Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu

Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu

last updateLast Updated : 2024-06-12
By:  Syifaanur Al Fitria/Syiffitria  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
39Chapters
958views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Tolong lepaskan aku, Ais. Aku hanya mencintai Rana.. " "Bayar dulu hutang-hutangmu, Mas." "Jika sudah, kamu mau melepaskan aku kan?" "Ya, hanya saja.. jika itu terjadi, kamu sungguh berhutang surga padaku. Harusnya kau selalu menjadi tempat aku merindukan surga.. " "Maaf, Ais. Aku tidak bisa merakit kisah sejuk itu bersamamu. Sebab perasaan itu.. hanya bisa aku berikan untuk Rana.. Aku tidak ingin terus menderita Ais.." Air mata Aisyah menetes begitu pilu, "Dan aku harus menanggung sendiri atas derita yang kau torehkan, begitu kah?" Ilyas diam, ia menunduk begitu dalam, ucapan Ais berhasil membuatnya merasa jadi lelaki yang sempurna kebrengsekannnya. Tapi dia tidak peduli. Ia hanya ingin hidup bersama Rana dan akan melakukan apapun untuk itu.

View More

Latest chapter

Free Preview

Prolog

Hening begitu mencekam ruangan kecil itu, Aisyah dan Ilyas diam seribu bahasa. Penyesalan mendalam begitu mencengkram hingga tampak di wajah Ilyas. Lelaki itu akhirnya berani mengutarakan perasaannya yang terpendam selama ini."Maafkan aku, Ais... ""Cukup, mas!!" Aisyah yang sedari tadi menahan amarah akhirnya mengeluarkan suara. Hatinya terlampau sakit, selama dua tahun pernikahan suaminya selalu memperlakukan dia dengan baik. Meski Allah belum memberikan rezeki keturunan untuk mereka, tapi suaminya tak pernah mempermasalahkan itu. Mereka hidup harmonis, siapa sangka harus menemui masalah tragis begini."Jadi ini sebabnya setiap kita berhubungan kamu tidak pernah menatap mataku dengan penuh kasih? Sekali menatapku, kamu menyebut nama "Sweety"? Ternyata itu sebutanmu untuk perempuan jalang itu, hah?!" Aisyah marah besar, hatinya pilu. Lara yang ia dapat begitu memukul nurani."Jaga kata-katamu, Ais! Aku tau kamu kecewa, tapi mulutmu itu tidak pantas menyebut Rana seperti itu!" bela

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
39 Chapters

Prolog

Hening begitu mencekam ruangan kecil itu, Aisyah dan Ilyas diam seribu bahasa. Penyesalan mendalam begitu mencengkram hingga tampak di wajah Ilyas. Lelaki itu akhirnya berani mengutarakan perasaannya yang terpendam selama ini."Maafkan aku, Ais... ""Cukup, mas!!" Aisyah yang sedari tadi menahan amarah akhirnya mengeluarkan suara. Hatinya terlampau sakit, selama dua tahun pernikahan suaminya selalu memperlakukan dia dengan baik. Meski Allah belum memberikan rezeki keturunan untuk mereka, tapi suaminya tak pernah mempermasalahkan itu. Mereka hidup harmonis, siapa sangka harus menemui masalah tragis begini."Jadi ini sebabnya setiap kita berhubungan kamu tidak pernah menatap mataku dengan penuh kasih? Sekali menatapku, kamu menyebut nama "Sweety"? Ternyata itu sebutanmu untuk perempuan jalang itu, hah?!" Aisyah marah besar, hatinya pilu. Lara yang ia dapat begitu memukul nurani."Jaga kata-katamu, Ais! Aku tau kamu kecewa, tapi mulutmu itu tidak pantas menyebut Rana seperti itu!" bela
Read more

Mulai Bermain Api

Tiga bulan sebelum pengungkapanSenja telah pamit undur diri, langit gelap mulai menyapa bumi pertiwi. Perempuan cantik berusia dua puluh tiga tahun itu terbaring lemas di atas kasurnya. Sudah tiga hari dia demam tinggi. "Sayang, kita periksa ke dokter, ya?" Bujuk lelaki gagah yang selalu setia menemani di sisi perempuan itu. "Gak usah, Mas. Besok pasti sembuh," jawab si perempuan dengan tubuh menggigil. "Sayang, please.. Ini udah tiga hari tapi demam kamu belum turun juga. Kali ini nurut ya? Jangan keras kepala terus. Aku khawatir, sayang," Bujuk lelaki yang kerap dipanggil Ilyas itu. "Yaudah, kalau besok aku gak baikan, kamu boleh antar aku periksa," ujar sang perempuan imenyerah. Perempuan dengan mata indah itu, Aisyah, memang tidak suka pergi ke dokter, ia takut hasilnya malah aneh-aneh dan membuat pikirannya makin tidak tenang. Tapi kali ini, badannya sudah terasa sangat lemas. Kepalanya terasa sakit. Sepertinya memang sudah waktunya ia pergi memeriksakan diri jika esok tak k
Read more

Rana Syadila

Ini sudah hari keempat, demam Aisyah tak kunjung menurun. Bahkan kali ini tubuhnya lebih lemas dari kemarin. Ilyas yang merasa khawatir melihat istrinya tak berdaya, langsung membopongnya ke dalam mobil. Ia membawa Aisyah menuju rumah sakit terdekat untuk diperiksa kondisinya. Sesampainya di RS, Ilyas menunggu antrian untuk pemeriksaan. Ia menggenggam tangan Aisyah dengan erat. Perempuan cantik itu tidak sampai hilang kesadaran, tubuhnya hanya terasa begitu lemas dan tak bertenaga. Setelah tiba giliran Aisyah diperiksa, dokter menanyakan gejala aa saja yang Aisyah rasakan."Hm, mohon maaf, Ibu, Bapak, bagaimana jika ibu dicek lab dulu? Untuk memastikan sakit beliau dengan gejala yang sudah disebutkan tadi.."Aisyah dan Ilyas saling berpandangan, "Gimana, Ais?""Ais takut mas...""Hanya cek darah saja kok, Bu. InsyaAllah tidak akan sakit ataupun menakutkan," Ujar sang dokter ramah. "Sayang... Nanti mas temani ya? Kita ikuti instruksi dokter, oke?"Aisyah akhirnya luluh dengan sikap I
Read more

Kasih Sayang Bunda

"Aisyah... Loh, Nduk, kok sendiri? Ilyas mana?" ujar sang bunda kala melihat putrinya datang dengan kondisi lemas. "Mas Ilyas masih ada kerjaan, Bun. Aisyah udah kangen banget jadi ke sini deh.. " ujar Aisyah mencoba menutupi remuk hatinya. Sang bunda hanya mengernyitkan dahi. Ia kenal betul dengan putrinya. Aisyah bukan tipekal orang yang mau keluar sendirian ketika kondisinya sakit. Seluruh orang yang mengenalnya dengan baik sangat paham betapa manjanya Aisyah ketika sedang sakit. "Yaudah, sekarang kamu tiduran dulu di kamar, gih. Badanmu demam gitu. Sudah makan belum?" ujar sang Bunda yang memilih tidak mengorek masalah keluarga yang Aisyah alami hingga berani datang ke rumah dalam keadaan sakit. "Hehehe, belum bun. Aisyah kangen masakan bunda jadi gak makan dulu sebelum ke sini.. " kilah gadis cantik itu. "Kalau gitu kebetulan banget. Bunda lagi masak soto kesukaan kamu. Bunda ambilin dulu ya? Abis makan bunda antar ke kamar." Aisyah mengangguk pelan, perlakuan sang bunda se
Read more

