Kepincut Boss Ndeso

Kepincut Boss Ndeso

last updateLast Updated : 2022-11-10
By:  Astika Buana  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
59Chapters
17.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dewi Larasati, perempuan asli Solo, merupakan Sarjana Ekonomi yang banyak berkutat dengan teori. Apalagi, Larasati terlahir di keluarga yang berprofesi sebagai pengajar. Teori menjadi senjata utamanya sebagai konsultan bisnis. Namun, dia seperti melihat dunia yang berbeda saat bertemu dengan Jazil Ehsan. Tukang kayu yang merambah menjadi pengusaha itu terlihat ndeso dan punya pandangan menarik tentang segala hal. Bagaimana kisah antara Boss Ndeso dan Konsultan Bisnis Cerdas ini? Apakah Larasati benar-benar kepicut dan siap jadi istri untuk pria Ndeso ini?

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1. Dasar Ndesitman

"Selamat pagi, Pak? Saya Larasati, ada yang bisa saya bantu?" Kata-kata yang aku ucapkan setiap ada yang memasuki ruangan ini. Aku magang di konsultan bisnis, mengaplikasikan ilmu yang selama ini aku pelajari. Dengan mengantong ijasah sarjana ekonomi, jurusan managemen sisnis di universitas ternama negara ini, membuatku mudah mendapatkan pekerjaan. Apalagi, aku lulus dengan predikat cumlaude. Berbekal percaya diri, akhirnya aku terdampar di kota ini. Semua senior sudah menangani pelanggan, tinggal aku saja yang belum. Biasanya, yang datang orang-orang yang sudah mempunyai usaha, dan menginginkan saran untuk mengefisienkan operasional. Kali ini yang datang seorang laki-laki, bisa dibilang masih muda. Dilihat penampilan, dia masih pemula. Orangnya tinggi, berambut ikal agak panjang, kaos pendek, dan celana panjang cargo. Tampilan bukan bisnisman, malah cenderung seperti orang main dan sekadar mampir. "Selamat pagi. Kauleh nyarek, eh ... saya mencari alamat kantor konsultan bisnis S

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Dina Nurista
ceritanya bagus.. love it
2024-05-30 20:38:51
0
user avatar
Siti Rahmah Jumahir
my 2nd novel from same author.. very good story telling.. really make me feeling in the story line.. love to the moon and. back
2023-07-08 07:52:19
0
user avatar
Astika Buana
Selamat Tahun Baru. Sehat, sukses, dan bahagia selalu. . Terima kasih atas dukungannya selama ini. .
2023-01-01 00:48:28
0
user avatar
Sukanti Made
ceritanya sangat manis......
2022-11-29 07:45:01
1
user avatar
Mblee Duos
salam kenal dari aku yang pemula kak...... semangat nulisnya ya kak... saling support juga yuk, di cerita aku MAMA MUDA VS MAS POLISI......
2022-11-24 17:17:34
1
user avatar
Wulan Sweemo
aww aww aww... anak magang kepincut boss nya ...
2022-11-18 07:20:34
2
user avatar
Astika Buana
Perbedaan budaya bukan menjadi alasan untuk dipertentangkan, tetapi untuk saling melengkapi dan mewujudkan indahnya cinta. . Terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa kasih komentar dan bintang lima.
2022-10-24 16:04:28
1
user avatar
Titin M Saleh
love this story
2023-07-13 23:40:50
0
59 Chapters

Bab 1. Dasar Ndesitman

"Selamat pagi, Pak? Saya Larasati, ada yang bisa saya bantu?" Kata-kata yang aku ucapkan setiap ada yang memasuki ruangan ini. Aku magang di konsultan bisnis, mengaplikasikan ilmu yang selama ini aku pelajari. Dengan mengantong ijasah sarjana ekonomi, jurusan managemen sisnis di universitas ternama negara ini, membuatku mudah mendapatkan pekerjaan. Apalagi, aku lulus dengan predikat cumlaude. Berbekal percaya diri, akhirnya aku terdampar di kota ini. Semua senior sudah menangani pelanggan, tinggal aku saja yang belum. Biasanya, yang datang orang-orang yang sudah mempunyai usaha, dan menginginkan saran untuk mengefisienkan operasional. Kali ini yang datang seorang laki-laki, bisa dibilang masih muda. Dilihat penampilan, dia masih pemula. Orangnya tinggi, berambut ikal agak panjang, kaos pendek, dan celana panjang cargo. Tampilan bukan bisnisman, malah cenderung seperti orang main dan sekadar mampir. "Selamat pagi. Kauleh nyarek, eh ... saya mencari alamat kantor konsultan bisnis S
Read more

Bab 2. Di Luar Bayanganku

Kalau tidak demi pengalaman kerja, mana mau berlelah-lelah ke lantai tiga melalui tangga. Lembaran kertas sertifikat bertulis pengalaman kerja, yang aku dapatkan nanti sangat penting. Ini sebagai bahan pertimbangan saat melamar pekerjaan nanti. Tuntutan administrasi, mencari pekerja yang sudah berpengalaman. Semakin berpengalaman, semakin besar peluang diterima di sebuah perusahaan. Fenomena yang harus diterima, nasib sarjana tergantung dari selembar kertas. Masih diragukan kualitasnya kalau hanya berdasar nilai IPK. Terdengar aneh memang, mencari pekerjaan diminta pengalaman kerja. Bagaimana nasib fresh graduate seperti aku ini? Akhirnya pasrah menjadi karyawan magang dulu. "Capek, Mbak?" Aku melirik tajam dan mendengus pelan, menata napas terengah setelah melewati dua lantai. Bibir kupaksa tersenyum. Bagaimanapun, aku harus bersikap manis walaupun kaki meringis. "Maaf, ya," ucapnya lagi dengan menyuguhkan senyum termanis. Mungkin dengan begitu, dia berharap mengurangi lelahk
Read more

Bab 3. Bos Aneh

Di depanku, sepeda motor tinggi dengan roda bergerigi yang kelihatan mencolok di tempat ini. Ada tulisan Ducati Scrambler di tangki motor. Nama merk sepeda motor yang kuingat sebagai motor trail berharga MAHAL. Bukan. Bukan harga yang kupermasalahkan. Namun, bagaimana bisa aku berboncengan dengan motor seperti itu, sedangkan aku menggunakan baju kerja? Walaupun aku menggunakan stelan celana panjang, tetapi kelihatan salah kostum. "Ayo, naik!" teriaknya dari balik helm full face yang dia kenakan. Mau tidak mau, aku menaiki motor yang mengerikan ini. "Pegangan, Mbak. Nanti jatuh," ucapnya sebelum melajukan kendaraan ini. Aku pun menuruti Ndesitman ini. Berboncengan di motor Ducati Scrambler ini membuat jarak kami begitu dekat. Bahkan, aroma parfum maskulin seakan menguar di penciumanku. Pelan, kupegang ujung jaketnya, daripada jatuh dan pulang hanya tertinggal nama. Semakin lama, kecepatan bertambah seiring tangan ini mengerat di pinggangnya. Kupejamkan mata, ngeri rasanya. Kami
Read more

Bab 4. Ngeselin Tapi Perhatian

Perut kenyang, pusing pun hilang. Entah pusingku karena lapar, atau karena ngebut naik motor. Aku tidak paham. Yang jelas, kami melanjutkan perjalanan kembali dengan catatan tidak boleh mengebut. Tapi, saat diboncengnya, aku teringat percakapan memalukan dengannya saat meminta untuk tidak mengebut."Pak Jaz, tolong jangan ngebut lagi, ya. Saya tidak terbiasa," kataku berharap dia mengerti saat kami bersiap di atas motor.Dia lalu tertawa menatapku. "Tenang saja, saya tidak akan mengebut. Saya takut perut saya biru-biru! nanti" "Hah? Kenapa?" tanyaku bingung."Kamu meremas perutku berkali-kali. Kalau tidak percaya, kau periksa dah!" ucapnya sembari akan menyingkap bajunya.Cukup lama bagiku sebelum memproses semuanya. Untuk mencegah niatnya, aku pun segera berteriak, "Stop, Jaz!" Dia terkekeh lagi. "Maaf. Pak Jazil," ucapku setelah sadar bahwa aku hanya memanggilnya nama saja. Bahkan, sampai memegang tangan dia. Pipiku menghangat, malu sekaligus ada desiran aneh di hati ini. "It
Read more

Bab 5. Katanya Kamu Cantik!

