CINTA SEORANG JANDA

CINTA SEORANG JANDA

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-14
Oleh:  Putri AlwOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
39Bab
3.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

"Pengkhianatan yang dia lakukan cukup membuatku yakin bahwa keputusanku untuk pergi bukanlah keputusan yang salah." Berada di keluarga toxic membuat mental Ratih sebagai ibu muda, benar-benar diuji. Suami yang menganggap dirinya hanya pajangan dirumah. Mertua yang kerap kali menyakiti hatinya dengan lontaran hinaan dan cacian maki nyaris setiap harinya. Belum lagi ipar yang gemar mengobar api dalam rumah tangganya. Semua itu masih bisa dia tahan, demi anak semata wayangnya yang bernama Raka. Namun saat Ratih mendapati suaminya dekat dengan perempuan lain yang merupakan teman sekolahnya dulu, disanalah kesabaran wanita itu mulai habis. Ratih ingin memilih menjadi seorang janda yang menurut ibunya adalah aib. Ratih memilih jalan itu guna mencari kewarasan pikirannya agar anaknya bisa bahagia. Karena anak yang bahagia berasal dari sosok ibu yang hatinya terurus dengan baik. Namun sayang, Prasetyo yang egois tidak membiarkan Ratih pergi darinya. Pria itu melakukan segala cara untuk mempertahankan Ratih sebagai istrinya. Dengan segala kelelahan hati dan amarah di dalam dirinya membuat Ratih memutuskan untuk membalas dendam.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Apa Salah Janda?

Apa salah janda?

Pertanyaan itu selalu terlintas dibenakku. Saat menyaksikan bagaimana mbak Nadia harus menghadapi cemoohan orang-orang mengenai statusnya. Aku memang tidak tahu bagaimana rasanya menjadi janda. Namun apapun itu, aku tidak suka melihatnya memakai pakaian yang terlalu terbuka. Ketat dan terlihat dengan jelas lekuk tubuhnya. Aku tidak suka melihatnya memperlakukan pria yang baru dikenal, seperti suaminya sendiri.

Terlalu berlebihan menurutku. Entahlah... Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Namun yang pasti... Sikapnya itu semakin menambah cemoohan orang-orang disekitar.

"Lama banget," gerutu mbak Nadia saat melihat kedatanganku. Membuatku sadar bahwa aku sudah sampai di rumah sakit.

"Macet. Lagian mbak kan gak ada kerjaan. Ngapain buru-buru," ucapku sambil meletakkan tas diatas nakas. Kami melakukan pergantian sip untuk menjaga bapak yang sudah seminggu masuk rumah sakit. Aku tidak pandai dalam menjelaskan secara detail, sakit apa yang sedang bapak derita. Namun yang pasti, bapak kami sakit akibat candu rokok. Mulai dari pernafasannya yang terganggu. Perutnya yang seperti ada cairan. Entahlah... Dokter juga belum menjelaskan secara pasti.

"Pacarku udah nungguin. Kamu gantian jaga bapak. Nanti aku gak dikasih jatah bulanan lagi. Nanti jam empat sakit, dayat yang gantiin kamu," ucap mbak Nadia menyebut nama adik lelakiku. Yang saat ini umurnya sudah menginjak 19 tahun. Kami hanya beda dua tahun. Dan aku anak kedua dari empat bersaudara. Adikku yang paling bungsu masih sangat kecil. Usianya baru 10 tahun.

"Mbak nggak ada niat buat kerja apa? Ngandelin duit dari pacar gak bakal ada kemajuan." Bukan berniat menggurui. Hanya saja aku tidak tega melihat kedua anaknya yang masih sangat kecil. Mereka butuh banyak biaya untuk masa depan mereka. Dan lelaki yang menjadi pacar mbak Nadia belum tentu mau membiayai anaknya.

"Cari kerja apa, Tih? Kamu lupa, mbak mu ini sma aja nggak lulus. Siapa yang mau nerima mbak kerja!"

