Anak Rahasia Kepala Sekolah

Anak Rahasia Kepala Sekolah

last updateLast Updated : 2024-08-10
By:  Fiska Aimma  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
91Chapters
9.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Setelah delapan tahun berlalu Alina tidak menyangka harus bertemu lagi dengan El yang merupakan mantan suaminya yang dulu ia sangka mengabaikannya di luar negeri pada saat dia sedang hamil juga terusir dari rumah mantan mertua. Alina syok, dia membenci El dan tidak mau kalau El tahu tentang Aliza--anak yang ia lahirkan. Sementara tanpa sepengetahuan Alina, El Pun membenci Alina karena menganggap Alina berkhianat sehingga ketika mereka berjumpa keduanya sama-sama terkejut. Terlebih sekarang status El merupakan kepala sekolah dari Aliza.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Meet Again

Adel :[Lin, masih di mana? Ayo buruan datang ke rapat OTS sekarang! Aku yakin kamu bakalan kaget kalau melihat tampang Pak Kepsek yang baru.]Me : [Iya, iya, ini aku lagi otewe ke sana bentar lagi. Emang kenapa sih tampangnya? Ampe kamu heboh banget.]Adel :[Udah jangan banyak tanya! Pokoknya kalau kamu gak ke sini! Aku pilih kamu jadi dewan komite sekolah. Biar deketan terus sama kepseknya.]"Astaghfirullah! Emang siapa sih kepseknya? Nicholas Saputra, Angga Yunanda atau Rio Dewanto? Ah, dasar si Adel rempong terus!"Aku terkekeh konyol membaca isi chat dari Adel yang terus saja memprotesku gara-gara telat datang ke rapat bulanan sekolah Aliza--anakku yang sekarang sudah menginjak kelas dua SD. Adel adalah sahabatku yang kebetulan anaknya sekelas dengan anakku, dari dia juga biasanya aku mendapat info-info penting sekolah yang kadang aku lewatkan. Termasuk tentang agenda hari ini tapi sayangnya aku malah datang telat.Sebenarnya, bukan dengan sengaja aku terlambat menghadiri rapa

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Alisya Karim
sayang nya harus top up dulu sebelum membaca
2024-06-20 09:34:14
0
user avatar
Fiska Aimma
Novel recomended
2024-05-08 05:58:22
0
91 Chapters

Bab 1. Meet Again

Adel :[Lin, masih di mana? Ayo buruan datang ke rapat OTS sekarang! Aku yakin kamu bakalan kaget kalau melihat tampang Pak Kepsek yang baru.]Me : [Iya, iya, ini aku lagi otewe ke sana bentar lagi. Emang kenapa sih tampangnya? Ampe kamu heboh banget.]Adel :[Udah jangan banyak tanya! Pokoknya kalau kamu gak ke sini! Aku pilih kamu jadi dewan komite sekolah. Biar deketan terus sama kepseknya.]"Astaghfirullah! Emang siapa sih kepseknya? Nicholas Saputra, Angga Yunanda atau Rio Dewanto? Ah, dasar si Adel rempong terus!"Aku terkekeh konyol membaca isi chat dari Adel yang terus saja memprotesku gara-gara telat datang ke rapat bulanan sekolah Aliza--anakku yang sekarang sudah menginjak kelas dua SD. Adel adalah sahabatku yang kebetulan anaknya sekelas dengan anakku, dari dia juga biasanya aku mendapat info-info penting sekolah yang kadang aku lewatkan. Termasuk tentang agenda hari ini tapi sayangnya aku malah datang telat.Sebenarnya, bukan dengan sengaja aku terlambat menghadiri rapa
Read more

Bab 2. Mata Yang Dulu

Speechless. Mungkin itulah yang tepat untuk menggambarkan kondisiku saat ini. Sudah lama aku tidak mengalami kejadian yang membuatku kehilangan kata-kata seperti ini.Aku ingat betul, selama aku hidup selama dua tiga puluh tahun, ada tiga kejadian yang membuatku kehilangan kata-kata.Pertama, ketika hamil tapi mertuaku malah menolak kehamilanku dan memintaku menggugurkannya dengan alasan dia tidak mau memiliki cucu dariku.Kedua, ketika aku tidak bisa menghubungi suamiku sekali pun aku sudah berusaha mencari. El bagai ditelan bumi dan sengaja meninggalkanku di sini untuk diceraikan lewat konspirasi mertua.Dan ketiga, saat ini. Saat aku tahu kalau kepsek anakku adalah El--suami yang kini telah menjadi mantan dan sangat aku benci.Oh Tuhan. Apakah ini tanda-tanda kiamat sudah dekat? Kenapa juga aku harus bertemu mantan suami yang sudah lama ingin aku hapuskan dari ingatanku?Andai waktu bisa diulang mungkin aku memilih untuk tidak datang ke sini dan menyekolahkan anakku di sini. Sejuj
Read more

