Share

Bab 4. Sindiran

Author: Fiska Aimma
last update Last Updated: 2024-05-02 10:42:52

Aku memilih untuk segera pulang sesaat setelah acara komite selesai. Rasanya aku belum sanggup berada lebih lama satu ruangan dengan El setelah perdebatan kami di depan toilet sekolah.

Jujur, selepas kami saling menuduh dan aku berbohong tentang status Aliza, pertemuanku dengan El lebih tak mengenakkan. Seringkali dalam rapat kami sama-sama membuang maka walau terkadang malah bersitatap.

Jadi, dibanding terbelit kondisi yang lebih awkward, aku lebih memilih ijin pergi duluan dari sekolah dibanding membuat orang lain curiga. Aku juga belum siap berbasa-basi dengan mantan suamiku dan menunjukkan kalau kami baik-baik saja.

Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba mobil yang kukendarai seolah tak mendukung rencanaku untuk sampai ke rumah padahal Nenek Omi bilang Iza sedikit demam sepulang sekolah tadi. Alhasil, aku terpaksa menepikannya di bahu jalan.

"Astaga! Apa lagi ini, sih?" Aku menggerutu kesal ketika tiba-tiba mesin mobilku mati ketika di-starter. Sepertinya kesialan makin bertambah hari ini gara-gara ketemu El. "Sialan! Kenapa gak nyala? Kenapa?" umpatku tanpa sadar sambil memukul setir berulang kali frustasi.

Darurat. Aku pun menyalakan lampu mobil sebagai tanda ada yang gak beres pada mobilku dan keluar dari sana untuk melihat kondisi yang terjadi. Kubuka cup dan memperhatikan deretan kabel yang ruwet dan njelimet.

Duh, apa ya yang salah? Selama aku memakai mobil, baru kali ini aku menghadapi hal ini. Aku sama sekali tidak tahu cara menanganinya.

Aku melihat sekeliling dan parahnya tidak ada orang lain di sana. Mungkin karena jalan ini adalah jalan alternatif ke rumahku jadi lumayan sepi. Mana ini sudah mau menuju maghrib, tadinya aku memilih jalan ini agar mempersingkat waktu tapi malah kena zonk.

Dalam kegelisahan karena khawatir sama Aliza juga takut ada begal, aku memilih masuk ke dalam mobil dan menelungkupkan diri di atas setir. Aku berpikir bagaimana cara keluar dari masalah ini dan tiba-tiba teringat Neo--sahabat setimku. Neo itu ahli dalam hal otomotif, dia pasti bisa menyelesaikannya.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menghubungi Neo untuk memintanya datang ke tempatku. Biasanya pria itu langsung gerecep kalau diminta bantuan.

Tin. Tin.

Tepat di saat aku selesai mengirim pesan pada Neo tiba-tiba ada suara klakson mobil yang meng-interupsi. Aku melihat ke arah samping dan mataku menyipit ketika melihat sebuah mobil berhenti tepat di samping mobilku.

Aku menyipitkan mata untuk melihat siapa pengemudinya. Lalu, ketika kaca mobil sudah terbuka setengahnya barulah aku tahu kalau ternyata dia adalah Gana.

Oh Tuhan. Kenapa aku harus bertemu dia di saat seperti ini? Aku tahu dia orang baik, tapi entah mengapa rasanya aku seperti bertemu dengan orang jahat?

Hatiku yang semula sudah kacau kini semakin berantakan.

"Lin, mobilnya kenapa?" tanya El dengan smirk yang membuatku ingin sekali melarikan diri sekarang juga.

Sumpah, aku gak suka senyuman itu. Sangat tidak suka!

(***)

Aku tahu takdir itu kadang gak bisa ditebak. Tapi, kalau bertemu dengan El di situasi yang menegangkan untuk kesekian kalinya di hari ini membuatku jadi bingung apa yang harus kulakukan saat takdir membawaku pada keadaan yang begini.

Alhasil, meski sedikit terpaksa aku keluar juga dari mobil dan menghadapi El yang kini sudah memarkirkan mobilnya.

Ah, lagi-lagi aku harus berhadapan dengan mantan suami yang sudah tak kutemui delapan tahun lamanya.

"Hey, Lin, mobilnya kenapa?" ulang El. "Kamu itu ditanya kok diam aja?" lanjut pria itu sambil melihat ke arahku.

"Oh, itu mogok," jawabku masih berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Mogok? Kamu pasti lupa cek aki lagi, ya?" Seakan tahu sekali kebiasaanku, tanpa bertanya apa pun, El langsung beranjak menuju kap mobil yang sebelumnya kubiarkan terbuka. Sikap lelaki itu sangat berbeda dari sebelumnya, aku kira usai perdebatan kami dia tidak mau bertemu atau bicara denganku lagi tapi nyatanya dia tampak bersikap biasa saja.

Lama. El mengamati mobilku secara serius dan memperhatikan isi dalaman mobil itu sementara aku hanya bisa diam memperhatikan punggungnya yang masih tegap seperti dulu. Punggung itu juga yang terkadang membuat aku rindu tapi sayangnya kini tak bisa kusentuh meski seujung kuku.

Sedih. Sangat menyedihkan.

Jujur, dalam posisi ini aku merasa dejavu. Dulu, aku ingat El pun selalu menyelesaikan perkara tentang kecerobohanku dalam merawat kendaraan baik mobil mau pun motor. El juga yang gak mengajariku bisa menyetir apa pun padahal saat itu aku hanya berstatus anak pembantu.

"Aki mobil kamu aus. Kayaknya ini harus ke bengkel dan ada beberapa masalah juga di rem," ujar El seraya menggulung lengan baju. Sialnya, gaya El yang kayak begitu cukup membuatku menahan napas saking tampannya mantan suamiku sekarang.

Astaga! Sadar Alina! Jangan tergoda, ingat dia tetap akan menjadi musuhmu sebaik apa pun itu.

"Oh ya, apa kamu ada kenalan tukang bengkel?" tanyanya lagi sambil berbalik ke arahku.

Aku terkesiap karena ketahuan tengah memperhatikannya. "Sa-saya gak punya tapi saya punya teman yang bisa menyelesaikan masalah ini. Mas jangan khawatir. Eh, ya, terima kasih juga sudah bantu memeriksa mobil saya," ucapku pada akhirnya. Aku berniat tetap menjaga jarak aman dengan mantan dengan cara mengusirnya secara sopan.

"Teman? Siapa teman kamu? Apa dia laki-laki?" tanyanya sedikit mendelik. Aku tidak tahu maksud El penasaran sampai detail begitu tapi dengan jujur aku menjawab.

"Iya, namanya ...."

"Lina! Kamu sudah lama nunggu, ya? Maaf, ya, tadi jalannya macet."..

Belum saja aku menyelesaikan ucapan ini, sebuah suara membuatku dan El menoleh berbarengan ke arah samping kanan.

Mataku membola saat tahu kalau Neo sudah datang. Tak terelakkan, saat El dan Neo bertemu, keduanya sontak bertatapan secara asing.

Kedua pria itu layaknya musuh baru bertemu sementara aku mencium ada yang gak beres.

"Oh, ternyata ini kekasihmu yang baru?" sindir El sedikit bergumam tapi cukup menohok hatiku.

Heh! Kekasih? Apa maksudnya?

Related chapters

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 5. Darurat

    Banyak yang bilang alasan seseorang tidak menjalin hubungan usai bercerai atau berpisah adalah cinta dia habis di mantannya. Mungkin itu juga yang terjadi padaku sekarang.Setelah delapan tahun berpisah dari El, anehnya perasaanku seakan malas memulai hubungan apa pun. Entah karena trauma atau faktor lainnya, aku pun tak yakin tentang itu semua.Jadi, jika sekarang El curiga tentang kedatangan Neo yang mau menolongku saat mobilku mogok, pastinya aku ingin sekali tertawa karena rasanya dia gak perlu sampai sebegitunya. "Oh ini ternyata kekasih kamu yang baru?" bisik El sambil menoleh ke arahku dan Neo secara bergantian. Aku yang tidak mau Neo disalahpahami El dan jadi canggung ke depannya, reflek menidakan dengan sedikit ketus."Jangan asal ngomong! Dia itu sebenarnya--""Elfarobi Fahreza?" sapa Neo dengan ragu yang membuat El menatap lurus ke arahnya. Aku menegang sekaligus terkejut heran karena Neo ternyata tahu nama lengkap mantan suamiku."Ya, saya Elfarobi. Bagaimana Anda bisa

