Ace Tribes

Ace Tribes

By:  Imelia Fei  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
12 ratings
13Chapters
2.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Chryssant Elettra—akrab disapa Ysee—mendapati diri berpindah ke tubuh lain setelah 'dikutuk' oleh korban perundungan kawanannya atas perlakuan buruk mereka. Tragisnya, ialah satu-satunya yang terkena imbas atas 'kutukan' itu. Ysee berakhir di sebuah kontinen bernama Earthalic, terancam mati pada perjumpaan pertama dengan Remus Valez, sang putra mahkota kekaisaran. Dituduh sebagai penggerak utama agresi suku Ace, Ysee hampir menjadi tawanan kekaisaran sampai seorang tabib istana memvalidasi kejujurannya. Atas izin dari sang Putra Mahkota, Ysee menempati manornya, dijadikan sebagai pelayan pribadi pria itu secara sepihak. Sampai kehadiran Ysee berdampak pada terkuaknya satu demi satu kebenaran yang selama ini luput dari jangkauan pengetahuan Remus. Tetapi, mereka tidak sadar bila keduanya telah menjadi bagian dari permainan skema seseorang—memainkan peran sebagai dua buah bidak yang akan menjadi awal dari kehancuran.[] Cover By: @wnc_design_

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Pena Air
mantab kak keren banget
2021-09-20 17:33:08
1
user avatar
Imelia Fei
halooo, semua! mungkin beberapa dari kalian sadar kalau selama sebulanan ini, Ace Tribes belum juga update. mohon maaf yaa atas keabsenan AT. jujur, aku lagi cukup hectic dengan urusan perkuliahanku. semoga aja, bulan depan aku bisa mulai update lagi. ditunggu yaa. makasiii <3
2021-08-28 10:31:15
0
user avatar
vanhracter
bagus bangett ceritanya. rekomen banget buat kalian yang gabut ✔️
2021-07-04 17:53:26
1
user avatar
Annabella Shizu
Novel yg bikin otak berfantasi seluas-luasnya 😁 Terus berkarya buat author, semangat!
2021-07-01 12:29:38
1
user avatar
Sinokmput
Yuhuuu keren akak... Ayo ditunggu crazy upnya
2021-07-01 12:25:58
1
user avatar
Veedrya
Novel transmigrasi huhuhu aku syukaaa
2021-07-01 12:21:38
1
user avatar
Vie Junaeni
Wow, seru nih... lanjut Kak...
2021-07-01 12:14:25
1
user avatar
bluebloom
wow, baru kali ini ada cerita dengan narasi panjang yang menarik perhatianku. apalagi prolognya yang benar-- menunjukkan situasi menegangkan.
2021-06-28 22:08:14
1
user avatar
puffpuff
ceritanya menarikkk, ga sabar baca kelanjutannya lagi ni huhu 🥺, yuk up lagi kakk
2021-06-28 19:56:54
2
user avatar
Atlan22
widih bagus nih
2021-06-28 19:41:43
1
user avatar
Novi Huang
waaaa sukaaa sama ceritanya!! ❤️
2021-06-28 19:04:25
1
user avatar
Xerin
Cerita fantasi selalu menarik untuk dibaca 🥰
2021-06-18 13:16:03
1
13 Chapters

PROLOG

MENURUT strategi yang telah diperhitungkan, mereka akan keluar dari penjagaan tepat ‘alat’ itu berhasil membelokkan atensi dua orang prajurit kekaisaran. Berpindah dari mata ke mata, akhirnya pandangan empat kawanan pria itu mendarat serempak ke satu-satunya kaum hawa di sana. Yang ditatap tidak merasa terusik, ia masih sibuk memancangkan pandangan lurus ke depan. “Firasatku buruk,” gumam salah seorang pria, kerutan dalam muncul di permukaan keningnya. “Cih, gelagatnya begitu kaku.” “Diamlah, Viktas. Jangan memancing keributan.” Pria kedua menegur si pria pertama bernama Viktas itu dengan bisikan hati-hati. Viktas kembali meludah, tetapi ia memutuskan untuk diam. Mereka berlima terus mengamati panggung terbuka, melihat bagaimana Engar—pemuda memprihatinkan yang dijadikan sebagai ‘alat’ baru dalam suku mereka—mulai mengikuti fase-fase dalam skenario; menangis, tertawa, menggila, kemudian kabur. Pada fase terakhir ini, si prajurit kekaisaran ke
Read more

CHAPTER 1: Berpindah Tubuh

KERUMUNAN orang mengombak di pusat kelab, rata-rata pria pemabuk. Mereka terbuai oleh kehangatan meledak-ledak dan pemandangan sedap mata di atas meja bulat. Ada tiga penari striptis bergelayut luwes dan berekspresi manja, mengundang lautan tangan kukuh berlomba-lomba ingin merasai tubuh molek mereka—tentu saja sia-sia karena ketiga penari itu berlindung di bawah peraturan kelab.Kuhentikan putaran gelas sampanye di tangan, meneguk tuntas anggurku tanpa beralih atensi dari pusat kelab. Lalu di luar kesadaran, aku meloloskan kekehan. Ah, penantianku datang juga. Saat itu juga, aku menegakkan punggung polosku di sandaran kursi bar. Antusiasmeku bergolak hangat. Kuamati keempat kawanku baru saja berhasil menerobos kerumun terdepan. Calis diseret paksa ke atas meja.Gadis cupu berbusana kolot, primitif, atau apalah itu, menangis sejadi-jadinya saat keempat kawanku berbaur kembali dengan kerumun. Ia berakhir seorang diri. Lautan tangan pria pemabuk itu mulai
Read more

CHAPTER 2: Jiwa Lain

“CIH. Pemaksaan.”Gugahanku untuk menggiling muka si pria rupawan itu menjadi kertas dan memampangkannya luas-luas di dinding kamar begitu besar.  Pria yang baru saja kutahu namanya sebagai Remus Valez, secuil pun tidak sudi menaruh kepercayaan dalam setiap kata yang kututurkan. Ia menuduhku sebagai penggerak utama suku apalah-itu-namanya, bahkan berhasil mengintimidasiku dengan sebuah anak panah runcing di tangan.“Masih tidak mau jujur?” tanyanya, untuk sekian ratus kali.Keningku mengerut tidak senang. Ingin rasanya, selain menggiling muka tampan pria itu, aku juga tergugah berat untuk mengebiri lidahnya—menjual di pelelangan seharga miliaran dolar. Sungguh, aku hampir muak menghadapi pria jelek satu ini jika bukan karena tampangnya melampaui ketampanan aktor papan atas.Lihat saja, satu alis rapinya tertarik naik secara mengesalkan, belum lagi terselip nada menantang setiap kali ia b
Read more

CHAPTER 3: Manor Putra Mahkota

TABIB Icarus penyelamat hidupku. Lupakan dulu tentangnya yang sempat mengibaratkanku seperti setan. Tanpa sang tabib, aku mungkin terancam mati di tangan pria jelek. Ingin rasanya aku berguru kepada tabib itu. Bagaimana tidak, ia dengan kesabaran besarnya yang tidak mungkin dapat siapa pun punya—kecuali orang kalis, memvalidasi kejujuranku dengan tabah di depan sang Putra Mahkota.  Uh, aneh juga menyebut si pria jelek dan tidak sabaran dengan gelar sebesar itu. Omong-omong, semua kejadian ini masih tidak sampai ke otakku. Pasalnya, kata si tabib, jiwaku berpindah ke tubuh lain dan itu melampaui akal sehatku. Kendati semenjak dulu akal sehatku tidak sehat-sehat amat, aku dibuat kelimp
Read more

CHAPTER 4: Selada Bau

TUK! Tuk! Tuk! Bidang datar namun tajam pisau mencincang mentimun dan sayur-sayuran dengan tidak santai. Itu sama persis dengan pemikiranku saat ini—buas, brutal, dan liar. Otakku mencitrakan mentimun itu sebagai aset berharga Putra Mahkota, bernafsu memotongnya terus-terusan tanpa menghiraukan bau mentimun dan sayur lain yang menguar. Kebencianku terhadap pria jelek itu mampu menandingi kebencianku terhadap sayuran.  Kuambil mentimun satu lagi, mengangkatnya tinggi-tinggi sebelum melontarkan seringai bengis. Lagi, aku bernafsu bukan main ketika memotongnya dengan pisau. Dengan asal-asalan, aku mencincang hingga sayur lonjong hijau itu tidak berbentuk lagi. Bisa kurasakan kehebohan
Read more

CHAPTER 5: Gadis Manusia Bodoh

REMUS VALEZSEPERTI biasa, Kaisar Paladin—Paman—selain merepotkan, juga selalu tidak kenal waktu. Pagi sekali, beliau mengirim merpati pos ke manorku. Melalui tulisan tangan sukar terbaca dan tidak pernah rapi itu, Paman memintaku datang ke kekaisaran. Jarak manorku dengan istana kekaisaran tidak begitu memakan waktu lama bila ditempuh dengan berkuda. Jadi, aku menerima panggilannya meski terpaksa. Selepas menanggalkan kaos dan menggantinya dengan atribut lebih etis, kubawa langkahku menuju istal untuk menunggang Vanity. Ia merupakan seekor kuda bersurai hitam lebat yang menjadi
Read more

CHAPTER 6: Titik Kelemahan

JIKA benar aku mati, ini namanya siksa kubur!Kepalaku berat bukan main, seperti ditusuk habis-habisan dengan ribuan jarum dan dijahit dengan pola ikat mati. Pasokan udara terasa menipis, aku harus mengap-mengap sekadar meraup oksigen yang bergumul bebas di atas sana. Belum lagi, setiap kali aku coba menggerakkan anggota tubuhku, sengatan senyar mendominasi di mana-mana.Beberapa menit pertama, aku sungguh mengira ragaku sudah terkubur dalam peti—jauh sekali di bawah tumpukan tanah. Pemikiranku ternyata keliru karena kandil kristal menggantung cantik beberapa meter tepat di atas kepalaku. Peti mati tidak mungkin memiliki kandil, apalagi terbuat dari kristal—terlalu glamor.Sebelum lindurku semakin menjadi-jadi, kupaksakan netraku mengedari sekeliling tanpa beringsut dari posisi berbaring. Di depanku ada sebuah almari hitam besar dalam keadaan tertutup rapat. Menggeser pandangan ke kanan, ada jendela dengan tirai terkatup, serta sebuah
Read more

CHAPTER 7: Pesta Kesenangan

BUSA sabun mengotori telapak tanganku. Jika kedepannya aku terus-terusan mengisi waktu bersinggungan dengan buih itu, maka selamat tinggal untuk kulit mulus. Lebih baik berendam kuntum bunga di bathtub, merasai buih-buih itu membebat sekujur tubuh bagaikan awan kapas—ketimbang mencuci sayur-sayur hijau berbau busuk ini! Huek! Ingin rasanya kupenuhi animo kuatku untuk menerbangi buihnya tepat ke netra Remus dan menyumpal mulutnya dengan busa sabun. Secepat cahaya, kugeser atensi dari baskom berbuih menuju sofa dan meja marmer. Di sanalah pria jelek itu bera
Read more

CHAPTER 8: Tertangkap Basah Putra Mahkota [18+]

AKU baru dua belas saat Dad mencekokiku anggur. Ia seorang maniak peminum, kerap mengangkat tubuhku ke atas pangkuan pahanya dengan dalih ingin berbagi sampanye. Celana kebesaran pria itu selalu melorot dari atas pinggang dan memintaku untuk menggerakkan bokong di antara kakinya. Saat itu, aku masih terlalu muda untuk memahami otak rusaknya. Dan secara tanpa sadar, tiga tahun telak aku memuaskan hasrat biologisnya. Sampai berakhir pada hari kematiannya akibat mengonsumsi obat keras berlebih.  Berpulangnya Dad tidak membuatku bebas dari kebejatan pria. Patah hati pertamaku jatuh kepada ‘dia’, seseorang dari sekolah menengahku. Aku selalu bergantung padanya dan itu membuat ‘dia’ memanfaatkan momentum untuk menjadikanku seekor binatang. Katakan aku dungu
Read more

CHAPTER 9: Gagal Membendung Badai & Pengeklaiman [18+]

REMUS VALEZKETIKA proposal pengadaan Pesta Kesenangan satu bulan sekali diturunkan, aku tidak berpikir dua kali untuk menyetujuinya—dengan catatan keamanan manor tetap nomor satu. Kini, rasanya aku tergugah menganulir persetujuan proposal satu itu selepas melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kedua bawahanku, Deeon dan Ysee, melakukan ‘tidak-tidak’ di ruang istirahat. Sebagai Putra Mahkota, aku tidak bisa menoleransi tindakan mereka.Tetapi, sebagai Remus Valez, akal sehatku bagaikan terhantam badai ketidakwarasan.Manik hitam itu kutemukan paling pertama saat aku membuka pintu. Sempat berniat menegur mereka,
Read more
DMCA.com Protection Status