Alicia Huang, seorang wanita yang terperangkap dalam dunia keluarga yang hancur, terpaksa melakukan tindakan ekstrem demi menyelamatkan masa depan keluarganya. Ketika Anthony Smith, pria yang pernah menjadi bagian dari masa lalunya, meminta Alicia untuk menyumbangkan sumsum tulang belakangnya untuk menyelamatkan teman dekatnya, Anna. Wanita yang dicintai Anthony, Alicia membuat tawaran yang mengejutkan: Nikahi aku, dan aku akan memberikannya. Namun, tawaran itu bukan hanya sekadar transaksi medis. Dengan keberanian yang terpaksa ia tampilkan, Alicia menghadapi masa lalu yang kelam, di mana hubungan dengan keluarga Smith dan persahabatannya dengan Anna telah lama tercemar oleh rasa cemburu dan pengkhianatan. Alicia tahu bahwa pernikahan ini adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan keluarganya dari kebangkrutan total. Namun, ia harus menanggung rasa sakit dan kemarahan Anthony yang memandangnya sebagai wanita yang tak tahu malu. Dalam perjalanan penuh intrik dan pengkhianatan, Alicia harus menghadapi kenyataan pahit: apakah cinta yang dulu pernah ada di antara mereka bisa tumbuh kembali, ataukah ia hanya menjadi korban dalam permainan takdir yang lebih besar dari dirinya? Sebuah kisah tentang pengorbanan, cinta yang terlarang, dan hubungan yang terbentuk di atas fondasi yang rapuh.
View MoreAnthony duduk di sofa, saling berhadapan dengan Alicia Huang dan mulai berkata, “Berikan sum-sum tulang belakangmu untuk Anna!”
Hati Alicia terasa sedikit tergelitik oleh duri ketika mendengar Anthony berkata seperti itu. Alicia memandang kepada langit yang saat ini tengah menjadi saksi perseteruan dingin mereka hari ini . Alicia tertawa sarkas ketika mendengar permintaan Anthony.
Alicia menyilangkan kakinya seraya berkata dengan elegan,"Nikahi aku, maka aku akan memberikan sumsum tulang belakang ini ke wanita kesayanganmu!”
Dulu kala Alica dan Anna adalah teman baik, Alicia pernah mengikuti serangkaian tes kesehatan, dia dan Anna iseng mengecek apakah mereka memiliki tulang sumsum yang cocok. Melihat riwayat kesehatan Anna yang memiliki kemungkinan besar mengidap kanker karena kebanyakan keluarga besarnya mati karena kanker darah. Pada waktu itu hasilnya menyatakan jika Alicia memiliki sum-sum yang cocok untuk menjadi pendonor.
Perkataan Alicia Huang tadi jelas saja membuat satu alis Anthony terlihat mengernyit ,dia pun berkata, “Apa kau sudah gila?”
“Aku serius!” jawab Alicia tidak kalah sarkas.
Wajah Anthony memerah karena merasa marah, baginya Alicia ini benar-benar wanita tidak tahu malu. Sudah tahu jika Anna adalah teman baiknya. Tapi sedari dulu malah terus mengejar, ingin merebut dirinya dari Anna.
Alicia tersenyum "Tuan Smith jika hanya karena masalah ini kau memanggilku datang untuk bertemu, maka aku sudah memberikan jawabanku.”
“Jangan sampai terlambat dan menyesal," ujar Alicia seraya berdiri dan berkata, “Jika tidak ada hal yang ingin dikatakan lagi, maka kau kembali bersibuk saja, aku pergi!”
“Permainan apalagi yang ingin kau mainkan!” tanya sarkas Anthony.
Alica sedikit mengangkat wajahnya dan berkata, “Jika begitu sampai berjumpa di pemakaman!” ujarnya lalu benar-benar pergi meninggalkan ruangan kerja Anthony.
Baru saja beberapa langkah pergi meninggalkan, suara berat Anthony terdengar memanggil, “Berhenti!”
Alicia pun menghentikan langkahnya, lalu berpaling menatap Anthony Smith yang sedang menatap benci kepadanya dan berkata, “Katakan berapa nominal yang kau inginkan?”
“Tidak ada nominal, Menikah, aku hanya ingin menikah denganmu!” jawab Alica sembari mengeratkan kepalan tangannya kuat-kuat dari balik pinggul rampingnya.
“Kau benar-benar wanita tidak tahu malu!” ujar sarkas Anthony.
“Jika tidak bersedia, maka aku tidak akan pernah mau berbagi tulang sum-sum ini kepadanya!” ujar Alicia lebih sarkas lagi.
Tidak ingin berinteraksi lebih lama lagi dengan Anthony, maka Alicia pun segera melangkah cepat meninggalkan Grup Smith. Jika bukan karena Albert Huang, Ayah Alicia yang berselingkuh sampai benar-benar memukul telak kesehatan ibunya. Dan membuat meninggal pada akhirnya. Maka dia tidak akan pernah mau memakai cara ini untuk mendekati Anthony.
Alicia berjalan di koridor sambil menahan air matanya. Dalam hati benci dan rindu merasuk di kalbu. “Apa yang aku lakukan, aku baru saja membodohi diriku sendiri!”
“Hmm … ini akan terasa lebih sulit. Tapi hanya ini cara yang saat ini terpikir,” ujarnya menghibur diri seraya melajukan mobilnya untuk pulang.
Setelah kepergian ibunya, keberuntungan pun seakan menghilang dari keluarga Huang. Bahkan sekarang Hutang-hutang perusahan keluarga menjadi semakin bertambah, dan Perusahaan keluarganya semakin terpuruk, sebelum perusahaan Huang dinyatakan bangkrut, maka Alicia harus bisa mendapatkan dana untuk menyelamatkan semuanya.
Saat ini Alicia membutuhkan nama besar keluarga Smith untuk bisa bangkit membangun warisan bisnis yang ibunya dirikan dan kembangkan bertahun silam yang. Jadi ketika Anthony memohon agar dirinya memberikan sum-sum tulang belakangnya untuk Anna Hwang, maka dia berpikir jika ini adalah kesempatan bagus untuk memulai memperbaiki semua masalah keluarganya dan juga salah paham di masa lalu.
Alicia tiba di kediamannya, Mansion River side. Terdengar suara vas terbanting dengan keras dari ruang keluarga. Saat ini Ayahnya terlihat sedang dipukuli, "Ada apa ini," teriak Alicia terkejut karena melihat rumahnya berantakan.
"Ah, Nona Huang, Papamu ini selalu saja mangkir untuk membayar hutang,” ujar salah satu penagih.
"Rentenir … kalian ini Rentenir kan?" tanya Alicia memastikan dengan menatap curiga.
"Tuan Huang telat membayar hutang berikut bunganya, kepada kami!" jelas si penagih lagi
"Berapa hutangnya?" tanya Alicia, yang awalnya berpikir jika hanya perusahaannya saja yang berhutang kepada Bank, tetapi Papa-nya juga ternyata terjerat hutang Rentenir.
"Setengah juta dollar, belum berikut bunga berjalan," jawab si penagih lagi sambil memutar-mutar sebilah pisau kecil di jemari tangannya.
"Apa!" ujar Alicia terkejut seraya bergumam pelan,”Setengah juta dollar!”
Alicia memandang benci kepada Tuan Huang. karena Papanya itu malah berfoya-foya dan berjudi, Alicia mengepalkan tangannya seraya berkata, “Apa Papa sudah hilang akal, mengapa terus saja berjudi!” ujarnya dengan napas tercekat menahan emosi
Alicia benar-benar merasa lelah, otaknya serasa tengah mendidih karena perilaku Ayahnya itu, “Aku tidak ada kaitannya sama sekali dengan hutang Yang Tuan Huang buat, jadi tagi saja dia jangan meminta kepadaku!” ujarnya seraya berlalu pergi.
"Hei tunggu …” ujar salah satu si penagih sembari menarik lengan Alicia dan mencengkramnya dengan keras.
"Tuan Huang bilang, kami bisa mengambilmu sebagai penebusan hutangnya!” jelas si penagih itu.
Kesabaran Alicia sudah benar-benar habis, "Kalian ini sudah benar-beanr gila ya!" hardik marah Alicia kepada semuanya. Seraya ingin melepaskan diri dari kekangan si penagih hutang.
“Plak” sebuah tamparan keras malah mendarat di wajah Alicia. Dengan cepat itu menjadi sedikit memar merah di pipi putih mulus Alicia.
Alicia manatap marah kepada si penagih yang baru saja menamparnya, tanpa rasa belas kasihan para penagih itu langsung saja menyeret tubuh ramping Alicia, seraya berkata “Mulai saat ini kau adalah milik kami.”
Alicia meronta-ronta, tidak bersedia dibawa. Tapi apa daya tenaganya tidak sekuat para penagih itu. Sementara itu, Tuan Huang hanya memandangi putrinya itu dibawa pergi, dia tidak menahan malah dia berkata, “Hutangku semua sudah lunas ya?”
Alicia pun berteriak, “Brengsek … kau benar-benar manusia brengsek!” hardik marah Alicia kepada Papa-nya itu.
Sesampainya di Klub W, Alicia langsung didorong masuk ke sebuah kamar dan dikunci. Dia terjatuh di lantai, melihat pintu tertutup dia pun segera bangun dan mencoba membuka pintu itu seraya berteriak-teriak, “Lepaskan aku! Lepaskan aku, brengsek kalian semua brengsek!”
Berteriak lama, Alicia pun pada akhirnya merasa kelelahan. Dia pun bersandar di pintu kamar tersebut sembari duduk di lantai. Pada saat ini dia hanya bisa menangis, memikirkan betapa tega Papanya itu, sudah membuat keluarga mereka bangkrut, dan sekarang malah menjual putrinya.
Di dalam kamar lamunan Alicia terbuyarkan, ketika beberapa pelayan memasuki kamar Alicia dan langsung menarik Alicia ke kamar mandi untuk bersiap pergi.
"Hei, ini mau apa!?" tanya Alicia.
"Kita akan bersiap untuk pergi ke hotel," jawab salah satu pelataan di klub itu.
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments