini tidak pernah ditempati, lalu diam di sana selama beberapa saat.

"Apa Tuhan nggak mau aku kembali kepada-Nya dengan cara begitu?" ujarnya serak. Air mata mulai lagi menggenangi kedua obsidiannya yang layu. "Tuhan masih ingin aku berada di dunia yang jahat ini. Tapi buat apa, Ya Tuhan? Buat apa ... "

Isaknya sesekali memecah keheningan ruangan itu. Carissa mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Perlahan gadis itu keluarkan dompet kecil dari kopernya, menemukan selembar foto yang terselip manis. Foto dirinya yang tersenyum bersama Abian. Rasanya sudah seabad yang lalu sejak foto itu diambil.

"Abian, apa kamu tau aku sehancur ini gara-gara kamu?" bisiknya perih. "Aku nggak punya siapa-siapa, dan sekarang ngemis-ngemis sama orang asing supaya aku diijinin numpang di rumahnya. Apa kamu bisa bayangin itu?"

Carissa menahan isak, membuatnya merasa sesak sekali. Ia menekan dadanya kuat-kuat sembari berbisik lirih. "Abian, denger! Sekarang aku akan baik-baik aja. Kalau Tuhan nggak mau aku mati, aku nggak akan mati. Aku akan tetep hidup untuk membalas semua perbuatan kamu."

Carissa melemparkan dompetnya ke atas nakas. Tanpa ia sadari, selembar foto sialan itu lepas dari tempatnya, kemudian jatuh ke lantai. Gadis itu tidak akan pernah tahu, hidupnya bisa saja berbalik haluan dalam beberapa saat ke depan, gara-gara selembar foto.

***

Seperti kebiasaannya, Gara terjaga dari tidurnya pada jam enam pagi. Lelaki itu terdiam dan berpikir, apa yang kiranya berbeda pada pagi ini dari pagi-paginya yang biasa. Hingga disadarinya perbedaan itu ; ada aroma lain yang menembus celah ventilasi kamarnya dari luar. Aroma manis dan hangat yang tidak pernah tercium selama ia bangun pagi di apartemen miliknya ini. Gara yang dilanda penasaran, kemudian beranjak dari ranjang dan membuka pintu kamarnya.

Hal pertama yang berhasil ditangkap oleh indera penglihatannya adalah, ada yang sedang menggunakan dapurnya.

"Kamu ngapain?" tanyanya refleks.

Di balik kompor, Carissa terlonjak kecil karena kaget. "Ah! Eh ... selamat pagi, Kak ... "

"Kamu ngapain?" Gara mengulangi, membuat Carissa gentar. Seulas senyum yang tadi menghiasi bibirnya, kini lenyap.

"A-aku ... aku bikinin Kak Gara sarapan."

"Siapa yang suruh?"

Astaga, kaki Rissa mendadak gemetaran. Sungguh ia lupa, Gara mengijinkannya tinggal, bukan berarti lelaki itu juga menerimanya di tempat itu. Maka dengan raut penuh sesal, Rissa menunduk mengucap maaf berkali-kali.

"Nanti aku beresin, Kak," cicit Rissa ketakutan. Sebelah tangannya mencengkeram gagang spatula erat-erat sementara kedua alisnya menukik turun. Pemandangan yang membuat Gara menghela napas dengan jengah.

Pemuda tampan itu menarik kursi meja makan yang hanya ada tiga buah saja. Duduk di sana, lalu menyapukan pandangan kepada beberapa piring yang sudah tertata rapi di atas meja. Ada beberapa porsi kecil makanan berbeda. Pancake, roti panggang, dan telur mata sapi.

"Ka-Kakak mau yang lain?" tanya Carissa pelan.

"Kopi," jawab Gara pendek. Lelaki itu menghela napas, sebenarnya ini juga tidak sepenuhnya salah, justru menguntungkan, daripada Gara repot-repot cari sarapan di luar.

"Kakak mau makan apa? Pancake atau roti?" tawar Carissa lagi.