    Last Updated : 2024-05-02
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 6. Lamaran Neo

    Aku memandangi wajah cantik Iza yang sedang tertidur lelap. Aku mencium kening Iza dengan hangat, diam-diam aku bersyukur setelah aku datang tadi Iza langsung bisa ditangani. Ternyata karena demam tinggi, Iza jadi kejang lagi padahal setelah mengkonsumsi obat enam tahun lalu dia sudah jarang seperti itu lagi. Tapi, untunglah aku tahu apa yang harus kulakukan.Sesuai intruksi dokter Hani--DSA (Dokter Spesialis Anak)-nya Iza yang kuhubungi lewat WA, aku bisa memberikan penanganan dini pada Iza tanpa harus membawanya ke UGD. Kata dokter Hani, sementara Iza bisa diberikan obat kejang yang sudah ia resepkan, tapi jika ketika diberikan obat masih kejang barulah harus dibawa ke rumah sakit."Ya Allah, sembuhkan Iza," desahku pada saat memegang tangan Iza yang kini untungnya sudah tertidur lelap.Sembari menjaga Iza, tanpa terasa bulir air mataku turun ke pipi. Membayangkan Iza kesakitan karena kesalahanku yang belum bisa menjadi orang tua sempurna, membuat hatiku teriris. Tak seharusnya Iza

    Last Updated : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 7. Sakit?

    Aku menghempaskan tubuh lelahku ke kursi panjang yang ada di salah satu lorong rumah sakit. Syukurnya keadaan Iza membaik setelah ditangani dokter Hani yang bersedia datang untuk memeriksa Iza yang mendadak kejang.Dokter Hani itu sebenarnya kenalan Adel dan juga sudah lama menjadi dokternya Iza, maka tak heran dia berusaha memantau Iza apa pun kondisinya. Aku tidak terbayang kalau Iza telat diberikan perawatan medis, aku pasti akan merasa sangat bersalah. Menurut info dari dokter Hani, Iza kembali kejang karena demam tinggi yang hampir mencapai 39 derajat.Sekarang pertanyaannya, apa yang menyebabkan Iza mengalami itu lagi? Apakah kedinginan? Kecapean? Salah makan?Atau ..."Agh!" Aku mengerang karena ketika memikirkan Iza sakit rupanya membuat perutku mendadak tak enak dan melilit. Kepalaku pun jadi pusing, mungkin karena aku terlalu stress belakangan ini.Reflek aku memegang ujung kursi untuk menguatkan diri. Kupikir ini saatnya aku bersitirahat dan makan sebentar, lagi pula Iza se

    Last Updated : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 8. Rubah Betina

    "Lin, Alina?"Aku mengerjapkan kedua mata dengan hati-hati. Saat ini perutku cukup membaik tapi kepalaku masih sedikit berputar seolah ditusuk paku walau tak sedahsyat tadi. Aku mencoba menengokkan kepala ke samping untuk memeriksakan keadaan dan mataku yang sipit seketika membola ketika mendapati ada El yang terduduk di samping dengan wajah khawatir. "Mas El?"Di situlah aku menyadari kalau aku bukan lagi ada di lorong rumah sakit tapi di suatu ruangan mirip kamar periksa karena hidungku bisa mencium bau obat yang pekat."Lin, kamu sudah bangun?" El menatapku cemas. Dia ingin memegang tanganku tapi ragu alhasil dia hanya menatap untuk memastikan bahwa aku sadar sepenuhnya.Aku menganggukkan kepala pelan. "Eng ... iya Mas. Ini di mana Mas?"Dia tersenyum lega. "Alhamdullilah syukurlah saya takut tadi kamu kenapa-napa. Kita sekarang ada di UGD. Kata dokter lambung kamu bermasalah dan dehidrasi. Sekarang coba kamu minum dulu, ya?" pinta El sambil membawa segelas air putih dari atas nak

