Share

Mulai Bermain Api

Author: Syifaanur Al Fitria/Syiffitria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tiga bulan sebelum pengungkapan

Senja telah pamit undur diri, langit gelap mulai menyapa bumi pertiwi. Perempuan cantik berusia dua puluh tiga tahun itu terbaring lemas di atas kasurnya. Sudah tiga hari dia demam tinggi.

"Sayang, kita periksa ke dokter, ya?" Bujuk lelaki gagah yang selalu setia menemani di sisi perempuan itu.

"Gak usah, Mas. Besok pasti sembuh," jawab si perempuan dengan tubuh menggigil.

"Sayang, please.. Ini udah tiga hari tapi demam kamu belum turun juga. Kali ini nurut ya? Jangan keras kepala terus. Aku khawatir, sayang," Bujuk lelaki yang kerap dipanggil Ilyas itu.

"Yaudah, kalau besok aku gak baikan, kamu boleh antar aku periksa," ujar sang perempuan imenyerah.

Perempuan dengan mata indah itu, Aisyah, memang tidak suka pergi ke dokter, ia takut hasilnya malah aneh-aneh dan membuat pikirannya makin tidak tenang. Tapi kali ini, badannya sudah terasa sangat lemas. Kepalanya terasa sakit. Sepertinya memang sudah waktunya ia pergi memeriksakan diri jika esok tak kunjung sembuh.

"Sekarang makan dulu ya, Ais. Habis itu minum obat.."

"Ah gak mau makan, Mas. Rasanya mual..."

"Tapi kamu gak boleh ngebiarin perut kamu kosong, Ais.."

"Tapi mual, mas. Atau aku bakal makan deh, tapi bubur aja, ya? Tolong kamu beliin bubur di depan kompleks rumah," pinta Aisyah dengan nada lemah.

"Ngidam yah ceritanya?" Goda sang suami.

"Ih enggak, Mas. Cuma lebih enak aja makan bubur gitu..."

Ilyas terkekeh dengan wajah kesal Aisyah, "Ngidam juga gak papa. Katanya sih kalau demam bisa jadi tanda hamil, Ais.." Lanjutnya sembari mengelus perut Aisyah.

"Hmm.. Aamiin deh, Mas. Tapi yah aku juga pernah sakit gini tapi bukan karena hamil kok. Mungkin aku kecapean aja," jawab Aisyah tak ingin berharap.

"Yaudah, yaudah.. Kamu jangan mikir aneh-aneh dulu ya. Terpenting kamu sehat dulu, oke?"

Aisyah mengangguk perlahan, ia sebenarnya juga sangat menginginkan kehadiran seorang putri atau putra kecil di keluarga kecilnya. Namun, Allah belum berkehendak untuk itu.

"Sesungguhnya hanya pada Allah aku berharap, hanya pada Allah aku berserah.. " Batin Aisyah, ia tidak mau keadaannya saat ini membuatnya berharap melebihi batas.

"Aku berangkat dulu beliin kamu bubur. Tunggu sebentar ya, Sayang."

Perilaku manis Ilyas selalu bisa menentramkan hati Aisyah. Meski mereka belum dikarunuai keturunan, namun Ilyas selalu memperlakukannya dengan baik. Aisyah merasa menjadi perempuan paling beruntung atas pemberian indah itu.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, Ilyas belum juga datang. Padahal jarak rumahnya ke depan kompleks cukup dekat. Biasanya juga Ilyas tidak pernah mampir ke tempat lain kecuali ia akan memberi tahu sang istri lebih dulu.

Aisyah langsung memeriksa handphonenya, tidak ada satu pun pesan dari Ilyas. Ia mencoba mengirim pesan.

"Mas, buburnya ada kah? Kok lama banget?" Tulis Aisyah. Ia kirimkan pesan itu pada Ilyas melalui aplikasi chat, namun tak kunjung centang biru.

Aisyah mulai khawatir, apa mungkin ada hal buruk yang terjadi pada suaminya? Maka dengan sekuat tenaga, Aisyah mencoba bangun. Ia berjalan tertatih ke teras untuk memeriksa barangkali Ilyas sudah datang tapi belum ke kamar Aisyah. Namun nihil, Aisyah tidak menemukan apapun di teras rumahnya.

"Mbak Aisyah? Cari siapa?" Sapa seorang anak yang lewat di depan rumah Aisyah. Ia merasa heran dengan sikap Aisyah yang memeriksa kanan kiri jalan.

"Eh, Dik Lisa. Ini loh dek, cari Mas Ilyas. Hehehe belum pulang juga padahal tadi bilangnya cuma mau beli bubur. Mbak jadi khawatir..."

"Loh, tadi Lisa habis beli bubur depan kompleks, Mbak. Tapi Lisa gak lihat ada Mas Ilyas," ujar Lisa sembari menunjukkan sebungkus makanan yang baru ia beli.

"Loalah gitu ya... Yaudah dek, mungkin mas Ilyas cari di tempat lain kali ya," Aisyah mencoba tersenyum meski hatinya porak-poranda penuh kekhawatiran.

"Yaudah mbak, kalau gitu aku pamit ya!" Ujar Lisa sembari melambaikan tangannya.

Lisa masih berusia tiga belas tahun. Ia dikenal banyak orang karena kepintaran dan keramahannya. Wajahnya yang dibalut jilbab setiap hari membuat bentuk mukanya makin terlihat imut

Tak lama setelah Lisa pergi, handphone Aisyah berbunyi. Itu balasan dari suaminya. Dia bilang akan segera pulang. Ia terlambat karena bertemu teman lamanya dan mengajaknya ngobrol sebentar.

Hati Aisyah merasa lega sebab keterlambatan Ilyas bukan karena perihal yang tidak baik. Dia memilih terus duduk di teras sembari menunggu sang suami datang

Tak menunggu lama, Ilyas pun tiba di rumah dengan sekotak makanan. Aisyah menyambut kedatangan Ilyas dengan sumringah.

"Kok nunggu di luar sayang? Dingin loh.. "

"Habisnya mas gak pulang-pulang, Aisyah khawatir!" Jawabnya dengan nada sedikit kesal.

"Maaf, sayang.. Tadi mas ketemu teman lama. Dia ngajak ngobrol banyak banget jadinya mas ketahan deh," jelas Ilyas sembari memapah Aisyah berjalan perlahan.

"Emang siapa sih teman lama kamu itu? Aku kenal enggak?"

"Emm.. Eng.. Enggak, kok. Kamu gak kenal. Itu.. Itu cuma teman lama, sayang," Ilyas menjawab pertanyaan Aisyah dengan terbata. Hati Aisyah langsung merasa tak nyaman, selama dua tahun pernikahan, sikap yang seperti ini biasanya muncul ketika suaminya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kamu kok jawabnya terbata sih, Mas? Kamu bohong sma aku?"

Ilyas menelan ludahnya, "Sayang... Istri aku lagi sakit, masak aku berani bohong? Itu teman lama aku di SMA, tadi dia beli lontong sayur di sebelah toko bubur. Jadi tadi kami ngobrol dulu sampai aku lupa waktu. Maafin aku ya?" Ujar Ilyas sembari mencoba bersikap sebisa mungkin.

"Beneran?"

"Ais, mas gak suka loh ya kalau Ais suudzon gini.. Mas mana mungkin bohong saat Ais sakit begini. Percaya sama mas, ya?"

Jawaban itu membuat hati Aisyah luluh, ia memberi senyum sembari meminta maaf pada Ilyas atas kecurigaannya yang tak berdasar. Ia sebenarnya juga tidak ingin menaruh curiga, tapi ia hafal betul sikap Ilyas.

Namun kali ini, Ais merasa tidak perlu diperpanjang. Ia merasa dirinya terlalu overthinking karena kondisi sakitnya sehingga suaminya juga terkena imbasnya.

"Lagian ketemu teman lama doang.. Ngapain aku harus overthinking?" Batin Aisyah.

"Jangan bengong, Ais. Ayo kita ke kamar. Kamu minum obat terus langsung istirahat ya.."

"Ya mas, kita shalat dulu ya. Baru Ais minum obat dan istirahat."

Ilyas hanya memberi anggukan kecil. Dipeluknya tubuh mungil sang istri, sembari mengucap ribuan maaf di hatinya. Ilyas memang telah bertemu teman lama, namun teman lama itulah yang kelak akan menghancurkan rumah tangganya.