Obrolan Serius

Aisyah mencoba memejamkan mata, namun tak kunjung mampu menapak alam mimpi. Pikirannya terus melayang pada Ilyas dan teman perempuannya itu.Kring kring kringTelepon Aisyah berdering lagi. Ia menatap layar handphonenya ragu-ragu. Hati kecilnya meminta ia mengangkat telepon itu dan membicarakan semuanya dengan jelas. Tapi egonya tak ingin kalah, ia ingin setidaknya Ilyas menyadari kesalahannya. Apa sulitnya jika ia mengirim pesan "maaf" begitu? Aisyah akhirnya tak merespon telepon Ilyas, namun handphonenya berdering lagi. Aisyah terpaksa mengangkatnya. Mendengar sapaan suara Ilyas di seberang sana, hati Aisyah bekecamuk. "Aisyah dimana? Mas cariin dari tadi tapi kata orang-orang di sekitar RS ngelihat Aisyah udah pulang...""Aku di rumah bunda, Mas. Jangan cari aku, nanti aku pasti pulang.""Ais. .. Kenapa? Kamu tiba-tiba pulang duluan, kondisi kamu masih lemas. Aku khawatir... ""Khawatir? Memang ada ya mas orang khawatir tapi malah makan berduaan sama perempuan lain?"Hening, Ilya
Read more

Berbaikan

"Aisyah... " Ilyas mendekati istrinya, ia menggenggam erat tangan Aisyah."Mas hanya lupa tidak membuang foto itu. Sudah tidak ketahuan dimana tempatnya sejak bertahun-tahun lalu. Mas bahkan tidak ingat kalau foto itu ada di tumpukan baju. Terlebih itu baju kaus yang jarang mas pakai. Jadi, mas bukan menyimpan foto itu dengan sengaja, Ais. Melainkan mas tidak lagi ingat dengan keberadaannya jadi mas tidak mencarinya, bahkan mas kira foto itu sudah hilang... " Ilyas menjelaskan dengan panjang lebar sembari menatap mata coklat istrinya.Aisyah mendengarkan alasan Ilyas dengan seksama, menimbang-nimbang kelogisan dari alasan yang Ilyas sampaikan. Lama ia tak menjawab, Ilyas mengecup kening Aisyah."Saat ini, mas hanya ingin bersamamu, sayang. Jangan memikirkan hal yang tidak baik ya?" Ilyas tersenyum dengan wajah memohon, membuat segala kecurigaan Aisyah perlahan memudar. Perempuan itu benar-benar tulus mencintai Ilyas, ia bahkan bisa mudah luluh hanya dengan wajah memohon yang Ilyas tam
Read more

Mengenal Hubungan Mereka

Penjelasan Ilyas tentang Rana itu benar adanya, ia tidak berbohong. Rana memang menemui Ilyas karena ia ingin meminta bantuan perusahaan Ilyas untuk membangun rumah yang akan ia tempati bersama sang suami.Namun pernyataannya yang mengatakan bahwa ia sekadar kasihan pada Rana itu hanya omong kosong belaka. Ia menerima tawaran Rana untuk makan bersama meski istrinya sedang sakit karena ia sangat rindu pada gadis itu. Perempuan yang menjadi cinta pertamanya sejak SMP.Kenyataan itu pada akhirnya terus tersembunyi. Usai penjelasan itu, Aisyah tak lagi mengungkit perihal Rana. Sikap Ilyas pun tetap saja manis pada istrinya.Seminggu sudah berlalu, Aisyah kembali aktif bekerja. Ia mengajar di salah satu sekolah negeri di kotanya. Sebagai pekerjaan berpenghasilan kecil, Aisyah memiliki hobi lain yang menjadi ladang rezekinya. Ia memiliki pekerjaan di bidang daring, terkhusus dalam bidang desain. Perempuan itu memiliki banyak penghasilan dari pekerjaan desainnya."Mas, nanti malam kamu rapa
Read more

Tak Terduga

Seharian penuh Ilyas fokus pada pekerjaannya. Badannya terasa lelah. Setelah rapat dengan klien, Ilyas menghela napas sejenak di ruang kerjanya. Ia mengambil handphonenya, fotonya dan Aisyah ketika hari pernikahan terpampang jelas di layar handphonenya.Ilyas menghela napas berat, "Aku sudah terlalu banyak menyakiti kamu, Ais. Dua tahun ini.. aku sudah berusaha mencintaimu. Tapi kenapa sulit sekali rasa itu datang? Bayang-bayang rana bahkan lebih nyaman untuk ku kenang... " lirih lelaki itu dengan wajah letihnya.Ting!Handphone Ilyas berbunyi, itu pertanda sebuah pesan masuk. Terpampang nama Rana di sana. Ilyas langsung membukanya, hatinya tiba-tiba seakan dipenuhi bunga-bunga indah.Sebuah foto terpampang di ruang chat antara Rana dan Ilyas. Itu foto undangan pernikahan. Ilyas membaca foto itu dengan saksama, nama Rana yang terukir dengan tulisan berwarna emas bersanding dengan nama seorang lelaki dengan pangkat tinggi.Hati Ilyas pilu melihat undangan yang Rana kirim. Pikirannya ka
Read more

Masa Lalu (Rana dan Ilyas)

"Sayang, hari ini jadi ketemuan kan? Aku dah kangen banget loh!" Rana tersenyum bahagia dengan pesan yang baru ia dapat. Kekasihnya itu bahkan telah merindukannya setelah setengah hari tak bertemu.Bucin, mungkin istilah itulah yang tepat untuk disematkan pada lelaki yang menjadi idaman para siswi di SMA favorite negerinya. Dari luar tampak dingin, mempesona, namun ternyata begitu manja ketika bersama gadis pintar dengan wajah lembut itu."Jadi, kamu jangan terlambat!" balas gadis itu dengan memberi banyak emoji di akhir pesan.Gadis bernama Rana itu kemudian bangkit dari tempatnya duduk. Ia menatap dirinya di depan cermin.Cantik, pintar, menjadi idola sekolah, dan berbakat. Dia nyaris sempurna. Hanya satu yang tak bisa ia dapat, keharmonisan keluarga. Berbeda dengan kekasihnya yang memiliki keluarga sempurna.Kurangnya kasih sayang dari orang tuanya membuat Rana sempat terjebak dalam pergaulan nakal; bermain di club; mabuk; berjudi, ia
Read more

Masa Lalu (Kacau)

Rana merasa tubuhnya mulai benar-benar kepanasan. Ia bahkan tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Akalnya hanya menginginkan sesuatu yang mampu memenuhi birahinya.Lelaki itu melihat perubahan Rana dengan wajah puas. Ia mendekati Rana, wajah mereka kinya hanya berjarak sejengkal, "Ibumu sungguh bodoh, Rana. Dia menukar anak perempuannya dengan uang. Bukankah ini berarti dia menjualmu?" ujar lelaki itu lalu mengecup leher jenjang Rana.Rana tak bisa menahan diri, hatinya ingin menolak semua sentuhan bejat itu. Tapi akalnya menginginkan semua sensasi menggairahkan di tubuhnya."Memang benar, kebangkrutan yang melanda keluargamu perlahan akan menunjukkan wajah asli mereka.. " ujar lelaki itu yang kini mendorong tubuh Rana ke atas kasur."Aku mohon.. jangan lakukan ini.. " lirih Rana dengan air mata yang mulai mengalir."Hmm? Apakah kau yakin tidak mau ini??" lelaki itu menciumi seluruh tubuh Rana. Gadis cantik itu tak bisa mengelak, tubuhnya begitu haus akan gairah. Meski ia tahu semua
Read more
DMCA.com Protection Status