Share

SEBUAH FITNAH

Author: galuchfema
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tidak tahu. Aku tidak ketemu sama Ibas." Ceisya menyembunyikan perubahan wajahnya agar tidak diketahui oleh Sentari.

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Ceisya. Sikap Sentari memang di luar dugaan.

"Apa yang kamu lakukan," tutur Ceisya sambil memegang pipinya yang sangat sakit. Pasti kulit di pipi berwarna merah.

Ini adalah perbuatan tidak menyenangkan yang dialami pertama kali oleh Ceisya. Ayahnya saja tidak pernah melakukan hal seperti ini. Kenapa Sentari yang merupakan adalah orang lain berani melakukan ini?"

"Pelajaran buat kamu agar jangan kurang ajar," balas Sentari dengan penuh penekanan di setiap katanya. Ia sangat menjaga kata-katanya agar tidak mengganggu  istirahat Ramon.

"Siapa yang kurang ajar?" Ceisya mulai berani menentang Sentari. "Perbaiki dulu sikap kamu sebelum bicara."

Sentari mulai meradang. Emosi yang ia tahan, akhirnya lepas kontrol.

"Dasar anak tidak tahu diri!"

Ceisya melipat kedua tangan di depan dada. "Apa? Anak? Siapa yang jadi anak Tante?"

Tangan milik Sentari kembali melayang dan mendarat di pipi Ceisya. Sayang, gadis itu tahu pergerakan sehingga bisa menghindar.

"Jangan lagi sentuh pipi aku! Mamah atau ayah saja tidak berani menampar atau membentak aku. Kamu itu siapa? Hanya orang baru yang menumpang di kehidupan kami," sindir Ceisya telak kepada ibu tirinya.

"Jaga mulut kamu!" Sentari sudah kehabisan kata-kata.

"Kamu yang harus jaga mulut dan jaga sikap selama di rumah ini. Kamu tidak ada hak apa-apa di sini. Rumah ini adalah milik  mamahku yang sudah meninggal. Jangan berharap satu rupiah masuk ke kantong kamu."

Ini adalah kalimat terpanjang yang keluar dari mulut Ceisya kepada ibu tirinya.

Sentari terbelalak karena Ceisya bisa berhasil menebak jalan pikiran dan tujuan kemari.

"Cukup kamu injak-injak aku terus. Aku tahu niat busuk kamu!" tuding Ceisya sambil menunjuk ke arah Sentari. Kali ini, ia tidak akan gentar atau mengalah.

Wanita itu berpikir sejenak. "Akan aku laporkan kamu ke kantor polisi!"

"Atas tuduhan apa?" Ceisya tidak takut. Kedua mata terus tertuju kepada Sentari yang sudah seperti orang bersalah.

"Penganiayaan kepada Ibas."

Gadis itu memasang wajah pura-pura terkejut. "Apa? Penganiayaan. Tidak salah dengar? Dia sendiri yang kurang ajar."

Diungkit masalah tentang Ibas, Ceisya kembali naik pitam. Bagaimana tidak, gadis itu kembali teringat kejadian di taman.

"Dia sedang di rumah sakit karena kamu telah melukainya."

Rasa terkejut itu sekarang tercetak jelas di wajah Ceisya. Ia kembali mengingat kejadian barusan. Ia hanya menendang perut bagian bawah sampai laki-laki itu tersungkur. Ceisya sama sekali tidak menggunakan senjata tajam atau benda keras. Lantas kenapa Ibas bisa dirawat di rumah sakit?

"Aku hanya menendang karena perlawanan. Dia bersikap kurang ajar."

"Tetap saja kamu salah!" bentak Sentari keras. Dari tadi sangat panik mendengar Ibas di rumah sakit. Untung saja tidak perlu rawat inap. Namun, ia tidak akan memaafkan Ceisya.

"Terserah. Aku tidak peduli." Ceisya memalingkan wajah.

Ramon yang sedang istirahat, tiba-tiba mendengar suara keributan di ruang tengah. Laki-laki itu pun bangkit dari tempatnya istirahat.

Sentari yang melihat pergerakan kenop pintu kamar, wanita ini tahu jika suaminya sudah bangun dan mendengar keributan ini. Ia pun mempunyai akal licik untuk menjatuhkan Ceisya selamanya.

Dengan gerakan cepat, wanita itu merobohkan tubuhnya sendiri untuk menghantam rak pot bunga imitasi. Suara keras pun mengisi keheningan ruangan.

Alhasil tubuh Sentari terjerembab dan beberapa pot ukuran sedang menimpa tubuhnya.

Ceisya bukan main kaget dan terkejut dengan sikap Sentari yang aneh dan tidak disangka.

"Apa yang kamu lakukan," bisik Ceisya masih bingung.

Bersamaan dengan itu, Ramon berhasil membuka pintu kamar dan mendapatkan istrinya jatuh terlentang dekat pot berserakan.

"Apa yang terjadi?" Ramon segera mengangkat tubuh Sentari dan memeluknya dari belakang.

Akting Sentari pun dimulai. Wanita itu menangis terisak di pelukan suaminya.

Di sini Ceisya masih bingung dan belum sadar akan jebakan dari ibu tirinya.

"Apa yang terjadi?" Ramon kembali bertanya karena sudah dihantui rasa penasaran.

Sambil mengusap air mata, Sentari menunjuk ke arah Ceisya. "Dia mendorongku sampai terjatuh."

Di sini Ceisya bersama Ramon sangat terkejut dengan ucapan Sentari.

"Ceisya yang mendorong kamu?" Ramon benar-benar tidak percaya. Ceisya yang Ramon kenal, tidak mungkin seperti itu.

"Iya. Dia yang mendorong aku sampai terjatuh. Itu semua gara-gara dia tidak mau mendengarkan nasihat aku."

"Bohong! Jangan dengarkan ucapan wanita itu, Ayah!" pekik Ceisya dengan lantang karena apa yang dikatakan Sentari adalah fitnah dan kebohongan besar.

"Aku tidak bohong. Terserah kamu mau percaya aku atau Ceisya," ucap Sentari terbata-bata dan kembali menangis di pelukan Ramon.

"Ayah? Aku mohon dengarkan aku. Apa yang dikatakan wanita itu tidak benar," pinta Ceisya memohon agar ayahnya lebih percaya kepadanya saja.

"Sebentar! Tolong jelaskan awal mula pertengkaran kalian," pinta Ramon dengan bijaksana. Laki-laki ini belum bisa memutuskan siapa yang bersalah dan tidak.

Sebelum Ceisya bersuara, Sentari langsung melanjutkan sandiwaranya.

"Aku hanya menasihati kepada Ceisya jika seorang perempuan tidak boleh berbuat kasar kepada laki-laki."

Ceisya panik. Dugaan kuat jika Sentari akan menceritakan kejadian di taman.

"Apa Ceisya telah berbuat kasar?" Ramon masih bingung.

"Ayah? Tolong dengarkan aku dulu!" Ceisya mulai berkaca-kaca di bagian mata.

"Diam dulu! Ayah ingin mendengarkan Mamah kamu menjelaskan!" bentak Ramon yang sudah mulai paham masalah ini.

Ceisya ingin protes kepada ayahnya. Sampai kapan pun tidak akan pernah menganggap Sentari sebagai pengganti mamahnya. Namun, ia tidak bisa bersuara lagi dikarenakan sepertinya ayahnya malah membela Sentari.

"Lanjutkan!" perintah Ramon kepada Sentari.

Wanita licik itu kembali meneteskan air mata sebagai rasa sedih. Ia berharap setelah ini Ramon percaya kepadanya.

"Sebagai seorang ibu..."

Ceisya sangat muak dengan sandiwara Sentari. Ia pun memalingkan wajah, tetapi tidak bisa pergi begitu saja dari sini.

"Sebagai seorang ibu wajib mengingatkan anaknya jika salah. Apalagi anak tersebut telah menyakiti orang lain."

"Siapa orang yang disakiti Ceisya?" serobot Ramon sudah tidak sabar.

"Ibas. Dia sekarang dirawat di rumah sakit karena Ceisya menendang sampai berdarah."

Gadis yang situasi seperti di ujung tanduk, langsung berteriak, "Bohong! Kamu pembohong!"

Teriakan Ceisya sangat keras membuat Ramon memberikan tatapan tajam.

"Ceisya! Jaga mulut kamu! Dia ibu kamu!"

"Mau sampai kapan pun, aku tidak akan mengakui dia sebagai ibu aku," balas Ceisya secara cepat.

Sentari langsung memeluk Ramon dan menangis histeris. "Padahal aku sudah menganggap Ceisya sebagai anak aku sendiri."

"Sudahi drama kamu!" teriak Ceisya sambil menuding Sentari.

"Ceisya diam!" bentak Ramon.

Sekarang, Ceisya sangat sedih karena ayahnya bolak-balik membentaknya berulang kali.

"Katakan di mana sekarang Ibas?" Ramon melepaskan pelukan Sentari.

Wanita itu pun langsung menunjukkan sebuah foto di mana Ibas di rumah sakit.

"Ya Tuhan. Dia sampai seperti ini?" keluh Ramon menyayangkan ulah putrinya.

Sekarang tatapan Ramon tertuju kepada Ceisya. "Apa yang membuat kamu berulah seperti ini?"

Emosi Ramon meledak kepada Ceisya.

"Ayah? Tolong buka mata-mata lebar-lebar jika mereka sedang menghancurkan kita. Sadar ayah?" Ceisya sudah berlinang air mata.

Tangan Ramon menunjukkan ke arah pintu. "Pergi dari rumah ini. Ayah tidak ingin melihat kamu lagi di hadapan Ayah."

Related chapters

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERGI

    Koper kecil yang biasa tergeletak di atas lemari, terpaksa diturunkan Ceisya untuk mengemasi pakaian yang akan dibawa.Beberapa pakaian dilempar kasar di atas koper yang sudah terbuka. Kali ini Sentari merasa di atas awan karena sudah berhasil membujuk Ramon. Ceisya merasa kesal, sedih, marah dikarenakan ayahnya lebih membela wanita itu dibandingkan anaknya sendiri.Ditarik koper sampai roda berputar. Saat membuka pintu, Ceisya masih melihat kedua orang tuanya di ruang tengah. Sayangnya, Ayah Ceisya masih perang batin dan memilih memalingkan wajah saat anaknya berdiri dekat dengan dirinya.Ceisya menatap ayahnya yang masih tidak mau melihat ke arah dirinya."Jika ini memang keputusan ayah, aku akan pergi dari sini."Suara Ceisya terdengar parau seperti orang hendak menangis. Setelah ditunggu beberapa detik, ternyata tidak ada balasan dari Ramon."Sampai kapanpun, aku akan menunggu ayah meminta maaf jika tuduhan yang ayah berikan kepada aku itu tidak benar," lanjut Ceisya menarik koper

  • Aktor Tampan itu Suamiku   KEPUTUSAN YANG SALAH

    Telinga Ceisya bergetar hebat dengan kata-kata Rayanka yang menginginkan perpisahan tanpa alasan. Kelopak mata bagian bawah milik Ceisya terasa sangat berat. Buliran bening sudah meronta-ronta untuk dilepaskan. "Apa aku tidak salah dengar?" Ceisya terbata-bata mengatakan hal itu. Ponsel juga ditekankan lebih kuat dengan telinga. Suara embusan napas Rayanka di seberang sana terdengar kuat. "Tidak. Kamu tidak salah dengar." Ceisya mundur beberapa langkah. Sampai pada akhirnya tubuhnya jatuh pada kursi di taman kota. Lampu taman terlihat temaram, layaknya ikut meratapi kesedihan yang dialami Ceisya. "Ray? Apa kamu sedang ada masalah? Jika iya, tolong katakan! Siapa tahu aku bisa bantu kamu," pinta Ceisya penuh harap "Tidak. Kamu salah. Aku baik-baik saja. Aku sedang tidak ada masalah." Ceisya berpikir cepat. "Apa kamu sedang sakit?" "Aku sehat," balas Rayanka memalingkan wajahnya karena Ceisya di sana menatap dengan intens. Ceisya hanya bisa menatap wajah Rayanka dari jauh. Laki

  • Aktor Tampan itu Suamiku   TERJUN BEBAS

    Ibas berjalan kesana kemari sambil menunggu sang Tante datang. Mereka sudah janjian di taman pinggir kota. Benar saja, dalam waktu lima menit datanglah wanita yang menjadi ibu sambung Ceisya. "Ke mana perginya gadis itu?" tanya Ibas kepada Sentari. "Aku sudah mencari sampai ke tempat sahabat Ceisya, tetapi tidak ada." Sentari memasang wajah biasa saja. Entah kenapa Ibas terlalu ambisi dengan anak angkatnya. "Kamu bisa cari lagi sampai ketemu," balas Sentari. Ibas naik pitam. "Harus cari ke mana lagi? Apa perlu teman satu kampus harus aki datangi satu per satu?" Tatapan Ibas sekarang tertuju kepada Sentari. "Apa kamu sengaja melenyapkan Ceisya selamanya?" Sentari panik. "Tidak. Aku hanya memberi pelajaran agar gadis itu menurut saja." "Buktinya sekarang Ceisya pergi entah ke mana." "Besok kita cari bersama. Hari sudah larut malam." Ibas mendengkus kesal. "Keburu gadis itu pergi menjauh." Laki-laki usia matang hatinya sangat kecewa dengan tantenya. Padahal perjanjian awal akan

  • Aktor Tampan itu Suamiku   RANDI— SANG MANAJER

    Ceisya merasakan kesakitan di bagian kepala. Dengan mata yang masih terpejam, pelan-pelan tangan meraba ke bagian kepala dan menemukan perban melingkari kepala. Gadis itu pun panik dan segera membuka mata. Saat sudah siuman, Ceisya tidak merasakan lembabnya tepian sungai dan tidak juga terdengar arus. Ruangan yang sekarang ditempati Ceisya berwarna putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat hidung. "Aku di mana?" Ceisya mengubah posisi dari terlentang menjadi duduk di tepi tempat tidur. Tubuh Ceisya sangat sakit, terutama di bagian kaki. Mata pun menatap ke bawah. Benar saja, terdapat luka. Namun, luka itu tidak parah. Ceisya pelan-pelan mengingat apa yang sudah terjadi menimpa mereka. Ia telah membuat seseorang celaka karenanya. 'Oh jadi seperti ini rumah sakit di penjara?' batin Ceisya karena ia berada di ruangan sendiri. Tidak ada satu pun pasien yang berada di ruangan ini kecuali Ceisya. Gadis yang masih melamun dikejutkan dengan suara pintu yang terbuka. Di sana buk

  • Aktor Tampan itu Suamiku   SIUMAN

    Ceisya merasa ketakutan hebat ketika berhadapan dengan pasien yang belum membuka mata.'Bagaimana aku membayar ini semua? Bahkan aku tidak membawa uang sepeser pun. Bagaimana kalau Kaivan melaporkan ini semua ke polisi?'Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui Ceisya. Baru kali ini merasakan ketakutan yang luar biasa. Mengalahkan ketika berhadapan dengan Ibas atau pun Sentari.Jika waktu kejadian, Ceisya melihat Kaivan secara samar-samar. Sosok sekarang lebih terlihat jelas. Laki-laki berperawakan tinggi, memiliki kulit putih, rambut sedikit berwarna cokelat, tetapi tidak menghapus ketampanan.Tangan Ceisya meraih tangan yang terhubung selang infus. "Aku minta maaf."Seharusnya Ceisya yang berada di IGD. Terbujur tidak sadarkan diri, bukan Kaivan.Melihat Kaivan yang belum membuka mata, Ceisya semakin didera rasa bersalah. Ia pun berniat keluar dari ruangan yang membuatnya semakin bersalah.Ketika Ceisya membuka pintu, sosok gadis itu sangat terkejut. Di depan sana terdapat rombon

