Mimpi seorang gadis cantik bernama Ceiysa adalah untuk menikahi pria yang dia cintai. Seseorang yang selalu ada dalam dunia virtual Ceisya. Bahkan, keduanya telah berjanji untuk hidup bersama, meskipun mereka belum pernah bertemu. Sayangnya, mimpi Ceisya tidak bisa menjadi kenyataan karena pria impian gadis tersebut tiba-tiba mengakhiri hubungan mereka. Ketika Ceisya patah hati, dia tiba-tiba bertemu dengan seorang artis yang sedang naik daun bernama Aksa. Merasakan banyak keserasian, keduanya menjadi dekat. Seiring berjalannya waktu, pria yang menjadi impian Ceisya tiba-tiba muncul dan menjalin hubungan dengan Aksa. Jadi, di mana hati Ceisya berakhir?
View MoreCeisya masih berusaha keras membuka pintu dengan bantuan paku itu. Peluh bercucuran ketika otak berkonsentrasi keras bagaimana pintu bisa terbuka."Cring."Bunyi berasal dari paku yang jatuh ke bawah menimbulkan suara. Ceisya sangat panik. Mata langsung menatap ke bawah. Tepatnya paku yang menggelinding keluar melalui celah."Tidak! Jangan!" pekik Ceisya karena benda yang akan menolongnya malah menggelinding keluar melalui celah.Teriakan Ceisya berakhir sia-sia. Benda itu sekarang berada di luar dengan ujung paku yang sedikit menyembul ke dalam.Jari tangan perempuan yang sedang panik berusaha menarik keras agar ujung paku bisa disentuh.Usaha tetap sia-sia. Benda itu semakin menjauh."Bodoh. Bodoh," rutuk Ceisya kepada diri sendiri. Lama-lama air mata itu turun.Mata mengamati ruangan sempit. Sekarang ia bakal bertahan dan sendirian di sini. Ke depannya bakal menjadi sanderaan Ibas. Malang betul nasibnya.Bagaimana dengan Kaivan? Pasti aktor itu sedang kebingungan mencarinya. Setel
"Aku ambil," ucap Ibas setelah berhasil mengambil ponsel dan tas. Laki-laki ini belum paham kalau di dalam sana terdapat uang lumayan banyak.Ponsel itu kembali berdering. Ceisya dan Ibas sama-sama menatap asal bunyi."Sepertinya pacar kamu menginginkan kamu segera datang." Senyum licik Ibas terpancar di wajahnya."Lepaskan. Aku harus pergi."Ceisya bisa menebak kalau Kaivan sangat khawatir sampai harus dua kali menelepon."Jangan harap," jawab Ibas merasa menang. "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi dengan pacar kamu di rumah sakit."Ceisya terbelalak. "Jangan apa-apakan dia."Meski Randi hanya sebatas teman, tetapi Ceisya tidak ingin laki-laki itu mendapat kekerasan lagi dari Ibas."Begitu cintanya hah kamu sama dia!" bentak Ibas dengan sangat keras. Disusul dengan tamparan di pipi. Ceisya terjatuh karena Ibas kembali berbuat kasar kepadanya. Tanpa sadar tangan kanan memegang pipi yang terasa sangat perih. Sementara itu Adi yang berada di luar merasa ketar-ketir. Ia sangat paha
"Yakin dengan rencana yang mau kamu lakukan?" tanya seorang pria kepada temannya dengan ragu. Masalahnya ini baru pertama."Ya.""Apa yakin akan berhasil?""Pastinya.""Apa kamu gak takut ditangkap polisi?" Pria yang membantu temannya juga ragu dengan rencana yang sudah menyerempet ke hal kriminalitas."Gak akan."Pria itu menggeleng karena sifat temannya yang keras kepala."Perempuan itu yang membuat gue brutal seperti ini. Jika cara halus tidak bisa buat dapetin dia, maka terpaksa pakai cara kasar.""Kalau misal lo sampai tertangkap polisi, tolong jangan bawa-bawa gue."Ibas mendelik ke arah temannya."Lo percaya sama gue saja." Ibas meyakinkan temannya."Kita tidak hanya akan ketahuan polisi. Tapi juga bos akan marah gara-gara kita bolos.""Tenang saja. Cuma satu hari. Semoga saja kita berhasil."Keduanya lama termenung. "Yakin Perempuan itu di rumah sakit?" Lagi-lagi Pria yang bernama Adi merasa bimbang. Ia tidak tahu mau sampai kapan bertahan di halaman rumah sakit. Sudah dua jam
