Share

Bab 6

Author: Suwandi
Setelah Hesti pergi, para penduduk desa yang berkumpul untuk menonton keramaian juga bubar. Namun, mereka masih membicarakan hal mengenai Fabian dan Sabrina.

Setelah melihat tampang muram ibunya, Fabian buru-buru mencari alasan untuk keluar.

“Bian ....” Lenka mengejar sampai pintu, tetapi sosok Fabian sudah hilang. Dia pun merasa sangat marah.

Suwandi berjalan menghampirinya dan berkata dengan santai, “Buat apa kamu berpikir kejauhan. Bian ....”

Sebelum Suwandi menyelesaikan kata-katanya, Lenka sudah berseru, “Ada apa ini sebenarnya! Kalau Bian benar-benar bersama Sabrina, dari mana kita bisa kumpulkan 580 juta? Kalau nggak bisa kasih Hesti 580 juta itu, si gila itu akan gantung diri di depan pintu rumah kita! Gimana kita bisa lanjut hidup?”

“Kamu itu ayahnya! Memangnya kamu nggak bisa ambil keputusan? Apa gunanya kamu!”

“Aku bawa Milo pergi berobat dulu.” Suwandi menaruh Milo ke becaknya, lalu langsung pergi tanpa peduli pada Lenka yang masih gelisah.

“Kamu!” Lenka merasa sangat marah dan duduk di depan pintu. Dia merasa sangat gelisah.

Sejak kecil, putranya itu sangat berprestasi. Dia berhasil masuk ke Universitas Dohar, lalu bekerja di perusahaan yang lumayan bagus. Gajinya sebulan bahkan mencapai 20 juta! Dulu, semua tetangga mereka sangat iri pada Lenka. Kenapa sekarang semuanya tiba-tiba berubah menjadi begini?

Lenka benar-benar tidak mengerti. Ketika memikirkan hal ini, matanya mulai berkaca-kaca. Dia merasa sangat khawatir.

Fabian pergi ke rumah kakeknya. Dia mendengar ceramah Hasan sambil menggenggam tangan Hasan agar bisa menggunakan patung monyet di telapak tangannya untuk menyerap semua zat-zat beracun dalam tubuh Hasan.

Fabian bisa merasakan dengan jelas ketika patung monyet itu menyerap sesuatu. Setelah kali ini, kakeknya seharusnya akan benar-benar pulih total. Dia pun merasa lega.

“Si Bahri berani jawab, apa salahnya kamu berkembang di desa ini! Gampang banget dia ngomongnya!” Hasan berseru marah, “Kamu itu bukan cucunya, dia tentu saja berusaha untuk menjerumuskanmu!”

“Sebenarnya, nggak ada salahnya Bian tinggal di sini. Dia ....”

Baru saja Siska ingin berbicara, Hasan langsung menoleh ke arahnya dan membentak, “Apa yang kamu mengerti!”

Siska sudah terbiasa dengan sifat pemarah suaminya. Dia pun mengambil sebuah keranjang seolah-olah tidak ada yang terjadi, lalu mengisinya dengan makanan ternak dan pergi memberi makan ternak mereka.

“Bian, jujur dulu sama Kakek.” Hasan bertanya, “Kamu mau tinggal di sini karena Sabrina?”

“Kak Sabrina?” Fabian melepaskan tangan Hasan. Dia merasa sangat takjub. Apa sebenarnya asal usul patung monyet di telapak tangannya? Kenapa dia bisa menyerap zat-zat berbahaya? Hal yang terpenting adalah, setelah menyerap zat-zat berbahaya itu, dia malah merasa makin bertenaga.

Kebun spiritual ....

Setelah teringat kebun spiritual, Fabian merasa sangat pusing. Kenapa dia tidak bisa masuk ke sana lagi?

“Kalau itu karena Sabrina, kamu justru harus kerja. Hesti begitu mata duitan. Semua orang di desa ini dan desa-desa sekitar juga tahu dia minta mahar 580 juta!”

Hasan menghela napas. “Meski kamu dan Sabrina saling suka, kamu juga harus dapat persetujuan Hesti. Kalau nggak, kalian nggak akan bisa hidup tenang ke depannya.”

Fabian pun tertawa, lalu berkata, “Kakek, aku benar-benar mau berkembang di sini.”

“Di sini? Gimana kamu mau berkembang?” Hasan langsung memelototi Fabian dan mengomel, “Di antara desa-desa di sekitar, desa kita yang paling miskin! Kenapa? Karena lokasinya terlalu terpencil. Lihat saja jalan gunungnya. Bahkan bus juga nggak lewat tempat ini. Gimana kamu bisa berkembang di sini?”

“Kakek, sabar dulu. Beri aku waktu sebulan. Nggak perlu sampai sebulan deh. Aku pasti bisa buat Kakek berubah pikiran,” ujar Fabian.

Hasan merasa sangat marah. Namun, dinilai dari tampang Fabian, dia sepertinya bukan hanya hangat-hangat tahi ayam. Hasan pun bertanya, “Kamu sudah pertimbangkan semuanya dengan baik?”

“Sudah.” Fabian menjawab, “Paling lama sebulan. Kalau setelah sebulan Kakek dan Ibu masih suruh aku kerja di kota, aku akan pergi.”

Hasan mengusir bebek yang menguik di samping kakinya. “Oke, sebulan!”

“Kakek, mengenai ayah angkatku itu ... apa Kakek pernah menyadari ada yang berbeda tentangnya?” tanya Fabian.

“Buat apa kamu tiba-tiba ungkit soal ayah angkatmu?” Hasan terlebih dahulu merasa bingung, lalu kedua matanya agak berbinar. “Tunggu sebentar.”

Seusai berbicara, Hasan masuk ke kamar. Fabian menjulurkan kepalanya dan melihat kakeknya sedang mengeluarkan sebuah batu dari bawah bantalnya. Batu itu berwarna hitam pekat dan sangat kilat. Batu itu tidak seperti batu biasa.

Hasan berjalan keluar, lalu menyodorkan batu itu kepada Fabian dengan hati-hati sambil berkata, “Aku temukan batu ini dari bawah batu besar tempat ayah angkatmu berada. Waktu aku pergi sembahyang di awal tahun, aku lihat ada banyak kotoran burung di patung ayah angkatmu. Jadi, aku buat rakit bambu untuk membersihkannya, lalu aku temukan batu ini.”

Setelah menerima batu itu, Fabian langsung mengerti kenapa kesehatan kakeknya tiba-tiba menurun drastis. Dia tidak tahu batu apa yang ada di tangannya itu. Akan tetapi, dia bisa merasakan bahwa patung monyet di telapak tangannya ingin menelannya.

Fabian pun mencoba untuk membiarkan patung monyet menelan batu itu. Dia langsung merasa seluruh pori-pori di tubuhnya terbuka. Kemudian, ada semacam energi misterius yang mengalir di dalam tubuhnya. Energi yang hanya terdapat di kebun spiritual itu ternyata juga terkandung dalam batu ini!

Hasan seharusnya terkontaminasi oleh energi ini dan tubuhnya tidak sanggup menanggungnya. Pada akhirnya, dia pun menunjukkan gejala keracunan logam berat. Fabian merasa begitu yakin karena dia bisa merasakan kemiripan energi dari batu ini dengan zat beracun dari tubuh kakeknya.

“Kakek, kamu nggak boleh simpan batu ini lagi,” ucap Fabian.

“Kenapa?” tanya Hasan.

“Karena batu ini, Kakek baru keracunan logam berat,” jawab Fabian dengan ekspresi serius.

“Hah?” Hasan langsung tercengang. Setelah berpikir sejenak, dia menepuk pahanya sambil berseru, “Benar juga! Waktunya cocok!”

“Buang! Cepat buang batu itu!” Hasan khawatir cucunya juga dicelakai batu itu dan buru-buru merebutnya. “Batu ini harus dikembalikan. Ini barang ayah angkatmu. Ternyata barang seperti ini memang nggak boleh diambil!”

“Kakek, tempatnya jauh banget. Biar aku saja yang pergi,” ucap Fabian sambil berdiri.

Hasan awalnya merasa keberatan karena khawatir cucunya juga akan jatuh sakit. Namun, Fabian bersikeras mau mengembalikan batu itu sendiri. Pada akhirnya, dia pun memasukkan batu itu ke kotak, lalu berulang kali berpesan pada Fabian untuk hati-hati dan harus meletakkan batu itu kembali ke tempatnya.

Setelah meninggalkan rumah kakeknya, Fabian pergi ke gunung belakang. Patung monyet sudah berpindah ke telapak tangannya. Dia mau mengembalikan batu ini ke mana lagi?

Setelah tiba di kebun keluarganya, Fabian memanjat sebuah pohon pir yang sudah tua. Semua dahan pohon ini sudah dipenuhi buah pir. Sepertinya, semua pir ini akan matang kurang lebih setengah bulan lagi.

Namun, Fabian tidak memedulikan semua itu. Dia menggenggam erat batu hitam itu dan berusaha menyerap energinya. Tidak lama kemudian, batu itu berubah menjadi puing-puing dan jatuh ke lantai.

Pada saat ini, Fabian merasakan bahwa dirinya telah mengalami perubahan yang sangat besar. Dia mengepalkan tangannya, lalu melayangkan tinjunya. Tak disangka, terdengar suara menembus udara yang sangat tajam.

Fabian pun menatap tinjunya dengan mata membelalak. Dia tidak pernah berlatih tinju, tetapi tahu bahwa suara ini merupakan tanda bahwa kekuatannya telah mencapai tingkatan tertentu. Apakah ini berarti dia telah menjadi ahli bela diri?

Mulut Fabian menganga lebar. Dia mengangkat tangannya dan menatap telapak tangannya yang menyatu sempurna dengan patung monyet itu, seolah-olah itu memang bagian tubuhnya. Lama-kelamaan, matanya pun dipenuhi oleh bayangan patung monyet itu.

Tiba-tiba, sebuah suara yang tak bisa dibedakan apakah itu suara orang tua, kaum muda, laki-laki, atau perempuan terdengar di dalam kepalanya, “Pewaris kebun spiritual, latihlah dirimu dengan baik, lalu kembalilah ke kebun spiritual secepatnya!”

Fabian langsung merinding. Setelah itu, kepalanya dipenuhi dengan sangat banyak informasi sehingga dia kesulitan untuk mencerna semuanya sekaligus. Namun, yang paling mengejutkannya adalah, ada sebuah teknik bela diri bernama Mantra Keabadian.

Fabian pun mencoba berlatih sesuai dengan ajaran teknik itu. Tanpa sadar, langit sudah gelap. Dia bisa merasakan perubahan dirinya, tetapi yang memiliki perubahan lebih drastis adalah ....

“Eh, pir?”

Fabian berlatih dengan duduk di atas pohon pir. Kini, seluruh pohon terlihat lebih subur. Daun-daunnya berubah menjadi hijau tua, sedangkan buah pir yang bergelantungan di dahan berubah menjadi kuning keemasan dan terlihat sangat menggoda.

Fabian memetik sebuah pir dan menggigitnya.

“Emm .... “

Kandungan air dalam buah pir ini sangat banyak dan hampir menetes keluar. Teksturnya renyah tanpa ada ampas sedikit pun. Pir ini sama sekali tidak seperti pir dari kebun keluarganya.

Fabian juga yakin bahwa tidak mungkin ada pir yang lebih enak dari pir ini. Terlebih lagi, pir ini bahkan belum sepenuhnya matang. Jika sudah matang sempurna, seberapa luar biasa rasanya nanti?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 7

    Fabian tiba di rumah pada tengah malam dan orang tuanya telah tidur. Setelah mandi, dia pun berbaring di tempat tidur sambil menatap telapak tangannya. Entah sejak kapan, gambar patung monyet itu sudah hilang.Fabian mencoba untuk berlatih Mantra Keabadian dan masih bisa melakukannya. Pewaris kebun spiritual ....‘Apa itu berarti Ayah Angkat pemilik kebun spiritual, makanya aku itu pewarisnya?’ pikir Fabian.Hal ini benar-benar ajaib dan sulit untuk dipercaya. Fabian adalah lulusan universitas terkemuka yang menerima pendidikan tinggi. Jika ada orang yang memberitahunya mengenai hal seperti ini dulu, dia tidak mungkin percaya dan pasti memaki orang itu sudah gila. Pewaris kebun spiritual? Itu hanya mimpi! Namun ....Fabian sangat yakin ini semua bukan mimpi. Pir di kebun pir merupakan buktinya. Selain itu, bagaimana seseorang bisa menjelaskan tentang kakeknya yang sudah pulih total dan sangat sehati sekarang? Perubahan dirinya sendiri juga sudah cukup untuk membuktikannya.Dunia ini p

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 8

    “Dik, 16 ribu per kilo sudah nggak murah, lho!” Pria berjanggut itu melebarkan mata sipitnya, lalu menepuk-nepuk keranjang pirnya sambil berkata, “Aku bahkan cuma jual pirku 14 ribu per kilo, tapi aku mau beli pirmu dengan harga 16 ribu per kilo. Kamu masih keberatan?”Fabian malas meladeninya. Dia hendak menjual pirnya 80 ribu per kilogram, tetapi pria berjanggut itu malah ingin membelinya dengan harga 16 ribu per kilogram. Apa yang dipikirkannya?Namun, pria berjanggut itu masih tidak menyerah. Bagaimanapun juga, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Dia sangat yakin pirnya Fabian pasti akan laku keras apabila dijual dengan harga 20 ribu per kilogram.Sekarang masih bukan musim pir. Jadi, pir yang begitu bagus dan terlihat sangat enak itu pasti gampang dijual. Pria berjanggut itu berkata lagi, “Umm .... Tadi, aku yang salah. Aku minta maaf. Maafkan aku, ya? Lihat, aku sudah minta maaf. Sekarang, kamu sudah bisa jual pirmu padaku, ‘kan?”Melihat Fabian yang masih tidak menangga

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 9

    Restoran Imperial terletak di tepi pantai. Uang yang diinvestasi untuk restoran ini sangat besar, sedangkan harga makanannya juga mahal. Orang biasa tidak akan mampu makan di restoran ini.Kiara duduk di kantornya yang luas. Begitu berbalik, dia bisa langsung menikmati laut biru yang indah. Bekerja di kantor seperti ini pasti menyenangkan, baik secara fisik maupun mental. Namun, Kiara tidak berhenti memijat dahinya. Ekspresinya terlihat cemas. Dia sedang menunggu.Akhir-akhir ini, Restoran Imperial sedang mengalami sedikit masalah. Restoran Sun, saingan terbesar mereka itu telah mempekerjakan seorang koki dari restoran tiga bintang Michelin di luar negeri. Hal ini langsung menyebabkan kemerosotan bisnis Restoran Imperial.Sebenarnya, keterampilan memasak koki Restoran Imperial tidak lebih buruk dari Restoran Sun. Leluhur Kiara adalah koki istana, dan keterampilan memasak mereka diwariskan dari generasi ke generasi. Paman keduanya adalah koki terkemuka yang dikenal di seluruh negeri.

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 10

    Guk! Guk!Di gerbang Desa Damai.Seekor anjing berwarna hitam berjalan berjejer seperti sedang berpatroli. Ketika melihat sepeda motor yang melaju mendekat, beberapa ekor anjing pun menggonggong.Ketika menemukan Milo yang berjongkok di pijakan sepeda motor, anjing hitam yang besar itu menggonggong sekali. Dalam sekejap, belasan ekor anjing langsung menerjang ke arah Milo. Sebelum Fabian sempat menghentikan sepeda motor, Milo sudah melompat turun dan menggigit anjing hitam besar itu.Awoo ....Biasanya, anjing hitam besar ini sangat garang dan selalu menindas semua anjing di desa ini. Setiap hari, ia akan membawa sekelompok bawahannya dan berkeliling di desa. Setiap melihatnya, Milo juga langsung bersembunyi. Kali ini, Milo malah langsung menerjang ke arahnya.Mungkin karena aura Milo sudah terpancar, beberapa ekor anjing yang sedang menggonggong pun menghindar. Mereka hanya menggonggong sesekali, lalu berkumpul di samping untuk menonton perkelahian Milo dengan anjing hitam besar itu.

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 11

    Seusai makan malam, Fabian pergi ke kebun di belakang gunung. Dia berjalan ke bawah sebuah pohon pir besar yang terlihat subur dan sudah tumbuh banyak buah. Jika dia mempercepat kematangan buahnya, pir yang bisa dihasilkannya mungkin mencapai sekitar 250 atau 300 kilogram.Fabian berdiri di bawah pohon dan menyesuaikan keadaannya. Sementara itu, Milo tidak berhenti berlarian dan terlihat sangat energik. Namun, Fabian tidak peduli padanya. Dia memejamkan mata, lalu kedua tangannya yang terkulai mulai bergerak membentuk gerakan aneh.“Teknik Hujan Spiritual!” gumam Fabian.Fabian adalah pewaris kebun spiritual, juga sudah mendapatkan informasi dalam jumlah besar. Teknik utamanya adalah Mantra Keabadian, tetapi Teknik Hujan Spiritual juga merupakan salah satunya. Teknik Hujan Spiritual memiliki manfaat yang lebih bagus dalam mempercepat pertumbuhan tanaman daripada berlatih Mantra Keabadian di bawah pohon.Setelah melakukan gerakan dan membaca mantranya, energi spiritual di sekitar pun be

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 12

    “Kamu jelas-jelas ada di halaman belakang. Kenapa malah bilang nggak ada di sana? Lagi ngapain kamu?”Suara Hesti terdengar makin dekat. Cahaya senter yang memancar ke arahnya membuat Sabrina tidak dapat membuka matanya. Dia langsung berteriak, “Ng ... nggak ngapa-ngapain. Bian nggak ada di sini.”“Bian? Fabian?”Hesti berlari sambil memegang senter. “Kamu dan Fabian diam-diam ketemu di halaman belakang? Tunggu saja! Aku pasti akan memukulmu! Dasar gadis nggak tahu malu!”“Mana orangnya? Fabian, keluar!” Hesti mencari ke mana-mana dengan senter.Sabrina terlihat putus asa. Anehnya, Fabian jelas-jelas ada di depannya. Bagaimana mungkin ibunya tidak melihat Fabian? Eh? Di mana Fabian?Sabrina juga tidak melihat Fabian. Kemudian, raut wajahnya terlihat sedikit lebih baik.Hesti mengalihkan kembali cahaya senter ke wajah Sabrina. Sabrina pun menutup matanya dengan satu tangan dan bertanya dengan suara manja, “Ibu, ngapain kamu?”“Tadi, Fabian datang kemari?” Hesti berbicara sambil berjongk

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 13

    “Sudah hilang lagi?”Fabian menggeleng. Dia tidak tahu apakah itu hanya ilusinya atau sesuatu yang sedang mengamatinya itu telah pergi. Intinya, dia sudah tidak dapat merasakannya.“Beraninya kamu curi buah pirku. Waktu kamu kembali malam ini, aku pasti akan menangkapmu! Aku mau tahu kamu itu apa!”Fabian mulai memetik pir dan memindahkannya ke mobil. Setelah bekerja cukup lama, dia baru selesai memindahkan semua pir ke mobil setelah matahari bersinar terik.Mobil van itu melaju melewati desa. Dari kejauhan, Fabian melihat Hesti sedang berseru di depan rumahnya sambil berkacak pinggang. Dia juga melihat Raihan dan anjingnya. Raihan membuat gerakan menghitung uang ke arah Fabian. Dia bahkan berdiri di tengah jalan, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu kepada Fabian. Namun, Fabian tidak berniat untuk menghentikan mobilnya. Dia malah menginjak pedal gas untuk meningkatkan kecepatan lajunya.Brum!“Fabian, sialan kamu!” Raihan bereaksi sangat cepat. Dia melompat ke pinggir jalan, merapika

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 14

    Adam dan yang lainnya turun dari mobil. Dia menunjuk ke papan iklan besar Restoran Imperial dan berkata, "Lihat, ini hasil dari Media Kloud kita.""Kemarin kita menerima iklan dari Restoran Imperial. Kita sampai lembur untuk menyelesaikannya. Begitu papan iklan ini dipasang, bisnis Restoran Imperial pasti akan semakin bagus!""Tentu saja." Seseorang di sampingnya menimpali, "Baik dari segi efisiensi maupun kualitas, Media Kloud sudah pasti yang terbaik di Kota Dohar.""Yang dibilang Logan benar sekali. Kita didukung oleh 500 perusahaan terbesar, mana mungkin bisa dibandingkan dengan perusahaan media kecil-kecilan?"Adam meneruskan, "Semua harus mengikuti aturan. Perusahaan besar punya aturan perusahaan besar, sementara perusahaan kecil yang aturannya terlalu longgar nggak akan pernah berkembang menjadi besar."Kemudian, dia tersenyum dan berkata lagi, "Barusan kalian juga melihatnya, Fabian datang ke Restoran Imperial untuk antar barang, tapi dia langsung masuk lewat pintu utama. Apa-a