Semalaman aku tidak bisa tidur. Apalagi kalau bukan karena Jazil Ehsan. Dia seperti hantu yang muncul saat aku mencoba memejamkan mata. Banyak hal yang menggelitik hatiku. Dia seperti sosok dari habitat yang berbeda denganku. Aku berasal dari keluarga pengajar. Bapak, Ibu, Tante, Om bahkan Nenek, Kakek, semuanya pengajar. Kami terbiasa hidup teratur, berpegangan dengan teori dan menekankan untuk berpendidikan tinggi. Sedangkan Jaz, dia berbeda sama sekali. Dia lebih suka jalan terlebih dahulu daripada disibukkan dengan rencana yang bepedoman dengan teori yang rumit. Bahkan, menurutnya sekolah tidak penting, yang hanya membuang waktu saja. Wah, kalau bilang seperti itu di keluargaku, bisa jadi dijewer ramai-ramai. Lo, kok pikiranku terlalu jauh. Membayangkan dia ada di tengah-tengah keluargaku. Duh! Dia itu unik, lucu, aneh, ngeselin dan pastinya, sekarang membuat mataku terjaga. Perhatian juga. Aku melirik sandal besar yang kuletakkan di rak sepatu. Berjajar bersama alas k
Read more

Bab 6. Aku Akan Menjadi Rumah Untukmu

Kemarin, aku dipulangkan sebelum waktu Jum'atan. Di zaman sekarang, masih ada pemuda yang meletakkan kesibukannya demi salat berjamaah di masjid. Sempat aku menolak, dengan alasan bisa menyelesaikan sendiri tanpa dia temani. Targetku, ini harus selesai akhir minggu ini untuk merapikan administrasi saja. Karena masih banyak yang harus dibenahi. Jazil menolak tawaranku. Katanya, dia tidak tega apabila aku bekerja sendirian. Padahal, selama ini dia tidak mengerjakan apapun. Hanya menemani ngobrol sesekali, selebihnya diam duduk dan sesekali tertangkap sedang menatapku. Karenanya, hari Sabtu yang seharusnya hari libur, aku harus datang kembali. Seperti kemarin, dia menjemputku pagi-pagi. Aku sudah menolaknya, karena motorku sudah diantar Pak Satpam hari kemarin. "Ini sudah kewajibanku untuk menjemputmu. Saya tidak mau ada apa-apa di jalan. Kamu begitu penting untukku." Sempat kaget mendengar yang dia katakan. "Maksudnya?" "Iya, penting. Penting untuk pekerjaan. Kalau kamu sakit a
Read more

Bab 7. Pertanda Kita Jodoh

Pertemuan kami untuk pekerjaan, rutin dilaksanakan. Tidak terasa, sudah beberapa minggu kami sering bersama. Sudah ada jadwal hari dan jam berapa untuk Jazil ke kantor, sesuai kontrak yang sudah disepakati. Bedanya, kami tidak melakukan pertemuan di kantor yang terletak di lantai tiga. Tempat di cafetaria lantai dasar. Ini permintaan dari Jazil sendiri. Apalagi alasannya, kalau bukan karena takut naik lift. Pak Lartomo, seniorku terpaksa menyetujui. Bagaimanapun nilai kontrak lebih diutamakan, daripada batal. Jazil mengambil kontrak eksklusive. Selain jadwal yang ditentukan, dia juga mempunyai fasilitas konsultasi kapanpun. Dimanapun, uang bisa merubah aturan. Seperti saat ini, kami berdua di kafetaria. Sejak saat itu, hubungan kami mulai dekat walaupun sekedar rekan kerja. Pembicaraan juga sudah mulai santai dan kecanggungan mulai tiada. Kata saya pun, sudah tergantikan dengan kata aku. Ini kami sepakati, hanya digunakan saat berdua saja. Bahan pembicaraan sekarang tentang kar
Read more

Bab 8. Izinkan Aku, Dek

"Aku ingin mengenalmu lebih dari sekedar teman dekat. Ijinkan aku memperkenalkan diri ke bapak dan ibu." Ucapan Kak Jazil kemarin malam sebelum mengantarku pulang. Mengejutkan bahkan membuatku tidak bisa tidur semalaman. Setelah pertemuan kemarin yang membahas tentang karyawan, kami pun berpisah setelah makan siang usai. Entah, hari kemarin adalah hari jadi kita atau tak ubah seperti hari sebelumnya. Yang kita sepakati hanya berubah panggilan saja. Dia memanggilku Dek Ras dan aku memanggilnya Kak Jaz. Tentu saja ini panggilan saat di luar kepentingan kerja. "Di tempatku, ini panggilan spesial untuk orang terdekat. Bukankah kita sudah menjadi teman dekat?" tandasnya, mengukuhkan kemajuan hubungan kami. Siangnya memang kami berpisah, tidak ada kabar lagi darinya. Dia disibukkan dengan janji dengan buyer yang datang dari Singapure, itu yang dikatakan saat bilang ingin menjemputku kembali saat sore harinya, tetapi tidak bisa karena kendala ini. Memang, dia bilang sore hari tidak b
Read more

Bab 9. Candle Light Dinner

Malam ini, aku berdandan lebih rapi. Kak Jaz bilang, kami akan makan malam di tempat spesial. Baju terusan panjang berwarna putih, terlihat santai tapi tetap feminim. Aku pun memintanya untuk menggunakan baju putih. Biar serasi denganku, itu yang aku tekankan. "Aku ingin candle light dinner, seperti yang pernah kamu tunjukkan itu, Dek" ucapnya tadi. Memang pernah, aku menunjukkan foto saat berselancar di dunia maya. Saat tanganku berhenti di sebuah foto romantis, dia ikut berkomentar. "Apa enaknya makan gelap-gelapan. Lebih baik di tempat terang, kelihatan makanannya. Menurutku, ini cara makan orang yang tidak ada kerjaan. Listrik ada, susah-sudah pakai lilin," celetuknya dengan mendekatkan wajah seperti memastikan sesuatu. "Memang tahu ini apa?" "Tahu. Candle light dinner, kan? Bule suka banget makan seperti itu," ucapnya berhenti dan menatapku sesaat, seakan sadar dengan wajah ini yang cemberut, "kamu ingin makan model seperti ini, Dek?" "Tidak!" jawabku kesal. Sekilas aku m
Read more

Bab 10. Kekawatiranku

"Dewi Larasati? Maukah kamu menyimpan ini sampai hari itu tiba?" Kata-katanya terngiang terus di telingaku. Sampai bangun tidur pun, masih terasa suasana tadi malam. Suara deburan ombak, bau pantai, bahkan wajahku masih merasakan tiupan angin. Senyumku mengembang tiada henti, begitu juga hati ini. Mungkin berubah menjadi merah muda, warna cinta. Ngaco! Orang seperti kami, bebas mengekspresikan cinta. Tidak bisa terbantahkan oleh teori atau ketetapan apapun. Aku ambil kotak kecil pemberian Kak Jazil. Sengaja aku letakkan bawah lampu tidur, semalaman mataku tidak terlepas dari benda itu. Entah berapa kali kubuka untuk memastikan benda yang tersimpan di dalamnya adalah nyata. Sebuah cincin polos terbuat dari emas. Di dalamnya diukir indah inisial kami. ~DL & JE~ Kepanjangan dari Dewi Larasati dan Jazil Ehsan, itu yang dikatakannya. Inilah yang menyempurnakan senyumku. Tadi malam, Kak Jazil juga menunjukkan kotak yang sama. Bedanya, cincinnya terbuat dari p
Read more
DMCA.com Protection Status