***

Related chapters

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Rana Syadila

    Ini sudah hari keempat, demam Aisyah tak kunjung menurun. Bahkan kali ini tubuhnya lebih lemas dari kemarin. Ilyas yang merasa khawatir melihat istrinya tak berdaya, langsung membopongnya ke dalam mobil. Ia membawa Aisyah menuju rumah sakit terdekat untuk diperiksa kondisinya. Sesampainya di RS, Ilyas menunggu antrian untuk pemeriksaan. Ia menggenggam tangan Aisyah dengan erat. Perempuan cantik itu tidak sampai hilang kesadaran, tubuhnya hanya terasa begitu lemas dan tak bertenaga. Setelah tiba giliran Aisyah diperiksa, dokter menanyakan gejala aa saja yang Aisyah rasakan."Hm, mohon maaf, Ibu, Bapak, bagaimana jika ibu dicek lab dulu? Untuk memastikan sakit beliau dengan gejala yang sudah disebutkan tadi.."Aisyah dan Ilyas saling berpandangan, "Gimana, Ais?""Ais takut mas...""Hanya cek darah saja kok, Bu. InsyaAllah tidak akan sakit ataupun menakutkan," Ujar sang dokter ramah. "Sayang... Nanti mas temani ya? Kita ikuti instruksi dokter, oke?"Aisyah akhirnya luluh dengan sikap I

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Kasih Sayang Bunda

    "Aisyah... Loh, Nduk, kok sendiri? Ilyas mana?" ujar sang bunda kala melihat putrinya datang dengan kondisi lemas. "Mas Ilyas masih ada kerjaan, Bun. Aisyah udah kangen banget jadi ke sini deh.. " ujar Aisyah mencoba menutupi remuk hatinya. Sang bunda hanya mengernyitkan dahi. Ia kenal betul dengan putrinya. Aisyah bukan tipekal orang yang mau keluar sendirian ketika kondisinya sakit. Seluruh orang yang mengenalnya dengan baik sangat paham betapa manjanya Aisyah ketika sedang sakit. "Yaudah, sekarang kamu tiduran dulu di kamar, gih. Badanmu demam gitu. Sudah makan belum?" ujar sang Bunda yang memilih tidak mengorek masalah keluarga yang Aisyah alami hingga berani datang ke rumah dalam keadaan sakit. "Hehehe, belum bun. Aisyah kangen masakan bunda jadi gak makan dulu sebelum ke sini.. " kilah gadis cantik itu. "Kalau gitu kebetulan banget. Bunda lagi masak soto kesukaan kamu. Bunda ambilin dulu ya? Abis makan bunda antar ke kamar." Aisyah mengangguk pelan, perlakuan sang bunda se

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Obrolan Serius

    Aisyah mencoba memejamkan mata, namun tak kunjung mampu menapak alam mimpi. Pikirannya terus melayang pada Ilyas dan teman perempuannya itu.Kring kring kringTelepon Aisyah berdering lagi. Ia menatap layar handphonenya ragu-ragu. Hati kecilnya meminta ia mengangkat telepon itu dan membicarakan semuanya dengan jelas. Tapi egonya tak ingin kalah, ia ingin setidaknya Ilyas menyadari kesalahannya. Apa sulitnya jika ia mengirim pesan "maaf" begitu? Aisyah akhirnya tak merespon telepon Ilyas, namun handphonenya berdering lagi. Aisyah terpaksa mengangkatnya. Mendengar sapaan suara Ilyas di seberang sana, hati Aisyah bekecamuk. "Aisyah dimana? Mas cariin dari tadi tapi kata orang-orang di sekitar RS ngelihat Aisyah udah pulang...""Aku di rumah bunda, Mas. Jangan cari aku, nanti aku pasti pulang.""Ais. .. Kenapa? Kamu tiba-tiba pulang duluan, kondisi kamu masih lemas. Aku khawatir... ""Khawatir? Memang ada ya mas orang khawatir tapi malah makan berduaan sama perempuan lain?"Hening, Ilya

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Berbaikan

    "Aisyah... " Ilyas mendekati istrinya, ia menggenggam erat tangan Aisyah."Mas hanya lupa tidak membuang foto itu. Sudah tidak ketahuan dimana tempatnya sejak bertahun-tahun lalu. Mas bahkan tidak ingat kalau foto itu ada di tumpukan baju. Terlebih itu baju kaus yang jarang mas pakai. Jadi, mas bukan menyimpan foto itu dengan sengaja, Ais. Melainkan mas tidak lagi ingat dengan keberadaannya jadi mas tidak mencarinya, bahkan mas kira foto itu sudah hilang... " Ilyas menjelaskan dengan panjang lebar sembari menatap mata coklat istrinya.Aisyah mendengarkan alasan Ilyas dengan seksama, menimbang-nimbang kelogisan dari alasan yang Ilyas sampaikan. Lama ia tak menjawab, Ilyas mengecup kening Aisyah."Saat ini, mas hanya ingin bersamamu, sayang. Jangan memikirkan hal yang tidak baik ya?" Ilyas tersenyum dengan wajah memohon, membuat segala kecurigaan Aisyah perlahan memudar. Perempuan itu benar-benar tulus mencintai Ilyas, ia bahkan bisa mudah luluh hanya dengan wajah memohon yang Ilyas tam

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Mengenal Hubungan Mereka

    Penjelasan Ilyas tentang Rana itu benar adanya, ia tidak berbohong. Rana memang menemui Ilyas karena ia ingin meminta bantuan perusahaan Ilyas untuk membangun rumah yang akan ia tempati bersama sang suami.Namun pernyataannya yang mengatakan bahwa ia sekadar kasihan pada Rana itu hanya omong kosong belaka. Ia menerima tawaran Rana untuk makan bersama meski istrinya sedang sakit karena ia sangat rindu pada gadis itu. Perempuan yang menjadi cinta pertamanya sejak SMP.Kenyataan itu pada akhirnya terus tersembunyi. Usai penjelasan itu, Aisyah tak lagi mengungkit perihal Rana. Sikap Ilyas pun tetap saja manis pada istrinya.Seminggu sudah berlalu, Aisyah kembali aktif bekerja. Ia mengajar di salah satu sekolah negeri di kotanya. Sebagai pekerjaan berpenghasilan kecil, Aisyah memiliki hobi lain yang menjadi ladang rezekinya. Ia memiliki pekerjaan di bidang daring, terkhusus dalam bidang desain. Perempuan itu memiliki banyak penghasilan dari pekerjaan desainnya."Mas, nanti malam kamu rapa

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Tak Terduga

    Seharian penuh Ilyas fokus pada pekerjaannya. Badannya terasa lelah. Setelah rapat dengan klien, Ilyas menghela napas sejenak di ruang kerjanya. Ia mengambil handphonenya, fotonya dan Aisyah ketika hari pernikahan terpampang jelas di layar handphonenya.Ilyas menghela napas berat, "Aku sudah terlalu banyak menyakiti kamu, Ais. Dua tahun ini.. aku sudah berusaha mencintaimu. Tapi kenapa sulit sekali rasa itu datang? Bayang-bayang rana bahkan lebih nyaman untuk ku kenang... " lirih lelaki itu dengan wajah letihnya.Ting!Handphone Ilyas berbunyi, itu pertanda sebuah pesan masuk. Terpampang nama Rana di sana. Ilyas langsung membukanya, hatinya tiba-tiba seakan dipenuhi bunga-bunga indah.Sebuah foto terpampang di ruang chat antara Rana dan Ilyas. Itu foto undangan pernikahan. Ilyas membaca foto itu dengan saksama, nama Rana yang terukir dengan tulisan berwarna emas bersanding dengan nama seorang lelaki dengan pangkat tinggi.Hati Ilyas pilu melihat undangan yang Rana kirim. Pikirannya ka

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Masa Lalu (Rana dan Ilyas)

    "Sayang, hari ini jadi ketemuan kan? Aku dah kangen banget loh!" Rana tersenyum bahagia dengan pesan yang baru ia dapat. Kekasihnya itu bahkan telah merindukannya setelah setengah hari tak bertemu.Bucin, mungkin istilah itulah yang tepat untuk disematkan pada lelaki yang menjadi idaman para siswi di SMA favorite negerinya. Dari luar tampak dingin, mempesona, namun ternyata begitu manja ketika bersama gadis pintar dengan wajah lembut itu."Jadi, kamu jangan terlambat!" balas gadis itu dengan memberi banyak emoji di akhir pesan.Gadis bernama Rana itu kemudian bangkit dari tempatnya duduk. Ia menatap dirinya di depan cermin.Cantik, pintar, menjadi idola sekolah, dan berbakat. Dia nyaris sempurna. Hanya satu yang tak bisa ia dapat, keharmonisan keluarga. Berbeda dengan kekasihnya yang memiliki keluarga sempurna.Kurangnya kasih sayang dari orang tuanya membuat Rana sempat terjebak dalam pergaulan nakal; bermain di club; mabuk; berjudi, ia

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Masa Lalu (Kacau)

    Rana merasa tubuhnya mulai benar-benar kepanasan. Ia bahkan tak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Akalnya hanya menginginkan sesuatu yang mampu memenuhi birahinya.Lelaki itu melihat perubahan Rana dengan wajah puas. Ia mendekati Rana, wajah mereka kinya hanya berjarak sejengkal, "Ibumu sungguh bodoh, Rana. Dia menukar anak perempuannya dengan uang. Bukankah ini berarti dia menjualmu?" ujar lelaki itu lalu mengecup leher jenjang Rana.Rana tak bisa menahan diri, hatinya ingin menolak semua sentuhan bejat itu. Tapi akalnya menginginkan semua sensasi menggairahkan di tubuhnya."Memang benar, kebangkrutan yang melanda keluargamu perlahan akan menunjukkan wajah asli mereka.. " ujar lelaki itu yang kini mendorong tubuh Rana ke atas kasur."Aku mohon.. jangan lakukan ini.. " lirih Rana dengan air mata yang mulai mengalir."Hmm? Apakah kau yakin tidak mau ini??" lelaki itu menciumi seluruh tubuh Rana. Gadis cantik itu tak bisa mengelak, tubuhnya begitu haus akan gairah. Meski ia tahu semua

Latest chapter

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Takut

    Ilyas datang ke rumah Rana tepat ketika senja mulai tenggelam. Di tangannya kini penuh dengan barang-barang bermerk yang sengaja ia beli untuk membuat Rana senang.Ilyas memarkir sepeda motornya di garasi samping rumah Rana. Selain memberi barang, Ilyas juga membelikan beberapa makanan kesukaan Rana.Bi Rumi dengan sigap membantu Ilyas membawa barang-barang itu. Melihat kedatangan Ilyas dengan seluruh bawaannya membuat hati Rana senang."Kamu gak naik mobil, Yas?" tanya Rana penasaran."Dibawa Aisyah, Ran. Ck, dia masih marah sama aku gegara masalah kemarin.. " ujar Ilyas lalu mendekati Rana, ia duduk di depan perempuan cantik itu.Rana mengangguk, "Ini kamu bawa apa aja sih kok banyak banget?" ia mengalihkan pembicaraan."Kemarin kan aku janji mau beliin baju-baju buat kamu. Coba kamu lihat dulu deh, suka gak?"Rana pun membuka satu per satu bingkisan yang Ilyas bawa. Dia suka semua barang-barang itu. Ilyas memang selalu bisa memahami kesukaan Rana.Keriangan Rana membuat Ilyas begit

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Retak

    Usai mendapat telepon dari Rana, pagi Ilyas dipenuhi rasa semangat. Berbeda dengan Aisyah yang memulai pagi masih dengan rasa pilu.Meski begitu, Aisyah tetap melakukan kewajibannya. Dia menyiapkan sarapan untuk Ilyas sebelum berangkat sekolah. Bedanya, ia tidak sedikit pun memulai pembicaraan.Ilyas yang melihat Aisyah menyiapkan makanan, senyumnya mengembang begitu sumringah. Ia mendekati sang istri laiknya tak terjadi apapun."Hai cantik.. masak apa nih?" ujarnya sembari mendekati Aisyah.Perempuan bermata cokelat itu merasa tak nyaman, risih dengan perilaku Ilyas. Bukankah harusnya dia berkata "Sayang? maafin aku... " begitu?Aisyah tak menjawab ucapan Ilyas, ia tak berminat untuk berbicara pada lelaki yang membuat perasaannya gundah itu.Menyadari sikap Aisyah yang berbeda, Ilyas langsung menghembuskan napas berat. Ia tidak ingin memperpanjang persoalan, terlebih ketika hatinya sedang bahagia pagi itu.Maka Ilyas hanya mengecup pipi Aisyah, lalu bergegas ke meja makan tanpa menga

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Tidak Mau Diduakan

    Ilyas mendengus kesal, segala ucapannya tak ada yang mendapat respon dari sang istri. Ia bingung harus melakukan apa lagi untuk membuat sang istri mempercayainya kembali?"Kalau kamu diam gini, aku bingung harus apa, Ais.." ujar Ilyas penuh penekanan.Aisyah hanya menangis, ia makin terisak. Sakit hati yang ditorehkan Ilyas begitu memilukan. Ilyas tak tahan lagi, dia akhirnya melontarkan satu kata yang membuat istrinya makin pilu."Yaudah, Ais. Terserah kamu aja," tukas Ilyas sembari meninggalkan kamar.Ilyas yang biasanya tidak akan pernah menyerah untuk membujuk Aisyah saat marah, kini telah berbeda sebab ada pembanding yang ia anggap lebih baik.Aisyah meringkuk dalam tangis dan kesalnya. Kali ini, ia akan membiarkan dirinya sendiri. Tenggelam dalam tiap air mata yang mengalir deras. Membiarkan seluruh kejadian malam ini berjalan laiknya air mengalir."Aku akan membiarkan kamu untuk kali ini, Mas. Biasanya, kamu akan terus memelukku sampai aku selesai menangis dan mau menceritakan

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Cinta Buta

    Aisyah menghela napas berat, "Kalau begitu, pulang sekarang, dan jangan pernah lagi datang ke tempat ini!" tegas Aisyah dengan hati yang masih membara.Ilyas langsung mematung, ia tidak menyangka istrinya akan meminta hal seperti itu. Bukankah biasanya istrinya berhati begitu lembut? Bagaimana pun dia membiarkan dirinya tidak lagi datang ke sini sedangkan Rana masih dalam kondisi tidak baik?Melihat suaminya yang hanya diam merenung, Aisyah menekankan kembali perkataannya, "Kamu kan yang minta aku membuat permintaan? Kamu bilang akan mengabulkan semuanya, tapi kenapa diam aja, Mas? Gak bisa menerima?!"Ilyas langsung tersedar dengan ucapan Aisyah, "Eng-enggak gitu, Ais. Aku cuma memikirkan.. kalau aku gak boleh ke sini lagi, bagaimana aku bisa menebus kesalahanku pada Rana?" tanya Ilyas memelas.Aisyah mengernyitkan dahinya, "Itu urusanmu, Mas. Kenapa kamu bertanya hal itu padaku? Kamu harus tahu, Mas. Aku gak peduli, mau kamu bisa balas budi atau enggak. Lagi pula menurut aku apa yan

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Kebodohan Ilyas

    Hampir seharian penuh, di hari libur itu, Ilyas mendedikasikan waktunya untuk Rana. Dia menghibur perempuannya yang sedang pilu. Semua orang di rumah besar itu tahu akan kehadiran Ilyas, termasuk Yusuf dan Arka.Anak kecil itu sempat mendatangi Rana, ia memeluk ibunya dengan kesedihan mendalam. Ilyas hanya diam, dia tidak suka Arka. Jika bukan karena menjaga hati Rana, ia pasti akan mengusir anak dari lelaki yang telah merebut kekasihnya itu.Arka lagi-lagi tertidur usai menangis di pangkuan Rana. Perempuan itu meminta bantuan Yusuf untuk menidurkan putranya di kamarnya sendiri."Maaf, Nyonya. Ini hari pertama Tuan Eza meninggalkan Anda. Saya rasa bukan hal yang sopan jika ada lelaki lain yang terus mendampingi Anda di sini," ujar Yusuf berani, dia geram melihat perilaku Rana yang membiarkan Ilyas di sisinya di hari duka suaminya.Rana berdecak kesal, "Jangan ikut campur, Suf. Urusan saja urusanmu sendiri!"Yusuf menatap Rana tajam, "Tuan Eza sangat mencintai Anda, Nyonya. Bukankah An

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Keputusan Salah

    Prosesi pemakaman Eza berjalan lancar. Banyak orang yang datang untuk mengucap duka. Aisyah terus menemani Rana yang kini tak banyak bicara. Perempuan itu tak bisa menutupi kekacauan dirinya. Arka yang sejak tadi digendong Yusuf juga tak kalah murung. Anak kecil itu pintar, dia sudah tahu makna kata meninggal. Pergi selamanya, dan tak lagi bisa bertemu. Ia sama sekali tak mendekati Rana, sebab Yusuf memeluknya erat. Kondisi Rana saat ini juga tidak stabil, Yusuf khawatir, Arka hanya akan jadi pelampiasan emosi Rana. "Kamu pulang aja, Ais," lirih Rana sembari menatap perempuan berjilbab yang menemani Rana sejak tadi. Tatapannya kosong, kilatan harapan yang biasanya merona tak lagi ada di sana. "Aku masih ingin nemenin kamu, Rana... " ungkap Ais yang juga menatap wajah pucat Rana. "Aku ingin sendiri," Rana memalingkan wajah, ia tidak bisa mengekspresikan diri dengan bebas ketika ada Ais. Ia malu untuk menampakkan sisi buruknya di depan perempuan yang begitu sempurna di mata Rana.

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Awal Kehancuran

    Detik demi detik terasa ngilu usai kepergian Eza. Mata Aisyah sembab, Yusuf sudah mengurus pemakaman Eza. Saat ini, jenazah Eza dalam proses dimandikan.Rana terbangun, tubuhnya terasa lebih segar usai beristirahat penuh. Matanya yang mengerjap perlahan mulai menangkap keberadaan Aisyah dengan kepiluan di wajahnya."Ais... "Suara lirih Rana membuat Aisyah tersadar dari lamunannya. Ia tersenyum ketika mendapati Rana telah sadar dari tidur panjangnya."Gimana kondisi kamu, Rana? Ada yang sakit? Aku panggilkan dokter ya... " Aisyah begitu peduli pada perempuan cantik itu.Rana menggeleng, "Tubuhku terasa lebih segar, Ais," Rana tersenyum kecil, kemudian ia mengedarkan pandangannya ke tempat tidur Eza. Kosong. Tidak ada siapapun di sana."Eza dimana, Ais? Dia udah sadar belum?" Raut kekhawatiran tampak jelas di wajah Rana.Aisyah diam, ia harus berkata apa? Rana baru saja sadar, ia tidak ingin perempuan itu kembali down mendengar kabar tentang Eza."Ais?""E-eh sorry. Eza.. Em, dia udah

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Kehilangan

    Pukul empat pagi, Aisyah semalaman berjaga di ruangan Eza. Jujur, matanya sudah terasa berat. Tapi itu bukan masalah, sebab bagi Aisyah, kebermanfaatan dirinya untuk orang-orang yang ia sayangi itu lebih penting dari pada dirinya sendiri.Adzan subuh berkumandang lima belas menit kemudian, Aisyah telah siap menghadap Sang Maha Esa. Sajadah yang ia gelar menjadi tempatnya merendahkan diri sembari berdzikir padaNya. Semalam penuh ia menghadirkan dirinya untuk bercerita dan meminta hal-hal baik untuk orang-orang di sekitarnya.Usai shalat subuh, Aisyah membangunkan Ilyas. Lelaki itu menggeliat, "Shalat dulu, Mas," ujar Aisyah lembut. Dengan wajah setengah mengantuk, Ilyas bangun. Ia mandi, berwudhu, dan melaksanakan shalat.Usai shalat, Ilyas langsung pamit pergi bekerja. Dua minggu terakhir selalu seperti itu. Ketika Aisyah sempat ingin meminta waktu Ilyas sebentar, ia bilang bahwa kliennya akan datang sangat pagi jadi ia tidak boleh terlambat. Tak ada waktu bagi Aisyah menanyakan perub

  • Silakan Ceraikan Aku, Tapi Bayar Dulu Utangmu   Hati yang Lembut

    Aisyah dan Ilyas berjalan cepat menuju ruangan Eza dirawat. Aisyah khawatir dengan kondisi Rana yang pasti teramat sedih, meski ia juga cukup mengkhawatirkan keadaan Eza, bagaimana pun mereka berteman dekat ketika kecil.Ketika sudah sampai di ruangan Eza, Ilyas masuk lebih dulu. Dia melihat Rana yang menangis pilu, matanya sembab, wajahnya begitu sendu."Rana.. kamu gak papa?" ujar Ilyas sembari mendekati perempuan yang masih ia cintai, sementara Rana tak merespon apapun. Dia mengalihkan pandangannya pada Aisyah yang baru masuk ke dalam ruangan."Ais..... " suara Rana bergetar. Perempuan berjilbab itu langsung mendekati Rana dan memeluknya erat."Sabar ya, Rana. Aku di sini sekarang. Aku temenin kamu jagain Eza, dia pasti bakal baik-baik saja, oke?" Aisyah mengelus rambut Rana. Ilyas yang merasa tak direspon hanya bisa mundur, hatinya bergemuruh ketika melihat Rana begitu peduli pada Eza.Sementara Aisyah, meski hatinya gundah atas sikap Ilyas, ia memilih untuk tak memikirkannya saat

DMCA.com Protection Status