หน้าหลัก / Fantasi / Petani Kaya yang Ajaib / บทที่ 1 - บทที่ 10

บททั้งหมดของ Petani Kaya yang Ajaib: บทที่ 1 - บทที่ 10

50

Bab 1

Matahari sedang bersinar dengan terik di langit. Di seluruh pegunungan dan lembah, tidak ada sedikit pun suara serangga.Fabian Hakim memikul keranjang jerami di punggungnya. Keringat menetes di wajahnya, pakaiannya menempel di tubuhnya dan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Seekor anjing besar berbulu cokelat muda berjalan mengikuti Fabian di belakang sambil menjulurkan lidahnya. Ketika melihat air sungai jernih di pegunungan, mata mereka seketika berbinar secara bersamaan.“Byur!” Anjing itu berlari sangat cepat dan melompat ke sungai.“Milo ... dasar anjing sialan!” umpat Fabian. Dia meletakkan keranjang jerami yang dipikulnya dan ikut melompat masuk ke sungai.Milo menjulurkan kepalanya, mengepakkan kedua kakinya, dan berputar mengelilingi Fabian. Ia membuat air bercipratan ke mana-mana dan bermain dengan sangat gembira.“Jangan dekat-dekat denganku!” Fabian menepuk kepala Milo dengan kuat. Milo pun merintih dan menunjukkan mata penuh kesedihan.Di bawah terik matahari, tidak
อ่านเพิ่มเติม

Bab 2

Fabian berlari dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada ketika berlari di jalan datar, padahal ini adalah jalan gunung yang bahkan tidak memiliki jalan setapak. Namun, dia yang merasa panik sama sekali tidak menyadarinya. Dia hanya ingin pulang secepatnya. Jika tidak dapat menemui kakeknya untuk yang terakhir kali, Fabian tidak akan bisa memaafkan dirinya.Sabrina juga ikut berlari, tetapi dia tidak mungkin dapat mengejar Fabian. Dia pun berhenti berlari, lalu berpegangan pada sebuah pohon dengan terengah-engah. “Bi ... Bian, kamu pulang saja dulu.”“Kak Sabrina, kamu hati-hati ya,” balas Fabian tanpa mengurangi kecepatannya.“Emm.”Sabrina sudah benar-benar kelelahan. Setelah beristirahat cukup lama, napasnya baru kembali teratur. Dia menunduk dan menatap ke arah dadanya. Kemudian, wajahnya pun memerah lagi setelah teringat tatapan Fabian sebelumnya. Di wajahnya yang semerah tomat itu, muncul seulas senyum tipis. Dia terlihat sangat cantik.Beberapa saat kemudian, Sabrina ter
อ่านเพิ่มเติม

Bab 3

Hasan tidak akan membiarkan Fabian tinggal di desa apa pun yang terjadi. Dia adalah orang yang memiliki harga diri tinggi. Dia tidak mungkin mengabaikan gosip para penduduk desa.Hal yang terpenting adalah, Desa Damai terlalu terpencil dan miskin hingga tidak ada yang bisa dikembangkan. Orang yang tinggal di desa ini tidak akan memiliki masa depan.Begitu mendengar diskusi ini, keluarga Fabian yang lain juga keluar dan membujuknya untuk kembali ke Kota Dohar secepatnya.“Kalau Kakek sudah sembuh ....”Sebelum Fabian menyelesaikan kata-katanya, Hasan sudah memelototinya dan berkata, “Aku sudah sembuh. Kamu nggak usah khawatirkan aku. Kembalilah ke kota secepatnya!”“Bian, ginseng liar itu bisa buat kakekmu sembuh. Itu sudah cukup. Kamu nggak perlu tinggal di sini lagi,” ujar Lenka.Suhendra menimpali, “Bian, kakak sepupumu yang jadi sopir orang juga punya gaji sekitar lima juta. Anak kedua Najwan lebih beruntung lagi. Gajinya sebulan bahkan mencapai sepuluh juta, padahal dia cuma tamata
อ่านเพิ่มเติม

Bab 4

Sabrina hanya lebih tua tiga bulan dari Fabian. Gadis desa yang seumuran dengan Sabrina biasanya sudah menikah dari dulu.Selain itu, jangankan di desa, bahkan di Kota Dohar sekali pun, Sabrina juga termasuk wanita yang sangat cantik. Namun, kenapa Sabrina masih belum menikah sampai sekarang?Ketika masih sekolah dulu, prestasi Sabrina tidaklah kalah dari Fabian. Namun, dia malah berhenti sekolah sebelum tamat SMA. Saat kaum muda desa pergi ke kota untuk bekerja, Sabrina juga tidak boleh pergi ke kota. Semua ini karena Hesti, ibunya Sabrina.Hesti merasa tidak ada gunanya anak perempuan bersekolah. Jadi, dia langsung menyuruh Sabrina berhenti sekolah. Pada waktu itu, bahkan wali kelas dan kepala sekolah juga datang ke desa untuk membujuk Hesti, tetapi gagal membuat Hesti berubah pikiran.Ayahnya Sabrina menghilang 20 tahun yang lalu. Jadi, Hesti yang membesarkan Sabrina seorang diri. Setelah membesarkan Sabrina dengan susah payah, Hesti tentu saja tidak akan membiarkan Sabrina bekerja
อ่านเพิ่มเติม

Bab 5

Pria itu bernama Raihan. Dia tidak memiliki orang tua sejak kecil dan tumbuh besar dengan bantuan penduduk desa. Dia sudah berusia 30 tahun, tetapi masih melajang. Dia juga melupakan kebaikan penduduk desa terhadapnya dan malah melakukan hal-hal tercela di desa ini.Di Desa Damai, tidak ada orang yang menyukai Raihan.Fabian melirik Raihan, lalu berbalik dan berjalan pergi.“Apa?” Raihan memelototi Fabian. “Kamu bahkan nggak menyapaku? Fabian, sudah hebat kamu?”Ketika berbicara, Raihan juga langsung mengulurkan tangannya untuk mencengkeram Fabian. Gerakannya sangat cepat, tetapi Fabian berhasil menghindarinya. Raihan pun tertegun. Sejak kapan anak ini menjadi begitu hebat?“Mentang-mentang sudah hebat dikit, kamu nggak takut lagi sama aku?” Meskipun batang hidung Fabian sudah tidak terlihat lagi, Raihan masih lanjut mengomel, “Tunggu saja! Aku akan memberimu pelajaran. Nanti, kamu akan tahu seberapa hebat aku!”Begitu tiba di rumah, Fabian langsung melihat Milo yang berbaring di kand
อ่านเพิ่มเติม

Bab 6

Setelah Hesti pergi, para penduduk desa yang berkumpul untuk menonton keramaian juga bubar. Namun, mereka masih membicarakan hal mengenai Fabian dan Sabrina.Setelah melihat tampang muram ibunya, Fabian buru-buru mencari alasan untuk keluar.“Bian ....” Lenka mengejar sampai pintu, tetapi sosok Fabian sudah hilang. Dia pun merasa sangat marah.Suwandi berjalan menghampirinya dan berkata dengan santai, “Buat apa kamu berpikir kejauhan. Bian ....”Sebelum Suwandi menyelesaikan kata-katanya, Lenka sudah berseru, “Ada apa ini sebenarnya! Kalau Bian benar-benar bersama Sabrina, dari mana kita bisa kumpulkan 580 juta? Kalau nggak bisa kasih Hesti 580 juta itu, si gila itu akan gantung diri di depan pintu rumah kita! Gimana kita bisa lanjut hidup?”“Kamu itu ayahnya! Memangnya kamu nggak bisa ambil keputusan? Apa gunanya kamu!”“Aku bawa Milo pergi berobat dulu.” Suwandi menaruh Milo ke becaknya, lalu langsung pergi tanpa peduli pada Lenka yang masih gelisah.“Kamu!” Lenka merasa sangat marah
อ่านเพิ่มเติม

Bab 7

Fabian tiba di rumah pada tengah malam dan orang tuanya telah tidur. Setelah mandi, dia pun berbaring di tempat tidur sambil menatap telapak tangannya. Entah sejak kapan, gambar patung monyet itu sudah hilang.Fabian mencoba untuk berlatih Mantra Keabadian dan masih bisa melakukannya. Pewaris kebun spiritual ....‘Apa itu berarti Ayah Angkat pemilik kebun spiritual, makanya aku itu pewarisnya?’ pikir Fabian.Hal ini benar-benar ajaib dan sulit untuk dipercaya. Fabian adalah lulusan universitas terkemuka yang menerima pendidikan tinggi. Jika ada orang yang memberitahunya mengenai hal seperti ini dulu, dia tidak mungkin percaya dan pasti memaki orang itu sudah gila. Pewaris kebun spiritual? Itu hanya mimpi! Namun ....Fabian sangat yakin ini semua bukan mimpi. Pir di kebun pir merupakan buktinya. Selain itu, bagaimana seseorang bisa menjelaskan tentang kakeknya yang sudah pulih total dan sangat sehati sekarang? Perubahan dirinya sendiri juga sudah cukup untuk membuktikannya.Dunia ini p
อ่านเพิ่มเติม

Bab 8

“Dik, 16 ribu per kilo sudah nggak murah, lho!” Pria berjanggut itu melebarkan mata sipitnya, lalu menepuk-nepuk keranjang pirnya sambil berkata, “Aku bahkan cuma jual pirku 14 ribu per kilo, tapi aku mau beli pirmu dengan harga 16 ribu per kilo. Kamu masih keberatan?”Fabian malas meladeninya. Dia hendak menjual pirnya 80 ribu per kilogram, tetapi pria berjanggut itu malah ingin membelinya dengan harga 16 ribu per kilogram. Apa yang dipikirkannya?Namun, pria berjanggut itu masih tidak menyerah. Bagaimanapun juga, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Dia sangat yakin pirnya Fabian pasti akan laku keras apabila dijual dengan harga 20 ribu per kilogram.Sekarang masih bukan musim pir. Jadi, pir yang begitu bagus dan terlihat sangat enak itu pasti gampang dijual. Pria berjanggut itu berkata lagi, “Umm .... Tadi, aku yang salah. Aku minta maaf. Maafkan aku, ya? Lihat, aku sudah minta maaf. Sekarang, kamu sudah bisa jual pirmu padaku, ‘kan?”Melihat Fabian yang masih tidak menangga
อ่านเพิ่มเติม

Bab 9

Restoran Imperial terletak di tepi pantai. Uang yang diinvestasi untuk restoran ini sangat besar, sedangkan harga makanannya juga mahal. Orang biasa tidak akan mampu makan di restoran ini.Kiara duduk di kantornya yang luas. Begitu berbalik, dia bisa langsung menikmati laut biru yang indah. Bekerja di kantor seperti ini pasti menyenangkan, baik secara fisik maupun mental. Namun, Kiara tidak berhenti memijat dahinya. Ekspresinya terlihat cemas. Dia sedang menunggu.Akhir-akhir ini, Restoran Imperial sedang mengalami sedikit masalah. Restoran Sun, saingan terbesar mereka itu telah mempekerjakan seorang koki dari restoran tiga bintang Michelin di luar negeri. Hal ini langsung menyebabkan kemerosotan bisnis Restoran Imperial.Sebenarnya, keterampilan memasak koki Restoran Imperial tidak lebih buruk dari Restoran Sun. Leluhur Kiara adalah koki istana, dan keterampilan memasak mereka diwariskan dari generasi ke generasi. Paman keduanya adalah koki terkemuka yang dikenal di seluruh negeri.
อ่านเพิ่มเติม

Bab 10

Guk! Guk!Di gerbang Desa Damai.Seekor anjing berwarna hitam berjalan berjejer seperti sedang berpatroli. Ketika melihat sepeda motor yang melaju mendekat, beberapa ekor anjing pun menggonggong.Ketika menemukan Milo yang berjongkok di pijakan sepeda motor, anjing hitam yang besar itu menggonggong sekali. Dalam sekejap, belasan ekor anjing langsung menerjang ke arah Milo. Sebelum Fabian sempat menghentikan sepeda motor, Milo sudah melompat turun dan menggigit anjing hitam besar itu.Awoo ....Biasanya, anjing hitam besar ini sangat garang dan selalu menindas semua anjing di desa ini. Setiap hari, ia akan membawa sekelompok bawahannya dan berkeliling di desa. Setiap melihatnya, Milo juga langsung bersembunyi. Kali ini, Milo malah langsung menerjang ke arahnya.Mungkin karena aura Milo sudah terpancar, beberapa ekor anjing yang sedang menggonggong pun menghindar. Mereka hanya menggonggong sesekali, lalu berkumpul di samping untuk menonton perkelahian Milo dengan anjing hitam besar itu.
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
12345
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status