    Last Updated : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 9. Tuduhan

    "Orang kayak Mbak ini emang suka banget nyusahin, ya? Sifat ketergantungan Mbak ternyata gak hilang meski kalian sudah berpisah. Kenapa sih Mbak gak bisa sendiri aja urus hidup Mbak? Pantes Mas El ninggalin Mbak." Perkataan Faye yang menohok membuat aku menghela napas lelah. Aku sudah menduga wanita ini akan membahas hal ini saat kami tinggal berdua. Jujur, aku tidak kaget pada Faye yang menuduhku seenaknya karena dari sejak dulu dia memang begitu. "Pertama, saya gak minta Mas El buat nolong saya, kedua Mas El sendiri yang inisiatif buat membawa saya ke sini dan ketiga asal kamu tahu saya yang meminta diceraikan jadi bukan Mas El yang ninggalin," jawabku sambil menatap Faye sedatar mungkin. Aku mencoba menyandarkan badan ke ranjang karena kepalaku terasa lebih sakit dan berdenyut hanya karena gara-gara melihat Faye.Faye menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di samping bed dengan sikap jumawa. "Tapi yang aku lihat gak kayak gitu. Mas El sengaja meninggalkan Mbak yang memang beda k

    Last Updated : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 10. Minta Ayah

    Iza sudah bisa pulang ke rumah. Setelah tiga hari di observasi dan menjalani tes EEG kabar baiknya dokter mengatakan Iza normal untuk bisa pulang. Semua kondisi membaik hingga kami bisa beraktivitas seperti biasanya. Sayang, di antara kabar baik terselip satu keganjilan yang sampai sekarang masih belum bisa aku lerai yaitu tentang berbedanya sikap El setelah kejadian di UGD.Entah mengapa, selepas percakapan tempo hari itu, sikap El jadi lebih dingin dari biasanya. Dia seolah menghindar dan bahkan tak menampakan batang hidungnya di depanku. Namun, meski El seakan menjaga jarak, siapa sangka ketika keluar dari rumah sakit aku baru mengetahui kalau El sudah membayarkan biaya rumah sakit Iza.Di situ aku sangat terkejut dan bingung. Jujur, aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan lagi setelah mengetahui El yang ternyata tetap membantuku meski aku menolak.Menerima itu, aku tentu merasa gak nyaman apalagi ketika melihat El tampak marah pas mendengar percakapan aku, Neo dan Faye.Padahal j

    Last Updated : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 11. Curiga

    "Bunda mau kan nikah sama Pak El? Pak El mau juga kan jadi ayahnya Iza?" Alina merasa hatinya seolah bergetar saat mendengar pertanyaan Iza, apalagi ketika melihat tatapan penuh harap dari Iza. Wanita muda nan cantik itu menggigit bibirnya gugup, dia rasanya tidak sanggup memberikan jawaban apa pun pada anak satu-satunya itu. Dia harus mengakui kalau permintaan Iza terlalu mustahil dirasa saat ini.Tidak. Ya, tidak mungkin rasanya Alina kembali bersatu dengan El karena hal itu sangat membahayakan bagi mereka berdua.Perlahan, Alina melirik ke arah El untuk mengetahui ekspresi dan reaksi pria itu ketika ditanya oleh Iza. Ternyata El pun sama mematungnya dengan Alina. Dan yang bisa pria tampan itu lakukan hanya berdiri menatap ke arah Alina dengan tatapan yang ... entah.Melihat kedua orang dewasa di depannya hanya bisa diam, Iza menggembungkan pipinya."Kok gak dijawab sih? Iza kan nanya. Bunda mau kan kalau Pak El jadi ....""Sudah Iza, jangan nanya yang aneh-aneh, ah. Kamu ini ada-a