Kaivan masih membuka tirai untuk memastikan Ceisya pergi dengan aman-aman. Entah mengapa jantung Kaivan mendadak berdetak lebih kencang ketika melihat perubahan Penampilan perempuan itu.'Kenapa aku jadi seperti ini?' batin Kaivan sembari menurut tirai. Kalau Ceisya beneran pergi ke Jawa, pasti semua nanti akan berjalan seperti biasa. Kaivan harus pulang syuting pagi hari dan siangnya harus kembali ke lokasi.Sekarang Kaivan teringat akan satu hal sebelum dirinya terjatuh."Kapan aku bisa istirahat panjang?" Dan sekarang Tuhan mengabulkan entah sampai kapan.Kata-kata Randi sekarang bagai kembali terekam di telinga Kaivan. Ceisyalah yang menjadi penyebab semuanya. Seharusnya Kaivan membenci perempuan itu."Apakah aku harus mengikuti kata-kata Randi untuk membenci Ceisya?" Kaivan bertanya kepada diri sendiri.Kaivan benar-benar seperti harus mengulang yang sudah-sudah. Jika tadi kata-kata Randi, sekarang raut wajah Ceisya yang ketakutan di tepi jembatan sangat membebas di ingatan Kaiv
"Siapa yang menyerang Randi?" tanya Ceisya terbata-bata. Wajah pun tiba-tiba memucat."Entahlah! Aku tidak paham," balas Kaivan bingung. Pertemanan Kaivan dan Randi sudah cukup lama dan Kaivan paham betul siapa teman-teman Randi."Apa kita harus lapor polisi?" saran Ceisya. Siapa tahu kalau orang yang beneran menyerang Randi adalah Ibas maka itu akan sangat menguntungkan Ceisya."Kita belum cukup bukti. Tidak ada rekaman CCTV saat Randi diserang. Kalau tidak kita tunggu Randi sadar untuk menemukan pelakunya."Ceisya mengangguk paham."Bu dhe tolong ambilkan jaket di kamar!"Orang yang dipanggil merasa kaget. "Mas Kaivan mau kemana?""Mau jenguk Randi di rumah sakit."Jawaban itu cukup mengejutkan Ceisya dan Bu dhe. "Tapi kan Mas Kaivan baru pulang dari rumah sakit?" protes wanita itu."Kasihan Randi." Pikiran Kaivan langsung tertuju kepada Randi. Seharusnya Kaivan selalu berada di sisi Randi tidak sadarkan diri. Sama seperti Kemarin-kemarin saat Kaivan di ruang sakit."Sebaiknya jang
Randi merasakan kepalanya sangat sakit. Apalagi sempat merasakan bagian punggungnya ada yang bolak-balik menendang."Bangun! Tidak perlu pura-pura pingsan segala!" gertak orang itu terus menendang Randi yang masih mengumpulkan nyawa.Berhubung suasana petang, tidak ada orang yang melihat. Meski masih area rumah sakit, tetapi Randi tadi membeli buah di toko paling ujung. Dan Randi memarkir mobi di lahan kosong karena jalanan depan toko buah hanya muat untuk satu mobil."Kalau gue bilang bangun ya bangun!" gertak orang tersebut karena sama sekali tidak melihat pergerakan orang yang dihajar.Dengan tenaga kuat, ditariknya kemeja belakang milik Randi. Dibaliknya tubuh tidak berdosa itu menjadi terlentang."Bangun!" teriak Ibas dengan napas tersendat karena berhasil mengeluarkan tenaga untuk membalikkan tubuh laki-laki dewasa.Tangan Ibas sekarang digunakan untuk menampar pipi Randi dengan keras.Randi berusaha membuka mata. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit. Entah bagaimana nasib
"Dia ada di mana?" tanya seorang wanita paruh baya mondar-mandir di area parkir rumah sakit."Tadi aku lihat di sini," tukas seorang pemuda yang ikut mencari."Serius itu Cheisya?" Sentari agak ragu karena keponakannya suka mabuk-mabukkan. Takut salah mengenali orang. Siapa tahu itu orang lain, bukan anak tiri Sentari."Iya.""Yakin tidak salah?" Sentari belum sepenuhnya percaya. "Iya. Tadi kita sempet bicara. Tadi aku juga menarik perempuan itu untuk pulang." Ibas menjelaskan panjang lebar."Kamu gak lagi minum, kan?" Sentari mengamati wajah Ibas."Gak. Aku baru pulang kerja. Mana mungkin berani minum alkohol di tempat kerja." Ibas agak tersinggung dengan ucapan tantenya."Ya kirain kamu abis minum. Lagian mana mungkin Ceisya ada di rumah sakit. Dia sehat, gak lagi sakit.""Beneran tadi dia ada di sini." Ibas pun langsung mengingat apa yang telah terjadi di sini."Oh ya aku ingat sesuatu." Ibas sampai berteriak kencang. Sentari pun menatap Ibas. "Apa?""Dia tadi bersama seorang lak
"Ikut dengan kamu?" tanya Ceisya gugup.Kaivan mengangguk. "Ya.""Tapi?""Apa yang membuat kamu keberatan? Atau setelah ini kamu harus pergi ke mana?" Kaivan paham kalau orang yang akan mengakhiri hidup biasanya tidak ada satu orang yang peduli dengan orang itu."Tidak. Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Sebenarnya aku harus cari pekerjaan." Ceisya terpaksa jujur karena ia tidak tahu mau seperti apa ke depannya."Lulusan sarjana apa?" Siapa tahu setelah tahu keahlian Ceisya, Kaivan bisa membantu mencarikan pekerjaan."Kemarin-kemarin aku masih kuliah, tetapi sekarang aku memutuskan untuk meninggalkannya."Kaivan bingung. "Kenapa?""Ada sesuatu. Aku belum siap menceritakan kepada siapa pun."Kaivan sedikit cerita. "Tinggal dulu di rumah aku. Nanti kita bisa pikirkan lagi pekerjaan yang cocok untuk kamu."Ceisya berpikir kalau aktor ternama pasti rumahnya besar dan mewah. Pasti Ceisya bakal canggung tinggal di sana."Apa sebaiknya aku kos dekat rumah kamu saja. Aku merasa tidak enak."
Randi sampai pura-pura merangkul Ceisya karena orang yang menggangu masih bolak-balik melihat ke arah mereka. Untung saja Ceisya tidak menolak atau memberontak. Sepertinya perempuan ini masih terpukul."Maaf kalau aku seperti ini," ucap Randi merasa tidak enak."Aku mengerti." Ceisya tidak menolak karena rengkuhan tangan Randi sudah sangat menyelamatkan.Manajer Kaivan akan melepaskan tangan di bahu Ceisya setelah tikungan di depan. Orang jahat tadi tidak akan bisa melihat mereka lagi karena di sana ada pos penjagaan."Siapa orang tadi?" tanya Randi penasaran. Ceisya yang masih gemetar tidak menjawab. Ia memeluk tubuh sendiri dengan erat. Kepala ditundukkan ke bawah. Beberapa helai rambut sengaja untuk menutupi wajahnya."Apa kalian saling mengenal?" Ceisya masih diam karena pikiran yang penuh tidak bisa sampai berkata-kata."Hei tunggu!" Randi sampai menarik bahu Ceisya. Pasalnya orang yang diajak bicara berjalan tergesa-gesa dan hampir meninggalkan Randi.Sekarang Randi benar-bena
"Aku mencintaimu."Satu kalimat terpampang di layar monitor milik Ceisya. Kedua mata mengerjap secara perlahan. Hatinya melambung tinggi. Andai saja orang yang mengatakan itu ada di hadapan Ceisya, pastinya gadis itu langsung berlari untuk memeluknya secara erat.Laki-laki pemilik nama Rayanka Yagiz adalah sosok yang selalu menampilkan tubuh yang membelakangi. Satu tahun berkenalan di dunia maya dengan Ceisya selalu saja menampilkan foto seperti itu. Belum pernah memberikan foto pada bagian wajahnya.Namun, bagi Ceisya itu tidak masalah. Gadis ini merasa jika Rayanka adalah sosok yang dikirim Tuhan untuknya."Brak!"Tanpa permisi, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Menyebabkan benda itu menghantam dinding kamar dan membuat pemilik kamar tersentak kaget."Astaghfirullahaladzim," ucap Ceisya sembari memegang dada yang sudah berdegup sangat kencang. Sorot tatapan tajam tertuju kepada Ceisya yang sudah ketakutan setengah mati."Masih berhubungan dengan pacar khayalan kamu itu?"
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments