Beranda / Pernikahan / Anak Rahasia Kepala Sekolah / Bab 12. Pertengkaran Ibu dan Anak

Share

Bab 12. Pertengkaran Ibu dan Anak

Penulis: Fiska Aimma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bu Rosa tersenyum sumringah. "Kenapa Ibu harus bilang untuk datang ke sekolah yang dipimpin anak Ibu sendiri?" tanya Ibu berwajah ayu itu seraya berdiri tepat di depan El yang langsung menyalami wanita setengah baya itu sopan.

"Ya, bukannya apa-apa sih Bu, tapi kan kalau tahu Ibu mau ke sini El bisa sekalian jemput. Oh ya, ayo silahkan duduk di sini Bu," ujar El seraya menarik kursi yang ada di depan meja kerjanya. Lalu, Bu Rosa pun tanpa sungkan duduk di sana.

"Makasih ya El. Oh ya, El, sebenarnya alasan Ibu datang ke sini itu untuk memastikan apa kamu kemarin jadi ke toko perhiasan teman Ibu?" tanya Bu Rosa seraya menatap anaknya lekat.

El mengangguk. "Iya Bu, jadi. Tapi, katanya masih belum bisa diambil. Hem ... sebenarnya buat siapa cincin ini, Bu? Bukannya seminggu yang lalu juga Ibu baru membeli cincin dari kenalan Ibu? Jangan bilang kalau Ibu mau memberikannya pada kawan arisan Ibu lagi," desis El curiga karena sikap ibunya yang terlalu royal pada sahabatnya yang wajahnya opo
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 13. Curhat Sahabat

    Waktu jam pemanggangan pantat budak korporat sepertiku akan berakhir, tapi aku masih duduk di kantin kantor dengan kopi hitam yang tinggal setengahnya. Usai kejadian tadi pagi di sekolah Iza, seharian ini aku jadi tak bisa berkonsentrasi sehingga memilih cepat-cepat mengerjakan tugas dan buru-buru ngopi di kantin untuk meleraikan penat. Sungguh. Saat ini, rasanya pikiranku melanglangbuana dan hatiku merasa buruk. Aku tidak tahan berada di balik kubikel karena setiap berada di balik laptop bayangan El yang menatapku tadi pagi terus saja berputar bagai kaset kusut hingga sore menjelang. Oh Tuhan, mengapa aku harus bertemu dengannya setelah delapan tahun ini? Bukankah aku dan Iza sudah baik-baik aja meski tanpa El?"Bun, Iza mau punya ayah kayak Pak El.""Astaghfirullah." Aku reflek beristighfar saat ingatanku tertuju pada kejadian tadi pagi, di mana Iza tetap memintaku untuk menikah dengan El meski saat itu kami sudah ada di depan kelasnya.Jujur, permintaan Iza itu sangat mengganggu

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 14. Pindah Ke Mars

    "Alhamdullilah, ya Allah, perut ini lega juga."Aku menepuk-nepuk perut dengan lega setelah pada akhirnya diri ini berhasil mengeluarkan hajat yang paling berat di dunia yaitu sampah hasil metabolisme.Bibirku akhirnya bisa tersenyum setelah sejak tadi menangis gara-gara keingetan masalah dengan mantan.Setelah memastikan gak ada yang tertinggal dan selesai dengan urusan aku pun memutuskan untuk keluar bilik. Tapi, baru saja membuka pintu ternyata seorang pria yang ada di depan kaca wastafel terlihat kaget melihatku. Sontak saja aku terkejut sehingga sempat membeku sebentar karena gak nyangka ada pria yang aku kenal tengah berdiri membelakangi ku.Astaga! Itu kan ...."Mas El? Ngapain Mas ada di sini?"Demi Tuhan. Nyatanya dunia ini emang sempit, orang yang tadi aku pikirkan kini ada di hadapan dan dia bahkan sudah berganti kostum dengan setelan jas bukan lagi setelan guru kayak biasa. Aneh. Kenapa dia bisa bareng ada di sini? Terus untuk apa pria itu ada di toilet wanita? Apa dia m

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 15. Klien Ajaib

    Canggung, frustasi dan tegang. Mungkin itulah tiga kondisi yang dapat mengekspresikan keadaanku sekarang. Siapa sangka, doaku nyatanya gak terkabul karena semakin aku berdoa dan berniat menghindar aku malah dipertemukan dengan El lagi yang sekarang menjadi investor sekaligus klien di perusahaan tempatku bernaung. Bodohnya, pertemuan ke sekian kami ini harus diwarnai dengan kebodohanku yang telah menuduh El salah masuk toilet padahal aku yang gak peka liat tanda. Asal masuk aja akibat kebelet mau BAB. Alhasil, sekarang akulah yang malu, apalagi Bos Bre--Bos Bre melihat semua kejadian itu.Ya Tuhan. Mungkin inilah yang dinamakan sudah jatuh tertimpa tangga juga. Apes! Lagian, aneh banget sih El kenapa juga harus berinvestasi pada perusahaan tempatku bekerja? Bukannya dia sibuk jadi kepsek? Kok malah jadi pengusaha juga? "Eh, anj*r kok lo gak bilang mantan suami lo hot marihot begitu? Wah, gila sih kalau gue mah langsung minta rujuk aja, rugi gue udah disakitin eh dianya kawin sama ya

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 16. Masih Perhatian

    Sesuai keputusan rapat perusahaan yang tidak bisa diganggu apalagi digugat, dengan sangat-sangat malas aku harus berakhir di Bandara untuk pergi ke Padang. Jujur, aku emang gak pernah pergi sejauh ini untuk melakukan tugas kantor, sehingga harus menitipkan Iza pada Nek Omi dan Bik Ratih yang memang sudah sangat kupercaya. Sebenarnya, Bik Ratih adalah adik dari Ibuku yang masih baik sama kami sampai saat ini jadi aku merasa sangat tenang. Namun, mengingat kalau perjalanan ini akan dilalui bersama El dan Pak Agus yang pernah memintaku menjadi istri keduanya sebagai perwakilan finance membuat kepalaku mendadak pening tujuh keliling. Bukan. Bukan hanya karena orang yang pergi bersamaku tapi selain itu aku juga punya semacam phobia pada ketinggian. Makanya aku takut terbang, tapi sialnya aku gak bisa kasih tahu itu pada siapa pun. "Wah, saya senang sekali loh bisa pergi bareng Alina. Udah lama ya kita gak ketemu, Lin?" Bertemu di ruang tunggu bandara, belum apa-apa Pak Agus--pria ganje

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 17. Perkara Mantan

    "Welcome To Minangkabau."Selepas menghabiskan dua jam di udara dan menikmati kenyamanan kelas bisnis, akhirnya jam 13.00 siang aku sampai di Bandara Internasional Minangkabau. Jujur, pas menjejakkan kaki di tanah Padang ini, hatiku serasa tertepa rasa hangat yang melegakan.Mungkin karena ini kali pertama aku ke provinsi Sumbar yang terkenal akan keindahannya. Dan juga aku pun merasa senang karena pada akhirnya seorang Alina bisa mengatasi rasa takutnya meski harus mengorbankan tangan seseorang. Bahkan dengan ajaibnya walau aku mabuk, lama-lama aku malah tertidur di samping El dengan nyaman.Ululuh ... kemewahan kelas bisnis itu tidak pernah berdusta. Gak apa-apa duduk dekat mantan yang penting tentram jiwa raga.Namun, jujur terlepas dari kenyamanan yang diberikan El karena telah memindahkanku kelas bisnis, sampai sekarang aku masih penasaran.Sebenarnya, apa sih niat dia mengajakku duduk bareng? Apa mungkin itu hanya modus dan sengaja ingin mengejekku yang baru pertama kali naik pe

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 18. Ancaman

    "Halooo assalammu'alaikum. Princess-nya Bunda lagi apa?" sapaku saat wajah Iza muncul di layar. Tapi, Iza malah bengong dengan sengaja buat mengerjaiku. "Iza, mulai lagi deh. Ayo, dong! Iza! Hey, Sayang?"Iza pura-pura mengerjap dan mengakhiri tingkah laku randomnya sambil nyengir. "Hehe Bunda ketipu kan aku lagi jadi patung.""Masa patungnya ompong?" godaku."Iya, soalnya giginya terbang hihihi." Dia terkikik geli sendiri. "Oh ya, Bunda, Bunda lagi di mana?"Sebelum menjawab, aku buru-buru meng-setting kamera belakang agar Iza bisa melihat sekelilingku. Kebetulan sebelum mengangkat telepon aku beranjak dulu ke luar restoran dan mencari tempat sepi agar bisa leluasa menerima telepon."Tuh liat di mana coba?" tanyaku saat kamera menangkap objek pesawat dan kesibukan di bandara. "Kapan-kapan kita bareng ke sini, ya?""Woaaaw! Bandara ya, Bun? Ih Iza mau ke sana, mau!" Aku terkekeh melihat Iza melompat-lompat kegirangan di atas kasur busa miliknya sementara di belakang sana ada Bik Ratih

