Share

Bab 6. Lamaran Neo

Penulis: Fiska Aimma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-07 10:47:02

Aku memandangi wajah cantik Iza yang sedang tertidur lelap. Aku mencium kening Iza dengan hangat, diam-diam aku bersyukur setelah aku datang tadi Iza langsung bisa ditangani. Ternyata karena demam tinggi, Iza jadi kejang lagi padahal setelah mengkonsumsi obat enam tahun lalu dia sudah jarang seperti itu lagi. Tapi, untunglah aku tahu apa yang harus kulakukan.

Sesuai intruksi dokter Hani--DSA (Dokter Spesialis Anak)-nya Iza yang kuhubungi lewat WA, aku bisa memberikan penanganan dini pada Iza tanpa harus membawanya ke UGD. Kata dokter Hani, sementara Iza bisa diberikan obat kejang yang sudah ia resepkan, tapi jika ketika diberikan obat masih kejang barulah harus dibawa ke rumah sakit.

"Ya Allah, sembuhkan Iza," desahku pada saat memegang tangan Iza yang kini untungnya sudah tertidur lelap.

Sembari menjaga Iza, tanpa terasa bulir air mataku turun ke pipi. Membayangkan Iza kesakitan karena kesalahanku yang belum bisa menjadi orang tua sempurna, membuat hatiku teriris. Tak seharusnya Iza menderita penyakit ini karena dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak bersalah atas apa yang menimpa orang tuanya.

Jujur. Kondisi ini mengingatkanku pada 7 tahun lalu di mana Iza harus mengkonsumsi obat kejang selama dua tahun akibat lahir prematur. Kata dokter yang menanganiku, Iza kejang-kejang karena didiagnosis mengalami cidera otak pada saat melahirkan tapi untungnya tidak sampai parah sehingga masih bisa berkembang dan tumbuh dengan normal.

Diam-diam aku bersedih menyadari itu semua. Andai, saat itu aku tidak terusir dari rumah mertua pada saat hamil mungkin aku bisa melahirkan secara normal. Andai, aku punya suami yang ada di sisiku mungkin kami bisa mengurus Iza lebih baik.

Andai ... ah, andai!

Lagi, aku menangis karena menyadari kalau sejak tadi aku hanya memajangkan angan-angan karena nyatanya semua itu gak mungkin. Walau pun El kembali, itu tak akan merubah apa pun karena aku gak akan memberitahu tentang Iza padanya.

Tok. Tok. Tok.

Ketika sedang sibuk menangisi nasib di samping Aliza, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku kira itu adalah Nek Omi tapi ketika menengok ke belakang ternyata ada Neo di sana. Aku gegas menghapus kasar air mata agar Neo tidak melihat kesedihanku.

"Lin, apa gue ganggu?" sapanya sambil tersenyum dan bersandar ke pintu kamar.

Aku terkesiap. "Eh, Yo, ternyata Lo masih di sini. Sorry ya, gue hampir lupa bilang makasih karena tadi panik," jawabku merasa bersalah seraya menghampiri Neo yang berdiri di ambang pintu.

Dikarenakan pikiranku kalut juga terbagi antara Iza dan El yang sedang mengurusi mobil, aku sampai lupa kalau Neo masih belum pulang, padahal dialah yang susah payah membawaku ke rumah agar tidak telat menangani Iza.

Neo tersenyum penuh arti. "Gak apa-apa gue paham Lo pasti khawatir banget sama Iza. Never mind, gue emang sengaja nunggu sampai suasana aman. Eh iya, gimana Iza? Apa udah baikan?"

Aku mengangguk pelan. "Iya alhamdullilah dia udah baikan. Tapi, gue rencananya tetep bakal meriksain Iza ke dokter besok. Oh ya, kok Lo belum pulang? Tumben, katanya lo masih ada acara," balasku aneh karena tak biasanya dia berlama-lama di rumahku jika gak ada Adel dan Rahma--sahabatku juga, apalagi katanya dia ada agenda.

Neo menggumam sebelum menjawab. Terlihat sekali kalau dia benar-benar gugup.

"Hem ... Lin, sebenernya ada yang mau gue omongin sama Lo." Aku melihat wajah Neo berubah serius. Hal ini tentu mengherankan, biasanya juga kami suka bercanda.

Aku mengernyitkan dahi. "Mau ngomong apa, Yo? Apa ada masalah di kantor?" tanyaku penasaran sambil menatap ke arah Neo. Seingatku dia gak pernah seaneh ini hanya untuk bicara.

"Lin, gue tahu ini bukan saat yang tepat buat mengatakan ini tapi ...." Dia menjeda kalimatnya sendiri seraya menatap lebih lekat ke arahku.

"Tapi apa?" desakku curiga. Entah kenapa aku melihat gelagat Neo jadi mencurigakan semenjak ketemu El tadi pada saat mobilku mogok.

"Tapi, gue udah lama memendam ini. Gue pikir gue gak bisa menundanya lagi."

"Iya, apa?"

"Lin, gue sayang sama Lo sama Iza. Mungkin gak gue jadi ayah Iza?"

Deg.

Tubuhku seketika menegang setelah Neo menyatakan keinginannya. Jujur, aku terkejut dengan perngakuan Neo karena selama ini aku hanya menganggapnya sahabat.

Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu? Kenapa dia tiba-tiba mau jadi ayahnya Iza?

Wah, ada yang gak beres! Padahal dia tahu kalau aku gak mungkin menikah lagi, rasa traumaku begitu besar setelah bercerai dari El.

Aku yakin Neo pasti sedang bercanda. Dia gak serius pas bilang mau menikahiku.

Aku terkekeh pelan untuk menutupi rasa gugup. "Yo, Lo jangan bercanda deh. Lo kan tahu kalau gue itu belum mau ngejalin hubungan lagi. Gue udah anggap Lo Abang gue sendiri. Masa iya kita ...."

"Gue gak bercanda Lin. Gue lelah Lo anggap hanya sebatas sahabat. Lin, tolonglah! Beri gue kesempatan ...." ujar Neo penuh harap seraya memegang bahuku tapi aku reflek menepisnya.

"Yo, jangan gini dong! Gue gak mau kalau persahabatan kita--"

"Nda ... Nda ...." Perdebatan kami terputus ketika suara Iza yang serak memanggilku berulang kali.

Bocah itu mengigau gak jelas dan dahinya berkeringat hebat.

"Iza?!"

Melihat itu, aku gegas memalingkan diri dari Neo dan mendekati Iza sementara Neo juga mengikutiku. Terlihat sekali dia kecewa tapi aku tahu dia juga sayang Iza. Obrolan kami tadi akhirnya terjeda.

Aku pegang tangannya yang gemetar.

"Iya Iza Sayang, ada apa? Apa yang sakit? Oh ya Allah kamu demam tinggi lagi." Tanpa sengaja aku memegang dahi Iza. Alangkah kagetnya aku ternyata anakku kembali demam setelah sebelumnya sempat turun.

"N-Ndaa ... Iza ... Iza ...." Belum juga Iza selesai bicara, tangan Iza tiba-tiba bergerak sendiri berulang kali disertai dengan mata yang berkedip tanpa henti. Lalu akhirnya Iza pun menangis. "Bundaaaaa!"

Spontan mataku melebar sempurna. "Ya, Allah! Iza kejang lagi! Iza tenang, Nak!" Aku langsung berseru panik ketika melihat Iza menangis akiba kejang yang belum terhenti.

Ya Allah, kenapa Iza jadi gini? Perasaan tadi demamnya udah turun.

"Iza kejang lagi, Lin? Obatnya gak mempan atau gimana?" tanya Neo.

Aku menggeleng sambil berurai air mata. "Gak tahu Yo. Gue gak paham kenapa dia tiba-tiba dia gini lagi."

"Ya udah ayo, kita ke rumah sakit!" Tanpa pikir panjang, aku pun menganggukki ajak Neo. Bagiku, sekarang kesehatan Iza lebih penting dibanding apa pun.

Ya Allah, Iza ... sembuh ya Sayang. Sembuh ....

Bab terkait

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 7. Sakit?

    Aku menghempaskan tubuh lelahku ke kursi panjang yang ada di salah satu lorong rumah sakit. Syukurnya keadaan Iza membaik setelah ditangani dokter Hani yang bersedia datang untuk memeriksa Iza yang mendadak kejang.Dokter Hani itu sebenarnya kenalan Adel dan juga sudah lama menjadi dokternya Iza, maka tak heran dia berusaha memantau Iza apa pun kondisinya. Aku tidak terbayang kalau Iza telat diberikan perawatan medis, aku pasti akan merasa sangat bersalah. Menurut info dari dokter Hani, Iza kembali kejang karena demam tinggi yang hampir mencapai 39 derajat.Sekarang pertanyaannya, apa yang menyebabkan Iza mengalami itu lagi? Apakah kedinginan? Kecapean? Salah makan?Atau ..."Agh!" Aku mengerang karena ketika memikirkan Iza sakit rupanya membuat perutku mendadak tak enak dan melilit. Kepalaku pun jadi pusing, mungkin karena aku terlalu stress belakangan ini.Reflek aku memegang ujung kursi untuk menguatkan diri. Kupikir ini saatnya aku bersitirahat dan makan sebentar, lagi pula Iza se

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 8. Rubah Betina

    "Lin, Alina?"Aku mengerjapkan kedua mata dengan hati-hati. Saat ini perutku cukup membaik tapi kepalaku masih sedikit berputar seolah ditusuk paku walau tak sedahsyat tadi. Aku mencoba menengokkan kepala ke samping untuk memeriksakan keadaan dan mataku yang sipit seketika membola ketika mendapati ada El yang terduduk di samping dengan wajah khawatir. "Mas El?"Di situlah aku menyadari kalau aku bukan lagi ada di lorong rumah sakit tapi di suatu ruangan mirip kamar periksa karena hidungku bisa mencium bau obat yang pekat."Lin, kamu sudah bangun?" El menatapku cemas. Dia ingin memegang tanganku tapi ragu alhasil dia hanya menatap untuk memastikan bahwa aku sadar sepenuhnya.Aku menganggukkan kepala pelan. "Eng ... iya Mas. Ini di mana Mas?"Dia tersenyum lega. "Alhamdullilah syukurlah saya takut tadi kamu kenapa-napa. Kita sekarang ada di UGD. Kata dokter lambung kamu bermasalah dan dehidrasi. Sekarang coba kamu minum dulu, ya?" pinta El sambil membawa segelas air putih dari atas nak

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 9. Tuduhan

    "Orang kayak Mbak ini emang suka banget nyusahin, ya? Sifat ketergantungan Mbak ternyata gak hilang meski kalian sudah berpisah. Kenapa sih Mbak gak bisa sendiri aja urus hidup Mbak? Pantes Mas El ninggalin Mbak." Perkataan Faye yang menohok membuat aku menghela napas lelah. Aku sudah menduga wanita ini akan membahas hal ini saat kami tinggal berdua. Jujur, aku tidak kaget pada Faye yang menuduhku seenaknya karena dari sejak dulu dia memang begitu. "Pertama, saya gak minta Mas El buat nolong saya, kedua Mas El sendiri yang inisiatif buat membawa saya ke sini dan ketiga asal kamu tahu saya yang meminta diceraikan jadi bukan Mas El yang ninggalin," jawabku sambil menatap Faye sedatar mungkin. Aku mencoba menyandarkan badan ke ranjang karena kepalaku terasa lebih sakit dan berdenyut hanya karena gara-gara melihat Faye.Faye menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di samping bed dengan sikap jumawa. "Tapi yang aku lihat gak kayak gitu. Mas El sengaja meninggalkan Mbak yang memang beda k

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 10. Minta Ayah

    Iza sudah bisa pulang ke rumah. Setelah tiga hari di observasi dan menjalani tes EEG kabar baiknya dokter mengatakan Iza normal untuk bisa pulang. Semua kondisi membaik hingga kami bisa beraktivitas seperti biasanya. Sayang, di antara kabar baik terselip satu keganjilan yang sampai sekarang masih belum bisa aku lerai yaitu tentang berbedanya sikap El setelah kejadian di UGD.Entah mengapa, selepas percakapan tempo hari itu, sikap El jadi lebih dingin dari biasanya. Dia seolah menghindar dan bahkan tak menampakan batang hidungnya di depanku. Namun, meski El seakan menjaga jarak, siapa sangka ketika keluar dari rumah sakit aku baru mengetahui kalau El sudah membayarkan biaya rumah sakit Iza.Di situ aku sangat terkejut dan bingung. Jujur, aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan lagi setelah mengetahui El yang ternyata tetap membantuku meski aku menolak.Menerima itu, aku tentu merasa gak nyaman apalagi ketika melihat El tampak marah pas mendengar percakapan aku, Neo dan Faye.Padahal j

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 11. Curiga

    "Bunda mau kan nikah sama Pak El? Pak El mau juga kan jadi ayahnya Iza?" Alina merasa hatinya seolah bergetar saat mendengar pertanyaan Iza, apalagi ketika melihat tatapan penuh harap dari Iza. Wanita muda nan cantik itu menggigit bibirnya gugup, dia rasanya tidak sanggup memberikan jawaban apa pun pada anak satu-satunya itu. Dia harus mengakui kalau permintaan Iza terlalu mustahil dirasa saat ini.Tidak. Ya, tidak mungkin rasanya Alina kembali bersatu dengan El karena hal itu sangat membahayakan bagi mereka berdua.Perlahan, Alina melirik ke arah El untuk mengetahui ekspresi dan reaksi pria itu ketika ditanya oleh Iza. Ternyata El pun sama mematungnya dengan Alina. Dan yang bisa pria tampan itu lakukan hanya berdiri menatap ke arah Alina dengan tatapan yang ... entah.Melihat kedua orang dewasa di depannya hanya bisa diam, Iza menggembungkan pipinya."Kok gak dijawab sih? Iza kan nanya. Bunda mau kan kalau Pak El jadi ....""Sudah Iza, jangan nanya yang aneh-aneh, ah. Kamu ini ada-a

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 12. Pertengkaran Ibu dan Anak

    Bu Rosa tersenyum sumringah. "Kenapa Ibu harus bilang untuk datang ke sekolah yang dipimpin anak Ibu sendiri?" tanya Ibu berwajah ayu itu seraya berdiri tepat di depan El yang langsung menyalami wanita setengah baya itu sopan. "Ya, bukannya apa-apa sih Bu, tapi kan kalau tahu Ibu mau ke sini El bisa sekalian jemput. Oh ya, ayo silahkan duduk di sini Bu," ujar El seraya menarik kursi yang ada di depan meja kerjanya. Lalu, Bu Rosa pun tanpa sungkan duduk di sana. "Makasih ya El. Oh ya, El, sebenarnya alasan Ibu datang ke sini itu untuk memastikan apa kamu kemarin jadi ke toko perhiasan teman Ibu?" tanya Bu Rosa seraya menatap anaknya lekat.El mengangguk. "Iya Bu, jadi. Tapi, katanya masih belum bisa diambil. Hem ... sebenarnya buat siapa cincin ini, Bu? Bukannya seminggu yang lalu juga Ibu baru membeli cincin dari kenalan Ibu? Jangan bilang kalau Ibu mau memberikannya pada kawan arisan Ibu lagi," desis El curiga karena sikap ibunya yang terlalu royal pada sahabatnya yang wajahnya opo

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 13. Curhat Sahabat

    Waktu jam pemanggangan pantat budak korporat sepertiku akan berakhir, tapi aku masih duduk di kantin kantor dengan kopi hitam yang tinggal setengahnya. Usai kejadian tadi pagi di sekolah Iza, seharian ini aku jadi tak bisa berkonsentrasi sehingga memilih cepat-cepat mengerjakan tugas dan buru-buru ngopi di kantin untuk meleraikan penat. Sungguh. Saat ini, rasanya pikiranku melanglangbuana dan hatiku merasa buruk. Aku tidak tahan berada di balik kubikel karena setiap berada di balik laptop bayangan El yang menatapku tadi pagi terus saja berputar bagai kaset kusut hingga sore menjelang. Oh Tuhan, mengapa aku harus bertemu dengannya setelah delapan tahun ini? Bukankah aku dan Iza sudah baik-baik aja meski tanpa El?"Bun, Iza mau punya ayah kayak Pak El.""Astaghfirullah." Aku reflek beristighfar saat ingatanku tertuju pada kejadian tadi pagi, di mana Iza tetap memintaku untuk menikah dengan El meski saat itu kami sudah ada di depan kelasnya.Jujur, permintaan Iza itu sangat mengganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 14. Pindah Ke Mars

    "Alhamdullilah, ya Allah, perut ini lega juga."Aku menepuk-nepuk perut dengan lega setelah pada akhirnya diri ini berhasil mengeluarkan hajat yang paling berat di dunia yaitu sampah hasil metabolisme.Bibirku akhirnya bisa tersenyum setelah sejak tadi menangis gara-gara keingetan masalah dengan mantan.Setelah memastikan gak ada yang tertinggal dan selesai dengan urusan aku pun memutuskan untuk keluar bilik. Tapi, baru saja membuka pintu ternyata seorang pria yang ada di depan kaca wastafel terlihat kaget melihatku. Sontak saja aku terkejut sehingga sempat membeku sebentar karena gak nyangka ada pria yang aku kenal tengah berdiri membelakangi ku.Astaga! Itu kan ...."Mas El? Ngapain Mas ada di sini?"Demi Tuhan. Nyatanya dunia ini emang sempit, orang yang tadi aku pikirkan kini ada di hadapan dan dia bahkan sudah berganti kostum dengan setelan jas bukan lagi setelan guru kayak biasa. Aneh. Kenapa dia bisa bareng ada di sini? Terus untuk apa pria itu ada di toilet wanita? Apa dia m

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-08

Bab terbaru

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 91. Ending

    Suasana kamar rawat El seketika diliputi kecanggungan. Entah mengapa, ketika mereka hadir dan duduk di depanku dan El, aku merasakan ketegangan di udara. Tatapan mereka membuatku merasa canggung, seakan setiap kata yang akan diucapkan sudah ditakar dan dipikirkan berulang kali. Aku menahan diri untuk tidak menilai, tetapi rasa sakit yang terpendam di hatiku kembali mengemuka. Diam-diam, aku melihat reaksi El atas kedatangan dua wanita yang pernah hadir di hidupnya dan mengganggu rumah tangga kami. Namun, rupanya El memang lelaki yang sangat menghargai istri, semenjak Faye dan Sania datang kulihat El hanya memasang wajah datar seolah malas. "El, Lin, sebenarnya kami... kami ingin meminta maaf." Faye yang tadi terlihat gugup pada akhirnya memulai percakapan. Suaranya lembut, tapi ada nada berat yang menyertai kata-katanya. "Kami tahu, kami telah menghalangi El dan kamu untuk bersama. Apalagi aku membuat kalian sempat bertengkar," lanjut Faye sambil melihatku yang duduk di depannya d

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 90

    Tinggal satu hari lagi El berada di rumah sakit, akhirnya setelah hampir seminggu berada dalam perawatan untuk pemulihan kami diperbolehkan pulang juga. Tampaknya fisik El lebih cepat pulih dari perkiraan. Selama El di rumah sakit aku tidak pernah absen menemaninya dan terkadang juga aku membawa Aliza agar El merasa bahagia.Namun, tentu saja Aliza gak bisa sering-sering menemani karena dia juga harus sekolah dan takut badannya kecapean kalau nungguin El sampai malam. Alhasil, hanya aku yang lebih banyak bareng El karena selain ada kepentingan. Kami pun sama-sama memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya membuat ibu mertuaku itu divonis hukuman penjara. Baik aku dan El berjanji, akan mengunjunginya usai kami keluar dari rumah sakit. Kami berharap Bu Rosa mau berbesar hati menerima kami. "Mas, alhamdullilah ya akhirnya kasus kita selesai juga. Rasanya aku lega banget deh. Kira-kira kalau aku jenguk Ibu mau nemuin aku gak, ya?" Aku merebahkan kepalaku di atas paha El dan menghadapkan