    Last Updated : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 12. Pertengkaran Ibu dan Anak

    Bu Rosa tersenyum sumringah. "Kenapa Ibu harus bilang untuk datang ke sekolah yang dipimpin anak Ibu sendiri?" tanya Ibu berwajah ayu itu seraya berdiri tepat di depan El yang langsung menyalami wanita setengah baya itu sopan. "Ya, bukannya apa-apa sih Bu, tapi kan kalau tahu Ibu mau ke sini El bisa sekalian jemput. Oh ya, ayo silahkan duduk di sini Bu," ujar El seraya menarik kursi yang ada di depan meja kerjanya. Lalu, Bu Rosa pun tanpa sungkan duduk di sana. "Makasih ya El. Oh ya, El, sebenarnya alasan Ibu datang ke sini itu untuk memastikan apa kamu kemarin jadi ke toko perhiasan teman Ibu?" tanya Bu Rosa seraya menatap anaknya lekat.El mengangguk. "Iya Bu, jadi. Tapi, katanya masih belum bisa diambil. Hem ... sebenarnya buat siapa cincin ini, Bu? Bukannya seminggu yang lalu juga Ibu baru membeli cincin dari kenalan Ibu? Jangan bilang kalau Ibu mau memberikannya pada kawan arisan Ibu lagi," desis El curiga karena sikap ibunya yang terlalu royal pada sahabatnya yang wajahnya opo

    Last Updated : 2024-05-07

Latest chapter

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 91. Ending

    Suasana kamar rawat El seketika diliputi kecanggungan. Entah mengapa, ketika mereka hadir dan duduk di depanku dan El, aku merasakan ketegangan di udara. Tatapan mereka membuatku merasa canggung, seakan setiap kata yang akan diucapkan sudah ditakar dan dipikirkan berulang kali. Aku menahan diri untuk tidak menilai, tetapi rasa sakit yang terpendam di hatiku kembali mengemuka. Diam-diam, aku melihat reaksi El atas kedatangan dua wanita yang pernah hadir di hidupnya dan mengganggu rumah tangga kami. Namun, rupanya El memang lelaki yang sangat menghargai istri, semenjak Faye dan Sania datang kulihat El hanya memasang wajah datar seolah malas. "El, Lin, sebenarnya kami... kami ingin meminta maaf." Faye yang tadi terlihat gugup pada akhirnya memulai percakapan. Suaranya lembut, tapi ada nada berat yang menyertai kata-katanya. "Kami tahu, kami telah menghalangi El dan kamu untuk bersama. Apalagi aku membuat kalian sempat bertengkar," lanjut Faye sambil melihatku yang duduk di depannya d

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 90

    Tinggal satu hari lagi El berada di rumah sakit, akhirnya setelah hampir seminggu berada dalam perawatan untuk pemulihan kami diperbolehkan pulang juga. Tampaknya fisik El lebih cepat pulih dari perkiraan. Selama El di rumah sakit aku tidak pernah absen menemaninya dan terkadang juga aku membawa Aliza agar El merasa bahagia.Namun, tentu saja Aliza gak bisa sering-sering menemani karena dia juga harus sekolah dan takut badannya kecapean kalau nungguin El sampai malam. Alhasil, hanya aku yang lebih banyak bareng El karena selain ada kepentingan. Kami pun sama-sama memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya membuat ibu mertuaku itu divonis hukuman penjara. Baik aku dan El berjanji, akan mengunjunginya usai kami keluar dari rumah sakit. Kami berharap Bu Rosa mau berbesar hati menerima kami. "Mas, alhamdullilah ya akhirnya kasus kita selesai juga. Rasanya aku lega banget deh. Kira-kira kalau aku jenguk Ibu mau nemuin aku gak, ya?" Aku merebahkan kepalaku di atas paha El dan menghadapkan

