Laras mendapati dirinya disekap dan dikurung bersama ketiga anaknya, oleh sopir travel yang membawa mereka saat ia berusaha kabur dari rumah. Mengalami berbagai bentuk penyiksaan, hingga harus kehilangan salah satu anaknya, membuat Laras bertekad untuk membalas dendam. Laras berusaha mencari tahu siapa dalang dari semua kejadian yang telah menimpanya, serta apa alasan dan tujuan ia disekap. Dapatkah Laras dan anak-anaknya bertahan dan selamat dari penyekapan kejam itu?
View More“Ke mana kau saat kami menghilang? Kenapa kau justru menikah lagi, sementara di tempat lain aku dan anak-anakmu sedang mengalami beragam siksaan menyakitkan?”“Kau sendiri yang kabur dari rumah dengan membawa anak-anak! Kau lari dengan laki-laki lain.” Mas Edar menyanggah omonganku, tak mau disalahkan sendiri.“Aku kabur karena sudah tak tahan dengan sifatmu yang pelit. Apalagi kau malah selingkuh di belakangku. Sekarang aku tanya, apakah ada usahamu mencari kami ketika aku lari dari rumah? Adakah niatmu mencari tahu di mana keberadaan kami, meski itu hanya untuk memastikan alasanku pergi darimu? Tidak ada! Kau justru sepertinya sangat senang ketika aku dan ketiga anakmu menghilang! Seolah memang itulah yang kau harapkan, agar bisa melanjutkan hubunganmu dengan Ella dan menikahinya! Iya kan?!” Mas Edar diam, tak menjawab. Sepertinya memang apa yang aku tuduhkan semua benar adanya.“Aku pikir kau pasti akan kembali,” ujarnya lemah.“Bohong! Kalau kau pikir aku akan kembali, tak m
PoV Laras“Laras, kau ke sini?” Aku hanya tersenyum menyeringai ketika Redy tampak terkejut melihat kedatanganku. Sekilas kulihat keadaan di balik jeruji tempat ia sekarang meringkuk siang dan malam.Keadaannya begitu kotor. Dengan lantai berdebu dan hanya ada lembaran koran yang mungkin ia gunakan sebagai alas duduk dan tidur. Redy hanya sendiri di dalam ruangan kecil ini, tak ada narapidana lain yang kulihat.“Tentu saja aku harus ke sini. Aku harus memastikan kalau berita gembira dari Bang Yunan kalau kau telah ditangkap polisi itu benar adanya,” ujarku dingin.“Jadi Yunan yang telah membantumu kabur? Sudah kuduga.” Redy tertawa sekilas. “Bagaimana rasanya, Redy? Dikurung di sebuah tempat sempit, dengan ruang gerak yang sangat terbatas? Aku tak tahu apakah kau mendapatkan penyiksaan atau tidak, tapi aku harap kau dikurung di sini, jauh lebih lama dari saat kau mengurung aku dan anak-anakku.”“Aku memang pantas mendapatkannya, Laras. Aku sadar akan hal itu. Hanya saja seben
PoV Author “Bagaimana sekarang?” Yunan yang sedang mengelap darah di tangannya dengan menggunakan saputangan bertanya pada Laras. Wanita itu tampak menatap dingin ke arah tubuh Ella yang sudah tak bernyawa. Keadaan mayat wanita yang telah menikah dengan suaminya itu terlihat mengerikan, wajahnya dipenuhi darah. Sepertinya Yunan benar-benar meluapkan emosinya dengan memakai seluruh tenaga untuk menghajar bagian wajah Ella. Lelaki itu seakan tak peduli, bahwa yang dipukulinya adalah seorang wanita. Rasa dendam membuatnya gelap mata. “Kita keluar dulu. Tak lama lagi Mas Edar pasti pulang. Kita tunggu sambil bersiap menelepon polisi. Tapi sebelum itu, pastikan kalau tak ada jejak kita yang tertinggal. Sebisa mungkin semua bukti hanya menjurus pada Mas Edar.” “Kita buang ke mana barang bukti ini?” Yunan menunjukkan sebuah hiasan di kamar terbuat dari besi yang tadi ia gunakan juga untuk memukul Ella. “Tak perlu dibuang. Biarkan saja di sini.” “Tapi bukankah ada sidik jariku? Kita bis