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 19. Sebuah Paksaan

    Banyak yang bilang kalau masa lalu itu dikenang untuk dijadikan pembelajaran dan baiknya ada sisi yang harus dilupakan. Namun, entah mengapa semenjak El hadir, aku merasakan kehidupanku seolah kembali terusik.Peristiwa pahit tentang kegagalan pernikahan yang ingin aku tutup seolah tanpa sengaja terngiang-ngiang bak kaset kusut yang siap melenakan juga menyesakkan. Aku mengakui, perceraian kami memang berakhir tak baik, bahkan tanpa sempat bertatap muka hingga masih menyisakan ganjalan yang butuh kejelasan tapi tetap saja itu tak perlu lagi.Aku dan El sudah bukan suami-istri. Rasanya gak perlu lagi saling perduli. Itulah kenapa aku marah saat dia tiba-tiba ikut V-Call bersama Iza. Namun, nyatanya hal itu membuahkan ancaman yang membuatku tersentak, aku yakin El masih curiga kalau Iza adalah anaknya karena itulah dia bilang akan menghukumku jika aku terbukti berbohong.Ah, sial! Kenapa kisahnya jadi serumit ini? Seharusnya memang sejak awal aku tak bertemu dengan El lagi.Panas mataha

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 20. Asing

    Sejujurnya, aku cukup terkejut ketika mengetahui kalau diam-diam El menyelidiki perihal siapa Ayahnya Iza di belakangku. Dia bahkan berhasil mengetahui golongan darah Iza beserta RH-nya. Mendapati kenyataan itu, aku ingin sekali menolak permintaan El untuk berbicara berdua saja dengannya tapi aku takut malah menimbulkan kecurigaan. Aku berpikir, semoga saja dengan aku menyanggupi berbicara, El akan berhenti mendesakku. Selain itu, aku juga ingin tahu tentang maksud El melakukan ini semua dan menuduhku seenaknya.Sungguh, ucapan El yang terkesan menuduh dan menuntut itu secara psikologis telah berhasil membuat perasaan sesakku kian muncul ke permukaan. Kehadirannya telah mengaduk-ngaduk pikiran dan perasaanku yang sebelumnya sempat pulih menjadi berdarah kembali. Dengan jantung yang berdebar dan dada yang panas, aku berjalan mengekori El yang berjalan melewati pinggiran pantai yang sepi. Hanya-lah deburan ombak dan sayup-sayup alunan musik yang terdengar dari kejauhan yang menyertai

Bab terbaru

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 91. Ending

    Suasana kamar rawat El seketika diliputi kecanggungan. Entah mengapa, ketika mereka hadir dan duduk di depanku dan El, aku merasakan ketegangan di udara. Tatapan mereka membuatku merasa canggung, seakan setiap kata yang akan diucapkan sudah ditakar dan dipikirkan berulang kali. Aku menahan diri untuk tidak menilai, tetapi rasa sakit yang terpendam di hatiku kembali mengemuka. Diam-diam, aku melihat reaksi El atas kedatangan dua wanita yang pernah hadir di hidupnya dan mengganggu rumah tangga kami. Namun, rupanya El memang lelaki yang sangat menghargai istri, semenjak Faye dan Sania datang kulihat El hanya memasang wajah datar seolah malas. "El, Lin, sebenarnya kami... kami ingin meminta maaf." Faye yang tadi terlihat gugup pada akhirnya memulai percakapan. Suaranya lembut, tapi ada nada berat yang menyertai kata-katanya. "Kami tahu, kami telah menghalangi El dan kamu untuk bersama. Apalagi aku membuat kalian sempat bertengkar," lanjut Faye sambil melihatku yang duduk di depannya d

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 90

    Tinggal satu hari lagi El berada di rumah sakit, akhirnya setelah hampir seminggu berada dalam perawatan untuk pemulihan kami diperbolehkan pulang juga. Tampaknya fisik El lebih cepat pulih dari perkiraan. Selama El di rumah sakit aku tidak pernah absen menemaninya dan terkadang juga aku membawa Aliza agar El merasa bahagia.Namun, tentu saja Aliza gak bisa sering-sering menemani karena dia juga harus sekolah dan takut badannya kecapean kalau nungguin El sampai malam. Alhasil, hanya aku yang lebih banyak bareng El karena selain ada kepentingan. Kami pun sama-sama memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya membuat ibu mertuaku itu divonis hukuman penjara. Baik aku dan El berjanji, akan mengunjunginya usai kami keluar dari rumah sakit. Kami berharap Bu Rosa mau berbesar hati menerima kami. "Mas, alhamdullilah ya akhirnya kasus kita selesai juga. Rasanya aku lega banget deh. Kira-kira kalau aku jenguk Ibu mau nemuin aku gak, ya?" Aku merebahkan kepalaku di atas paha El dan menghadapkan

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 89

    Selama El diperiksa oleh dokter, senyuman tak henti tersungging di mulutku karena merasa sangat bahagia bisa melihat El terjaga lagi. Jujur, ini bagaikan suatu anugerah yang tak terkira. Tadinya aku sudah hilang harapan tapi Tuhan memang Maha Baik, Dia selalu tahu apa yang hamba-Nya butuhkan dan Dialah yang Maha pengabul doa."Kondisi Pak El sudah agak stabil tapi beberapa hari ke depan kami harus tetap melakukan observasi karena harus memeriksa secara menyeluruh tapi kabar baiknya Pak El bisa dipindah ke ruang rawat biasa. Sementara, jangan biarkan dia banyak bergerak dulu, ya?" ujar dokter Bagus seraya melepaskan snelli. Wajahnya menunjukan kelegaan setelah memeriksa suamiku.Aku mengangguk pasti sembari tersenyum lebar. "Baik Dok siap. Saya akan menjaga suami saya.""Terima kasih Dok," ujar El lirih dan lemah."Sama-sama. Kalau gitu saya permisi, ya?""Silahkan Dok."Setelah dokter spesialis yang menangani El beranjak pergi, kini tersisalah aku dan El. Aku menatap El yang juga ten

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 88

    Tiga hari telah berlalu pasca insiden p*nusukan dan p*nculikan yang dilakukan Neo, El masih betah tertidur di atas ranjang ICU. Kata dokter luka El sudah dijait dan operasi besar pun berhasil, sekarang tinggal nunggu kesadaran El. Tapi, syukurnya ada kabar baik yaitu tubuh El merespon positif terhadap obat-obat yang diberikan sehingga bekas tusukannya lebih cepat mengering. Di sisi lain kondisi aku pun berangsur baik. Aku bahkan masih bisa bolak-balik mengurus Iza dan rumah sakit sambil terus memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya bisa didakwa atas kasus perencanaan penculikan bersama Neo karena dia yang menyuruh Neo menculikku dan dia juga yang menyuruh Neo menterorku dengan membawa Aliza ke istana boneka.Oh Tuhan. Gak disangka Bu Rosa dan Neo tega memisahkan kami sejauh ini. Hanya demi sebuah warisan kekayaan, dia rela menghalalkan berbagai cara termasuk membunuh orang. Benar-benar bejat! Aku tidak terbayang perasaan El jika sadar nanti jika tahu ibunya yang merencanakan ini

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 87

    Menegangkan, kacau dan menakutkan. Tak bisa aku bayangkan kalau kami akan berada di posisi di mana kami harus terjebak dengan Neo juga anteknya di gudang yang menyeramkan dan juga gelap. Siapa duga, Neo--sahabatku yang kukira baik kini dengan busuknya mengacungkan senjata dan mengarahkan moncongnya ke arah kami di saat aku dan El mau melarikan diri. Jujur! Saat ini aku merasa jantungku hampir meledak karena ketakutan. Neo tampak marah dan putus asa, sementara El berusaha tetap tenang di sampingku. Pria tampan itu seakan menunjukkan bahwa semua akan baik-baik saja jika kami bersama. "Kalian gak bisa ke mana-mana! Aku tegaskan sama kamu, El! Alina itu milikku! Dia cinta sejati seorang Neo bukan Elfarobi! Paham?!" bentak Neo dengan nada tegas dan menggelegar membuatku reflek mundur di belakang El. Sungguh, situasi ini sangat mengerikan, aku tak bisa terus di bawah pandangan Neo yang menyedihkan juga jahat. El meremas tanganku lebih erat, seolah memberi isyarat bahwa dia akan melindun

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 86

    Neo menculik dan menjebakku. Itulah yang aku pikirkan sekarang. Seketika ketakutan merayap di seluruh tubuhku, tapi aku tahu aku tidak bisa membiarkan rasa takut menguasai diriku. Aku tak percaya kalau Neo kini telah banyak berubah, entah apa alasannya tapi Neo berubah menjadi jahat.Apa karena aku tolak dia jadi seperti ini? Agh, sial! Mengapa aku bisa semudah itu percaya sama Neo?Memikirkan kebodohanku, diam-diam aku jadi menyesal karena tidak bisa bertemu dengan El. Tapi, meski sedih dan marah aku gak boleh kehabisan akal, saat ini El harus tahu aku berada dalam bahaya. Hanya saja, bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa melarikan diri atau mencari El? Aku terus menggerak-gerakkan tangan dan kakiku yang kini terikat.Sebenarnya, beberapa saat lalu seusai aku tahu kalau Neo menculikku, Neo yang semula baik tak segan menunjukkan sisi jahatnya. Dia tiba-tiba mendorongku hingga ke kursi belakang. Setelah mengikat aku dan mengancam kalau akan berbuat macam-macam jika aku berisik, Neo

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 85

    Esok harinya. Aku merasa sudah cukup menyendiri dan memikirkan rencana ke depannya untuk dilakukan menghadapi masalah ini. Semalaman penuh aku merenungkan semua sampai akhirnya aku memilih untuk berbicara dengan El dan menyelesaikan semuanya sesuai saran Rahma. Berulang kali aku memikirkan kalau apa yang dikatakan Rahma itu benar, kalau dosa ibu kandungku bukanlah dosaku. Tidak seharusnya aku menanggung kesalahan ibuku dan aku pun seharusnya percaya pada El. Selama ini El sudah banyak berkorban, gak mungkin dia mengkhianatiku terutama sama Faye.Dikarenakan mengingat itu semua, aku pikir ini saatnya aku untuk mengambil semua peranan dan memutuskan yang terbaik untuk kehidupanku sendiri. Aku harus percaya sama El dan aku yakin dia pun akan memahami kalau pengkhianatan orang tua kami gak ada hubungannya dengan rumah tangga kami.Aku melirik jam tangan, ternyata waktu sudah menunjukan jam 7.00 pagi, sepertinya aku harus segera pergi ke rumah sakit. Aku ingin bergegas menemui El dan mem

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 84

    Keesokan paginya. Aku kembali mencoba mencari cara agar bisa masuk ke ruangan El tanpa bisa diusir seperti semalam. Bagaikan orang gila, aku meminta bantuan ke sana dan ke sini demi bisa masuk ke ruangan El tapi rasanya susah sekali karena Bu Rosa sama sekali gak beranjak.Beruntung, setelah menunggu hampir tengah hari. Aku akhirnya dapat bantuan dari Bre--sahabatnya El dan sekarang jadi mantan bosku. Bre yang baru saja menjenguk El bilang kalau El sudah membaik dan dipindah ke ruang rawat VIP sehingga aku bisa dengan mudah mengakses selama gak ada Bu Rosa atau pengawalnya. Kata Bre, El masih belum sadar sepenuhnya karena masih harus banyak istirahat akibat cidera tulang yang ia alami. Tentu kabar itu setidaknya membahagiakan hatiku yang sejak semalam sudah harap-harap cemas, terutama Bre juga bilang Bu Rosa sedang pergi keluar jadi ini saatnya aku bisa menyelinap masuk.Dan setelah persiapan matang, akhirnya aku bisa juga sampai di depan ruang rawat El. Sebelum masuk, aku berhenti

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 83

    "El kecelakaan Lin, dia kecelakaan! Sekarang katanya dia dilarikan ke UGD." Sekali lagi informasi dari Bik Ratih beberapa saat lalu membuatku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. 1320015635874Jujur, aku sangat terkejut hingga sempat terdiam dan tubuhku terasa kaku. Berita kecelakaan tentang El benar-benar menghantamku seperti gelombang besar yang tiba-tiba datang. Namun, meski rasanya hati ini begitu cemas, tanpa pikir panjang dengan cepat, aku meraih tas dan jaketku, lalu bergegas keluar rumah menuju rumah sakit, tentu saja setelah menitipkan Iza kepada Bik Ratih. Aku sengaja gak mau memberitahukan kabar tentang El pada Iza karena anak itu pasti menangis kencang dan ingin ikut padahal ini sudah sangat larut malam.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak ayal pikiranku kacau dengan berbagai perasaan. Ada ketakutan, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang mendalam. Aku mengira kalau El mengalami kecelakaan tunggal karena saking marahnya padaku sehingga oleng dan menabrak pembat

DMCA.com Protection Status