Share

WANITA ANEH

Author: Putri Alw
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Tujuan hidup?

Pertanyaan itu selalu terlintas di benakku. Mengingat keseharianku hanya berkutat dengan berita-berita dari narasumber yang aku dapatkan. Namun menurutku tidak ada yang menarik perhatianku akhir-akhir ini.

Dimana percobaan perampokan. Penjambretan di jalan raya. Aku lelah dengan berita seperti itu. Tidak ada kesudahannya. Alasan mereka pun tidak jauh berbeda. Melakukan dengan terpaksa karena harus memberi makan orang tersayang dirumah. Memang miris, namun tidak ada solusi yang aku dapatkan. Buktinya hal semacam itu semakin banyak dan merajalela.

"Karokean aja, yok! dari pada boring gak ada kerjaan," seru salah satu temanku yang bernama Agung. Dan disambut antusias oleh yang lainnya.

"Boleh tuh!"

"Kuy lah."

"Kita gegarkan panggung karoke, haha." Mereka pun bersorak seperti biasa. Dimana karoke adalah salah satu hiburan favorit mereka. Dari pada pergi ke klab malam, pikir mereka.

"Ikut?" tanya seorang wanita dengan nada lembut seperti biasa. Namanya Aurin. Cantik dan anggun.

"Enggak," sahutku dengan menenteng sebuah tas di sebelah bahuku.

"Kenapa?"

"Males aja. Pengen tidur."

"Oh... Sama."

Ada sekilas kecewa di manik coklat itu. Namun segera ditutupi dengan senyuman tipis diwajahnya.

Dan kami pun berjalan beriringan sampai keluar tempat kami bekerja. Teman-temanku yang lain sudah berangkat dengan mobil mereka. Ada juga yang memakai motor besar, seperti yang aku gunakan. Sementara Aurin, dia membawa mobil sendiri seperti biasa.

"Ga, besok mobilku mau dipakek sama adikku. Bisa gak aku nebeng sama kamu?"

Aku mengangguk. "Boleh. Besok aku jemput."

"Makasih, ya." Gadis itu tersenyum malu. Ya, dia memang seperti itu. Kami tidak begitu dekat, namun aku tidak keberatan siapapun yang meminta bantuanku.

***

Sore itu....

Aku menyendiri seperti biasanya. Berada di tempat yang sepi didekat sebuah danau buatan. Aku senang mengerjakan tugasku disini. Tidak ada yang mengganggu dan juga mengusik.

Namun hal itu sepertinya mulai sirna, saat kudengar suara lengkingan seorang wanita. Aku terperanjat kaget mendengar teriakannya yang keras. Wanita itu berada tidak jauh dariku. Diatas sebuah batu besar, sementara aku dibawahnya. Duduk bersandar. Sebuah batu besar, membuat kami sama-sama tidak menyadari kehadiran satu sama lain.

"Eh, Mbak. Kalo mau teriak liat-liat dong. Kupingku sakit...," ucapku yang sebelumnya terperanjat kaget. Menatapnya setengah menyalahkan. Aku yakin dia mendengar protesku.

Sepasang mata hitam itu menoleh kearahku. Dan wajahnya.... Aku melihat dengan jelas. Terlihat lelah dan penuh tekanan. Aku bisa mengartikannya. Entah apa yang dia alami.

"Salah sendiri situ disitu! Emangnya ini tempatnya situ? Terserah saya mau teriak dimana," ketusnya. Dia langsung beranjak turun dan melangkah pergi.

Namun saat kakinya menapaki sebuah batu, dia tergelincir dan....

Brukk

Beruntung dia jatuh ke tanah. Aku pikir akan menyelamatkan wanita ini karena tercebur di danau.

"Tuh kan, kualat sih."

Dia langsung menatapku tajam. Aku tahu ucapanku membuatnya kesal.

Aku melihatnya ingin berdiri, namun dia sepertinya kesulitan. Sebab itulah aku mengulurkan tanganku untuk membantunya. Namun dia hanya menatapnya.

"Gak usah! aku bisa sendiri."

"Yakin? Tenang aja Mbak. Saya ini orang baik. Ayok saya bantu," ucapku masih dengan tangan terulur padanya.

Dia masih berusaha untuk bangkit sendiri. Aku berdecak, ternyata ego wanita ini lumayan juga. Well... Terserahlah.

Aku tadinya ingin pergi, namun saat ekor mataku melihatnya meringis. Entah mengapa jiwa pahlawanku menyeruak. Aku kembali kearahnya dan langsung meraup tubuh wanita itu.

Tentu saja dia meronta.

"Kamu ngapain, sih! Lepasin!"

"Udah, diem." Wanita ini meronta. Bahkan memukul dadaku. Aku mendudukannya ditempat yang kering. Maksudku ada tempat duduk khusus disini. Tapi memang kebanyakan orang lebih memilih duduk diatas batu.

"Jangan macem-macem, ya kamu!!" Dia menatapku curiga. Aku memutar mataku.

"Wajah ganteng kayak gini, mana mungkin terlihat seperti penjahat? Mbak aneh-aneh aja."

"Mana aku tahu. Rambut aja sama item, isi hati manusia mana ada yang tau!"

"Astaga.... Namaku Arga, Mbak. Panggil aja Gaga atau Abang juga boleh."

"Saya nggak nanyak!"

"Galak amat sih, Mbak. Sayang, sama mukanya yang cantik. Ketutupan sama muka juteknya."

Aku tidak berbohong. Dia memang cantik. Dan manis. Ah sial, aku jadi memperhatikan wajahnya.

"Situ pikir aku seneng? Enggak!"

"Astaga.... "

Aku melihat kegelisahannya. Dia sepertinya ingin pergi, tapi karena kondisi kakinya yang sepertinya masih sakit. Dia tidak bisa berjalan dengan benar.

"Kalo Mbak mau pulang, saya bisa anter."

"Kamu tukang ojek?"

What the...

Baru kali ini ada cewek bilang gue tukang ojek? Wah asli... Ada sesuatu pasti sama nih cewek.

"Saya wartawan, Mbak. Saya tahu Mbak kesakitan. Mangkanya mau saya bantu anterin pulang."

"Oh. Yaudah ayok."

"Ya, ayok."

Dia menatapku bingung. Aku mengerti apa yang dia pikirkan. Sebab itulah aku membantunya menaiki motorku.

"Pegangan Mbak," ucapku mulai menyalakan mesin motor.

"Halah, nggak usah modus. Pakek pegangan segala, emang mau nyembrang."

"Bukan gitu, Mbak. Biar aman aja."

"Bilang aja, biar susuku nempel dipunggung situ, iya kan?!"

What the hell...?

Pikirannya terlalu jauh ternyata. Astaga....

Aku melajukan motorku tidak begitu cepat seperti biasanya. Karena aku memang tidak pernah ngebut saat membonceng seorang wanita. Siapapun itu.

Namun karena suatu tragedi dijalan raya. Dimana, seorang ibu-ibu dengan hijab panjangnya sedang mengendarai motor. Ibu itu tadinya menghidupkan lampu sen kekanan, namun tiba-tiba saja dia membelok ke kiri. Aku kaget dan....

CIIITTT....

Bruk

PLAK!!

"Aw...!" Aku meringis. Entah karena kaget atau reflek, wanita dibelakangku ini langsung melayangkan pukulan keras dibahu kananku. Aku tahu sebabnya karena benda kenyal yang dia miliki menyentuh punggungku, tapi kan... Itu tidak sengaja?

"Kenapa Mbak main pukul?"

"Situ sengaja kan? Ngerem mendadak, biar dadaku nempel?" tuduhnya lagi. Dan aku benar-benar menghela nafas jengah.

"Aduh, Mbak. Tadi itu ada penguasa jalanan."

"Maksud situ apa?"

"Dah lah! Keburu dipukul juga," gerutuku kembali melajukan motor.

Tidak membutuhkan waktu lama dan perjalanan yang cukup dekat menurutku. Akhirnya kami sampai sesuai intruksi dari wanita ini sebelumnya.

"Masuk kearah pasar, terus belok kiri. Nah masuk ke dalam gang itu," ucapnya. Aku hanya mengangguk. Dan masuk kesebuah gang sempit. Sepertinya motor masih bisa masuk, tapi tidak dengan mobil.

"Dimana Mbak?"

"Itu, yang rumah cat hijau."

"Oh, oke." Aku berhenti tepat di sebuah rumah yang menurutku sangat kecil.

"Makasih ya. Ini ongkosnya," ucapnya memberikan selembar uang kertas dia puluh ribuan.

"Eh, Mbak. Gak usah."

"Udah... Biarin aja. Aku gak mau punya hutang budi sama situ. Dan jangan panggil aku Mbak. Aku gak ngerasa nikah sama kakaknya situ."

"Ya mangkanya namanya di sebutin."

"Ratih, namaku Ratih. Dah, itu aja yang perlu kamu tau. Untuk rt, rw dan kecamatan kamu gak perlu tahu."

"Astaga... Nih orang kadang lucu juga," gumamku masih menatapnya yang mulai berbalik.

"Dari mana aja, Tih? Anak kamu nyariin?"

Aku mendengar dengan jelas ucapan seorang wanita yang keluar menyambutnya. Dan dia bilang apa tadi... Anak?

Jadi Ratih sudah punya anak? Pantes aja jutek minta ampun. Dah punya suami ternyata. Aku menghembuskan nafas dan menghidupkan kembali motorku. Kok aku jadi kecewa dengan Ratih yang punya anak? Hahah sialan!

Kaugnay na kabanata

  • CINTA SEORANG JANDA   MENCARI KEBENARAN

    Ratih pov***"Tadi itu siapa, Tih? Ganteng pisan. Kenalin napa," ucap Mbak Nadia. Aku mendengus mendengarnya. "Gak tau. Orang Ratih baru aja kenal, gak sengaja.""Kok bisa? dia nggak ngasih nomer w.a atau apa... Gitu?" "Buat apa, Mbak? Ratih dah punya suami. Lagian bukannya bantuin Ratih cari tukang urut, kek. Kaki Ratih keseleo. Sakit banget ini," sautku dengan jengkel sembari mengusap kaki yang masih sakit. "Ish. Yaudah, tunggu disini. Nanti Mbak cari tukang urut dulu." "Hmm."***Kakiku masih sakit. Tapi ini lebih baik dari pada sebelumnya. Setidaknya aku masih bisa berjalan untuk pulang kerumah. Dengan diantar oleh Mbak Nadia, aku dan Raka akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun getaran di ponselku sepertinya terlalu mengganggu. Aku berdecak kesal. Memangnya siapa yang mau menghubungiku? Aku pikir... Aku tidak punya teman yang cukup dekat. Namun aku teringat akan sesuatu. Bahwa aku masih menyadap ponsel Mas Pras. Semua notifikasi whatsapp sudah pasti bisa aku lihat dari sin

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   AKAN KU ADUKAN PADA IBUMU

    Arga pov***Aku berada di sebuah kafe kecil di dekat sebuah hotel. Menikmati secangkir kopi sembari melihat-lihat barangkali ada berita menarik yang bisa ku ambil. Namun alih-alih mencari sebuah ketenangan dan berita secara bersamaan. Aku mendapati seorang wanita dan pria sepertinya sedang berdebat di depan hotel. Tadinya aku ingin mengabaikan namun setelah ku perhatikan dari kejauhan. Aku melihat wanita yang cukup familiar. Dia... Ratih? Sedang apa wanita itu? Apa lelaki itu suaminya? Lantas siapa wanita disebelahnya? Mungkinkah...? Aku segera beranjak. Aku pikir bisa melerai mereka. Sepertinya perdebatan itu semakin sengit. Dari kejauhan aku bisa mendengar suara Ratih yang cukup keras. "Biarin aku kasih tau sama Ibuk kamu yang selalu membanggakan kamu, Mas! Biar dia tahu seberapa brengseknya kamu!!" "Jangan Ratih!" "Biar kamu bisa nikahin Lonte ini," ucapnya menunjuk wanita disebelah lelaki itu. Dan yang membuat darahku tiba-tiba mendidih. Dia mengangkat tangannya hendak di

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   DEBARAN

    Debaran yang cukup familiar terasa hanya beberapa detik. Saat perasaan nyaman mulai menyerang, tiba-tiba saja dorongan keras membuat tubuhku terhuyung ke belakang dan menabrak sebuah tembok pembatas. Bugh"Aw...! Sakit, Tih." "Salah sendiri, main peluk-peluk aja!" Ratih mundur beberapa langkah. Mencoba memberi jarak antara kami. Wajahnya terlihat kesal. "Tapikan aku udah minta ijin. Kamu bilang, iya." Dia menoleh dengan tatapan tajam melumpuhkan. "Aku nggak sengaja bilang gitu. Lagi pula... Aku cukup waras untuk itu. Aku punya suami. Dan wanita yang bermoral tidak akan melakukan tindakan diluar batas. Apalagi sama lelaki lain yang baru saja dikenal. Aku cukup tahu tentang dosa meski aku ini pendosa." "Jangan bilang kayak gitu, Tih. Aku gak ada maksud apa-apa. Kamu kedinginan, ya aku cuma mau bantu ngagetin." "Apapun alasan kamu, hal seperti itu tidak dibenarkan, Arga." "Kamu bilang mau cerai?" "Iya. Tapi sekarang aku masih sah sebagai istrinya. Udahlah! Mending kita lanjutin p

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   Poligami yang di awali perselingkuhan

    "Jangan lancang kamu, Ratih! seharusnya kamu introspeksi diri. Apa yang kurang dari kamu hingga suamimu berpaling ke perempuan lain," ucap seorang wanita yang memiliki anak perempuan. Aku tidak terkejut. Hanya saja heran. Bisa-bisanya mertuaku mengatakan hal seperti itu. Bukankah itu lucu... Aku menatap mertuaku dengan senyuman sinis. "Ibu terlahir dari rahim perempuan. Ibu juga memiliki anak perempuan. Coba tukar posisi... Bagaimana jika suami Hana selingkuh. Atau menikah lagi. Apa ibu juga akan menyalahkan Hana? Enggak, kan. Bukankah ini lucu? Saat seorang perempuan menyakiti hati sesama perempuan. Bahkan sesama seorang ibu. Dan memiliki anak perempuan. Dengan memojokkan penyebab perselingkuhan adalah akibat dari kesalahannya sendiri." Ibu mertuaku bungkam. Namun aku tahu bahwa mulutnya tidak sabar untuk mengeluarkan cercaan. "Saat poligami diawali dengan perselingkuhan lalu zina. Itu artinya wanita yang di nikahi suamiku bukanlah wanita baik-baik. Hukum agama kita wajib menjau

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   ADA YANG LEBIH MEMBAKAR

    Setelah menyerahkan beberapa dokumen untuk mendapatkan surat cerai, kami berteduh di kedai kopi kecil yang ada di pinggir jalan. Bukan sebab aku tak mampu membawa Ratih ke tempat makan lebih mewah, hanya saja wanita ini yang memaksa untuk mampir ke kedai kecil seperti ini. Hari ini cuaca begitu panas. Namun ada hal lain yang lebih membakar. Wanita yang ada di hadapanku ini. Aku memesan segelas kopi. Sementara Ratih.... Tetesan keringat mengalir hingga ke ceruk lehernya. Kulit wajah yang semula putih berubah kemerahan karena terik matahari. Wanita itu mengambil sebotol air mineral dan meneguknya sampai tandas. Bagaimana cara air itu melewati tenggorokannya, bagaimana deru nafasnya naik turun karena rasa lelah di tambah dahaga. Dan bagaimana keringat itu membuat tubuhnya sedikit basah. Itu... Membuatku menelan ludah. Dalam keadaan setengah basah seperti itu. Entah mengapa debar familiar kembali muncul hingga menimbulkan sisi liar dalam pikiran. Seksi"Kamu ngeliatin gitu, kenapa

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   Biarkan aku menjagamu

    "NAH... ITU DIA! PEREMPUAN GAK TAHU MALU! ITU PASTI SELINGKUHANNYA...!" What the hell... Aku masih berdiri di ambang pintu. Beberapa pria menunjukkan wajah garang. Sementara Ratih terlihat geram. Entah apa yang terjadi. Aku melangkah mendekati mereka. Ingin bertanya, apa sebenarnya yang terjadi. Namun belum sempat aku mengeluarkan suara, sebuah tinju melayang ke pelipis hingga membuatku terdorong kebelakang. Shit! Jelas aku belum siap menerima pukulan secepat ini. "Dasar lacur! Jadi ini kelakuan kamu di belakangku, hah!" teriak seorang pria yang aku ingat sebagai suami Ratih. Ah tidak, mantan suami. Kulihat wajah geram Ratih. Wanita itu maju dan mengangkat wajahnya. "Heh Prasetyo! Urusan kamu sama aku apa, hah! Mau aku ngapain aja dibelakang kamu, juga bukan urusan kamu lagi. Kamu tuh gak tahu malu, atau apa? Bikin rusuh di tempat orang pakek bawak rombongan segala. Malu-maluin." "Jelas, ini menjadi urusanku karena kamu masih istriku! Seharusnya kamu yang malu. Tidur sama laki

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   Cucu dulu

    Aurin? Ya. Wanita itu Aurin. Wajahnya nampak sumringah saat melihat kedatanganku. Dia berdiri dan segera menghampiri. "Ga? Dari mana aja? Kamu nggak keliatan beberapa hari ini. Aku pikir sakit." "Aku sehat kok. Cuma lagi ada urusan aja," ucapku setelah melepas helm. Aurin nampak tersenyum tipis. Keningku berkerut menatap wajahnya yang nampak kecewa. "Oh.. Pantes. Kemarin aku tungguin gak dateng-dateng. Lain kali kalau ada urusan, kabarin dulu ya. Biar aku nggak nungguin sampe kemaleman." Apa? Astaga... Aku lupa, kalau kemarin ada janji sama Aurin. Jadi gak enak sama nih cewek. Apalagi liat senyuman pahitnya. "Duh... Sorry ya, Rin." Aku berucap dengan hati tak enak. "Iya nggak papa." "Besok aku temenin sampai selesai deh. Seminarnya masih ada kan?" "Masih." "Yaudah. Besok aku jemput." Kulihat gadis itu tersenyum. Tidak sekaku tadi. Yah... Anggap saja sebagai penebus kesalahanku. Aku akan menemaninya seharian besok. ***"Aurin gak di ajak masuk?" Baru saja kaki melangkah m

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • CINTA SEORANG JANDA   Dimana nurani

    "Muka kau kenapa merah gitu, Tih? Abis berantem?" tanya Mbak Nadia saat meliatku. Setelah seharian bekerja dengan gaji 50ribu rupiah. Aku menjemput Raka di rumah ibuku. "Iya. Abis berantem sama anjink," ucapku asal. "Anjink? Maksudmu Prasetyo?" Lah kok dia tahu? Aku mengangguk pelan. "Sialan! Mau aku bantu pecahkan kepala dia itu, Tih? Biar tahu rasa!" "Kepala siapa yang mau kalian pecahkan?" Kami berdua terkejut. Ibu mendengar ucapan Mbak Nadia. Aku langsung menatapnya mengisyaratkan bahwa dia tidak boleh bercerita apapun pada ibu. "Kepala anjink, bu.. " saut Mbak Nadia dengan santai. Aku menghela nafas lega. "Nggak ada kerjaan kalian, mau mecahkan kepala anjink." "Raka mana, bu?" "Ada. Abis mandi langsung tidur dia. Tega kamu ninggalin anak seharian. Nggak kasihan sama Raka," sungut ibuku. "Ratih kerja, bu.. " "Buat apa? Gaji suami kamu kurang? Ya, seharusnya kerja dirumah aja minta modalin bikin usaha kelontong. Biar anakmu tetap keurus." Aku diam saja. Entah harus me

    Huling Na-update : 2024-10-29

Pinakabagong kabanata

  • CINTA SEORANG JANDA   Toko buku Ratih

    Sudah lima bulan berlalu sejak Ratih berhasil merebut Raka dari mantan suaminya. Kini mereka memulai kehidupan baru. Dengan di bantu oleh Marlina yang kini menjadi sahabatnya. Mantan wanita malam itu memberanikan diri merubah pekerjaannya hanya ingin kehidupan lebih baik dari sebelumnya. Toko buku sederhana yang mereka bangun kini bukan hanya sekedar menjadi tempat menjual buku, tapi juga ruang bagi komunitas untuk berkumpul berbagi cerita. Tak lupa pula, Arga selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi toko buku itu, atau lebih tepatnya kepada Ratih. Di dalam toko buku itu, udara dipenuhi dengan aroma kertas dan tinta, sementara anak-anak membaca dengan suara lantang di pojokan. Marlina membantu Ratih merapikan beberapa buku yang baru saja tiba. "Kalau capek istirahat aja, Mar." Marlina memutar matanya. Tanda bahwa dia merasa kesal setiap kali Ratih menyepelekan tenaganya. "Orang cuma nyusun buku aja kok, Tih. Di bandingin kerjaanku dulu yang goyang dulu, baru dapet duit. Itu ju

  • CINTA SEORANG JANDA   Meyakinkan diri

    Arga memeluk Ratih lembut. Mengusap air mata wanita itu dan berkata untuk tidak melakukan hal itu lagi. Agar Pov"Jangan rendahkan diri kamu seperti mereka, Tih. Jangan pernah lagi ya? Aku pasti bantu kamu." Ratih menganggukkan kepalanya. Kutatap mata Ratih, sendu. Kuyakini tak mudah bagi wanita itu untuk sampai dititik ini. "Aku minta maaf." Hatiku melunak mendengar ucapan Ratih. Wanita ini sama sekali tidak bersalah. Dirinya hanya mengikuti apa yang hatinya katakan. Sehingga membuat tindakan ceroboh. Rasa sakit memang tidak bisa dihindari. "Kenakan pakaian tertutup dulu. Mas tunggu di luar."Aku berjalan keluar dari kamar Ratih. Menunggu di ruang tamu. Aku mengusap wajahku kasar. Ah, sial. Ratih PovSeketika aku sadar apa yang aku lakukan salah. "Aku minta maaf."Kulihat Arga terkejut. Karena apa? Karena permintaan maafku? Atau karena aku menyadari kesalahan ku. Atau mungkin, karena hal lain?Terkadang mungkin ia merasa aku sulit ditebak. Tapi nyatanya, akulah yang terkadang

  • CINTA SEORANG JANDA   Sudah Lebih Baik

    Arga memeluk Ratih lembut. Mengusap air mata wanita itu dan berkata untuk tidak melakukan hal itu lagi. Agar Pov"Jangan rendahkan diri kamu seperti mereka, Tih. Jangan pernah lagi ya? Aku pasti bantu kamu." Ratih menganggukkan kepalanya. Kutatap mata Ratih, sendu. Kuyakini tak mudah bagi wanita itu untuk sampai dititik ini. "Aku minta maaf." Hatiku melunak mendengar ucapan Ratih. Wanita ini sama sekali tidak bersalah. Dirinya hanya mengikuti apa yang hatinya katakan. Sehingga membuat tindakan ceroboh. Rasa sakit memang tidak bisa dihindari. "Kenakan pakaian tertutup dulu. Mas tunggu di luar."Aku berjalan keluar dari kamar Ratih. Menunggu di ruang tamu. Aku mengusap wajahku kasar. Ah, sial. Ratih PovSeketika aku sadar apa yang aku lakukan salah. "Aku minta maaf."Kulihat Arga terkejut. Karena apa? Karena permintaan maafku? Atau karena aku menyadari kesalahan ku. Atau mungkin, karena hal lain?Terkadang mungkin ia merasa aku sulit ditebak. Tapi nyatanya, akulah yang terkadang