"Banyak kalo mbak emang serius. Lagian apa mbak nggak capek, minta minta terus ke pacar? Mbak nggak mikir apa, gimana masa depan Richi sama Lala."

"Kalo kamu nggak bisa bantu, mending diem aja. Pacar mbak juga ngasih buat mereka. Ini mbak juga lagi mikirin mereka. Kalau enggak, udah mbak tinggalin keluar negeri jadi tki."

"Ya kalo gitu mending nikah aja. Ngapain pacaran lama-lama. Numpukin dosa aja! jadi fitnah juga."

"Dosa-dosa. Kalo mikirin dosa, gak bisa makan kami anak beranak! dahlah, mbak mau cabut. Kamu jagain bapak yang bener. Bentar lagi ada perawat yang ngasih obat. Sekalian tanyain, sebenarnya bapak jadi gak di operasi. Dari kemarin bilang mau operasi, nyatanya nyampe sekarang belum ada kabar."

Aku menghela nafas. Duduk di sebelah ranjang bapak yang kini terbaring lemah dengan selang infus di tangan. Bapak juga bernafas dibantu dengan alat rumah sakit. Sudah seminggu dirumah sakit, namun belum ada perkembangan. Para perawat juga hanya melakukan tindakan seadanya dan ketidakpastian dalam memberi tahu, penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh bapak.

Entah mengapa, pikiran buruk yang terlintas di pikiran. Aku sempat berpikir mereka memperlambat perawatan karena kami memakai kartu berobat gratis dari pemerintah. Bukan tanpa sebab aku berpikir demikian, hanya saja aku melihat beberapa perlakuan lain yang diperlakukan istimewa. Sementara kami... Ah sudahlah. Mungkin memang sudah seperti itu prosedurnya.

"Tih...," pelan suara bapak memanggil namaku.

"Iya Pak...?"

"Anakmu siapa yang jagain?" pertanyaan itu hampir setiap hari bapak saat melihat kedatanganku. Dia sangat khawatir cucunya akan menangis saat aku ditinggalkan.

"Mertuaku, Pak. Bapak gak usah khawatir." Bapak mengangguk lega. Padahal yang sebenarnya, aku yang khawatir. Bukan karena mertuaku tidak mau menjaga anakku dengan baik. Tapi karena sikapnya yang tidak ikhlas menjaga anakku. Dia sayang pada anakku, tapi saat aku meminta bantuan untuk menjaga anakku, dia selalu mengadu pada suamiku telah kujadikan babu.

Sakit sekali rasanya. Namun aku tidak punya pilihan. Ibu kandungku tidak bisa menjaga bapak karena harus bekerja bekerja di rumah orang. Kami terlahir dari keluarga yang tidak mampu. Jika saya tidak bekerja maka adikku tidak bisa makan. Sementara bapak sakit-sakitan.

Kondisi kami sulit. Karena aku sebagai anak perempuannya juga tidak bisa membantu banyak dalam kondisi ekonomi rumah tanggaku yang juga tidak begitu baik.

Suamiku bekerja sebagai honorer di kantor pemerintahan. Gajinya cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari kami. kadang belum sampai satu bulan, uangnya sudah habis.

"Izin. Dengan bapak Suryadi." Aku langsung berdiri saat melihat beberapa perawat memberikan obat dan memeriksa keadaan bapak.

"Benar. Em, Sus. Sebenarnya bapak sakit apa? Kata Dokter Kemarin, hari ini mau di oprasi."

"Untuk lebih jelasnya, tanya pada Dokter Heru ya mbak. Kami hanya menjelaskan untuk memberi obat dan memeriksa saja. Dan ini, ada satu resep yang harus di tebus di apotik. Rumah sakit sudah kehabisan stok obatnya." Aku menerima selembar kertas yang berisi tulisan resep dokter mengenai obat yang harus dibeli.

Hah...

Lagi-lagi harus seperti ini. Tidak ada pasti dan menerima resep yang sudah harganya sangat mahal.

***

"Ratih?" Aku mengangkat wajah, saat mendengar suara ibuku.

"Ibuk? Dayat mana?"

"Dia dapat panggilan kerja. Kamu pulang, gih. Nanti anak kamu nangis."

"Iya. Ini ada resep obat." Aku wajah melihat lelah ibuku. Tidak terbayangkan olehku lelahnya dia. Pulang kerja yang menyenangkan malah datang ke rumah untuk menjaga bapak. Apalagi melihat resep obat, sudah pasti lelahnya bertambah.

"Aduh... Ibu udah gak punya uang, Tih. Ibu pinjam uang kamu dulu, ya. Nanti pas gajian ibuk balikin," ucapnya memelas. Tentu saja aku tidak tega. Hatiku teriris.

Aku tersenyum seolah itu hal yang rumit. "Iya. Gak papa, pake uang Ratih aja. Nanti biar Ratih yang beli di apotik. Ratih pulang dulu, ya buk." Aku mencium punggungnya.

"Iya, Hati-hati."

***

"Anak Bunda nakal tidak non-seharian?" Aku langsung menghujani wajah anakku dengan ciuman bertubi-tubi. Rasa rinduku Foto ini sudah terbalas setiap kali pulang dan bertemu lagi dengannya.

"Nakal nggak, kamu liat aja sendiri! Rumah habis di berantakin sama dia. Untung ada babu kamu yang satu ini. Semuanya jadi beres," tukasnya mengatakan babu pada dirinya sendiri. Aku tahu bukan perbuatan baik menitipkan anak pada orang tua. Tapi semua itu saya lakukan terpaksa. Tidak ada maksud untuk malasnya.

Aku diam saja. Entah harus menjawab apa, aku hanya tidak ingin mertuaku mengeluarkan keluh kesahnya dan semua caci makinnya.

Aku melirik ke arah pintu yang terbuka. Suamiku sudah bekerja dengan wajah lelahnya. Tanpa menoleh ke arahku, apalagi anaknya. Dia langsung masuk kedalam kamar. seolah-olah kehadiran kami hanya angin lalu yang tidak pernah dianggap ada. Yah... Ini dia. Dingin dan acuh.

Aku menyusulnya. Mencoba membenahi semua pakaian seragam yang teronggok di lantai setelah berganti pakaian. Setelah selesai mengganti pakaian, seperti biasa...

Dia sibuk dengan ponselnya.

Mungkin sebagian besar para suami yang lelah bekerja, menjadikan anak dan istri sebagai pengobat lelah. Hal itu tidak berlaku pada suamiku yang merasa gadgetnya lah sebagai pengobat lelah.

Seperti inilah kehidupanku, keseharianku sebagai seorang istri yang merasa tidak pernah dianggap.

sebagian para suami menjadikan anak dan istrinya sebagai pengobat lelah. Tapi sebagian lagi, menjadikan ponsel sebagai hiburan mereka.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
39 Bab
Apa Salah Janda?
Apa salah janda? Pertanyaan itu selalu terlintas dibenakku. Saat menyaksikan bagaimana mbak Nadia harus menghadapi cemoohan orang-orang mengenai statusnya. Aku memang tidak tahu bagaimana rasanya menjadi janda. Namun apapun itu, aku tidak suka melihatnya memakai pakaian yang terlalu terbuka. Ketat dan terlihat dengan jelas lekuk tubuhnya. Aku tidak suka melihatnya memperlakukan pria yang baru dikenal, seperti suaminya sendiri. Terlalu berlebihan menurutku. Entahlah... Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Namun yang pasti... Sikapnya itu semakin menambah cemoohan orang-orang disekitar. "Lama banget," gerutu mbak Nadia saat melihat kedatanganku. Membuatku sadar bahwa aku sudah sampai di rumah sakit. "Macet. Lagian mbak kan gak ada kerjaan. Ngapain buru-buru," ucapku sambil meletakkan tas diatas nakas. Kami melakukan pergantian sip untuk menjaga bapak yang sudah seminggu masuk rumah sakit. Aku tidak pandai dalam menjelaskan secara detail, sakit apa yang sedang bapak derita. Namun yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-15
Baca selengkapnya
Salah dalam mengutarakan kata
"Ratih. Bikinin Mas kopi," titahnya bahkan tanpa menoleh ke arahku. Dan lagi-lagi, aku menganggap dia tidak pernah menghargaiku. Memanggil namaku dan mendekati hanya saat butuh saja. Aku pergi kedapur untuk membuatkan segelas kopi untuknya. kadang-kadang... Aku merasa posisiku sama saja seperti pembantu. Bedanya para pembantu hanya fokus pada pekerjaan rumah. Kemudian diberi upah. Sementara aku mengerjakan semuanya tanpa dibayar. Mulai dari sumur, kasur dan dapur. Brakk"Aaa..... Bunda...!" Jantungku berdegup kencang. Raka menangis histeris. Aku langsung mendekatinya. Posisi Raka sudah tertelungkup di lantai. Anak itu pasti jatuh saat mencariku. "Raka!" Aku mencoba menikmatinya. Dan mencari mungkin ada luka atau lebam di tubuhnya. Dan aku menghela nafas lega saat menyadari tidak ada luka serius. Hanya sedikit di dengkulnya. "Astaga Raka kenapa?! Kamu ini gimana sih jadi orang tua. Anak selalu celaka terus gitu, kamu ngapain aja, hah!!" Seperti biasa, setiap kali terdengar Raka m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya
Mengenai sabar
Nafasku masih naik turun. Hana langsung berlari ke kamarnya setelah Ayah mertuaku membentaknya agar berhenti memulai pertengkaran. Sedangkan ibu mertuaku... Entahlah. Aku tahu dia membenciku, jadi untuk apa lagi aku menjaga perasaannya. Mau sebaik apapun aku, jika seseorang itu membenci maka prasangkanya tetap saja buruk. Mereka semua pergi ke kamar, meninggalkan piring kotor yang tentu saja akulah bagian bersih-bersihnya. "Ayah tahu kamu sudah berusaha sabar, Nduk. Tapi bisakah ayah meminta agar sabarmu ditingkatkan lagi?" Aku menunduk lesu. Inilah yang membuatku lemah. Mungkin sebagian istri memilih untuk mempertahankan rumah tangganya karena anak. Mungkin ada juga yang memikirkan perasaan karena masih ada cinta atau apalah. Tapi aku? Aku rasa hanya aku yang memilih untuk mempertahankan rumah tangga karena ayah mertua yang sudah kuanggap seperti ayah kandungku sendiri. Dia baik, dia sabar dan dia tidak pernah marah. Sikapnya selalu bijak. Tidak pernah membela siapapun namun me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya
Bagaimana jika aku jadi janda
"Kamu dari mana aja, Mas?" Tanyaku dengan nada tak biasa. Menatapnya penuh curiga. Bercampur kesal karena tidak datang di pemakaman bapak. "Temanku sakit. Aku jadi pulang telat hari ini," jawabnya. Aku mendengus mendengarnya. "Teman? siapa teman kamu? Cewek apa cowok?" Mas Pras sepertinya tidak suka dengan rentetan pertanyaanku. "Cewek. Namanya Winda. Teman lamaku dulu, yang di jurusan akuntansi." Winda? Yah, memang benar. Aku sempat melihat bagaimana isi pesannya. Rupanya benar, mereka masih berhubungan baik sampai saat ini. Entah sejak kapan. "Jadi kamu besuk Winda sakit, sementara mertua kamu meninggal kamu gak dateng, Mas? Otak kamu dimana?" "Maaf... aku nggak tega liat Winda. Sebenarnya dia sudah lama mengidap penyakit mematikan. Dia sendirian, Tih. Kasian.... Mana anaknya masih kecil." Hah! Aku tercengang mendengarnya. Bagaimana bisa Mas Pras mengatakan hal seperti itu? Sejak kapan dia peduli? Bahkan anaknya sakit saja dia masih sibuk dengan ponselnya. "Jadi maksud kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya
Bagaimana menata hati
"ASTAGA... PRASS!! LIAT ANAK KAMU," pekik ibu mertuaku. Tentu saja aku kaget dan melepaskan cucian yang belum sempat aku jemur. Aku setengah berlari menuju ke sumber suara dan aku mendapati Raka sedang membanjiri lantai rumah dengan air yang cukup banyak. Aku ingin meraih putraku dulu. Mungkin dia kaget karena suara histeris neneknya. Tapi langkahku terhenti saat mendengarnya bicara. "Sejak awal ibu sudah bilang sama kamu, Pras. Cari istri itu yang bener. Kamu kerja diluar seharian. Yang rawat anak kamu di rumah itu istri kamu. Kalo istrimu gak bener didik anak, ya gini kejadiannya." Deg Lagi-lagi hantaman keras seakan menimpa pundakku. Aku terdiam di belakangnya dengan darah yang sudah mendidih. Aku lelah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Bahkan belum selesai mencuci pakaian mereka, aku sudah mendapatkan lagi ucapan yang sangat menyakitkan. Memang seperti inilah setiap harinya, namun aku tetap saja manusia biasa. Kenapa aku harus dipaksa memaklumi setiap ucapannya? "Sini kamu Ra
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-16
Baca selengkapnya
WANITA ANEH
Tujuan hidup? Pertanyaan itu selalu terlintas di benakku. Mengingat keseharianku hanya berkutat dengan berita-berita dari narasumber yang aku dapatkan. Namun menurutku tidak ada yang menarik perhatianku akhir-akhir ini. Dimana percobaan perampokan. Penjambretan di jalan raya. Aku lelah dengan berita seperti itu. Tidak ada kesudahannya. Alasan mereka pun tidak jauh berbeda. Melakukan dengan terpaksa karena harus memberi makan orang tersayang dirumah. Memang miris, namun tidak ada solusi yang aku dapatkan. Buktinya hal semacam itu semakin banyak dan merajalela. "Karokean aja, yok! dari pada boring gak ada kerjaan," seru salah satu temanku yang bernama Agung. Dan disambut antusias oleh yang lainnya. "Boleh tuh!" "Kuy lah." "Kita gegarkan panggung karoke, haha." Mereka pun bersorak seperti biasa. Dimana karoke adalah salah satu hiburan favorit mereka. Dari pada pergi ke klab malam, pikir mereka. "Ikut?" tanya seorang wanita dengan nada lembut seperti biasa. Namanya Aurin. Cantik d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-21
Baca selengkapnya
MENCARI KEBENARAN
Ratih pov***"Tadi itu siapa, Tih? Ganteng pisan. Kenalin napa," ucap Mbak Nadia. Aku mendengus mendengarnya. "Gak tau. Orang Ratih baru aja kenal, gak sengaja.""Kok bisa? dia nggak ngasih nomer w.a atau apa... Gitu?" "Buat apa, Mbak? Ratih dah punya suami. Lagian bukannya bantuin Ratih cari tukang urut, kek. Kaki Ratih keseleo. Sakit banget ini," sautku dengan jengkel sembari mengusap kaki yang masih sakit. "Ish. Yaudah, tunggu disini. Nanti Mbak cari tukang urut dulu." "Hmm."***Kakiku masih sakit. Tapi ini lebih baik dari pada sebelumnya. Setidaknya aku masih bisa berjalan untuk pulang kerumah. Dengan diantar oleh Mbak Nadia, aku dan Raka akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun getaran di ponselku sepertinya terlalu mengganggu. Aku berdecak kesal. Memangnya siapa yang mau menghubungiku? Aku pikir... Aku tidak punya teman yang cukup dekat. Namun aku teringat akan sesuatu. Bahwa aku masih menyadap ponsel Mas Pras. Semua notifikasi whatsapp sudah pasti bisa aku lihat dari sin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-21