"Pancake."

Kemudian untuk pertama kalinya sejak kemarin, Gara melihat senyum kecil tersemat di bibir si gadis. Pandangan Gara lalu terpancang kepada tangan mungil yang cekatan menyiapkan ini dan itu, seperti sudah biasa ia lakukan setiap hari. Sebuah pertanyaan tentang siapa sebenarnya gadis ini, kembali memenuhi benak Gara. Namun, waktu yang sempit tidak memberinya kesempatan untuk bertanya-tanya. Ia harus segera bersiap ke kantor.

"Aku nggak akan pulang ke sini malam ini," tutur Gara setelah selesai bersiap. Lelaki itu memandang Carissa yang masih berkutat membereskan sisa sarapan. "Kamu nggak bisa keluar sama sekali. Aku nggak akan repot-repot kasih tau kamu password kunci apartemenku."

"Iya, Kak. Nggak apa-apa." Carissa mengangguk. Tidak masalah jika ia harus terkunci di dalam sini. Ia tidak memerlukan apapun lagi. Tidak perlu takut mati kelaparan pun, isi lemari es Gara cukup bahkan untuk dua minggu ke depan. Nah, tidak termasuk tindak kejahatan kan, kalau Carissa memakainya?

Lelaki tampan itu sudah setengah jalan menuju pintu keluar sebelum sesuatu menarik perhatiannya. Sesuatu yang tergeletak di dekat pintu kamar tamu. Gara mendekat dan memungutnya dari atas lantai. Perlahan tapi pasti, raut wajahnya berubah menjadi kaku kala melihat benda apa itu. Kedua manik hitamnya terpaku tak berkedip pada selembar foto kecil yang kini ia pegang.

"Carissa?" panggilnya tanpa sadar. "Apa foto ini milikmu?"

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Palsu   9. Tertangkap Basah

    "Carissa, apa foto ini milikmu?"Carissa yang sudah selesai mencuci piring menoleh ke arah suara Gara di kamar tamu yang semalam ia tempati. Gadis itu bergegas mengayun langkah mendekat."Ya, Kak?""Ini milikmu?" Gara yang semula berjongkok, berdiri pelan-pelan. Mengulurkan selembar foto kecil itu kepada Carissa yang berdiri di hadapannya."Oh ... i-iya, punyaku." Kedua pipi gadis itu bersemu tiba-tiba. Ia menarik lembaran kecil itu dari sela-sela jemari Gara. Tidak berani membalas tatapan yang lebih tua, karena entah mengapa terasa begitu menusuk. "Mungkin aku nggak sengaja jatuhin ini semalam.""Itu siapamu?""Ah?" Carissa tercekat. Ia sempat mendongak sesaat hanya demi menemukan tatapan Gara yang benar-benar setajam belati, kemudian menunduk lagi. "Ini ... mantan tunanganku."Sebelah alis Gara terangkat kala mendengar penuturan itu. Mantan?Tatapan mata tajamnya kini terpancang lekat pada foto yang sekarang sedang digenggam erat oleh Rissa."I-ini, aku nggak sempet buang. Aku jaran

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Bukan Pernikahan Palsu   10. Penawaran Gara

    "Iya, Mi. Ini pacarnya Gara."Mulut Carissa terbuka lebar. Ia menatap Gara yang masih merangkul bahunya dengan mata terbelalak. "K-Kak ... ""Gara udah bilang berkali-kali sama Mami. Gara nggak mau dijodohin sama Tamara.""Kenapa nggak bilang sama Mami kalau kamu udah punya pacar?""Ah, itu ... " Sesaat, lelaki muda itu kelihatan sedikit bingung dan menghindari tatapan ibunya. "Gara belum siap kasih tau Mami.""Belum siap tapi kamu bawa dia tinggal satu atap, Sagara?" Wanita cantik itu berusaha tidak histeris. "Kalau sampai salah satu rekan Mami ada yang tahu, bagaimana? Kamu mau bikin Mami malu dunia akhirat, ha?"Gara buru-buru mendekat kala ibunya tampak memejamkan mata sembari memegangi kening dengan kedua tangan."Mami, maaf. Gara sama sekali nggak bermaksud begitu. Gara hanya nggak mau Mami jodohin sama Tamara. Ini rencananya juga udah mau Gara kenalin sama Mami, kok. Tapi Mami udah keburu tahu sendiri." Gara meringis dengan posisi jongkok, memijiti lutut ibunya. Dan Carissa ag

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • Bukan Pernikahan Palsu   11. Ayo Menikah!

    "Penawaran lain?" Carissa mengerjapkan mata. Rasanya ia tidak mau peduli lagi pada apapun yang Gara tawarkan kepadanya sekarang. Namun, mengingat kembali ke mana dirinya harus pergi jika harus angkat kaki dari tempat itu sekarang juga, Carissa terpaksa harus menelan kembali seluruh ego dan harga diri yang dijunjungnya setinggi langit.Ah, harga diri apanya? Ia bahkan memohon-mohon untuk diijinkan tinggal kan, kemarin?"Penawaran bagus." Gara menampakkan smirk, yang demi apapun tidak bisa Carissa tampik ; sangat menawan. "Kita menikah agar ibuku tidak terus memaksa menjodohkan dengan perempuan yang aku nggak suka. Dan kamu, bisa membalaskan sakit hatimu kepada Abian Danurendra. Is that win-win solution?""Bagaimana?" Carissa mengerutkan dahi. Sampai sini, ia belum sepenuhnya mengerti. "Kenapa Abi harus sakit hati, Kak? Dia udah mutusin aku dalam segala hal termasuk komunikasi. Nggak mungkin dia denger kabar kalaupun aku menikah.""Ya tentu saja ... " Senyum Gara semakin lebar sekarang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • Bukan Pernikahan Palsu   12. Pertemuan

    "Ris ... "Sagara diam di ambang pintu. Tampak kedua manik kelamnya menyorot datar kepada Carissa yang sudah selesai didandani oleh pegawai salon. Gadis itu sekarang juga tengah berdiri kikuk, membalas pandangan Gara dengan jengah."Kenapa, Kak?" tanyanya dengan nada gusar. "Aneh banget, ya? Nggak pantas, ya?"Gara hanya mengangkat sebelah alisnya sebelum berbalik dan keluar lagi tanpa mengatakan sesuatu. Membuat Carissa terpaksa harus mengejar dengan langkah-langkah lebar. Itu sulit, asal tahu saja. Carissa sedang mengenakan heels."Kak, beneran aneh, ya?" Carissa mengulangi ketika Gara sudah membuka pintu mobilnya. "Aku nggak pede, Kak. Ini jelek, ya?"Gara menghentikan gerakan. Menatap gadis di sisi lain mobilnya itu dengan tatapan menelisik. "Ini salon punya ibuku. Jangan sembarangan deh, bilang kalau hasilnya jelek."Apa? Duh, Rissa salah bicara."Mak-maksud aku, bukan salonnya yang jelek, Kak. Salonnya bagus sekali, kok. Cuma objeknya aja yang nggak bagus." Carissa tersenyum kak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • Bukan Pernikahan Palsu   13. Makan Malam

    "Berani-beraninya mendekati putraku. Memangnya kamu punya apa?"Carissa tertegun. Ia memang sudah tahu bahwa wanita di hadapannya itu bukanlah orang sembarangan, namun apakah harus pertanyaan semacam ini dilontarkan saat kedatangan pertama Carissa ke rumahnya?Gadis manis itu demikian shock-nya hingga tidak begitu menyadari kala Sagara menyela."Mami, jangan begitu. Nanti dia ketakutan, malah nggak mau dateng ke sini lagi."Mustahil ada gadis yang tidak ketakutan dengan respon calon mertua yang seperti itu, kan?"Gara!""Ini bukan kantor, Mam. Kita nggak lagi ngebahas masalah kerjaan. Udah ah, Gara laper, nih. Mami masakin apa buat Gara?"Sebentar, sebentar. Otak Carissa terlalu tumpul untuk mencerna berbagai kejadian yang menimpanya secara bertubi-tubi barusan. Mengapa Gara sesantai itu menghadapi ibunya yang jelas-jelas sedang meledak marah?"Padahal Mami cuma mau bangun image, Gara. Tapi kamu seenaknya aja bikin kacau. Ya udahlah. Mami masak rendang, sama macem-macem. Ajak Cassandr

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Bukan Pernikahan Palsu   14. Jungkir Balik

    Carissa masih membersit sudut matanya sesekali. Isak kecilnya juga belum sepenuhnya reda. Gadis itu diam sembari mempermainkan tali dress-nya di tepi balkon kamar Gara yang megah.Pemandangan kelap-kelip lampu kota menghampar di hadapannya, ditemani desir angin malam yang menyapa lembut.Sehebat ini takdir menjungkirbalikkan hidupnya. Masih membekas jelas dalam benak, betapa dunianya terasa remuk redam, gelap gulita saat Abian mengatakan bahwa ia tidak bisa menikahinya karena Anes. Dan sekarang, ia berdiri di sini. Di tepi balkon kamar di lantai tiga sebuah rumah yang lebih pantas disebut istana, sebagai calon nyonya muda.Apakah itu bisa dipercaya?"Masuk, Ris!" Sebuah suara bertitah, membuat Carissa menoleh. "Kamu mau masuk angin, berdiri di situ pakai baju tipis?"Sagara sudah berada di belakangnya. Lelaki itu cuek saja membuka satu-persatu kancing kemeja yang ia kenakan. Lantas menanggalkannya lepas dari tubuh bagian atas yang terbentuk sempurna karena Gara hobi work out. Membuat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03
  • Bukan Pernikahan Palsu   15. Bertemu di Kantor

    *"Jangan norak begitu kamu, heh!" Yasmin mendelik kepada gadis bersurai panjang yang mengikuti langkahnya dengan kikuk. Membuat yang lebih muda terperanjat."I-iya, Bu.""Beneran deh, aku nggak habis pikir. Kok bisa-bisanya Sagara ketemunya sama yang seperti ini. Aku sebenernya nggak mau. Tapi kalau putraku suka ya apa boleh buat?"Wanita jelita itu mengomel ke sana kemari seraya membuka handle pintu kaca yang cantik. Memasuki sebuah butik yang sekali pandang saja bisa ditebak berapa harga outfit yang dipajang di sana. Butik ini bukan tempat yang ia datangi bersama Sagara kemarin, tapi memiliki nama yang sama. Sudah jelas ini cabangnya atau semacam itu."Helen!" pekik Yasmin ketika telah melenggang di dalam butik premium itu. Tak peduli dengan tatap mata beberapa pengunjung yang berada di sana. "Helen, kamu urus ini anak! Suruh buang aja itu bajunya yang lama. Carikan outfit yang simpel aja, buat jalan!"Seorang pegawai cantik muncul dari balik baju-baju yang digantung rapi. Cantik s

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Bukan Pernikahan Palsu   16. Tamara

    Calon istri.Dua kata yang menghebohkan seantero kantor Sagara siang itu. Selain asisten sekaligus sekretaris pribadinya yang bernama Radit, tak ada seorangpun dalam kantor itu yang mengetahui bagaimana pribadi sebenarnya Gara. Ia hanya terkenal sebagai CEO muda yang cerdas, tegas dan efisien. Sisi lain yang hobi mabuk dan main ke klab malam, adalah rahasia Radit dan ibunya saja.Dan jika sekarang bos tampan itu tiba-tiba menyebut seorang gadis sebagai calon istri, berarti dunia sedang tidak baik-baik saja."Kak ... " Carissa berkata pelan. Gugupnya kambuh lagi setelah sesaat tadi berhasil akting dengan sempurna. "Kak, kenapa semua orang lihatin kita, begitu?""Menurutmu kenapa?"Duh! Carissa menggaruk tengkuk. "Ap-apa aku kelihatan jelek sekali, ya?""Menurutmu begitu?"Gadis itu mencuri-curi pandang ke arah lelaki tampan di sampingnya. "Aku nggak pede, Kak.""Kamu nggak pernah percaya diri. Pantes aja tunanganmu sampai hilang ditikung orang."Menohok sekali kata-katanya. Carissa han

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Palsu   Extra Part 2

    **Sagara berlari kencang menyusuri deretan kursi-kursi ruang tunggu bandara. Ia menerabas palang pintu dan tiba tepat sebelum gate keberangkatan akan ditutup. Dengan napas memburu, pria itu menyerahkan boarding pass-nya kepada pramugari yang menatap tak habis pikir. Meski demikian, pramugari cantik itu tidak mengatakan apapun dan memilih bekerja dalam diam sebab tahu bahwa penumpang yang ini bukanlah orang sembarangan. Ia hanya menampakkan seulas senyum kecut.“Silakan duduk di tempat yang sudah anda reservasi, Pak,” ucap si pramugari, mempersilahkan Gara masuk, sebelum kemudian menyudahi proses check-in terakhir. Menghela napas lega, Gara kemudian melangkah masuk dan menghempaskan tubuh berkeringatnya di kursi penumpang yang berada di samping jendela pesawat. Menata napasnya yang tadi sempat terputus-putus.“Rissa, tunggu sebentar ya, Sayang. Aku pulang,” bisiknya sembari memejamkan mata. Jantungnya menderu seperti suara mesin pesawat yang sudah menyala. Ia merapalkan doa, semoga ma

  • Bukan Pernikahan Palsu   Extra Part

    **Abian tersenyum saat meletakkan sebuah foto ke dalam kotak besar bersama bermacam-macam benda lain di dalamnya. Boneka, buku diary, baju, dan semacam itu. Ia pandangi baik-baik foto tersebut dengan senyum yang belum lindap.“Maaf dan terimakasih,” bisiknya bermonolog sementara masih menatap lekat fotonya. “Kamu selalu akan jadi kenangan indah buat aku, Ris. Kamu perempuan terbaik yang pernah aku miliki, tapi Sagara adalah pria terbaik yang dipilihkan Tuhan untukmu.” Abian mengusap foto dirinya dan Rissa itu dengan sayang. “Berbahagialah selalu. Terimakasih masih menjadi bagian dari keluargaku meski kamu nggak bersamaku. Tetaplah hidup bahagia, menjadi pendamping kakakku, ya. Aku tahu dengan lembutnya tutur kata dan tindakanmu, hati batu manusia satu itu pasti bisa meleleh.”Abian menutup kotak tersebut. Kotak yang berisi barang-barang kenangannya dengan sang mantan kekasih.“Nggak ada lagi yang perlu disesalkan sesudah ini. Aku dan Rissa sudah hidup sendiri-sendiri dengan baik. Dia

  • Bukan Pernikahan Palsu   233. Everything's Gonna Be Okay

    **Matahari bersinar dengan cerah saat Rissa menarik terbuka tirai tebal yang menutupi jendela kamarnya. Pemandangan di balik kaca jendela itu membuatnya tersenyum. Para maid berlalu lalang di bawah, menata meja dan kursi serta dekorasi cantik di tengah halaman belakang mansion. Sepertinya akan ada acara di sana.Suara derit pintu yang terbuka membuat Rissa mengalihkan atensi. Sagara datang sembari menggendong putri kecilnya.“Good morning, Mama,” ucapnya disertai senyum manis. Sementara Stella seketika mengoceh sembari menggapai-gapaikan tangan mungilnya begitu melihat sang ibu.“Good morning my angels.” Rissa melangkah mendekat. Ia ulurkan tangan, menyambut putri kecilnya yang melonjak-lonjak senang.“Tidur nyenyak, Sayang?” Gara memberikan kening istrinya kecupan kecil.“Banget. Maaf kamu jadi bangun duluan dan ngurus Stella pagi-pagi ya, Kak?”“Aku kan ayahnya Stella, jadi ya memang sudah kewajibanku ngurus dia. She is our child, not only yours or mine, Rissa. Kita bikin berdua, j

  • Bukan Pernikahan Palsu   232. Prasangka Yang Salah

    **Carissa sudah tenang saat Sagara kembali ke ruangan di mana ia dirawat. Seorang suster yang menemani mohon diri untuk keluar dengan menyembunyikan pipinya yang merona begitu pria rupawan itu masuk. Benar, walau kini Gara sudah bukan lagi bujangan, sudah memiliki seorang istri dan putri kecil yang cantik, namun pesonanya justru bertambah-tambah. Seringkali membuat Rissa jengkel sebab para perempuan itu seperti tak sungkan-sungkan menunjukkan rasa ketertarikan mereka kepada suaminya.“Jangan cemberut begitu, Sayang,” kata Gara, yang seperti biasa, sangat peka melihat perubahan raut wajah istrinya.“Makanya kamu biasa aja, nggak usah seramah itu,” cetus Rissa, semakin cemberut.Gara terkekeh pelan sembari melangkah mendekat kepada wanitanya yang duduk di atas ranjang. “Ya masa orang senyum nggak disenyumin balik. Itu namanya kan sombong.”“Mending dianggap sombong daripada kamu baperin anak orang begitu. Pura-pura nggak tahu apa gimana kalau pemilik sahnya ada di sini?”Tawa Gara kian

  • Bukan Pernikahan Palsu   231. Freddy Fernandez

    **Freddy Fernandez.Carissa belum pernah bertemu muka dengan orang ini, jadi ia tidak tahu siapakah gerangan pria berusia sekitar lima atau enam puluh tahun yang memiliki paras begitu menawan itu. Hanya saja dari gerak-geriknya, bisa ditebak bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan. Terlebih ditinjau dari barang-barang branded mewah yang menempel di sekujur tubuhnya. Mulai dari suit berwarna abu-abu gelap yang ia kenakan, hingga jam tangan seharga sebuah unit apartemen eksklusif di ibukota. Golongan old money yang mungkin berada satu tingkat di atas strata sosial keluarga Aditama.Meski demikian, Sagara sama sekali tidak repot-repot menampakkan raut segan atau sesuatu. Ia justru melayangkan tatapan tajam kepada si pria setengah baya yang masih diam di ambang pintu. Dan saat itulah Rissa baru menyadari bahwa pria itu dikawal oleh banyak bodyguard di belakangnya.“Selamat sore, Sagara,” ucapnya dengan nada tegas. Suaranya dalam dan berwibawa, sangat mencerminkan sebesar apa dirinya be

  • Bukan Pernikahan Palsu   230. Rumah Sakit Lagi

    **Carissa merasa kesadarannya timbul dan tenggelam. Ia mengerjap perlahan, berusaha membuka kelopak matanya yang terasa perih sekali. Saat atensinya pelan-pelan mulai jelas, ia menyadari bahwa ini adalah tempat yang asing. Kembali, rasa trauma akan tempat asing seperti membuatnya nyaris kembali pingsan. Terlebih lagi, rasa sakit yang hebat di dada seperti mencekik lehernya saat ia bergerak. Pada saat-saat demikian, tanpa sadar perempuan itu menyebut nama satu-satunya sosok yang melekat dalam ingatannya.“Kak Gara ….”Carissa tidak berharap apapun sebab berpikir Aldric masih menyekap dirinya. Ya, itu adalah hal terakhir yang perempuan itu ingat. Namun kemudian, sebuah suara menjawab rintihannya, membuat kesadarannya seperti seketika dijejalkan dengan paksa ke dalam raganya yang remuk redam.“Sayang? Sayang, kamu bangun? Ini aku, aku. Kamu bisa lihat aku, kan?”Rissa menoleh dengan terkejut, mendapati wajah Sagara yang berada sangat dekat. Ia ingin mengulurkan tangan dan menyentuh waja

  • Bukan Pernikahan Palsu   229. Sudah Berakhir?