  • CINTA SEORANG JANDA   Luruh sudah

    Ratih PovMbak Nadia batal nikah karena ibuku tak mau aku hadir di hari pernikahannya. Itulah kenyataan yang baru saja aku dapati dari adikku. Dadaku semakin terasa sesak. Sebenci itukah ibu padaku? Dan Mbak Nadia... Kenapa sampai harus membatalkan pernikahan hanya karena aku? Aku tahu semua ini sudah takdir. Tentang nasibku yang kini menjadi janda, juga tentang hidupku yang berjalan rumit. Namun disaat seperti ini... Aku rasa harus ada orang untuk di salahkan. Dan mereka adalah keluarga Prasetyo. "Aku udah cantik, belom?" tanyaku pada Marlina. Wanita itu menatapku sekilas, kemudian kembali fokus mewarnai kuku-kukunya. "Nggak usah dandan aja kamu udah cantik, Tih. Males aku ngomonginnya. Entar pelangganku malah ngincer kamu!" ucapnya tanpa menoleh ke arahku. Aku tersenyum kecil mendengarnya. Itu artinya aku memang sudah cukup enak dilihat. "Nanti kalau ada Arga, bilangin aku keluar sebentar." "Lah? Aku pikir kamu dandan kayak gini, mau ketemu sama Mas mu. Mau ketemu siapa emang

  • CINTA SEORANG JANDA   Hanya ingin anakku

    "Jangan lo DP duluan." "Kenapa emang?" Bang Lukman menghela nafas kasar. Wajahnya terlihat kesal padaku. "Pakek nanya! Ya jangan lah. Lo nggak kasihan, entar dia jadi bahan olok olokan keluarga Tante Maya? Lo tahu sendiri, adiknya almarhum papa lo itu kayak apa?"Aku tersenyum masam. Tak Memungkiri ucapan bang lukman yang memang benar adanya. Tante maya dan segala kesombongan yang melekat di dalam diri mereka, jelas akan mempersulit Ratih. Namun bagaimana pun, aku tak akan membiarkan Ratih terbebani olehnya. "Abang tenang aja. Arga nggak sebejat itu kok. Menjaga marwah perempuan adalah tugasku. Dan Ratih... Gak akan Arga biarin deket sama Tante Maya." "Nah, itu keren." Bang Lukman menepuk nepuk bahuku. Seperti seorang kakak yang sedang menasehati adiknya. "Setelah urusan kita selesai, Arga mau secepatnya menikahi Ratih," ucapku mantap. "Iya... Gue tahu! Udah keliatan dari muka lo yang blingsatan tiap liat si Ratih. Gue juga khawatir kalau kalian terlalu lama." Aku menganggukka

  • CINTA SEORANG JANDA   JANGAN DP DULUAN

    Dan semua yang terjadi bukanlah tanpa alasan. Sudah menjadi turun temurun, keluarga Prasetyo memperlakukan menantu dengan cara yang tidak baik. Bang Lukman tak pernah diam saja setelah hari itu kumintai pertolongan. Dia menyelidiki keluarga Prasetyo. Dan banyak informasi serta bukti yang kini kami dapatkan. Ratih sendiri tak kalah terkejutnya, kala melihat mantan suaminya kini bergonta-ganti pasangan. Membuat Winda sebagai istri tersakiti secara mental. Itu terjadi juga karena adanya dukungan keluarga. Aku tersenyum saat mendengar Ratih merutuki kebodohannya karena pernah menjadikan Prasetyo sebagai suaminya. "Naudzubillahiminzalik! Kok ada ya, manusia kayak mereka?" ucap Ratih menatapku penuh pertanyaan. Aku hanya mengangkat bahu kemudian mengusap bahunya pelan, dengan sayang. "Ya, ada lah, Yang. Kalau semua manusia baik, entar neraka gak ada penghuninya," ucapku kemudian terkekeh melihat wajah sebalnya. "Inget, disini ada gua woy!" ucap Bang Lukman yang memang berada di antar

  • CINTA SEORANG JANDA   MELAKUKAN HAL SAMA

    Arga PovAku pikir... Ini adalah saat yang tepat, membuat Ratih memelukku secara sukarela. Aku sengaja memilih film horor, sebab yang aku tahu wanita akan berteriak histeris dan memeluk siapa saja hanya karena melihat tokoh hantu yang ada di film. Nyatanya Ratih tak seperti dugaanku. Beberapa kali, aku sengaja memegang tangannya bahkan memeluk pinggangnya agar sama seperti pasangan lainnya. Bukannya membalas perlakuanku, Ratih malah diam saja. Tangannya kaku di dalam genggamanku hingga nyaris berkeringat. Disaat penonton lain berteriak histeris, Ratih malah diam saja. Tak terusik sama sekali. Dia diam tanpa ekspresi hingga membuatku bosan. Ah sial! "Kamu dari tadi diam aja, kenapa? Aku ada salah?" Aku langsung menoleh pada Ratih yang bicara lembut padaku. Aku tersenyum tipis menatapnya. Setidaknya... Dia menyadari perasaanku. "Kita makan dulu aja, yuk?" Ratih hanya mengangguk. Kami melangkah menuju sebuah kafe yang terletak di dalam mall. Setelah mempersilahkan Ratih duduk de

  • CINTA SEORANG JANDA   DIA KENAPA?

    "Mbak gak jadi nikah, kenapa?" Aku sengaja datang kerumah Mbak Nadia hanya untuk menanyakan perihal pernikahannya. Sejak kejadian hari itu... Tak pernah lagi kudengar kabar pernikahan Mbak Nadia. Sementara Arga menunggu dengan raut tak sabar. Apalagi tak ada secangkir kopi menemaninya. Hingga yang tertangkap olehku hanya wajah masamnya. Aku ingat betapa tak sabarnya dia. Hanya karena ingin mengajakku jalan-jalan entah kemana. Dia harus rela menungguku mampir kerumah Mbak Nadia. Lagi pula jika dia tak mau, aku tak masalah. Aku bisa jalan kaki. "Jangan lama-lama ya, Yhank. Entar pulangnya kemaleman. Kamu marahnya ke aku," rutuknya kala itu. Aku hanya mengangguk saja. Dan yang melekat sekarang, adalah panggilan sayang padaku... Yhank. Udah kayak panggilan anak sd pacaran saja. Sialnya Arga tetap tak mau mengubah nama panggilan itu. Ya... Terserah deh. "Kenapa kamu biarin aja Raka di ambil sama bapaknya? Kamu pikir anak kamu akan baik-baik saja, berkumpul dengan keluarga gila itu!" A

  • CINTA SEORANG JANDA   MUNAFIKNYA KELEWATAN

    "Ikut aku kerja aja, Tih." "Ngelonte, maksudmu Mar?" Marlina mendengus mendengar pertanyaanku. "Ck, enggak. Kamu cukup jadi petugas bersih-bersih aja. Orang kalau udah mabok, gak mikir mau muntah dimana. Belum lagi botol berserakan di mana-mana. Entar kamu kumpulin." Aku mengernyitkan dahi, menatapnya heran. "Itu tempat apa sih, Mar? Kok kayak gitu?" "Ya tempat maksiat lah. Masak tempat pengajian. Ada-ada aja!" "Kalau mau, entar aku bilangin sama bos-ku." "Ah, enggak lah. Aku mau jadi barista aja. Kebetulan suaminya Hana ada nawarin aku kerja." "Oalah. Mau langsung balas dendam sekalian toh? Wes... Silahkan." Aku menggeleng kepala mendengarnya. Entah sejak kapan, aku malah semakin dekat dengan wanita ini. Mungkin karena kami sama-sama memiliki nasib tak beruntung. "Apa lagi yang Mbak rencanain sama Ratih? Jangan yang aneh-aneh ya Mbak." Kami menoleh secara bersamaan saat melihat kedatangan Arga yang entah sejak kapan. Dia mendengar semua ucapan kami? Di sebelahnya berdiri s

DMCA.com Protection Status