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 89

    Selama El diperiksa oleh dokter, senyuman tak henti tersungging di mulutku karena merasa sangat bahagia bisa melihat El terjaga lagi. Jujur, ini bagaikan suatu anugerah yang tak terkira. Tadinya aku sudah hilang harapan tapi Tuhan memang Maha Baik, Dia selalu tahu apa yang hamba-Nya butuhkan dan Dialah yang Maha pengabul doa."Kondisi Pak El sudah agak stabil tapi beberapa hari ke depan kami harus tetap melakukan observasi karena harus memeriksa secara menyeluruh tapi kabar baiknya Pak El bisa dipindah ke ruang rawat biasa. Sementara, jangan biarkan dia banyak bergerak dulu, ya?" ujar dokter Bagus seraya melepaskan snelli. Wajahnya menunjukan kelegaan setelah memeriksa suamiku.Aku mengangguk pasti sembari tersenyum lebar. "Baik Dok siap. Saya akan menjaga suami saya.""Terima kasih Dok," ujar El lirih dan lemah."Sama-sama. Kalau gitu saya permisi, ya?""Silahkan Dok."Setelah dokter spesialis yang menangani El beranjak pergi, kini tersisalah aku dan El. Aku menatap El yang juga ten

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 88

    Tiga hari telah berlalu pasca insiden p*nusukan dan p*nculikan yang dilakukan Neo, El masih betah tertidur di atas ranjang ICU. Kata dokter luka El sudah dijait dan operasi besar pun berhasil, sekarang tinggal nunggu kesadaran El. Tapi, syukurnya ada kabar baik yaitu tubuh El merespon positif terhadap obat-obat yang diberikan sehingga bekas tusukannya lebih cepat mengering. Di sisi lain kondisi aku pun berangsur baik. Aku bahkan masih bisa bolak-balik mengurus Iza dan rumah sakit sambil terus memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya bisa didakwa atas kasus perencanaan penculikan bersama Neo karena dia yang menyuruh Neo menculikku dan dia juga yang menyuruh Neo menterorku dengan membawa Aliza ke istana boneka.Oh Tuhan. Gak disangka Bu Rosa dan Neo tega memisahkan kami sejauh ini. Hanya demi sebuah warisan kekayaan, dia rela menghalalkan berbagai cara termasuk membunuh orang. Benar-benar bejat! Aku tidak terbayang perasaan El jika sadar nanti jika tahu ibunya yang merencanakan ini

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 87

    Menegangkan, kacau dan menakutkan. Tak bisa aku bayangkan kalau kami akan berada di posisi di mana kami harus terjebak dengan Neo juga anteknya di gudang yang menyeramkan dan juga gelap. Siapa duga, Neo--sahabatku yang kukira baik kini dengan busuknya mengacungkan senjata dan mengarahkan moncongnya ke arah kami di saat aku dan El mau melarikan diri. Jujur! Saat ini aku merasa jantungku hampir meledak karena ketakutan. Neo tampak marah dan putus asa, sementara El berusaha tetap tenang di sampingku. Pria tampan itu seakan menunjukkan bahwa semua akan baik-baik saja jika kami bersama. "Kalian gak bisa ke mana-mana! Aku tegaskan sama kamu, El! Alina itu milikku! Dia cinta sejati seorang Neo bukan Elfarobi! Paham?!" bentak Neo dengan nada tegas dan menggelegar membuatku reflek mundur di belakang El. Sungguh, situasi ini sangat mengerikan, aku tak bisa terus di bawah pandangan Neo yang menyedihkan juga jahat. El meremas tanganku lebih erat, seolah memberi isyarat bahwa dia akan melindun

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 86

    Neo menculik dan menjebakku. Itulah yang aku pikirkan sekarang. Seketika ketakutan merayap di seluruh tubuhku, tapi aku tahu aku tidak bisa membiarkan rasa takut menguasai diriku. Aku tak percaya kalau Neo kini telah banyak berubah, entah apa alasannya tapi Neo berubah menjadi jahat.Apa karena aku tolak dia jadi seperti ini? Agh, sial! Mengapa aku bisa semudah itu percaya sama Neo?Memikirkan kebodohanku, diam-diam aku jadi menyesal karena tidak bisa bertemu dengan El. Tapi, meski sedih dan marah aku gak boleh kehabisan akal, saat ini El harus tahu aku berada dalam bahaya. Hanya saja, bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa melarikan diri atau mencari El? Aku terus menggerak-gerakkan tangan dan kakiku yang kini terikat.Sebenarnya, beberapa saat lalu seusai aku tahu kalau Neo menculikku, Neo yang semula baik tak segan menunjukkan sisi jahatnya. Dia tiba-tiba mendorongku hingga ke kursi belakang. Setelah mengikat aku dan mengancam kalau akan berbuat macam-macam jika aku berisik, Neo

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 85

    Esok harinya. Aku merasa sudah cukup menyendiri dan memikirkan rencana ke depannya untuk dilakukan menghadapi masalah ini. Semalaman penuh aku merenungkan semua sampai akhirnya aku memilih untuk berbicara dengan El dan menyelesaikan semuanya sesuai saran Rahma. Berulang kali aku memikirkan kalau apa yang dikatakan Rahma itu benar, kalau dosa ibu kandungku bukanlah dosaku. Tidak seharusnya aku menanggung kesalahan ibuku dan aku pun seharusnya percaya pada El. Selama ini El sudah banyak berkorban, gak mungkin dia mengkhianatiku terutama sama Faye.Dikarenakan mengingat itu semua, aku pikir ini saatnya aku untuk mengambil semua peranan dan memutuskan yang terbaik untuk kehidupanku sendiri. Aku harus percaya sama El dan aku yakin dia pun akan memahami kalau pengkhianatan orang tua kami gak ada hubungannya dengan rumah tangga kami.Aku melirik jam tangan, ternyata waktu sudah menunjukan jam 7.00 pagi, sepertinya aku harus segera pergi ke rumah sakit. Aku ingin bergegas menemui El dan mem

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 84

    Keesokan paginya. Aku kembali mencoba mencari cara agar bisa masuk ke ruangan El tanpa bisa diusir seperti semalam. Bagaikan orang gila, aku meminta bantuan ke sana dan ke sini demi bisa masuk ke ruangan El tapi rasanya susah sekali karena Bu Rosa sama sekali gak beranjak.Beruntung, setelah menunggu hampir tengah hari. Aku akhirnya dapat bantuan dari Bre--sahabatnya El dan sekarang jadi mantan bosku. Bre yang baru saja menjenguk El bilang kalau El sudah membaik dan dipindah ke ruang rawat VIP sehingga aku bisa dengan mudah mengakses selama gak ada Bu Rosa atau pengawalnya. Kata Bre, El masih belum sadar sepenuhnya karena masih harus banyak istirahat akibat cidera tulang yang ia alami. Tentu kabar itu setidaknya membahagiakan hatiku yang sejak semalam sudah harap-harap cemas, terutama Bre juga bilang Bu Rosa sedang pergi keluar jadi ini saatnya aku bisa menyelinap masuk.Dan setelah persiapan matang, akhirnya aku bisa juga sampai di depan ruang rawat El. Sebelum masuk, aku berhenti

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 83

    "El kecelakaan Lin, dia kecelakaan! Sekarang katanya dia dilarikan ke UGD." Sekali lagi informasi dari Bik Ratih beberapa saat lalu membuatku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. 1320015635874Jujur, aku sangat terkejut hingga sempat terdiam dan tubuhku terasa kaku. Berita kecelakaan tentang El benar-benar menghantamku seperti gelombang besar yang tiba-tiba datang. Namun, meski rasanya hati ini begitu cemas, tanpa pikir panjang dengan cepat, aku meraih tas dan jaketku, lalu bergegas keluar rumah menuju rumah sakit, tentu saja setelah menitipkan Iza kepada Bik Ratih. Aku sengaja gak mau memberitahukan kabar tentang El pada Iza karena anak itu pasti menangis kencang dan ingin ikut padahal ini sudah sangat larut malam.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak ayal pikiranku kacau dengan berbagai perasaan. Ada ketakutan, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang mendalam. Aku mengira kalau El mengalami kecelakaan tunggal karena saking marahnya padaku sehingga oleng dan menabrak pembat

DMCA.com Protection Status