Baca selengkapnya
AKAN KU ADUKAN PADA IBUMU
Arga pov***Aku berada di sebuah kafe kecil di dekat sebuah hotel. Menikmati secangkir kopi sembari melihat-lihat barangkali ada berita menarik yang bisa ku ambil. Namun alih-alih mencari sebuah ketenangan dan berita secara bersamaan. Aku mendapati seorang wanita dan pria sepertinya sedang berdebat di depan hotel. Tadinya aku ingin mengabaikan namun setelah ku perhatikan dari kejauhan. Aku melihat wanita yang cukup familiar. Dia... Ratih? Sedang apa wanita itu? Apa lelaki itu suaminya? Lantas siapa wanita disebelahnya? Mungkinkah...? Aku segera beranjak. Aku pikir bisa melerai mereka. Sepertinya perdebatan itu semakin sengit. Dari kejauhan aku bisa mendengar suara Ratih yang cukup keras. "Biarin aku kasih tau sama Ibuk kamu yang selalu membanggakan kamu, Mas! Biar dia tahu seberapa brengseknya kamu!!" "Jangan Ratih!" "Biar kamu bisa nikahin Lonte ini," ucapnya menunjuk wanita disebelah lelaki itu. Dan yang membuat darahku tiba-tiba mendidih. Dia mengangkat tangannya hendak di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-22
Baca selengkapnya
DEBARAN
Debaran yang cukup familiar terasa hanya beberapa detik. Saat perasaan nyaman mulai menyerang, tiba-tiba saja dorongan keras membuat tubuhku terhuyung ke belakang dan menabrak sebuah tembok pembatas. Bugh"Aw...! Sakit, Tih." "Salah sendiri, main peluk-peluk aja!" Ratih mundur beberapa langkah. Mencoba memberi jarak antara kami. Wajahnya terlihat kesal. "Tapikan aku udah minta ijin. Kamu bilang, iya." Dia menoleh dengan tatapan tajam melumpuhkan. "Aku nggak sengaja bilang gitu. Lagi pula... Aku cukup waras untuk itu. Aku punya suami. Dan wanita yang bermoral tidak akan melakukan tindakan diluar batas. Apalagi sama lelaki lain yang baru saja dikenal. Aku cukup tahu tentang dosa meski aku ini pendosa." "Jangan bilang kayak gitu, Tih. Aku gak ada maksud apa-apa. Kamu kedinginan, ya aku cuma mau bantu ngagetin." "Apapun alasan kamu, hal seperti itu tidak dibenarkan, Arga." "Kamu bilang mau cerai?" "Iya. Tapi sekarang aku masih sah sebagai istrinya. Udahlah! Mending kita lanjutin p
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-22
Baca selengkapnya
Poligami yang di awali perselingkuhan
"Jangan lancang kamu, Ratih! seharusnya kamu introspeksi diri. Apa yang kurang dari kamu hingga suamimu berpaling ke perempuan lain," ucap seorang wanita yang memiliki anak perempuan. Aku tidak terkejut. Hanya saja heran. Bisa-bisanya mertuaku mengatakan hal seperti itu. Bukankah itu lucu... Aku menatap mertuaku dengan senyuman sinis. "Ibu terlahir dari rahim perempuan. Ibu juga memiliki anak perempuan. Coba tukar posisi... Bagaimana jika suami Hana selingkuh. Atau menikah lagi. Apa ibu juga akan menyalahkan Hana? Enggak, kan. Bukankah ini lucu? Saat seorang perempuan menyakiti hati sesama perempuan. Bahkan sesama seorang ibu. Dan memiliki anak perempuan. Dengan memojokkan penyebab perselingkuhan adalah akibat dari kesalahannya sendiri." Ibu mertuaku bungkam. Namun aku tahu bahwa mulutnya tidak sabar untuk mengeluarkan cercaan. "Saat poligami diawali dengan perselingkuhan lalu zina. Itu artinya wanita yang di nikahi suamiku bukanlah wanita baik-baik. Hukum agama kita wajib menjau
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-23
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status