Share

Bab 3. Kebohongan

Author: Fiska Aimma
last update Huling Na-update: 2024-05-02 10:41:58

POV Author

Mata El berkeliling mencari sosok wanita yang menghuni pikirannya sejak tadi.

El tahu dia sudah gila. Di hari yang seharusnya dia fokus pada pekerjaan dan amanah barunya, El malah terlihat seolah sedang mengincar mangsa yaitu Alina.

Bak orang kebingungan pria itu terus mencari dan menunggu di depan toilet sekolah. Perasaannya campur aduk tapi tetap berusaha untuk santai agar tak terlihat gelisah.

Syukurlah penantiannya tak lama karena matanya otomatis menyipit ketika melihat seorang wanita baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sembab.

Segera dia menghampiri wanita itu untuk menuntaskan semua rasa penasaran yang bergumul dalam hatinya.

"Alina, apa kabar?" Itulah kalimat pertama yang El ucapkan pada mantan istrinya itu, padahal sebelum mereka bertemu dia sudah merangkai jutaan kata di benaknya tapi malah itu yang keluar.

Wanita cantik itu sesaat menoleh tapi tak menjawab panggilan pria itu, ada gurat-gurat kemarahan dan kesedihan yang tampak jelas di raut mukanya yang memucat. Tidak ingin membuang waktu sekaligus kesempatan, pria tampan itu segera lebih mendekatkan diri ke arah Alina yang kini mematung di tempatnya.

"Alina ...." panggil El lagi lirih membuat perempuan itu bereaksi dan menunjukkan sikap yang tak diinginkan oleh hati pria itu.

Tanpa melihat ke arah El, Alina pun melangkah ke samping untuk menghindarinya. "Maaf Pak, permisi saya ingin lewat," katanya tegas tapi tak menyurutkan nyali El sama sekali untuk bisa berbicara dengan Alina.

El merasa sudah tak sabar untuk memastikan keadaan sebelum dia kembali merasa tersakiti oleh rahasia yang selama ini ditutupi darinya.

Cukup bagi El menderita karena merasa dikhianati selama delapan tahun lamanya setelah ditinggal Alina, kini dia harus mencari kebenarannya.

"Kamu gak bisa lewat sebelum kita bicara," cegah El seraya menggeser tubuhnya sampai perempuan cantik itu tidak bisa pergi.

Alina tampak kecewa dan pada akhirnya melayangkan tatapan tak suka pada sang pria.

"Bicara? Bicara apa lagi? Bagi saya Anda sudah mati delapan tahun lalu. Jadi, saya rasa tidak ada lagi yang harus diobrolkan di sini. Sekarang lebih baik Anda minggir!"

Sekali lagi Alina membentak El, dia tidak suka jika ditahan-tahan dan parahnya itu membuat perasaan pria yang ada di depannya kian bergemuruh dahsyat.

Selama ini El mengira kalau perempuan itu akan menunjukan rasa bersalah karena telah meninggalkannya tanpa pesan apa pun tapi sebaliknya dia malah menerima perlakuan yang kurang menyenangkan.

El menggeram dan tangannya reflek mencengkram.

"Oke, kamu boleh pergi tapi jawab dulu pertanyaan saya. Ke mana saja kamu selama ini? Dan apa Aliza itu anak saya?" tanya El penuh penekanan. Dia tatap mata Alina yang sudah berkaca-kaca tapi El berusaha gak perduli, lagi pula El sudah lama merasa hancur semenjak Alina meminta cerai lewat sang ibu dan membiarkannya dalam kesakitan.

Pria itu kesepian dan kehilangan.

"Katakan, Lin! Apa Aliza anak saya? Kenapa kamu diam aja, hah?!" desak El disertai desahan kasar dari mulutnya.

Dia sudah tidak tahan terpenjara dalam keputusasaan dan pertanyaan. El sangat berharap Alina akan jujur padanya.

Alina sejenak terdiam dengan wajah tegang tapi tiba-tiba dia maju dengan pandangan yang sangat tajam.

"Bukan! Dia bukan anak Anda! Dia anak dari pria lain! Sekarang stop bertanya!" sentak Alina dengan suara tinggi yang berhasil membuat El serasa disiram es batu sekujur tubuhnya.

El membeku karena harapannya seolah luntur. "Ka-kamu serius Lin? Aliza bukan anak saya? Kamu jangan berbohong Lin, saya bisa melihat kemiripan wajahnya dan sikapnya yang--"

"Saya bilang bukan ya bukan!" Alina menegaskan sekali lagi. "Dia adalah putri saya!"

"Tidak! Kamu bohong! Saya yakin, Aliza anak saya dan kamu. Saya yakin karena Aliza saat ini berumur tujuh tahun sementara perpisahan kita sudah delapan tahun. Itu berarti setahun kamu hamil, tujuh tahun lagi adalah umur anak kita. Lagi pula kamu belum pernah menikah lagi bukan?" cecar El lagi seraya hampir memegang pundak Alina tapi wanita cantik itu gegas menepisnya dan melayangkan raut emosi.

"Kata siapa saya gak menikah lagi? Jangan geer! Dia anak suami saya yang kedua!" sanggah Alina untuk mematahkan keyakinan El. Dia sengaja berbohong agar El berhenti menyangka Aliza anaknya, jika El sampai tahu pastinya mantan ibu mertua Alina akan kembali membuat mereka menderita.

Cukup. Ya, cukup! Alina tidak mau lagi berada di bayang-bayang keluarga Fahreza lagi karena mereka itu toxic dan wanita itu gak sanggup menanggung akibatnya.

"Apa? Gak mungkin! Jadi maksud kamu setelah kita bercerai. kamu menikah lagi dan sekarang bercerai lagi? Gila, hebat banget kamu, ya?" Suara El terdengar sarkastik. Lelaki itu mulai berani menyindir Alina secara terang-terangan, sinar ketidaksukaan dan kebencian begitu kentara dalam sorot matanya yang memerah karena marah.

Alina mendecak miris. "Oh tentu saja saya hebat. Untuk apa saya membiarkan diri saya tersiksa menunggu lelaki yang sebenarnya mengabaikan saya dan bahkan pergi menghilang," balas Alina tak kalah sengit.

El maju selangkah, tatapannya menajam. "Kata siapa saya tidak perduli? Saya bahkan buru-buru pulang tapi kamu udah gak ada di rumah. Sebenarnya apa alasan kamu berbuat begitu Lin? Saya mencari kamu hingga saya hampir gila dan saya bahkan dapat info kamu mengkhianati saya. Dan ternyata benar, kamu bahkan sudah punya anak."

"Oh, jadi selama ini Pak El yang terhormat ini punya keyakinan kalau saya mengkhianati Pak El, begitu? Hahaha, sungguh lucu!" Alina tertawa sumbang karena merasa kalimat El konyol sekali. El menuduh tanpa bukti dan hanya percaya pada mulut jahat dan Alina sangat yakin kalau mantan mertuanya-lah menghasut itu tapi Alina memutuskan untuk tak memperpanjang masalah.

El menggeleng tegas. "Nggak, awalnya saya gak yakin tapi sekarang setelah kamu bilang kalau Iza itu adalah anak dari suami kedua kamu. Saya jadi yakin selama saya di Jepang kamu berselingkuh!" tuduh El seraya mengarahkan telunjuknya tepat ke wajah Alina yang memucat.

Sejujurnya, mendengar El berkata begitu kejam hati Alina rasanya seakan dicabik-cabik. Tapi, Alina berpikir mungkin ini lebih baik bagi mereka berdua.

Pada akhirnya Alina hanya bisa tersenyum getir. "Baguslah kalau Anda sudah yakin. Kalau begitu, pembicaraan kita sudah selesai, sekarang biarkan saya lewat! Permisi!" pamit Alina keras sambil pergi meninggalkan El yang masih membeku seolah tertusuk sembilu.

Sementara, di sisi lain Alina hanya bisa berlari secepat mungkin agar air matanya tak terlihat El.

Dia ingin pergi dari El, itu saja.

Kaugnay na kabanata

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 4. Sindiran

    Aku memilih untuk segera pulang sesaat setelah acara komite selesai. Rasanya aku belum sanggup berada lebih lama satu ruangan dengan El setelah perdebatan kami di depan toilet sekolah. Jujur, selepas kami saling menuduh dan aku berbohong tentang status Aliza, pertemuanku dengan El lebih tak mengenakkan. Seringkali dalam rapat kami sama-sama membuang maka walau terkadang malah bersitatap.Jadi, dibanding terbelit kondisi yang lebih awkward, aku lebih memilih ijin pergi duluan dari sekolah dibanding membuat orang lain curiga. Aku juga belum siap berbasa-basi dengan mantan suamiku dan menunjukkan kalau kami baik-baik saja. Namun, di tengah perjalanan tiba-tiba mobil yang kukendarai seolah tak mendukung rencanaku untuk sampai ke rumah padahal Nenek Omi bilang Iza sedikit demam sepulang sekolah tadi. Alhasil, aku terpaksa menepikannya di bahu jalan. "Astaga! Apa lagi ini, sih?" Aku menggerutu kesal ketika tiba-tiba mesin mobilku mati ketika di-starter. Sepertinya kesialan makin bertamb

    Huling Na-update : 2024-05-02
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 5. Darurat

    Banyak yang bilang alasan seseorang tidak menjalin hubungan usai bercerai atau berpisah adalah cinta dia habis di mantannya. Mungkin itu juga yang terjadi padaku sekarang.Setelah delapan tahun berpisah dari El, anehnya perasaanku seakan malas memulai hubungan apa pun. Entah karena trauma atau faktor lainnya, aku pun tak yakin tentang itu semua.Jadi, jika sekarang El curiga tentang kedatangan Neo yang mau menolongku saat mobilku mogok, pastinya aku ingin sekali tertawa karena rasanya dia gak perlu sampai sebegitunya. "Oh ini ternyata kekasih kamu yang baru?" bisik El sambil menoleh ke arahku dan Neo secara bergantian. Aku yang tidak mau Neo disalahpahami El dan jadi canggung ke depannya, reflek menidakan dengan sedikit ketus."Jangan asal ngomong! Dia itu sebenarnya--""Elfarobi Fahreza?" sapa Neo dengan ragu yang membuat El menatap lurus ke arahnya. Aku menegang sekaligus terkejut heran karena Neo ternyata tahu nama lengkap mantan suamiku."Ya, saya Elfarobi. Bagaimana Anda bisa

    Huling Na-update : 2024-05-02
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 6. Lamaran Neo

    Aku memandangi wajah cantik Iza yang sedang tertidur lelap. Aku mencium kening Iza dengan hangat, diam-diam aku bersyukur setelah aku datang tadi Iza langsung bisa ditangani. Ternyata karena demam tinggi, Iza jadi kejang lagi padahal setelah mengkonsumsi obat enam tahun lalu dia sudah jarang seperti itu lagi. Tapi, untunglah aku tahu apa yang harus kulakukan.Sesuai intruksi dokter Hani--DSA (Dokter Spesialis Anak)-nya Iza yang kuhubungi lewat WA, aku bisa memberikan penanganan dini pada Iza tanpa harus membawanya ke UGD. Kata dokter Hani, sementara Iza bisa diberikan obat kejang yang sudah ia resepkan, tapi jika ketika diberikan obat masih kejang barulah harus dibawa ke rumah sakit."Ya Allah, sembuhkan Iza," desahku pada saat memegang tangan Iza yang kini untungnya sudah tertidur lelap.Sembari menjaga Iza, tanpa terasa bulir air mataku turun ke pipi. Membayangkan Iza kesakitan karena kesalahanku yang belum bisa menjadi orang tua sempurna, membuat hatiku teriris. Tak seharusnya Iza

    Huling Na-update : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 7. Sakit?

    Aku menghempaskan tubuh lelahku ke kursi panjang yang ada di salah satu lorong rumah sakit. Syukurnya keadaan Iza membaik setelah ditangani dokter Hani yang bersedia datang untuk memeriksa Iza yang mendadak kejang.Dokter Hani itu sebenarnya kenalan Adel dan juga sudah lama menjadi dokternya Iza, maka tak heran dia berusaha memantau Iza apa pun kondisinya. Aku tidak terbayang kalau Iza telat diberikan perawatan medis, aku pasti akan merasa sangat bersalah. Menurut info dari dokter Hani, Iza kembali kejang karena demam tinggi yang hampir mencapai 39 derajat.Sekarang pertanyaannya, apa yang menyebabkan Iza mengalami itu lagi? Apakah kedinginan? Kecapean? Salah makan?Atau ..."Agh!" Aku mengerang karena ketika memikirkan Iza sakit rupanya membuat perutku mendadak tak enak dan melilit. Kepalaku pun jadi pusing, mungkin karena aku terlalu stress belakangan ini.Reflek aku memegang ujung kursi untuk menguatkan diri. Kupikir ini saatnya aku bersitirahat dan makan sebentar, lagi pula Iza se

    Huling Na-update : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 8. Rubah Betina

    "Lin, Alina?"Aku mengerjapkan kedua mata dengan hati-hati. Saat ini perutku cukup membaik tapi kepalaku masih sedikit berputar seolah ditusuk paku walau tak sedahsyat tadi. Aku mencoba menengokkan kepala ke samping untuk memeriksakan keadaan dan mataku yang sipit seketika membola ketika mendapati ada El yang terduduk di samping dengan wajah khawatir. "Mas El?"Di situlah aku menyadari kalau aku bukan lagi ada di lorong rumah sakit tapi di suatu ruangan mirip kamar periksa karena hidungku bisa mencium bau obat yang pekat."Lin, kamu sudah bangun?" El menatapku cemas. Dia ingin memegang tanganku tapi ragu alhasil dia hanya menatap untuk memastikan bahwa aku sadar sepenuhnya.Aku menganggukkan kepala pelan. "Eng ... iya Mas. Ini di mana Mas?"Dia tersenyum lega. "Alhamdullilah syukurlah saya takut tadi kamu kenapa-napa. Kita sekarang ada di UGD. Kata dokter lambung kamu bermasalah dan dehidrasi. Sekarang coba kamu minum dulu, ya?" pinta El sambil membawa segelas air putih dari atas nak

    Huling Na-update : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 9. Tuduhan

    "Orang kayak Mbak ini emang suka banget nyusahin, ya? Sifat ketergantungan Mbak ternyata gak hilang meski kalian sudah berpisah. Kenapa sih Mbak gak bisa sendiri aja urus hidup Mbak? Pantes Mas El ninggalin Mbak." Perkataan Faye yang menohok membuat aku menghela napas lelah. Aku sudah menduga wanita ini akan membahas hal ini saat kami tinggal berdua. Jujur, aku tidak kaget pada Faye yang menuduhku seenaknya karena dari sejak dulu dia memang begitu. "Pertama, saya gak minta Mas El buat nolong saya, kedua Mas El sendiri yang inisiatif buat membawa saya ke sini dan ketiga asal kamu tahu saya yang meminta diceraikan jadi bukan Mas El yang ninggalin," jawabku sambil menatap Faye sedatar mungkin. Aku mencoba menyandarkan badan ke ranjang karena kepalaku terasa lebih sakit dan berdenyut hanya karena gara-gara melihat Faye.Faye menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di samping bed dengan sikap jumawa. "Tapi yang aku lihat gak kayak gitu. Mas El sengaja meninggalkan Mbak yang memang beda k

    Huling Na-update : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 10. Minta Ayah

    Iza sudah bisa pulang ke rumah. Setelah tiga hari di observasi dan menjalani tes EEG kabar baiknya dokter mengatakan Iza normal untuk bisa pulang. Semua kondisi membaik hingga kami bisa beraktivitas seperti biasanya. Sayang, di antara kabar baik terselip satu keganjilan yang sampai sekarang masih belum bisa aku lerai yaitu tentang berbedanya sikap El setelah kejadian di UGD.Entah mengapa, selepas percakapan tempo hari itu, sikap El jadi lebih dingin dari biasanya. Dia seolah menghindar dan bahkan tak menampakan batang hidungnya di depanku. Namun, meski El seakan menjaga jarak, siapa sangka ketika keluar dari rumah sakit aku baru mengetahui kalau El sudah membayarkan biaya rumah sakit Iza.Di situ aku sangat terkejut dan bingung. Jujur, aku bahkan tidak tahu apa yang kurasakan lagi setelah mengetahui El yang ternyata tetap membantuku meski aku menolak.Menerima itu, aku tentu merasa gak nyaman apalagi ketika melihat El tampak marah pas mendengar percakapan aku, Neo dan Faye.Padahal j

    Huling Na-update : 2024-05-07
  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 11. Curiga

    "Bunda mau kan nikah sama Pak El? Pak El mau juga kan jadi ayahnya Iza?" Alina merasa hatinya seolah bergetar saat mendengar pertanyaan Iza, apalagi ketika melihat tatapan penuh harap dari Iza. Wanita muda nan cantik itu menggigit bibirnya gugup, dia rasanya tidak sanggup memberikan jawaban apa pun pada anak satu-satunya itu. Dia harus mengakui kalau permintaan Iza terlalu mustahil dirasa saat ini.Tidak. Ya, tidak mungkin rasanya Alina kembali bersatu dengan El karena hal itu sangat membahayakan bagi mereka berdua.Perlahan, Alina melirik ke arah El untuk mengetahui ekspresi dan reaksi pria itu ketika ditanya oleh Iza. Ternyata El pun sama mematungnya dengan Alina. Dan yang bisa pria tampan itu lakukan hanya berdiri menatap ke arah Alina dengan tatapan yang ... entah.Melihat kedua orang dewasa di depannya hanya bisa diam, Iza menggembungkan pipinya."Kok gak dijawab sih? Iza kan nanya. Bunda mau kan kalau Pak El jadi ....""Sudah Iza, jangan nanya yang aneh-aneh, ah. Kamu ini ada-a

    Huling Na-update : 2024-05-07

Pinakabagong kabanata

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 91. Ending

    Suasana kamar rawat El seketika diliputi kecanggungan. Entah mengapa, ketika mereka hadir dan duduk di depanku dan El, aku merasakan ketegangan di udara. Tatapan mereka membuatku merasa canggung, seakan setiap kata yang akan diucapkan sudah ditakar dan dipikirkan berulang kali. Aku menahan diri untuk tidak menilai, tetapi rasa sakit yang terpendam di hatiku kembali mengemuka. Diam-diam, aku melihat reaksi El atas kedatangan dua wanita yang pernah hadir di hidupnya dan mengganggu rumah tangga kami. Namun, rupanya El memang lelaki yang sangat menghargai istri, semenjak Faye dan Sania datang kulihat El hanya memasang wajah datar seolah malas. "El, Lin, sebenarnya kami... kami ingin meminta maaf." Faye yang tadi terlihat gugup pada akhirnya memulai percakapan. Suaranya lembut, tapi ada nada berat yang menyertai kata-katanya. "Kami tahu, kami telah menghalangi El dan kamu untuk bersama. Apalagi aku membuat kalian sempat bertengkar," lanjut Faye sambil melihatku yang duduk di depannya d

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 90

    Tinggal satu hari lagi El berada di rumah sakit, akhirnya setelah hampir seminggu berada dalam perawatan untuk pemulihan kami diperbolehkan pulang juga. Tampaknya fisik El lebih cepat pulih dari perkiraan. Selama El di rumah sakit aku tidak pernah absen menemaninya dan terkadang juga aku membawa Aliza agar El merasa bahagia.Namun, tentu saja Aliza gak bisa sering-sering menemani karena dia juga harus sekolah dan takut badannya kecapean kalau nungguin El sampai malam. Alhasil, hanya aku yang lebih banyak bareng El karena selain ada kepentingan. Kami pun sama-sama memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya membuat ibu mertuaku itu divonis hukuman penjara. Baik aku dan El berjanji, akan mengunjunginya usai kami keluar dari rumah sakit. Kami berharap Bu Rosa mau berbesar hati menerima kami. "Mas, alhamdullilah ya akhirnya kasus kita selesai juga. Rasanya aku lega banget deh. Kira-kira kalau aku jenguk Ibu mau nemuin aku gak, ya?" Aku merebahkan kepalaku di atas paha El dan menghadapkan

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 89

    Selama El diperiksa oleh dokter, senyuman tak henti tersungging di mulutku karena merasa sangat bahagia bisa melihat El terjaga lagi. Jujur, ini bagaikan suatu anugerah yang tak terkira. Tadinya aku sudah hilang harapan tapi Tuhan memang Maha Baik, Dia selalu tahu apa yang hamba-Nya butuhkan dan Dialah yang Maha pengabul doa."Kondisi Pak El sudah agak stabil tapi beberapa hari ke depan kami harus tetap melakukan observasi karena harus memeriksa secara menyeluruh tapi kabar baiknya Pak El bisa dipindah ke ruang rawat biasa. Sementara, jangan biarkan dia banyak bergerak dulu, ya?" ujar dokter Bagus seraya melepaskan snelli. Wajahnya menunjukan kelegaan setelah memeriksa suamiku.Aku mengangguk pasti sembari tersenyum lebar. "Baik Dok siap. Saya akan menjaga suami saya.""Terima kasih Dok," ujar El lirih dan lemah."Sama-sama. Kalau gitu saya permisi, ya?""Silahkan Dok."Setelah dokter spesialis yang menangani El beranjak pergi, kini tersisalah aku dan El. Aku menatap El yang juga ten

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 88

    Tiga hari telah berlalu pasca insiden p*nusukan dan p*nculikan yang dilakukan Neo, El masih betah tertidur di atas ranjang ICU. Kata dokter luka El sudah dijait dan operasi besar pun berhasil, sekarang tinggal nunggu kesadaran El. Tapi, syukurnya ada kabar baik yaitu tubuh El merespon positif terhadap obat-obat yang diberikan sehingga bekas tusukannya lebih cepat mengering. Di sisi lain kondisi aku pun berangsur baik. Aku bahkan masih bisa bolak-balik mengurus Iza dan rumah sakit sambil terus memantau kasus Bu Rosa yang pada akhirnya bisa didakwa atas kasus perencanaan penculikan bersama Neo karena dia yang menyuruh Neo menculikku dan dia juga yang menyuruh Neo menterorku dengan membawa Aliza ke istana boneka.Oh Tuhan. Gak disangka Bu Rosa dan Neo tega memisahkan kami sejauh ini. Hanya demi sebuah warisan kekayaan, dia rela menghalalkan berbagai cara termasuk membunuh orang. Benar-benar bejat! Aku tidak terbayang perasaan El jika sadar nanti jika tahu ibunya yang merencanakan ini

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 87

    Menegangkan, kacau dan menakutkan. Tak bisa aku bayangkan kalau kami akan berada di posisi di mana kami harus terjebak dengan Neo juga anteknya di gudang yang menyeramkan dan juga gelap. Siapa duga, Neo--sahabatku yang kukira baik kini dengan busuknya mengacungkan senjata dan mengarahkan moncongnya ke arah kami di saat aku dan El mau melarikan diri. Jujur! Saat ini aku merasa jantungku hampir meledak karena ketakutan. Neo tampak marah dan putus asa, sementara El berusaha tetap tenang di sampingku. Pria tampan itu seakan menunjukkan bahwa semua akan baik-baik saja jika kami bersama. "Kalian gak bisa ke mana-mana! Aku tegaskan sama kamu, El! Alina itu milikku! Dia cinta sejati seorang Neo bukan Elfarobi! Paham?!" bentak Neo dengan nada tegas dan menggelegar membuatku reflek mundur di belakang El. Sungguh, situasi ini sangat mengerikan, aku tak bisa terus di bawah pandangan Neo yang menyedihkan juga jahat. El meremas tanganku lebih erat, seolah memberi isyarat bahwa dia akan melindun

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 86

    Neo menculik dan menjebakku. Itulah yang aku pikirkan sekarang. Seketika ketakutan merayap di seluruh tubuhku, tapi aku tahu aku tidak bisa membiarkan rasa takut menguasai diriku. Aku tak percaya kalau Neo kini telah banyak berubah, entah apa alasannya tapi Neo berubah menjadi jahat.Apa karena aku tolak dia jadi seperti ini? Agh, sial! Mengapa aku bisa semudah itu percaya sama Neo?Memikirkan kebodohanku, diam-diam aku jadi menyesal karena tidak bisa bertemu dengan El. Tapi, meski sedih dan marah aku gak boleh kehabisan akal, saat ini El harus tahu aku berada dalam bahaya. Hanya saja, bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa melarikan diri atau mencari El? Aku terus menggerak-gerakkan tangan dan kakiku yang kini terikat.Sebenarnya, beberapa saat lalu seusai aku tahu kalau Neo menculikku, Neo yang semula baik tak segan menunjukkan sisi jahatnya. Dia tiba-tiba mendorongku hingga ke kursi belakang. Setelah mengikat aku dan mengancam kalau akan berbuat macam-macam jika aku berisik, Neo

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 85

    Esok harinya. Aku merasa sudah cukup menyendiri dan memikirkan rencana ke depannya untuk dilakukan menghadapi masalah ini. Semalaman penuh aku merenungkan semua sampai akhirnya aku memilih untuk berbicara dengan El dan menyelesaikan semuanya sesuai saran Rahma. Berulang kali aku memikirkan kalau apa yang dikatakan Rahma itu benar, kalau dosa ibu kandungku bukanlah dosaku. Tidak seharusnya aku menanggung kesalahan ibuku dan aku pun seharusnya percaya pada El. Selama ini El sudah banyak berkorban, gak mungkin dia mengkhianatiku terutama sama Faye.Dikarenakan mengingat itu semua, aku pikir ini saatnya aku untuk mengambil semua peranan dan memutuskan yang terbaik untuk kehidupanku sendiri. Aku harus percaya sama El dan aku yakin dia pun akan memahami kalau pengkhianatan orang tua kami gak ada hubungannya dengan rumah tangga kami.Aku melirik jam tangan, ternyata waktu sudah menunjukan jam 7.00 pagi, sepertinya aku harus segera pergi ke rumah sakit. Aku ingin bergegas menemui El dan mem

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 84

    Keesokan paginya. Aku kembali mencoba mencari cara agar bisa masuk ke ruangan El tanpa bisa diusir seperti semalam. Bagaikan orang gila, aku meminta bantuan ke sana dan ke sini demi bisa masuk ke ruangan El tapi rasanya susah sekali karena Bu Rosa sama sekali gak beranjak.Beruntung, setelah menunggu hampir tengah hari. Aku akhirnya dapat bantuan dari Bre--sahabatnya El dan sekarang jadi mantan bosku. Bre yang baru saja menjenguk El bilang kalau El sudah membaik dan dipindah ke ruang rawat VIP sehingga aku bisa dengan mudah mengakses selama gak ada Bu Rosa atau pengawalnya. Kata Bre, El masih belum sadar sepenuhnya karena masih harus banyak istirahat akibat cidera tulang yang ia alami. Tentu kabar itu setidaknya membahagiakan hatiku yang sejak semalam sudah harap-harap cemas, terutama Bre juga bilang Bu Rosa sedang pergi keluar jadi ini saatnya aku bisa menyelinap masuk.Dan setelah persiapan matang, akhirnya aku bisa juga sampai di depan ruang rawat El. Sebelum masuk, aku berhenti

  • Anak Rahasia Kepala Sekolah    Bab 83

    "El kecelakaan Lin, dia kecelakaan! Sekarang katanya dia dilarikan ke UGD." Sekali lagi informasi dari Bik Ratih beberapa saat lalu membuatku benar-benar tidak bisa berpikir jernih. 1320015635874Jujur, aku sangat terkejut hingga sempat terdiam dan tubuhku terasa kaku. Berita kecelakaan tentang El benar-benar menghantamku seperti gelombang besar yang tiba-tiba datang. Namun, meski rasanya hati ini begitu cemas, tanpa pikir panjang dengan cepat, aku meraih tas dan jaketku, lalu bergegas keluar rumah menuju rumah sakit, tentu saja setelah menitipkan Iza kepada Bik Ratih. Aku sengaja gak mau memberitahukan kabar tentang El pada Iza karena anak itu pasti menangis kencang dan ingin ikut padahal ini sudah sangat larut malam.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, tak ayal pikiranku kacau dengan berbagai perasaan. Ada ketakutan, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang mendalam. Aku mengira kalau El mengalami kecelakaan tunggal karena saking marahnya padaku sehingga oleng dan menabrak pembat

DMCA.com Protection Status