“Mau ke mana kau, Ella? Bukankah kau sudah hidup enak di sini setelah menikah dengan orang kaya? Kenapa sepertinya kau mau melarikan diri lagi? Sudah dapat mangsa baru?”“Yunan, bagaimana kau bisa berada di sini?” aku benar-benar takut, sampai suaraku bergetar.“Tentu saja bisa, karena aku pernah bersumpah akan menemukanmu bagaimanapun caranya.”Aku meneguk ludah. Apakah kini tamat riwayatku?“Aku--- akan membayar hutangku padamu. Aku punya uangnya meski belum cukup. Tapi akan aku berikan semua padamu, Yunan. Tapi tolong jangan bunuh aku. Berikan aku kesempatan untuk mencari sisanya.” Aku memohon, semoga saja dia mau menurutiku. “Membayar hutang dan membunuhmu itu adalah dua hal yang berbeda Ella. Meski kau membayar lunas hutangmu dan menambahkan bunganya, kau akan tetap kuhabisi.” Yunan menyeringai, aku ngeri melihatnya.“Kenapa seperti itu? Bukankah kau mengejarku karena hutang? Kalau sudah dibayar, seharusnya kau tak perlu memperlakukanku dengan buruk.”“Lalu bagaimana deng
“Mereka tak pernah ke sini Redy. Aku yakin, karena tak ada sedikit pun tanda-tanda kalau pernah ada yang datang semalam.” Aku semakin panik saat tahu tak ada siapa-siapa di makam Andra. Bisa dilihat dari rumput tinggi yang berdiri tegak. Kalau memang Laras datang ke sini bersama anak-anaknya, maka sudah pasti semua semak belukar itu akan rebah karena diinjak.“Aku juga tak tahu, Ella.” Redy menggaruk kepala, membuatku geram.“Ini semua gara-gara kamu!” aku memukul tangannya dengan keras.“Kamu kenapa sih?!” Redy mengelus lengannya yang sudah pasti terasa sakit akibat pukulanku tadi.“Lihat apa yang kamu lakukan! Mereka kabur dan kita tak bisa menangkapnya lagi. Mereka tak mungkin datang ke sini malam-malam. Laras tak akan berani membawa dua anaknya melewati semak dan pohon-pohon mengerikan di hutan ini. Sekarang, kita mau cari ke mana lagi?”“Ya mana aku tahu! Jangan hanya menyalahkan aku. Mereka sudah lari sejak semalam. Bisa jadi sekarang sudah ada d
“Apa yang terjadi Redy? Ke mana mereka semua?!”Aku berjalan menyusuri rumah Redy dalam keadaan panik sambil membuka satu persatu pintu kamar yang ada. Merasa tak ada tanda-tanda Laras dan kedua anaknya di dalam, aku berlari keluar, melihat sekeliling. Redy yang juga terlihat panik, langsung mengitari rumah. “Mereka nggak ada.” Nafas Redy terengah-engah begitu ia kembali. “Aku rasa mereka kabur dari semalam.” Tebaknya.“Kamu gimana sih, kok malah ninggalin mereka?! Aku kan bayar kamu buat jagain biar nggak lari! Bisa-bisanya kamu malah biarkan mereka sendirian!” Aku benar-benar marah. Padahal hari ini aku sudah siap menghabisi Laras dan kedua anaknya, baru kemudian kabur dengan membawa tabungan hasil dari kerja kerasku selama ini.Tapi saat aku sampai di rumah Redy pagi ini, mereka sudah tak ada. Bahkan, Redy juga baru tiba ketika aku datang. Kami terkejut saat melihat pintu depan dan pintu kamar tempat Laras dikurung sudah rusak, terbuka lebar.“Ibuku datang, Ella! Nggak mung
PoV Ella“Kamu kenapa nggak masak hari ini?” Mas Edar menatapku dengan kilatan emosi.Namun aku tak menggubris, hanya meliriknya sekali kemudian kembali fokus menatap layar ponsel. Aku sedang berselancar di salah satu marketplace online , mengincar beberapa baju dan tas keluaran terbaru.“Ella! Kamu nggak dengar aku ngomong apa?!” nada suaranya naik lagi satu oktaf, namun tentu saja itu tak mempengaruhiku, apalagi membuat takut. Mungkin karena kami sudah keseringan bertengkar dari sejak menikah karena masalah ekonomi.Ya, tak disangka semua usahaku yang habis-habisan merebut Mas Edar dari istri dan anaknya, tak juga mengubah hidupku yang menyedihkan.Aku pikir, dengan menikahi orang kaya seperti Mas Edar akan membuatku hidup enak bak seorang ratu, atau minimal wanita sosialita. Kenyataannya, malah lebih enak hidup sendiri dibandingkan punya suami super pelit seperti dia.Lahir dari keluarga kaya dan berpengaruh, punya beberapa cabang minimarket dan aset di mana-mana, tak otomatis
Bagaimana Abang bisa kenal sama Ella? Dan apa yang udah dia lakukan sampai Abang berniat seperti itu kalau ketemu dengan dia?” tanyaku penasaran.“Ella itu, dulunya adalah anak buah Mak Nyah.”Kalimat pertama Bang Yunan membuatku tercengang. Sungguh ini suatu hal yang sama sekali tak kuduga.“Dia kerja di warkop Mak Nyah?” aku memastikan.“Iya. Seperti yang kau kerjakan kemarin. Cuma bedanya, Ella itu memang panjang tangan. Tapi dia cukup pintar sampai-sampai semua uang yang dia gelapkan tak terendus Mak Nyah.”“Trus apa hubungannya dengan Abang?”“Waktu Ella yang pegang warkop, kami memang cukup akrab. Aku, Ella dan Redy.”“Bang Redy?” mataku menyipit.Bang Yunan mengangguk. “Waktu itu Redy masih jadi simpanan Mak Nyah. Kami selalu nongkrong dari malam hingga ketemu pagi. Lalu, suatu hari Ella diam-diam menemuiku di rumah. Dia datang dengan memohon-mohon supaya dipinjamkan uang sebesar 50 juta. Dia bilang, untuk operasi ibu kandungnya yang sedang sakit keras. Waktu itu, karen
“Dari mana Abang tahu tentang kami? Bagaimana Abang menemukan tempat ini?” Aku memberondong pertanyaan pada Bang Yunan yang menenteng semua tas yang dulu kubawa saat kabur dari rumah.Lelaki itu sempat mengomel saat aku memintanya untuk mendobrak kamar depan, tempat di mana Redy menyimpan semua barangku. Wajar saja, waktu kami memang terbatas karena takut Redy sewaktu-waktu bisa saja pulang ke rumah. Sedangkan aku, tak mungkin mau meninggalkan semua barang bawaanku. Selain karena aku membutuhkannya, di dalam tas-tas itu juga ada banyak barang milik Andra.Kalau aku meninggalkannya, sama saja aku meninggalkan Andra. Aku pasti akan membawa dan menyimpan pakaian atau barang peninggalan Andra, sebagai kenang-kenangan.“Sebaiknya kau diam dulu! Simpan dulu semua pertanyaanmu itu sampai kita sudah berada di tempat yang lebih aman. Kalau kita sudah bisa menjauh dari sini, aku pasti akan menjawab semuanya.”Bang Yunan memasukkan semua tas ke dalam mobil. Saat aku dan anak-anakku mas
“Ma... Ma... Bangun, Ma...” Kurasakan guncangan kecil di pundak kiriku. Aku membuka mata. Sepertinya tadi aku sempat tertidur selama perjalanan. Dengan pandangan mata yang masih mengabur, kupastikan kalau ketiga anakku masih ada di sampingku. Aku merasa lega saat kulihat Nurul, Andra dan Melina baik-baik saja. Mereka tidak ada yang rewel ataupun mabuk kendaraan meski kami sekarang sedang menempuh perjalanan jauh. “Kenapa Rul?”“Apa kita udah sampai Ma?”Aku celingak-celinguk, berusaha melihat keadaan di luar dari dalam mobil. Tapi kanan kiri terlihat gelap. Kulihat ke arah depan, sepertinya mobil yang membawa kami memasuki halaman sebuah rumah. Tak bisa kupastikan keadaan rumahnya secara detail, karena hanya terlihat satu lampu penerangan di bagian teras rumah itu.“Ini di mana Bang? Apa kita udah sampai?” tanyaku memberanikan diri pada sopir mobil travel yang membawa kami.Tidak ada jawaban. Lelaki itu terlihat sibuk memutar-mutar setir mobil, seperti memantapkan tempat parki
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments