Share

Mengenai sabar

Author: Putri Alw
last update Last Updated: 2022-10-16 10:34:28

Nafasku masih naik turun. Hana langsung berlari ke kamarnya setelah Ayah mertuaku membentaknya agar berhenti memulai pertengkaran. Sedangkan ibu mertuaku... 

Entahlah. Aku tahu dia membenciku, jadi untuk apa lagi aku menjaga perasaannya. Mau sebaik apapun aku, jika seseorang itu membenci maka prasangkanya tetap saja buruk. 

Mereka semua pergi ke kamar, meninggalkan piring kotor yang tentu saja akulah bagian bersih-bersihnya. 

"Ayah tahu kamu sudah berusaha sabar, Nduk. Tapi bisakah ayah meminta agar sabarmu ditingkatkan lagi?" 

Aku menunduk lesu. Inilah yang membuatku lemah. 

Mungkin sebagian istri memilih untuk mempertahankan rumah tangganya karena anak. Mungkin ada juga yang memikirkan perasaan karena masih ada cinta atau apalah. Tapi aku? 

Aku rasa hanya aku yang memilih untuk mempertahankan rumah tangga karena ayah mertua yang sudah kuanggap seperti ayah kandungku sendiri. Dia baik, dia sabar dan dia tidak pernah marah. Sikapnya selalu bijak. Tidak pernah membela siapapun namun membuat kegaduhan dan perselisihan diantara kami redam. Hanya dia satu-satunya orang yang peduli padaku dan orang tuaku di keluarga ini. Hanya dia yang menyayangiku melebihi anaknya sendiri. 

Tidak bisa aku bayangkan bagaimana perasaannya jika aku membawa Raka pergi jauh darinya. Sedangkan Raksa adalah cucu pertama yang sangat dia sayangi. 

Mengenai sabar.... 

Aku tidak tahu sabarku sudah sejauh mana. Sebab untuk saat ini aku masih mempertahankan pernikahan, jelas karena aku masih sabar. Lantas sabar yang seperti apa lagi? 

"Ratih tidak bisa menjanjikan apapun sama Ayah. Jika hanya kesabaran yang Ayah inginkan, maka Ratih akan berusaha lebih keras lagi." 

"Baiklah. Ayah ngerti." 

***

Malam sudah semakin larut. Mas Pras masih belum kembali. Entah kemana pria itu. Rasa hambar dalam rumah tanggaku membuat rasa khawatir padanya perlahan menghilang. 

Raka sudah tidur. Dan rasa kantuk masih belum terasa menyerangku. Aku memilih untuk memainkan ponselku. Membuka sosial media seperti biasa. Bukan karena aku orang yang memiliki eksistensi yang tinggi. Hanya saja, disinilah ladangku mencari uang di jaman modern seperti ini. 

Aku memposting beberapa perlengkapan wanita. Mulai dari kosmetik dan pakaian. Sejak kesibukanku menjaga Bapak, jualan online ku semakin sepi. Mungkin karena pesan mereka lama kubalas, jadi mereka kecewa dan beralih ke tempat lain. 

Aku sendiri bingung bagaimana lagi cara mencari uang dengan cepat. Karena semakin hari kebutuhan semakin meningkat. 

Saat aku scrol layar ponsel ke atas, aku menemukan sebuah postingan seorang wanita yang cukup familiar bagiku, yang menurutku sangat berlebihan. Isi statusnya begini : "Gak sabar nunggu hari minggu. Biar bisa ketemuan sama doi." Caption itu ditulis dengan sebuah fotonya yang terkesan sexy. Jika saja bukan karena sebuah jaket yang aku kenal yang tidak sengaja tertangkap kamera itu, mungkin aku mengabaikannya begitu saja. 

Jaket itu.... 

Kenapa sangat mirip dengan Mas Pras? Aku yang memberikannya. Aku baru ingat beberapa hari ini tidak melihat jaket itu. 

Aku bergegas ke arah lemari untuk memeriksa jaket milik Mas Pras. Aku berharap itu hanya mirip. Namun ternyata memang jaket itu tidak ada. Dia juga keluar tidak mengenakannya. 

Tentu saja jantungku berdebar dan pikiran buruk terlintas dibenakku. 

Aku hanya diam. Dengan perasaan yang... Entah. 

***

Pagi datang begitu cepat. Aku harus bergegas pergi kerumah sakit, seperti biasa menggantikan sip mbak Nadia menjaga bapak. Aku tahu mengurus suami adalah kewajibanku. Namun saat ini orang tuaku sangat membutuhkanku. Masalah dosa... entahlah. 

Saat aku terjaga, baru kusadari kehadiran Mas Pras di sebelah kami. Tidurnya begitu nyenyak dengan dengkuran yang terdengar cukup mengganggu. Aku melihat ponselnya yang tergeletak begitu saja. Selama ini aku tidak peduli apa isi dari benda pipih itu. Namun kali ini rasa penasaran menghantuiku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melihatnya. 

Layarnya terkunci dan harus menggunakan sidik jari. Secara perlahan, aku meletakkan sidik jadi Mas Pras untuk membuka ponselnya. Saat yang muncul adalah gambar seorang wanita, aku tidak terkejut. Bagiku itu hal biasa. Dia memang suka mengoleksi foto artis cina tanpa pakaian. Dan kini meletakkan di layar utama. Hah, luar biasa sekali. 

Aku memulai rasa penasaranku dari galerinya. Ah tidak! Mungkin lebih baik langsung ke w******p nya saja. Aku juga tidak bisa berlama-lama.

Aku mendelik, saat melihat rentetan pesan yang berisikan voice note yang aku sendiri tidak yakin untuk membukanya. Waktu yang semakin mepet, membuatku terpaksa memilih cara lain untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan oleh suamiku dan si wanita ini. 

Aku menyadap whatsappnya. Dengan begini, aku bisa tahu apa saja yang mereka bicarakan tanpa harus memeriksa ponselnya. Aku bergegas membawa Raka pergi. Entah harus kutitipkan dengan siapa Raka kali ini. 

***

Aku tidak jadi ke rumah sakit. Barusan Dayat menelponku agar kerumah ibu. Dari nada suaranya seakan menahan sesuatu. Aku harap dugaanku benar. Bapak pasti sudah sehat, sebab itulah dia sudah kembali. 

Tapi ternyata dugaan itu salah. 

Sebuah papan bertuliskan nama bapak membuat jantungku seakan ingin terlepas dari tempatnya. Sesak di dadaku kian menderu saat melihat dengan ramai orang berbondong-bondong datang ke rumah ibu. 

Langkahku melambat dan rasa sesak itu semakin menjadi-jadi saat kulihat sosok bapak sudah terbujur kaku di bawah sebuah kain yang menutupi tubuhnya. Air mataku jelas saja lolos seiring dengan ambruknya tubuhku, berlutut di sebelah bapak. 

Sosok yang menjadi penasihat dan pahlawanku kini telah tiada. Aku menangis tertahan mencoba menahan diri agar tidak meraung. Tubuhku bergetar karena isak yang begitu menyesakkan dada. Aku memeluk tubuh dingin itu. Jelas untuk yang terakhir kalinya sebelum rombongan orang membawanya ke liang lahat. Di Tempat peristirahatan terakhirnya. 

"Ratih kuat, Pak. Ratih ikhlas. Bapak udah gak ngerasain sakit lagi. Maafin Ratih yang belum bisa memberikan kebahagiaan buat bapak. Bapak yang tenang disana. Semoga Allah melipatgandakan semua bapak semasa hidup didunia," ucapku dengan pelan di telinganya. Aku mencium wajah itu, juga menginjakkan kakimu mengapa mengapa itu harus aku lakukan sebagai tanda baktiku yang terakhir kamu lakukan. 

Lalu beberapa orang mengambil alih bapak untuk segera dikafani. Orang yang bahkan sampai saat ini belum sempat aku membalas jasanya. 

"Buk..... " Aku melihat ibuku yang sepertinya sudah menangis. Aku memeluknya. 

"Tidak apa-apa, Tih. Mungkin ini lebih baik. Kasian bapak nahan sakit terus. Sekarang dia sudah tenang. Kita lakukan saja semoga semoga dilapangkan kuburnya," ucap ibu sambil mengusap punggungku. 

"Iya Bu, Amin...." 

Para pelayat silih berganti mendatangi rumah duka ini. Aku hanya termangu dengan kosong. Dipaksa ikhlas oleh keadaan yang sama sekali tidak pernah saya inginkan. 

"Tih.... " Aku mengangkat mengangkat. Kedua mertuaku datang. Aku ingat bahwa sebelumnya menghubungi mereka untuk memberitahu kabar duka ini. 

"Iya, Yah..." 

"Kamu yang sabar, ya Nduk. Jangan terlalu meratapi. Kamu tidak sendiri. Masih ada Ayah." 

"Makasih, Yah." 

Kemudian perhatianku tertuju pada getaran ponsel yang tidak henti-hentinya. Saat aku membukanya, mataku hanya membocorkan datar isi w******p tersebut. Aku melihat semua rentetan pesan itu. Tanganku meremas benda pipih itu dengan kuat. Seulas senyum pahit terukir diwajahku, dengan perasaan yang entahlah sudah seperti apa. 

Related chapters

  • CINTA SEORANG JANDA   Bagaimana jika aku jadi janda

    "Kamu dari mana aja, Mas?" Tanyaku dengan nada tak biasa. Menatapnya penuh curiga. Bercampur kesal karena tidak datang di pemakaman bapak. "Temanku sakit. Aku jadi pulang telat hari ini," jawabnya. Aku mendengus mendengarnya. "Teman? siapa teman kamu? Cewek apa cowok?" Mas Pras sepertinya tidak suka dengan rentetan pertanyaanku. "Cewek. Namanya Winda. Teman lamaku dulu, yang di jurusan akuntansi." Winda? Yah, memang benar. Aku sempat melihat bagaimana isi pesannya. Rupanya benar, mereka masih berhubungan baik sampai saat ini. Entah sejak kapan. "Jadi kamu besuk Winda sakit, sementara mertua kamu meninggal kamu gak dateng, Mas? Otak kamu dimana?" "Maaf... aku nggak tega liat Winda. Sebenarnya dia sudah lama mengidap penyakit mematikan. Dia sendirian, Tih. Kasian.... Mana anaknya masih kecil." Hah! Aku tercengang mendengarnya. Bagaimana bisa Mas Pras mengatakan hal seperti itu? Sejak kapan dia peduli? Bahkan anaknya sakit saja dia masih sibuk dengan ponselnya. "Jadi maksud kam

    Last Updated : 2022-10-16
  • CINTA SEORANG JANDA   Bagaimana menata hati

    "ASTAGA... PRASS!! LIAT ANAK KAMU," pekik ibu mertuaku. Tentu saja aku kaget dan melepaskan cucian yang belum sempat aku jemur. Aku setengah berlari menuju ke sumber suara dan aku mendapati Raka sedang membanjiri lantai rumah dengan air yang cukup banyak. Aku ingin meraih putraku dulu. Mungkin dia kaget karena suara histeris neneknya. Tapi langkahku terhenti saat mendengarnya bicara. "Sejak awal ibu sudah bilang sama kamu, Pras. Cari istri itu yang bener. Kamu kerja diluar seharian. Yang rawat anak kamu di rumah itu istri kamu. Kalo istrimu gak bener didik anak, ya gini kejadiannya." Deg Lagi-lagi hantaman keras seakan menimpa pundakku. Aku terdiam di belakangnya dengan darah yang sudah mendidih. Aku lelah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Bahkan belum selesai mencuci pakaian mereka, aku sudah mendapatkan lagi ucapan yang sangat menyakitkan. Memang seperti inilah setiap harinya, namun aku tetap saja manusia biasa. Kenapa aku harus dipaksa memaklumi setiap ucapannya? "Sini kamu Ra

    Last Updated : 2022-10-16
  • CINTA SEORANG JANDA   WANITA ANEH

    Tujuan hidup? Pertanyaan itu selalu terlintas di benakku. Mengingat keseharianku hanya berkutat dengan berita-berita dari narasumber yang aku dapatkan. Namun menurutku tidak ada yang menarik perhatianku akhir-akhir ini. Dimana percobaan perampokan. Penjambretan di jalan raya. Aku lelah dengan berita seperti itu. Tidak ada kesudahannya. Alasan mereka pun tidak jauh berbeda. Melakukan dengan terpaksa karena harus memberi makan orang tersayang dirumah. Memang miris, namun tidak ada solusi yang aku dapatkan. Buktinya hal semacam itu semakin banyak dan merajalela. "Karokean aja, yok! dari pada boring gak ada kerjaan," seru salah satu temanku yang bernama Agung. Dan disambut antusias oleh yang lainnya. "Boleh tuh!" "Kuy lah." "Kita gegarkan panggung karoke, haha." Mereka pun bersorak seperti biasa. Dimana karoke adalah salah satu hiburan favorit mereka. Dari pada pergi ke klab malam, pikir mereka. "Ikut?" tanya seorang wanita dengan nada lembut seperti biasa. Namanya Aurin. Cantik d

    Last Updated : 2022-10-21
  • CINTA SEORANG JANDA   MENCARI KEBENARAN

    Ratih pov***"Tadi itu siapa, Tih? Ganteng pisan. Kenalin napa," ucap Mbak Nadia. Aku mendengus mendengarnya. "Gak tau. Orang Ratih baru aja kenal, gak sengaja.""Kok bisa? dia nggak ngasih nomer w.a atau apa... Gitu?" "Buat apa, Mbak? Ratih dah punya suami. Lagian bukannya bantuin Ratih cari tukang urut, kek. Kaki Ratih keseleo. Sakit banget ini," sautku dengan jengkel sembari mengusap kaki yang masih sakit. "Ish. Yaudah, tunggu disini. Nanti Mbak cari tukang urut dulu." "Hmm."***Kakiku masih sakit. Tapi ini lebih baik dari pada sebelumnya. Setidaknya aku masih bisa berjalan untuk pulang kerumah. Dengan diantar oleh Mbak Nadia, aku dan Raka akhirnya memutuskan untuk pulang. Namun getaran di ponselku sepertinya terlalu mengganggu. Aku berdecak kesal. Memangnya siapa yang mau menghubungiku? Aku pikir... Aku tidak punya teman yang cukup dekat. Namun aku teringat akan sesuatu. Bahwa aku masih menyadap ponsel Mas Pras. Semua notifikasi whatsapp sudah pasti bisa aku lihat dari sin

    Last Updated : 2022-10-21
  • CINTA SEORANG JANDA   AKAN KU ADUKAN PADA IBUMU

    Arga pov***Aku berada di sebuah kafe kecil di dekat sebuah hotel. Menikmati secangkir kopi sembari melihat-lihat barangkali ada berita menarik yang bisa ku ambil. Namun alih-alih mencari sebuah ketenangan dan berita secara bersamaan. Aku mendapati seorang wanita dan pria sepertinya sedang berdebat di depan hotel. Tadinya aku ingin mengabaikan namun setelah ku perhatikan dari kejauhan. Aku melihat wanita yang cukup familiar. Dia... Ratih? Sedang apa wanita itu? Apa lelaki itu suaminya? Lantas siapa wanita disebelahnya? Mungkinkah...? Aku segera beranjak. Aku pikir bisa melerai mereka. Sepertinya perdebatan itu semakin sengit. Dari kejauhan aku bisa mendengar suara Ratih yang cukup keras. "Biarin aku kasih tau sama Ibuk kamu yang selalu membanggakan kamu, Mas! Biar dia tahu seberapa brengseknya kamu!!" "Jangan Ratih!" "Biar kamu bisa nikahin Lonte ini," ucapnya menunjuk wanita disebelah lelaki itu. Dan yang membuat darahku tiba-tiba mendidih. Dia mengangkat tangannya hendak di

    Last Updated : 2022-10-22
  • CINTA SEORANG JANDA   DEBARAN

    Debaran yang cukup familiar terasa hanya beberapa detik. Saat perasaan nyaman mulai menyerang, tiba-tiba saja dorongan keras membuat tubuhku terhuyung ke belakang dan menabrak sebuah tembok pembatas. Bugh"Aw...! Sakit, Tih." "Salah sendiri, main peluk-peluk aja!" Ratih mundur beberapa langkah. Mencoba memberi jarak antara kami. Wajahnya terlihat kesal. "Tapikan aku udah minta ijin. Kamu bilang, iya." Dia menoleh dengan tatapan tajam melumpuhkan. "Aku nggak sengaja bilang gitu. Lagi pula... Aku cukup waras untuk itu. Aku punya suami. Dan wanita yang bermoral tidak akan melakukan tindakan diluar batas. Apalagi sama lelaki lain yang baru saja dikenal. Aku cukup tahu tentang dosa meski aku ini pendosa." "Jangan bilang kayak gitu, Tih. Aku gak ada maksud apa-apa. Kamu kedinginan, ya aku cuma mau bantu ngagetin." "Apapun alasan kamu, hal seperti itu tidak dibenarkan, Arga." "Kamu bilang mau cerai?" "Iya. Tapi sekarang aku masih sah sebagai istrinya. Udahlah! Mending kita lanjutin p

    Last Updated : 2022-10-22
  • CINTA SEORANG JANDA   Poligami yang di awali perselingkuhan

    "Jangan lancang kamu, Ratih! seharusnya kamu introspeksi diri. Apa yang kurang dari kamu hingga suamimu berpaling ke perempuan lain," ucap seorang wanita yang memiliki anak perempuan. Aku tidak terkejut. Hanya saja heran. Bisa-bisanya mertuaku mengatakan hal seperti itu. Bukankah itu lucu... Aku menatap mertuaku dengan senyuman sinis. "Ibu terlahir dari rahim perempuan. Ibu juga memiliki anak perempuan. Coba tukar posisi... Bagaimana jika suami Hana selingkuh. Atau menikah lagi. Apa ibu juga akan menyalahkan Hana? Enggak, kan. Bukankah ini lucu? Saat seorang perempuan menyakiti hati sesama perempuan. Bahkan sesama seorang ibu. Dan memiliki anak perempuan. Dengan memojokkan penyebab perselingkuhan adalah akibat dari kesalahannya sendiri." Ibu mertuaku bungkam. Namun aku tahu bahwa mulutnya tidak sabar untuk mengeluarkan cercaan. "Saat poligami diawali dengan perselingkuhan lalu zina. Itu artinya wanita yang di nikahi suamiku bukanlah wanita baik-baik. Hukum agama kita wajib menjau

    Last Updated : 2022-10-23
  • CINTA SEORANG JANDA   ADA YANG LEBIH MEMBAKAR

    Setelah menyerahkan beberapa dokumen untuk mendapatkan surat cerai, kami berteduh di kedai kopi kecil yang ada di pinggir jalan. Bukan sebab aku tak mampu membawa Ratih ke tempat makan lebih mewah, hanya saja wanita ini yang memaksa untuk mampir ke kedai kecil seperti ini. Hari ini cuaca begitu panas. Namun ada hal lain yang lebih membakar. Wanita yang ada di hadapanku ini. Aku memesan segelas kopi. Sementara Ratih.... Tetesan keringat mengalir hingga ke ceruk lehernya. Kulit wajah yang semula putih berubah kemerahan karena terik matahari. Wanita itu mengambil sebotol air mineral dan meneguknya sampai tandas. Bagaimana cara air itu melewati tenggorokannya, bagaimana deru nafasnya naik turun karena rasa lelah di tambah dahaga. Dan bagaimana keringat itu membuat tubuhnya sedikit basah. Itu... Membuatku menelan ludah. Dalam keadaan setengah basah seperti itu. Entah mengapa debar familiar kembali muncul hingga menimbulkan sisi liar dalam pikiran. Seksi"Kamu ngeliatin gitu, kenapa