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERMINTAAN MAAF

    Randi mendengkus kesal. Percuma seharian mengkhawatirkan Kaivan jika pada akhirnya laki-laki itu malah lebih peduli kepada perempuan asing."Huft. Seharusnya kamu lebih mengkhawatirkan masa depan kamu," sindir Randi.Sementara itu, Ceisya yang berada di belakang Randi hanya bisa menggigit bibirnya sendiri. Sepertinya Kaivan belum menyadari keberadaan Ceisya."Di mana perempuan itu? Cepat katakan!" Kaivan sampai menyingkap selimut dengan logo rumah sakit.Kaivan hanya bisa menelan pahit setelah mengetahui apa yang terjadi dengan kakinya. Penuh dengan perban. Sia-sia perawatan pedicure dua hari yang lalu. Andai Kaivan tidak menolong gadis itu. Andai Kaivan tidak jatuh pasti sudah bisa bergerak bebas."Tahu sendiri kan sekarang kalau kamu tidak bisa jalan?" Randi paham apa yang sedang dipikirkan aktor tersebut."Jawab pertanyaan aku tadi!" Ceisya yang sudah panas dingin tidak bisa berkutik."Oh. Ternyata kamu lebih mementingkan perempuan itu, dibandingkan dengan masa depan kamu sendiri.

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERSETERUAN

    "Siapa perempuan itu?" Laura bertanya secara intens. Ia terus mengingat semua pemain dari inti sampai figuran. Tidak ada yang seperti tadi di ruangan ini. Ada rasa aneh jika Kaivan berteman dengan perempuan seperti tadi."Teman."Laura tidak percaya. "Yakin sekedar teman?" "Iya.""Tapi aku tidak percaya," tukas Laura dengan ketus."Terserah kamu. Aku juga tidak butuh, kamu mau percaya atau tidak." Dari awal, Kaivan terus menghindari kontak mata dengan Laura."Kaiv?" Laura dengan nada tinggi. Ternyata Kaivan sama saja. Tidak di lokasi syuting atau di rumah sakit. Selalu ketus dan terus menghindar.Kaivan yang merasa dipanggil hanya menjawab dengan deheman. Itu malah membuat Laura semakin kesal."Aku takut jika perempuan itu akan mengganggu hubungan kita."Kedua alis Kaivan saling bertaut. "Apa kata kamu? Hubungan kita? Sepertinya aku harus mengingatkan kamu jika kita tidak pernah dekat atau pun menjalin hubungan."Kaivan sampai menekankan di setiap kata-katanya agar Laura sadar. Sebe

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERMINTAAN KAIVAN

    Randi sampai pura-pura merangkul Ceisya karena orang yang menggangu masih bolak-balik melihat ke arah mereka. Untung saja Ceisya tidak menolak atau memberontak. Sepertinya perempuan ini masih terpukul."Maaf kalau aku seperti ini," ucap Randi merasa tidak enak."Aku mengerti." Ceisya tidak menolak karena rengkuhan tangan Randi sudah sangat menyelamatkan.Manajer Kaivan akan melepaskan tangan di bahu Ceisya setelah tikungan di depan. Orang jahat tadi tidak akan bisa melihat mereka lagi karena di sana ada pos penjagaan."Siapa orang tadi?" tanya Randi penasaran. Ceisya yang masih gemetar tidak menjawab. Ia memeluk tubuh sendiri dengan erat. Kepala ditundukkan ke bawah. Beberapa helai rambut sengaja untuk menutupi wajahnya."Apa kalian saling mengenal?" Ceisya masih diam karena pikiran yang penuh tidak bisa sampai berkata-kata."Hei tunggu!" Randi sampai menarik bahu Ceisya. Pasalnya orang yang diajak bicara berjalan tergesa-gesa dan hampir meninggalkan Randi.Sekarang Randi benar-bena

Latest chapter

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERJUANGAN BERAT UNTUK KEMBALI

    Ceisya masih berusaha keras membuka pintu dengan bantuan paku itu. Peluh bercucuran ketika otak berkonsentrasi keras bagaimana pintu bisa terbuka."Cring."Bunyi berasal dari paku yang jatuh ke bawah menimbulkan suara. Ceisya sangat panik. Mata langsung menatap ke bawah. Tepatnya paku yang menggelinding keluar melalui celah."Tidak! Jangan!" pekik Ceisya karena benda yang akan menolongnya malah menggelinding keluar melalui celah.Teriakan Ceisya berakhir sia-sia. Benda itu sekarang berada di luar dengan ujung paku yang sedikit menyembul ke dalam.Jari tangan perempuan yang sedang panik berusaha menarik keras agar ujung paku bisa disentuh.Usaha tetap sia-sia. Benda itu semakin menjauh."Bodoh. Bodoh," rutuk Ceisya kepada diri sendiri. Lama-lama air mata itu turun.Mata mengamati ruangan sempit. Sekarang ia bakal bertahan dan sendirian di sini. Ke depannya bakal menjadi sanderaan Ibas. Malang betul nasibnya.Bagaimana dengan Kaivan? Pasti aktor itu sedang kebingungan mencarinya. Setel

  • Aktor Tampan itu Suamiku   INCARAN WARTAWAN

    "Aku ambil," ucap Ibas setelah berhasil mengambil ponsel dan tas. Laki-laki ini belum paham kalau di dalam sana terdapat uang lumayan banyak.Ponsel itu kembali berdering. Ceisya dan Ibas sama-sama menatap asal bunyi."Sepertinya pacar kamu menginginkan kamu segera datang." Senyum licik Ibas terpancar di wajahnya."Lepaskan. Aku harus pergi."Ceisya bisa menebak kalau Kaivan sangat khawatir sampai harus dua kali menelepon."Jangan harap," jawab Ibas merasa menang. "Kita tunggu saja apa yang akan terjadi dengan pacar kamu di rumah sakit."Ceisya terbelalak. "Jangan apa-apakan dia."Meski Randi hanya sebatas teman, tetapi Ceisya tidak ingin laki-laki itu mendapat kekerasan lagi dari Ibas."Begitu cintanya hah kamu sama dia!" bentak Ibas dengan sangat keras. Disusul dengan tamparan di pipi. Ceisya terjatuh karena Ibas kembali berbuat kasar kepadanya. Tanpa sadar tangan kanan memegang pipi yang terasa sangat perih. Sementara itu Adi yang berada di luar merasa ketar-ketir. Ia sangat paha

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PENCULIKAN

    "Yakin dengan rencana yang mau kamu lakukan?" tanya seorang pria kepada temannya dengan ragu. Masalahnya ini baru pertama."Ya.""Apa yakin akan berhasil?""Pastinya.""Apa kamu gak takut ditangkap polisi?" Pria yang membantu temannya juga ragu dengan rencana yang sudah menyerempet ke hal kriminalitas."Gak akan."Pria itu menggeleng karena sifat temannya yang keras kepala."Perempuan itu yang membuat gue brutal seperti ini. Jika cara halus tidak bisa buat dapetin dia, maka terpaksa pakai cara kasar.""Kalau misal lo sampai tertangkap polisi, tolong jangan bawa-bawa gue."Ibas mendelik ke arah temannya."Lo percaya sama gue saja." Ibas meyakinkan temannya."Kita tidak hanya akan ketahuan polisi. Tapi juga bos akan marah gara-gara kita bolos.""Tenang saja. Cuma satu hari. Semoga saja kita berhasil."Keduanya lama termenung. "Yakin Perempuan itu di rumah sakit?" Lagi-lagi Pria yang bernama Adi merasa bimbang. Ia tidak tahu mau sampai kapan bertahan di halaman rumah sakit. Sudah dua jam

  • Aktor Tampan itu Suamiku   RANDI YANG MALANG

    Kaivan masih membuka tirai untuk memastikan Ceisya pergi dengan aman-aman. Entah mengapa jantung Kaivan mendadak berdetak lebih kencang ketika melihat perubahan Penampilan perempuan itu.'Kenapa aku jadi seperti ini?' batin Kaivan sembari menurut tirai. Kalau Ceisya beneran pergi ke Jawa, pasti semua nanti akan berjalan seperti biasa. Kaivan harus pulang syuting pagi hari dan siangnya harus kembali ke lokasi.Sekarang Kaivan teringat akan satu hal sebelum dirinya terjatuh."Kapan aku bisa istirahat panjang?" Dan sekarang Tuhan mengabulkan entah sampai kapan.Kata-kata Randi sekarang bagai kembali terekam di telinga Kaivan. Ceisyalah yang menjadi penyebab semuanya. Seharusnya Kaivan membenci perempuan itu."Apakah aku harus mengikuti kata-kata Randi untuk membenci Ceisya?" Kaivan bertanya kepada diri sendiri.Kaivan benar-benar seperti harus mengulang yang sudah-sudah. Jika tadi kata-kata Randi, sekarang raut wajah Ceisya yang ketakutan di tepi jembatan sangat membebas di ingatan Kaiv

  • Aktor Tampan itu Suamiku   BAJU BABY PINK

    "Siapa yang menyerang Randi?" tanya Ceisya terbata-bata. Wajah pun tiba-tiba memucat."Entahlah! Aku tidak paham," balas Kaivan bingung. Pertemanan Kaivan dan Randi sudah cukup lama dan Kaivan paham betul siapa teman-teman Randi."Apa kita harus lapor polisi?" saran Ceisya. Siapa tahu kalau orang yang beneran menyerang Randi adalah Ibas maka itu akan sangat menguntungkan Ceisya."Kita belum cukup bukti. Tidak ada rekaman CCTV saat Randi diserang. Kalau tidak kita tunggu Randi sadar untuk menemukan pelakunya."Ceisya mengangguk paham."Bu dhe tolong ambilkan jaket di kamar!"Orang yang dipanggil merasa kaget. "Mas Kaivan mau kemana?""Mau jenguk Randi di rumah sakit."Jawaban itu cukup mengejutkan Ceisya dan Bu dhe. "Tapi kan Mas Kaivan baru pulang dari rumah sakit?" protes wanita itu."Kasihan Randi." Pikiran Kaivan langsung tertuju kepada Randi. Seharusnya Kaivan selalu berada di sisi Randi tidak sadarkan diri. Sama seperti Kemarin-kemarin saat Kaivan di ruang sakit."Sebaiknya jang

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PENYERANGAN

    Randi merasakan kepalanya sangat sakit. Apalagi sempat merasakan bagian punggungnya ada yang bolak-balik menendang."Bangun! Tidak perlu pura-pura pingsan segala!" gertak orang itu terus menendang Randi yang masih mengumpulkan nyawa.Berhubung suasana petang, tidak ada orang yang melihat. Meski masih area rumah sakit, tetapi Randi tadi membeli buah di toko paling ujung. Dan Randi memarkir mobi di lahan kosong karena jalanan depan toko buah hanya muat untuk satu mobil."Kalau gue bilang bangun ya bangun!" gertak orang tersebut karena sama sekali tidak melihat pergerakan orang yang dihajar.Dengan tenaga kuat, ditariknya kemeja belakang milik Randi. Dibaliknya tubuh tidak berdosa itu menjadi terlentang."Bangun!" teriak Ibas dengan napas tersendat karena berhasil mengeluarkan tenaga untuk membalikkan tubuh laki-laki dewasa.Tangan Ibas sekarang digunakan untuk menampar pipi Randi dengan keras.Randi berusaha membuka mata. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa sakit. Entah bagaimana nasib

  • Aktor Tampan itu Suamiku   KEMBALI PULANG

    "Dia ada di mana?" tanya seorang wanita paruh baya mondar-mandir di area parkir rumah sakit."Tadi aku lihat di sini," tukas seorang pemuda yang ikut mencari."Serius itu Cheisya?" Sentari agak ragu karena keponakannya suka mabuk-mabukkan. Takut salah mengenali orang. Siapa tahu itu orang lain, bukan anak tiri Sentari."Iya.""Yakin tidak salah?" Sentari belum sepenuhnya percaya. "Iya. Tadi kita sempet bicara. Tadi aku juga menarik perempuan itu untuk pulang." Ibas menjelaskan panjang lebar."Kamu gak lagi minum, kan?" Sentari mengamati wajah Ibas."Gak. Aku baru pulang kerja. Mana mungkin berani minum alkohol di tempat kerja." Ibas agak tersinggung dengan ucapan tantenya."Ya kirain kamu abis minum. Lagian mana mungkin Ceisya ada di rumah sakit. Dia sehat, gak lagi sakit.""Beneran tadi dia ada di sini." Ibas pun langsung mengingat apa yang telah terjadi di sini."Oh ya aku ingat sesuatu." Ibas sampai berteriak kencang. Sentari pun menatap Ibas. "Apa?""Dia tadi bersama seorang lak

  • Aktor Tampan itu Suamiku   INTEROGRASI WARTAWAN

    "Ikut dengan kamu?" tanya Ceisya gugup.Kaivan mengangguk. "Ya.""Tapi?""Apa yang membuat kamu keberatan? Atau setelah ini kamu harus pergi ke mana?" Kaivan paham kalau orang yang akan mengakhiri hidup biasanya tidak ada satu orang yang peduli dengan orang itu."Tidak. Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Sebenarnya aku harus cari pekerjaan." Ceisya terpaksa jujur karena ia tidak tahu mau seperti apa ke depannya."Lulusan sarjana apa?" Siapa tahu setelah tahu keahlian Ceisya, Kaivan bisa membantu mencarikan pekerjaan."Kemarin-kemarin aku masih kuliah, tetapi sekarang aku memutuskan untuk meninggalkannya."Kaivan bingung. "Kenapa?""Ada sesuatu. Aku belum siap menceritakan kepada siapa pun."Kaivan sedikit cerita. "Tinggal dulu di rumah aku. Nanti kita bisa pikirkan lagi pekerjaan yang cocok untuk kamu."Ceisya berpikir kalau aktor ternama pasti rumahnya besar dan mewah. Pasti Ceisya bakal canggung tinggal di sana."Apa sebaiknya aku kos dekat rumah kamu saja. Aku merasa tidak enak."

  • Aktor Tampan itu Suamiku   PERMINTAAN KAIVAN

    Randi sampai pura-pura merangkul Ceisya karena orang yang menggangu masih bolak-balik melihat ke arah mereka. Untung saja Ceisya tidak menolak atau memberontak. Sepertinya perempuan ini masih terpukul."Maaf kalau aku seperti ini," ucap Randi merasa tidak enak."Aku mengerti." Ceisya tidak menolak karena rengkuhan tangan Randi sudah sangat menyelamatkan.Manajer Kaivan akan melepaskan tangan di bahu Ceisya setelah tikungan di depan. Orang jahat tadi tidak akan bisa melihat mereka lagi karena di sana ada pos penjagaan."Siapa orang tadi?" tanya Randi penasaran. Ceisya yang masih gemetar tidak menjawab. Ia memeluk tubuh sendiri dengan erat. Kepala ditundukkan ke bawah. Beberapa helai rambut sengaja untuk menutupi wajahnya."Apa kalian saling mengenal?" Ceisya masih diam karena pikiran yang penuh tidak bisa sampai berkata-kata."Hei tunggu!" Randi sampai menarik bahu Ceisya. Pasalnya orang yang diajak bicara berjalan tergesa-gesa dan hampir meninggalkan Randi.Sekarang Randi benar-bena

DMCA.com Protection Status