Bab 3. Kebohongan

POV Author Mata El berkeliling mencari sosok wanita yang menghuni pikirannya sejak tadi. El tahu dia sudah gila. Di hari yang seharusnya dia fokus pada pekerjaan dan amanah barunya, El malah terlihat seolah sedang mengincar mangsa yaitu Alina.Bak orang kebingungan pria itu terus mencari dan menunggu di depan toilet sekolah. Perasaannya campur aduk tapi tetap berusaha untuk santai agar tak terlihat gelisah.Syukurlah penantiannya tak lama karena matanya otomatis menyipit ketika melihat seorang wanita baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sembab. Segera dia menghampiri wanita itu untuk menuntaskan semua rasa penasaran yang bergumul dalam hatinya. "Alina, apa kabar?" Itulah kalimat pertama yang El ucapkan pada mantan istrinya itu, padahal sebelum mereka bertemu dia sudah merangkai jutaan kata di benaknya tapi malah itu yang keluar. Wanita cantik itu sesaat menoleh tapi tak menjawab panggilan pria itu, ada gurat-gurat kemarahan dan kesedihan yang tampak jelas di raut m
Read more

Bab 4. Sindiran

Aku memilih untuk segera pulang sesaat setelah acara komite selesai. Rasanya aku belum sanggup berada lebih lama satu ruangan dengan El setelah perdebatan kami di depan toilet sekolah. Jujur, selepas kami saling menuduh dan aku berbohong tentang status Aliza, pertemuanku dengan El lebih tak mengenakkan. Seringkali dalam rapat kami sama-sama membuang maka walau terkadang malah bersitatap.Jadi, dibanding terbelit kondisi yang lebih awkward, aku lebih memilih ijin pergi duluan dari sekolah dibanding membuat orang lain curiga. Aku juga belum siap berbasa-basi dengan mantan suamiku dan menunjukkan kalau kami baik-baik saja. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba mobil yang kukendarai seolah tak mendukung rencanaku untuk sampai ke rumah padahal Nenek Omi bilang Iza sedikit demam sepulang sekolah tadi. Alhasil, aku terpaksa menepikannya di bahu jalan. "Astaga! Apa lagi ini, sih?" Aku menggerutu kesal ketika tiba-tiba mesin mobilku mati ketika di-starter. Sepertinya kesialan makin bertamb
Read more

Bab 5. Darurat

Banyak yang bilang alasan seseorang tidak menjalin hubungan usai bercerai atau berpisah adalah cinta dia habis di mantannya. Mungkin itu juga yang terjadi padaku sekarang.Setelah delapan tahun berpisah dari El, anehnya perasaanku seakan malas memulai hubungan apa pun. Entah karena trauma atau faktor lainnya, aku pun tak yakin tentang itu semua.Jadi, jika sekarang El curiga tentang kedatangan Neo yang mau menolongku saat mobilku mogok, pastinya aku ingin sekali tertawa karena rasanya dia gak perlu sampai sebegitunya. "Oh ini ternyata kekasih kamu yang baru?" bisik El sambil menoleh ke arahku dan Neo secara bergantian. Aku yang tidak mau Neo disalahpahami El dan jadi canggung ke depannya, reflek menidakan dengan sedikit ketus."Jangan asal ngomong! Dia itu sebenarnya--""Elfarobi Fahreza?" sapa Neo dengan ragu yang membuat El menatap lurus ke arahnya. Aku menegang sekaligus terkejut heran karena Neo ternyata tahu nama lengkap mantan suamiku."Ya, saya Elfarobi. Bagaimana Anda bisa
Read more

Bab 6. Lamaran Neo

Aku memandangi wajah cantik Iza yang sedang tertidur lelap. Aku mencium kening Iza dengan hangat, diam-diam aku bersyukur setelah aku datang tadi Iza langsung bisa ditangani. Ternyata karena demam tinggi, Iza jadi kejang lagi padahal setelah mengkonsumsi obat enam tahun lalu dia sudah jarang seperti itu lagi. Tapi, untunglah aku tahu apa yang harus kulakukan.Sesuai intruksi dokter Hani--DSA (Dokter Spesialis Anak)-nya Iza yang kuhubungi lewat WA, aku bisa memberikan penanganan dini pada Iza tanpa harus membawanya ke UGD. Kata dokter Hani, sementara Iza bisa diberikan obat kejang yang sudah ia resepkan, tapi jika ketika diberikan obat masih kejang barulah harus dibawa ke rumah sakit."Ya Allah, sembuhkan Iza," desahku pada saat memegang tangan Iza yang kini untungnya sudah tertidur lelap.Sembari menjaga Iza, tanpa terasa bulir air mataku turun ke pipi. Membayangkan Iza kesakitan karena kesalahanku yang belum bisa menjadi orang tua sempurna, membuat hatiku teriris. Tak seharusnya Iza
Read more

Bab 7. Sakit?

Aku menghempaskan tubuh lelahku ke kursi panjang yang ada di salah satu lorong rumah sakit. Syukurnya keadaan Iza membaik setelah ditangani dokter Hani yang bersedia datang untuk memeriksa Iza yang mendadak kejang.Dokter Hani itu sebenarnya kenalan Adel dan juga sudah lama menjadi dokternya Iza, maka tak heran dia berusaha memantau Iza apa pun kondisinya. Aku tidak terbayang kalau Iza telat diberikan perawatan medis, aku pasti akan merasa sangat bersalah. Menurut info dari dokter Hani, Iza kembali kejang karena demam tinggi yang hampir mencapai 39 derajat.Sekarang pertanyaannya, apa yang menyebabkan Iza mengalami itu lagi? Apakah kedinginan? Kecapean? Salah makan?Atau ..."Agh!" Aku mengerang karena ketika memikirkan Iza sakit rupanya membuat perutku mendadak tak enak dan melilit. Kepalaku pun jadi pusing, mungkin karena aku terlalu stress belakangan ini.Reflek aku memegang ujung kursi untuk menguatkan diri. Kupikir ini saatnya aku bersitirahat dan makan sebentar, lagi pula Iza se
Read more

Bab 8. Rubah Betina

"Lin, Alina?"Aku mengerjapkan kedua mata dengan hati-hati. Saat ini perutku cukup membaik tapi kepalaku masih sedikit berputar seolah ditusuk paku walau tak sedahsyat tadi. Aku mencoba menengokkan kepala ke samping untuk memeriksakan keadaan dan mataku yang sipit seketika membola ketika mendapati ada El yang terduduk di samping dengan wajah khawatir. "Mas El?"Di situlah aku menyadari kalau aku bukan lagi ada di lorong rumah sakit tapi di suatu ruangan mirip kamar periksa karena hidungku bisa mencium bau obat yang pekat."Lin, kamu sudah bangun?" El menatapku cemas. Dia ingin memegang tanganku tapi ragu alhasil dia hanya menatap untuk memastikan bahwa aku sadar sepenuhnya.Aku menganggukkan kepala pelan. "Eng ... iya Mas. Ini di mana Mas?"Dia tersenyum lega. "Alhamdullilah syukurlah saya takut tadi kamu kenapa-napa. Kita sekarang ada di UGD. Kata dokter lambung kamu bermasalah dan dehidrasi. Sekarang coba kamu minum dulu, ya?" pinta El sambil membawa segelas air putih dari atas nak
Read more

Bab 9. Tuduhan

"Orang kayak Mbak ini emang suka banget nyusahin, ya? Sifat ketergantungan Mbak ternyata gak hilang meski kalian sudah berpisah. Kenapa sih Mbak gak bisa sendiri aja urus hidup Mbak? Pantes Mas El ninggalin Mbak." Perkataan Faye yang menohok membuat aku menghela napas lelah. Aku sudah menduga wanita ini akan membahas hal ini saat kami tinggal berdua. Jujur, aku tidak kaget pada Faye yang menuduhku seenaknya karena dari sejak dulu dia memang begitu. "Pertama, saya gak minta Mas El buat nolong saya, kedua Mas El sendiri yang inisiatif buat membawa saya ke sini dan ketiga asal kamu tahu saya yang meminta diceraikan jadi bukan Mas El yang ninggalin," jawabku sambil menatap Faye sedatar mungkin. Aku mencoba menyandarkan badan ke ranjang karena kepalaku terasa lebih sakit dan berdenyut hanya karena gara-gara melihat Faye.Faye menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di samping bed dengan sikap jumawa. "Tapi yang aku lihat gak kayak gitu. Mas El sengaja meninggalkan Mbak yang memang beda k
Read more

Bab 10. Minta Ayah

Iza sudah bisa pulang ke rumah. Setelah tiga hari di observasi dan menjalani tes EEG kabar baiknya dokter mengatakan Iza normal untuk bisa pulang. Semua kondisi membaik hingga kami bisa beraktivitas seperti biasanya. Sayang, di antara kabar baik terselip satu keganjilan yang sampai sekarang masih belum bisa aku lerai yaitu tentang berbedanya sikap El setelah kejadian di UGD.Entah mengapa, selepas percakapan tempo hari itu, sikap El jadi lebih dingin dari biasanya. Dia seolah menghindar dan bahkan tak menampakan batang hidungnya di depanku. Namun, meski El seakan menjaga jarak, siapa sangka ketika keluar dari rumah sakit aku baru mengetahui kalau El sudah membayarkan biaya rumah sakit Iza.Di situ aku sangat terkejut dan bingung. Jujur, aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan lagi setelah mengetahui El yang ternyata tetap membantuku meski aku menolak.Menerima itu, aku tentu merasa gak nyaman apalagi ketika melihat El tampak marah pas mendengar percakapan aku, Neo dan Faye.Padahal j
Read more
DMCA.com Protection Status