    Last Updated : 2022-10-23

Latest chapter

  • CINTA SEORANG JANDA   Toko buku Ratih

    Sudah lima bulan berlalu sejak Ratih berhasil merebut Raka dari mantan suaminya. Kini mereka memulai kehidupan baru. Dengan di bantu oleh Marlina yang kini menjadi sahabatnya. Mantan wanita malam itu memberanikan diri merubah pekerjaannya hanya ingin kehidupan lebih baik dari sebelumnya. Toko buku sederhana yang mereka bangun kini bukan hanya sekedar menjadi tempat menjual buku, tapi juga ruang bagi komunitas untuk berkumpul berbagi cerita. Tak lupa pula, Arga selalu meluangkan waktu untuk mengunjungi toko buku itu, atau lebih tepatnya kepada Ratih. Di dalam toko buku itu, udara dipenuhi dengan aroma kertas dan tinta, sementara anak-anak membaca dengan suara lantang di pojokan. Marlina membantu Ratih merapikan beberapa buku yang baru saja tiba. "Kalau capek istirahat aja, Mar." Marlina memutar matanya. Tanda bahwa dia merasa kesal setiap kali Ratih menyepelekan tenaganya. "Orang cuma nyusun buku aja kok, Tih. Di bandingin kerjaanku dulu yang goyang dulu, baru dapet duit. Itu ju

  • CINTA SEORANG JANDA   Meyakinkan diri

    Arga memeluk Ratih lembut. Mengusap air mata wanita itu dan berkata untuk tidak melakukan hal itu lagi. Agar Pov"Jangan rendahkan diri kamu seperti mereka, Tih. Jangan pernah lagi ya? Aku pasti bantu kamu." Ratih menganggukkan kepalanya. Kutatap mata Ratih, sendu. Kuyakini tak mudah bagi wanita itu untuk sampai dititik ini. "Aku minta maaf." Hatiku melunak mendengar ucapan Ratih. Wanita ini sama sekali tidak bersalah. Dirinya hanya mengikuti apa yang hatinya katakan. Sehingga membuat tindakan ceroboh. Rasa sakit memang tidak bisa dihindari. "Kenakan pakaian tertutup dulu. Mas tunggu di luar."Aku berjalan keluar dari kamar Ratih. Menunggu di ruang tamu. Aku mengusap wajahku kasar. Ah, sial. Ratih PovSeketika aku sadar apa yang aku lakukan salah. "Aku minta maaf."Kulihat Arga terkejut. Karena apa? Karena permintaan maafku? Atau karena aku menyadari kesalahan ku. Atau mungkin, karena hal lain?Terkadang mungkin ia merasa aku sulit ditebak. Tapi nyatanya, akulah yang terkadang

  • CINTA SEORANG JANDA   Sudah Lebih Baik

    Arga memeluk Ratih lembut. Mengusap air mata wanita itu dan berkata untuk tidak melakukan hal itu lagi. Agar Pov"Jangan rendahkan diri kamu seperti mereka, Tih. Jangan pernah lagi ya? Aku pasti bantu kamu." Ratih menganggukkan kepalanya. Kutatap mata Ratih, sendu. Kuyakini tak mudah bagi wanita itu untuk sampai dititik ini. "Aku minta maaf." Hatiku melunak mendengar ucapan Ratih. Wanita ini sama sekali tidak bersalah. Dirinya hanya mengikuti apa yang hatinya katakan. Sehingga membuat tindakan ceroboh. Rasa sakit memang tidak bisa dihindari. "Kenakan pakaian tertutup dulu. Mas tunggu di luar."Aku berjalan keluar dari kamar Ratih. Menunggu di ruang tamu. Aku mengusap wajahku kasar. Ah, sial. Ratih PovSeketika aku sadar apa yang aku lakukan salah. "Aku minta maaf."Kulihat Arga terkejut. Karena apa? Karena permintaan maafku? Atau karena aku menyadari kesalahan ku. Atau mungkin, karena hal lain?Terkadang mungkin ia merasa aku sulit ditebak. Tapi nyatanya, akulah yang terkadang

  • CINTA SEORANG JANDA   Luruh sudah

    Ratih PovMbak Nadia batal nikah karena ibuku tak mau aku hadir di hari pernikahannya. Itulah kenyataan yang baru saja aku dapati dari adikku. Dadaku semakin terasa sesak. Sebenci itukah ibu padaku? Dan Mbak Nadia... Kenapa sampai harus membatalkan pernikahan hanya karena aku? Aku tahu semua ini sudah takdir. Tentang nasibku yang kini menjadi janda, juga tentang hidupku yang berjalan rumit. Namun disaat seperti ini... Aku rasa harus ada orang untuk di salahkan. Dan mereka adalah keluarga Prasetyo. "Aku udah cantik, belom?" tanyaku pada Marlina. Wanita itu menatapku sekilas, kemudian kembali fokus mewarnai kuku-kukunya. "Nggak usah dandan aja kamu udah cantik, Tih. Males aku ngomonginnya. Entar pelangganku malah ngincer kamu!" ucapnya tanpa menoleh ke arahku. Aku tersenyum kecil mendengarnya. Itu artinya aku memang sudah cukup enak dilihat. "Nanti kalau ada Arga, bilangin aku keluar sebentar." "Lah? Aku pikir kamu dandan kayak gini, mau ketemu sama Mas mu. Mau ketemu siapa emang

  • CINTA SEORANG JANDA   Hanya ingin anakku

    "Jangan lo DP duluan." "Kenapa emang?" Bang Lukman menghela nafas kasar. Wajahnya terlihat kesal padaku. "Pakek nanya! Ya jangan lah. Lo nggak kasihan, entar dia jadi bahan olok olokan keluarga Tante Maya? Lo tahu sendiri, adiknya almarhum papa lo itu kayak apa?"Aku tersenyum masam. Tak Memungkiri ucapan bang lukman yang memang benar adanya. Tante maya dan segala kesombongan yang melekat di dalam diri mereka, jelas akan mempersulit Ratih. Namun bagaimana pun, aku tak akan membiarkan Ratih terbebani olehnya. "Abang tenang aja. Arga nggak sebejat itu kok. Menjaga marwah perempuan adalah tugasku. Dan Ratih... Gak akan Arga biarin deket sama Tante Maya." "Nah, itu keren." Bang Lukman menepuk nepuk bahuku. Seperti seorang kakak yang sedang menasehati adiknya. "Setelah urusan kita selesai, Arga mau secepatnya menikahi Ratih," ucapku mantap. "Iya... Gue tahu! Udah keliatan dari muka lo yang blingsatan tiap liat si Ratih. Gue juga khawatir kalau kalian terlalu lama." Aku menganggukka

  • CINTA SEORANG JANDA   JANGAN DP DULUAN

    Dan semua yang terjadi bukanlah tanpa alasan. Sudah menjadi turun temurun, keluarga Prasetyo memperlakukan menantu dengan cara yang tidak baik. Bang Lukman tak pernah diam saja setelah hari itu kumintai pertolongan. Dia menyelidiki keluarga Prasetyo. Dan banyak informasi serta bukti yang kini kami dapatkan. Ratih sendiri tak kalah terkejutnya, kala melihat mantan suaminya kini bergonta-ganti pasangan. Membuat Winda sebagai istri tersakiti secara mental. Itu terjadi juga karena adanya dukungan keluarga. Aku tersenyum saat mendengar Ratih merutuki kebodohannya karena pernah menjadikan Prasetyo sebagai suaminya. "Naudzubillahiminzalik! Kok ada ya, manusia kayak mereka?" ucap Ratih menatapku penuh pertanyaan. Aku hanya mengangkat bahu kemudian mengusap bahunya pelan, dengan sayang. "Ya, ada lah, Yang. Kalau semua manusia baik, entar neraka gak ada penghuninya," ucapku kemudian terkekeh melihat wajah sebalnya. "Inget, disini ada gua woy!" ucap Bang Lukman yang memang berada di antar

  • CINTA SEORANG JANDA   MELAKUKAN HAL SAMA

    Arga PovAku pikir... Ini adalah saat yang tepat, membuat Ratih memelukku secara sukarela. Aku sengaja memilih film horor, sebab yang aku tahu wanita akan berteriak histeris dan memeluk siapa saja hanya karena melihat tokoh hantu yang ada di film. Nyatanya Ratih tak seperti dugaanku. Beberapa kali, aku sengaja memegang tangannya bahkan memeluk pinggangnya agar sama seperti pasangan lainnya. Bukannya membalas perlakuanku, Ratih malah diam saja. Tangannya kaku di dalam genggamanku hingga nyaris berkeringat. Disaat penonton lain berteriak histeris, Ratih malah diam saja. Tak terusik sama sekali. Dia diam tanpa ekspresi hingga membuatku bosan. Ah sial! "Kamu dari tadi diam aja, kenapa? Aku ada salah?" Aku langsung menoleh pada Ratih yang bicara lembut padaku. Aku tersenyum tipis menatapnya. Setidaknya... Dia menyadari perasaanku. "Kita makan dulu aja, yuk?" Ratih hanya mengangguk. Kami melangkah menuju sebuah kafe yang terletak di dalam mall. Setelah mempersilahkan Ratih duduk de

  • CINTA SEORANG JANDA   DIA KENAPA?

    "Mbak gak jadi nikah, kenapa?" Aku sengaja datang kerumah Mbak Nadia hanya untuk menanyakan perihal pernikahannya. Sejak kejadian hari itu... Tak pernah lagi kudengar kabar pernikahan Mbak Nadia. Sementara Arga menunggu dengan raut tak sabar. Apalagi tak ada secangkir kopi menemaninya. Hingga yang tertangkap olehku hanya wajah masamnya. Aku ingat betapa tak sabarnya dia. Hanya karena ingin mengajakku jalan-jalan entah kemana. Dia harus rela menungguku mampir kerumah Mbak Nadia. Lagi pula jika dia tak mau, aku tak masalah. Aku bisa jalan kaki. "Jangan lama-lama ya, Yhank. Entar pulangnya kemaleman. Kamu marahnya ke aku," rutuknya kala itu. Aku hanya mengangguk saja. Dan yang melekat sekarang, adalah panggilan sayang padaku... Yhank. Udah kayak panggilan anak sd pacaran saja. Sialnya Arga tetap tak mau mengubah nama panggilan itu. Ya... Terserah deh. "Kenapa kamu biarin aja Raka di ambil sama bapaknya? Kamu pikir anak kamu akan baik-baik saja, berkumpul dengan keluarga gila itu!" A

  • CINTA SEORANG JANDA   MUNAFIKNYA KELEWATAN

    "Ikut aku kerja aja, Tih." "Ngelonte, maksudmu Mar?" Marlina mendengus mendengar pertanyaanku. "Ck, enggak. Kamu cukup jadi petugas bersih-bersih aja. Orang kalau udah mabok, gak mikir mau muntah dimana. Belum lagi botol berserakan di mana-mana. Entar kamu kumpulin." Aku mengernyitkan dahi, menatapnya heran. "Itu tempat apa sih, Mar? Kok kayak gitu?" "Ya tempat maksiat lah. Masak tempat pengajian. Ada-ada aja!" "Kalau mau, entar aku bilangin sama bos-ku." "Ah, enggak lah. Aku mau jadi barista aja. Kebetulan suaminya Hana ada nawarin aku kerja." "Oalah. Mau langsung balas dendam sekalian toh? Wes... Silahkan." Aku menggeleng kepala mendengarnya. Entah sejak kapan, aku malah semakin dekat dengan wanita ini. Mungkin karena kami sama-sama memiliki nasib tak beruntung. "Apa lagi yang Mbak rencanain sama Ratih? Jangan yang aneh-aneh ya Mbak." Kami menoleh secara bersamaan saat melihat kedatangan Arga yang entah sejak kapan. Dia mendengar semua ucapan kami? Di sebelahnya berdiri s

DMCA.com Protection Status