Suamiku Menikah Lagi di Vila Milikku

Suamiku Menikah Lagi di Vila Milikku

last updateLast Updated : 2023-09-20
By:  Nyla Amatullah  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
14 ratings. 14 reviews
132Chapters
98.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Insting memang terkadang suka benar. Cintya, seorang dosen muda yang cerdas tapi keras kepala suatu hari merasa terpanggil untuk mengecek keadaan vila miliknya. Tak disangka, kedatangannya disambut keramaian di Vila pinggir pantai itu. Tenda pernikahan sudah terpasang, bahkan Cintya menemukan suaminya sendiri tersenyum bahagia dengan perempuan yang tak dikenalnya ... Apakah istri dari Bara Mahardika itu harus rela berbagi suami dengan perempuan lain?

View More

Latest chapter

Free Preview

Ketahuan

"Pak Udin, ada yang menyewa villa?" tanya wanita muda dengan tinggi semampai di depan gerbang The Citra Villa. "Em ... anu, Bu Cintya," jawab pak Udin-sang penjaga vila gelagapan. Dia menggaruk kepalanya bingung, tak tahu apa yang harus dikatakan pada majikannya. "Kenapa tidak konfirmasi saya dulu, kalau ada yang reservasi?" tanya Cintya kurang suka. Selama ini, setiap ada yang reservasi vila, pasti melalui dia, ataupun Bara-suaminya. Tanpa banyak bicara, Cintya lantas melajukan mobilnya melewati gerbang vila yang sudah terbuka. Vila yang terletak di bibir pantai Sabang ini, tampak ramai pengunjung. Padahal, ini bukan hari libur. Beberapa mobil mewah terparkir rapi. Matanya memicing, tatkala melihat mobil Bara juga ada di deretan mobil lain.Pikiran Cintya sudah tidak enak. Hatinya mengatakan, kalau ada yang tidak beres. Pantas saja dia tiba-tiba ingin melihat vilanya. Baru saja kakinya menyentuh tanah, pak Udin tergesa menghampiri."Bu, mari kita berbicara di pondok saya dulu!" aj

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
yenyen
gantung iih endingnya
2024-11-13 20:43:36
0
user avatar
Yani Nie
lama banget sambungannya
2023-02-09 14:08:38
0
user avatar
Nony Enon
semoga bercerai aja sintia sma bara ..
2023-01-02 12:21:01
3
user avatar
alea nur septia
kak author knpa belum update2
2023-01-01 10:50:14
1
user avatar
Herni Adja
males banget cerita poligami... amit2
2022-12-07 20:43:03
0
default avatar
Kanza Khalisa
ceritanya singkat2 amat thor
2022-12-07 18:21:33
0
user avatar
Mblee Duos
semangat nulisnya kak... suka sama gaya bahasa juga alurnya...... jika berkenan, saling support yuk kak, dicerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-21 19:43:06
1
user avatar
Muhammad Nasuha
ceritanya seru
2022-11-20 01:43:06
0
user avatar
Nila W
ceritanya menarik
2022-11-20 01:39:23
0
user avatar
Siti Maisaroh
cerita yang menarik
2022-11-20 01:00:09
0
user avatar
Ny Suprihatin
novel yang menarik
2022-10-28 17:38:32
0
user avatar
Nyla Amatullah
...... Jangan lupa follow and subscribe ya
2022-10-27 09:59:07
0
user avatar
Nyla Amatullah
Novel yang menguras air mata
2022-10-21 11:26:44
0
user avatar
Uun Nilasari
awal koin cuma 4 atau 5 untuk buka, kenapa pas beli jadi belasan?,??? ga adil donk goodnovel!!!
2023-04-30 15:44:46
0
132 Chapters

Ketahuan

"Pak Udin, ada yang menyewa villa?" tanya wanita muda dengan tinggi semampai di depan gerbang The Citra Villa. "Em ... anu, Bu Cintya," jawab pak Udin-sang penjaga vila gelagapan. Dia menggaruk kepalanya bingung, tak tahu apa yang harus dikatakan pada majikannya. "Kenapa tidak konfirmasi saya dulu, kalau ada yang reservasi?" tanya Cintya kurang suka. Selama ini, setiap ada yang reservasi vila, pasti melalui dia, ataupun Bara-suaminya. Tanpa banyak bicara, Cintya lantas melajukan mobilnya melewati gerbang vila yang sudah terbuka. Vila yang terletak di bibir pantai Sabang ini, tampak ramai pengunjung. Padahal, ini bukan hari libur. Beberapa mobil mewah terparkir rapi. Matanya memicing, tatkala melihat mobil Bara juga ada di deretan mobil lain.Pikiran Cintya sudah tidak enak. Hatinya mengatakan, kalau ada yang tidak beres. Pantas saja dia tiba-tiba ingin melihat vilanya. Baru saja kakinya menyentuh tanah, pak Udin tergesa menghampiri."Bu, mari kita berbicara di pondok saya dulu!" aj
Read more

Pelakor

Lidah Bara kelu, tak mampu menjawab pertanyaan istrinya. Semua tamu undangan terdiam. Mereka bak menonton drama gratis. "Aku bisa jelaskan, Sayang!" bisik Bara di telinga Cintya. "Apa lagi yang mau kamu jelaskan? Kamu mau bilang, kalau baru saja ijab qabul, begitu?""Tenang dulu, malu dilihat orang." Bara mencoba membujuk istrinya, agar tidak membuat onar di hari bahagianya. Hari bahagia bersama istri barunya."Siapa dia?""Cintya, tenang dulu!" "Jawab saja, siapa dia?" geram Cintya. "Aku bisa jelaskan.""Semuanya sudah jelas. Kamu menghianati pernikahan kita," raung Cintya. Dia mengusap kasar air mata yang sedari tadi menetes tanpa dimintanya. Hatinya teramat pedih. Bisa-bisanya, lelaki yang selalu dikagumi, kini tiba-tiba mendua. Bara meraup wajahnya kasar. Dia melirik wanita cantik di sebelahnya. Wanita itu tampak sangat ketakutan. Bahkan, riasannya tak mampu menutupi wajah pucatnya. Kini dia bersembunyi di balik punggung suami, yang baru saja menikahinya. "Oh, jadi ini yang
Read more

Kecurigaan Cintya

Dia lalu melangkah menuruni panggung dengan dekorasi yang sangat mewah. Tak dipedulikan mata yang memandangnya iba. Dia terus berjalan keluar. Tak ada air mata. Dia juga tidak mau mempermalukan diri sendiri di hadapan banyak orang. Dia punya cara tersendiri untuk membalas perbuatan suami dan pelakor itu. "Cintya, maafkan aku." Bara berucap lirih, menatap punggung Cintya yang semakin menjauh. Suasana mendadak riuh oleh kasak-kusuk tamu undangan. Ada yang prihatin, ada pula yang mencibir. Bahkan, beberapa tamu undangan meninggalkan acara yang baru saja akan dimulai. Air matanya kembali lolos saat dirinya baru saja masuk mobil, seakan memberi tahu kalau dia tidak baik-baik saja. Cintya menumpahkan seluruh laranya di tengah kebahagiaan suaminya. "Maaf Bu, apa perlu saya antar pulang?" tawar pak Udin. Rupanya dia daritadi memperhatikan Cintya. Cintya lalu mengusap pipinya yang basah. "Aku bisa sendiri Pak, terimakasih." "Ibu yakin?" Pak Udin mencoba memastikan. Dia khawatir kalau ak
Read more

Tamu Tak Diundang

"Assalamualaikum." "Buat apa kamu bawa dia ke sini, Mas?" Cintya memalingkan muka, melihat sepasang pengantin baru yang amat dibencinya. "Setidaknya, izinkan kami masuk dulu, Cintya!" mohon Bara lembut. Cintya langsung meninggalkan mereka, lalu mendaratkan pantatnya di sofa ruang tamu. Bara dan Aisya mengikuti langkah Cintya. Dengan takut, Aisya duduk di dekat Bara. Tanganya memilin baju gamis berwarna merah muda. Jika diperhatikan, Aisya memang gadis yang manis. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung. Pantas saja suaminya bisa tergila-gila. Aisya yang merasa diperhatikan seperti itu, menjadi salah tingkah. "Cintya, namanya Aisya. Sekarang, dia adik madumu. Aku membawanya ke sini, agar kita bertiga bisa tinggal satu atap." Cintya langsung mengganti posisi duduknya. Bahkan dia melongo tak percaya, apa yang baru saja suaminya ucapkan. "Apa kamu sudah kehilangan akal, Mas? Kamu menikah lagi tanpa seizinku, sekarang malah membawanya tinggal di sini. Di mana perasaanmu?" Dada
Read more

Hukum Aku

Tangan kekar Bara memeluk pinggang ramping Cintya. Cintya tak menolak, tak juga merespon. Hatinya sudah mati rasa. Pandangannya menerawang jauh. Dari jendela kamarnya di lantai dua, nampak menara masjid agung Al Mubarok yang kokoh. Di menara itu, terpasang puluhan toa yang setia mengumandangkan adzan. Dari dulu, Cintya selalu mengagumi menara masjid itu. Bahkan, dia rela memandangi menara itu saat adzan berkumandang. Konyol memang, tapi itu membuat Cintya puas. "Apa aku sangat menyakitimu?" Bara membuyarkan lamunannya. Cintya masih tak merespon. Seperti inilah, kalau Cintya sedang marah, dia akan diam seribu bahasa, sampai hatinya benar-benar sembuh. Bara menggandeng tangan istrinya duduk di tepi ranjang. Cintya hanya menurut tanpa berbicara sepatah katapun."Cintya, aku tahu kamu masih kaget dengan keputusanku. Tolong dengarkan baik-baik. Bukankah poligami itu tuntunan Rasul? Waktu itu, kamu juga setuju bukan, saat aku bilang mengutarakan niatku?" tanya Bara lembut, namun terasa m
Read more

Tega

Bara meremas rambutnya kasar. "Cintya, tenangkan hatimu dulu!"Kenapa kamu tega mendua, Mas? Kenapa?" raung Cintya kehilangan kendali. Dilemparnya bantal ke arah Bara. Bara tak menangkis, dia tahu istrinya sedang emosional. Dilemparkannya barang yang ada di depan matanya"Cintya, aku sudah izin padamu, dan kamu mengizinkan. Apakah aku salah?" Bara mencari pembelaanMemori Cintya kembali ke masa, saat Bara meminta izin menikah lagi. Bodohnya, Cintya mengiyakan, karena pikirnya Bara hanya bercanda. Ternyata, Bara berpikiran lain. Dia benar-benar mencarikannya madu beracun untukny"Cintya, mulai sekarang, kami akan tinggal di sini. Bertiga, agar kamu ada teman di kala aku tinggal keluar kota," alibinya"Bukankah selama ini, aku selalu sendiri, waktu kamu keluar kota?" sinis Cintya"Apa kamu berani melanggar ketetapan Allah?" tanya Bara sok agamis. Cintya memutar bola mata malas"Aku tidak menyangkal, tapi cara kamu yang salah. Poligami itu harus atas seizin istri pertama," lirih Cintya,
Read more

Pilihan Sulit

Lagi, Cintya tak memperdulikan Bara. Hingga koper itu penuh, dia masih enggan bicara. "Cintya." Bara seolah mengemis pada Cintya."Kamu pilih aku atau Aisya?" tukas Cintya tajam. Bara meraup wajahnya kasar. Dia tidak bisa memilih salah satunya. Keduanya sangat berarti bagi Bara.Bara langsung mendekap Cintya. Biasanya, Cintya akan luluh saat Bara memperlakukannya dengan manis. Bara tak peduli, meskipun Cintya berontak minta lepas. Justru, Bara semakin menjadi. Didekati wajah istrinya itu, lalu menghujaninya dengan ciuman. "Lepaskan aku!" Cintya mencoba berontak. "Berjanjilah, kamu tidak akan meminta berpisah lagi!" Paksa Bara.Cintya menggeleng. Dia tidak ingin sakit hati terlalu dalam lagi. Baginya, dengan melepas Bara, setidaknya tidak akan menambah sakitnya."Kumohon, lepaskan aku!" Air mata mulai mengalir membasahi pipi putihnya. Dia merasa jijik, ketika Bara menciuminya. Cintya selalu terbayang, Bara sekarang bukan hanya miliknya. Bahkan, baru tadi malam Aisya dan Bara melak
Read more

Pingsan

Bara terbangun dari tidur lelapnya. Dikenakannya baju yang tadi berserakan, lalu langsung berjalan ke kamar mandi. Diputarnya knop, namun pintu terkunci dari dalam."Cintya, masih lama?" teriak Bara. Bara berjalan ke arah balkon, sambil menunggu Cintya keluar kamar mandi. Dia teringat, kalau ada Aisyah di kamar tamu. Bergegas ia turun, mencari istri mudanya. Dengan setengah berlari, dia menuruni anak tangga. Pikirannya berkecamuk karena telah meninggalkan Aisya cukup lama. KrietPintu kamar utama dibuka. Disapunya penjuru kamar, namun tak menemukan Aisya."Aisya," panggil Bara.Tak ada sahutan. Bara mengecek di kamar mandi yang terletak di kamar, tapi nihil. "Ke mana kamu, Aisya?" gumam Bara sambil melangkah keluar. Dilewatinya ruang tamu, lalu menuju ke ruang tengah. Bara kembali ke kamarnya, untuk mengambil baju. Dia ingin segera mandi. "Cintya, belum selesai?" teriak Bara di depan pintu. Sudah tidak ada gemericik air, tapi Cintya tak kunjung keluar. Kandung kemihnya sudah pe
Read more

Cemburu

"Aisya, tolong buatkan teh panas, dan bawa ke kamar atas!" perintah Bara. Tanpa menunggu persetujuan Aisya, Bara kembali berlari menaiki anak tangga. Sementara Aisya langsung menuang air panas dari dispenser, lalu melakukan apa yang Bara perintahkan.Bara membetulkan selimut tebal yang membungkus Cintya. Telapak kakinya dibalur minyak kayu putih cukup banyak. Setelah dirasa cukup, Bara kembali menutup selimut. Dengan tergesa, Aisya menaiki tangga. Tangan kanannya memegang gelas berisi teh panas. PrangBunyi benda jatuh mengagetkan Bara maupun Cintya. Aisya tak sengaja menjatuhkan gelas yang dipegangnya. Pemandangan di depan matanya sungguh menyakitkan. Bara tengah memeluk Cintya. "Aisya," panggil Bara. Bara langsung melepas pelukan pada Cintya. "Maaf." Aisya berkata lirih. Netranya berkabut. Detik itu juga, cairan bening lolos dari mata indahnya. Bara langsung menghampiri Aisya yang berjongkok membersihkan pecahan beling. Tangannya kepanasan, terkena air teh. Tak sengaja, jarin
Read more

Bara Marah

"Baiklah, kita bicarakan saja di bawah. Oh iya, aku minta tolong buatkan kami teh hangat!" perintah Cintya seraya meninggalkan mereka berdua. Antara sedih dan bingung, Aisya akhirnya pergi. Bara meraup muka kasar. Dia bingung, siapa yang harus ditemani sekarang. Mau menemani Cintya, pasti Aisya cemburu. Dia tahu, pasti Aisya sedang menahan luka yang dibuat Cintya. Dia kembali meremas rambutnya kuat. Kepalanya pusing. Poligami yang menurutnya jalan terbaik, justru membuat kepalanya serasa pecah. Cintya melangkah keluar kamar mengenakan jaket tebal, yang dibelinya saat jalan-jalan ke kota Batu, Jawa Timur. Jaket ini hadiah ulang tahun pernikahannya yang ke lima. Cintya menuruni tangga tanpa menggubris Bara. Seolah suaminya tak ada di situ. Bara tahu, istrinya masih kesal, makanya dia tidak mencoba merayunya. Cintya langsung duduk di sofabed yang menghadap televisi berukuran cukup besar. Meskipun televisi itu jarang di tonton, karena kesibukan masing-masing. Bara yang sibuk denga
Read more
DMCA.com Protection Status