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 89

    Selama El diperiksa oleh dokter, senyuman tak henti tersungging di mulutku karena merasa sangat bahagia bisa melihat El terjaga lagi. Jujur, ini bagaikan suatu anugerah yang tak terkira. Tadinya aku sudah hilang harapan tapi Tuhan memang Maha Baik, Dia selalu tahu apa yang hamba-Nya butuhkan dan Dialah yang Maha pengabul doa."Kondisi Pak El sudah agak stabil tapi beberapa hari ke depan kami harus tetap melakukan observasi karena harus memeriksa secara menyeluruh tapi kabar baiknya Pak El bisa dipindah ke ruang rawat biasa. Sementara, jangan biarkan dia banyak bergerak dulu, ya?" ujar dokter Bagus seraya melepaskan snelli. Wajahnya menunjukan kelegaan setelah memeriksa suamiku.Aku mengangguk pasti sembari tersenyum lebar. "Baik Dok siap. Saya akan menjaga suami saya.""Terima kasih Dok," ujar El lirih dan lemah."Sama-sama. Kalau gitu saya permisi, ya?""Silahkan Dok."Setelah dokter spesialis yang menangani El beranjak pergi, kini tersisalah aku dan El. Aku menatap El yang juga ten

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 88

    Tiga hari telah berlalu pasca insiden p*nusukan dan p*nculikan yang dilakukan Neo, El masih betah tertidur di atas ranjang ICU. Kata dokter luka El sudah dijait dan operasi besar pun berhasil, sekarang tinggal nunggu kesadaran El. Tapi, syukurnya ada kabar baik yaitu tubuh El merespon positif terhadap obat-obat yang diberikan sehingga bekas tusukannya lebih cepat mengering. Di sisi lain kondisi aku pun berangsur baik. Aku bahkan masih bisa bolak-balik mengurus Iza dan rumah sakit sambil terus memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya bisa didakwa atas kasus perencanaan penculikan bersama Neo karena dia yang menyuruh Neo menculikku dan dia juga yang menyuruh Neo menterorku dengan membawa Aliza ke istana boneka.Oh Tuhan. Gak disangka Bu Rosa dan Neo tega memisahkan kami sejauh ini. Hanya demi sebuah warisan kekayaan, dia rela menghalalkan berbagai cara termasuk membunuh orang. Benar-benar bejat! Aku tidak terbayang perasaan El jika sadar nanti jika tahu ibunya yang merencanakan ini

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 87

    Menegangkan, kacau dan menakutkan. Tak bisa aku bayangkan kalau kami akan berada di posisi di mana kami harus terjebak dengan Neo juga anteknya di gudang yang menyeramkan dan juga gelap. Siapa duga, Neo--sahabatku yang kukira baik kini dengan busuknya mengacungkan senjata dan mengarahkan moncongnya ke arah kami di saat aku dan El mau melarikan diri. Jujur! Saat ini aku merasa jantungku hampir meledak karena ketakutan. Neo tampak marah dan putus asa, sementara El berusaha tetap tenang di sampingku. Pria tampan itu seakan menunjukkan bahwa semua akan baik-baik saja jika kami bersama. "Kalian gak bisa ke mana-mana! Aku tegaskan sama kamu, El! Alina itu milikku! Dia cinta sejati seorang Neo bukan Elfarobi! Paham?!" bentak Neo dengan nada tegas dan menggelegar membuatku reflek mundur di belakang El. Sungguh, situasi ini sangat mengerikan, aku tak bisa terus di bawah pandangan Neo yang menyedihkan juga jahat. El meremas tanganku lebih erat, seolah memberi isyarat bahwa dia akan melindun

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 86

    Neo menculik dan menjebakku. Itulah yang aku pikirkan sekarang. Seketika ketakutan merayap di seluruh tubuhku, tapi aku tahu aku tidak bisa membiarkan rasa takut menguasai diriku. Aku tak percaya kalau Neo kini telah banyak berubah, entah apa alasannya tapi Neo berubah menjadi jahat.Apa karena aku tolak dia jadi seperti ini? Agh, sial! Mengapa aku bisa semudah itu percaya sama Neo?Memikirkan kebodohanku, diam-diam aku jadi menyesal karena tidak bisa bertemu dengan El. Tapi, meski sedih dan marah aku gak boleh kehabisan akal, saat ini El harus tahu aku berada dalam bahaya. Hanya saja, bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa melarikan diri atau mencari El? Aku terus menggerak-gerakkan tangan dan kakiku yang kini terikat.Sebenarnya, beberapa saat lalu seusai aku tahu kalau Neo menculikku, Neo yang semula baik tak segan menunjukkan sisi jahatnya. Dia tiba-tiba mendorongku hingga ke kursi belakang. Setelah mengikat aku dan mengancam kalau akan berbuat macam-macam jika aku berisik, Neo

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 85

    Esok harinya. Aku merasa sudah cukup menyendiri dan memikirkan rencana ke depannya untuk dilakukan menghadapi masalah ini. Semalaman penuh aku merenungkan semua sampai akhirnya aku memilih untuk berbicara dengan El dan menyelesaikan semuanya sesuai saran Rahma. Berulang kali aku memikirkan kalau apa yang dikatakan Rahma itu benar, kalau dosa ibu kandungku bukanlah dosaku. Tidak seharusnya aku menanggung kesalahan ibuku dan aku pun seharusnya percaya pada El. Selama ini El sudah banyak berkorban, gak mungkin dia mengkhianatiku terutama sama Faye.Dikarenakan mengingat itu semua, aku pikir ini saatnya aku untuk mengambil semua peranan dan memutuskan yang terbaik untuk kehidupanku sendiri. Aku harus percaya sama El dan aku yakin dia pun akan memahami kalau pengkhianatan orang tua kami gak ada hubungannya dengan rumah tangga kami.Aku melirik jam tangan, ternyata waktu sudah menunjukan jam 7.00 pagi, sepertinya aku harus segera pergi ke rumah sakit. Aku ingin bergegas menemui El dan mem

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 84

    Keesokan paginya. Aku kembali mencoba mencari cara agar bisa masuk ke ruangan El tanpa bisa diusir seperti semalam. Bagaikan orang gila, aku meminta bantuan ke sana dan ke sini demi bisa masuk ke ruangan El tapi rasanya susah sekali karena Bu Rosa sama sekali gak beranjak.Beruntung, setelah menunggu hampir tengah hari. Aku akhirnya dapat bantuan dari Bre--sahabatnya El dan sekarang jadi mantan bosku. Bre yang baru saja menjenguk El bilang kalau El sudah membaik dan dipindah ke ruang rawat VIP sehingga aku bisa dengan mudah mengakses selama gak ada Bu Rosa atau pengawalnya. Kata Bre, El masih belum sadar sepenuhnya karena masih harus banyak istirahat akibat cidera tulang yang ia alami. Tentu kabar itu setidaknya membahagiakan hatiku yang sejak semalam sudah harap-harap cemas, terutama Bre juga bilang Bu Rosa sedang pergi keluar jadi ini saatnya aku bisa menyelinap masuk.Dan setelah persiapan matang, akhirnya aku bisa juga sampai di depan ruang rawat El. Sebelum masuk, aku berhenti

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 83

    "El kecelakaan Lin, dia kecelakaan! Sekarang katanya dia dilarikan ke UGD." Sekali lagi informasi dari Bik Ratih beberapa saat lalu membuatku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. 1320015635874Jujur, aku sangat terkejut hingga sempat terdiam dan tubuhku terasa kaku. Berita kecelakaan tentang El benar-benar menghantamku seperti gelombang besar yang tiba-tiba datang. Namun, meski rasanya hati ini begitu cemas, tanpa pikir panjang dengan cepat, aku meraih tas dan jaketku, lalu bergegas keluar rumah menuju rumah sakit, tentu saja setelah menitipkan Iza kepada Bik Ratih. Aku sengaja gak mau memberitahukan kabar tentang El pada Iza karena anak itu pasti menangis kencang dan ingin ikut padahal ini sudah sangat larut malam.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak ayal pikiranku kacau dengan berbagai perasaan. Ada ketakutan, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang mendalam. Aku mengira kalau El mengalami kecelakaan tunggal karena saking marahnya padaku sehingga oleng dan menabrak pembat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status