    **Dua kali Sagara berada pada situasi seperti ini. Kalut, panik dan ketakutan menunggu dokter keluar membawa kabar tentang bagaimana kondisi istrinya. Dua kali pula Sagara merasa gagal menjadi suami yang bertanggung jawab, hingga lagi-lagi istri tercintanya harus berhadapan dengan maut. Sebuah kecelakaan bodoh yang seharusnya tidak perlu terjadi.“Kenapa lama banget?” Ia berdecak kesal, menatap dengki kepada pintu ruangan UGD yang tak kunjung membuka. “Sial! Gue dobrak juga lama-lama pintu sialan itu!”“Sabar sebentar, Pak. Pak Gara bisa duduk dulu, biar nggak terlalu tegang,” saran petugas kepolisian muda yang mendampingi dirinya hingga ke rumah sakit.“Menurutmu aku bisa tenang dalam keadaan seperti ini?” sahut Gara ketus. Membuat si petugas tidak lagi mengatakan kalimat penghiburan. Tuan muda yang satu ini sungguh tidak bisa diajak berbasa-basi. Hanya dengan istrinya seorang ia bisa bersikap seperti manusia biasa.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka dengan seorang dokter

  • Bukan Pernikahan Palsu   228. Jatuh!

    **"Rissa!" Sagara mengguncang tubuh dalam pelukannya itu kuat-kuat. Rasa takut kembali menjalar di sepanjang aliran darahnya saat ia lihat wanitanya memejamkan mata tanpa bergerak. "Rissa, bangun Sayang! Rissa, jangan begini! Bangun!""Kita bawa ke rumah sakit saja, Pak," saran seorang petugas. Membuat Gara membatalkan niatnya untuk mengguncang kembali tubuh sang istri. Dengan bodoh ia menyadari, bahwa seharusnya memang melarikan Rissa ke rumah sakit segera, alih-alih memaksanya bangun seperti itu.Maka, pria itu segera membopong tubuh istrinya. Menjauh dari keramaian dan kerumunan orang-orang yang masih shock, menuju pintu lift yang terlihat berkilauan dari kejauhan. Seorang petugas kepolisian berlari-lari mengikuti dari belakang untuk membantunya membuka pintu lift."Gimana nasibnya Aldric?" desah Gara dengan risau, kepada petugas yang mengikutinya."Aldric?" Pria itu berkata dengan wajah ngeri. "Meninggal di tempat, tentu saja, Pak. Sudah pasti kan, Pak? Nggak ada orang yang bisa

  • Bukan Pernikahan Palsu   227. Misi Penyelamatan

    **Apakah ini mimpi buruk yang datang dari dasar neraka?Sagara hanya bisa terbelalak menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Itu bukanlah potongan adegan film action. Manusia sakit jiwa bernama Aldric Fernandez itu menarik tubuh istrinya dan membawanya jungkir balik melewati tembok pembatas balkon. Terjun bebas lima belas lantai ke bawah sana.Lantas apa yang bisa Gara lakukan? Pria itu seketika jatuh berlutut. Kedua kakinya tak lagi mampu menopang berat tubuh. Dunia terasa berguncang dan hendak menimpanya sekaligus. Ia butuh seseorang untuk menampar pipinya keras-keras dan menyadarkannya dari ilusi ini.Ilusi?Bukan. Derap langkah para petugas yang berlarian melewatinya menuju balkon di seberang ruangan itu, bukanlah ilusi belaka. Namun sekali lagi, Gara merasa jiwanya melayang keluar, meninggalkan raganya yang mendadak lumpuh. Ia terlalu bingung dan shock untuk melakukan sesuatu.“Ya Tuhan, dia jatuh? Jatuh!” Seruan para petugas itu terdengar sayup-sayup, seperti datang dari kejauh

DMCA.com Protection Status