Pinakabagong kabanata

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 50

    "Pak ... Raka ...," panggil Mila. Raka jarang datang ke showroom. Mila yang baru bekerja 1 bulan hanya pernah melihat Raka sekali, tetapi Mila bisa mengenali Raka. Tubuh Mila gemetaran saat dipanggil Raka."Jangan takut, sini," bujuk Raka. Dia membawa Mila masuk ke showroom. Leo merasa ada yang tidak beres.Ternyata Raka memerintah manajer, "Urus prosedur masuk kerja untuk dia."Manajer langsung menyahut tanpa ragu, "Oke, Pak Raka."Raka melirik Leo sekilas, lalu berucap, "Mengenai dia, kamu urus saja sendiri.""Aku paham," sahut manajer seraya mengangguk. Kemudian, dia menggeleng kepada Leo.Leo tampak terkejut. Dia hendak bicara, tetapi dia mengurungkan niatnya begitu melihat manajer mengernyit.Raka berkata kepada Mila sambil tersenyum, "Ayo, selesaikan penjualanmu.""Aku ...," ujar Mila. Dia menangis lagi.Manajer tertawa, lalu mengomentari, "Dasar cengeng."Raka tidak menanggapi ucapan manajer lagi. Dia menarik Priska, lalu menanyakan beberapa hal. Setelah tahu ayahnya makan jagun

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 49

    Leo mengerjap. Dia memandangi Fabian dengan ekspresi bingung, lalu melihat Priska. Sementara itu, Priska mendengus dan memalingkan wajahnya.Leo kebingungan, dia merasa sepertinya dirinya menyinggung klien. Leo mengulangi ucapannya lagi, "Pak, tolong tunjukkan KTP dan SIM-mu. Aku ...."Fabian mengernyit, sedangkan Priska menyela ucapan Leo dengan ekspresi gusar, "Kamu berisik sekali."Ekspresi Leo berubah drastis. Apa yang terjadi? Priska mencebik. Dia menarik Fabian ke meja lain sembari berujar, "Bian, kita duduk di sana saja."Leo merasa canggung. Jika dia mengikuti mereka, kemungkinan klien akan pindah ke tempat lain. Jika tidak mengikuti mereka, takutnya dia akan kehilangan penjualan mobil Ford Raptor.Saat Leo sedang ragu-ragu untuk mengikuti Fabian dan Priska, terdengar suara tangisan. Mila yang membawa barangnya berjalan sambil menunduk dan menangis. Dia dipecat.Manajer juga berjalan keluar. Dia tidak memedulikan Mila yang menangis. Manajer melihat ke arah Fabian, apa yang terj

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 48

    Mila baru tamat kuliah. Dia bekerja di showroom ini selama 1 bulan. Sebagai karyawan magang, staf penjualan lain tidak memberi Mila kesempatan untuk melayani klien. Hari ini, akhirnya Mila mendapatkan kesempatan bagus dan klien langsung mengatakan ingin membeli mobil.Mila hendak menyiapkan dokumen, tetapi rekan kerjanya malah berniat mengusirnya. Mila adalah karyawan baru, jadi dia tidak berani menentang. Mila hanya bisa diam-diam menyeka air matanya sambil membantu rekan kerjanya memfotokopi dokumen.Leo yang sudah mengambil dokumen menghampiri Fabian, lalu duduk di samping dan berbicara sembari tersenyum, "Halo, ini dokumennya. Coba kalian lihat dulu, nanti aku jelaskan pada kalian."Fabian tertegun sejenak, kenapa orang yang melayaninya tiba-tiba diganti? Leo melihat hanya ada 1 gelas air di atas meja. Dia melihat Mila yang lewat dan membentak seraya mengernyit, "Kamu bisa kerja, nggak?""Ha?" sahut Mila. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya."Sekaran

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 47

    Donny berucap, "Begini saja, Hugo dari Restoran Imperial itu teman sekolahku. Nanti aku akan meluangkan waktu untuk mencari Hugo biar mereka membagi jagung itu kepada kita."Donny menambahkan, "Nggak, nanti aku langsung telepon Hugo saja."Raka menimpali, "Oke, Kakak Ipar. Kamu telepon saja. Aku mau sekalian lihat kondisi showroom setelah datang ke sini. Satu bulan belakangan ini penjualan menurun drastis. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan!"Kemudian, Raka naik ke mobil. Donny berpikir sejenak, lalu menelepon istrinya. Sesudah itu, Donny menelepon Hugo. Namun, panggilan teleponnya tidak terhubung.Di showroom mobil Ford. Priska bertanya kepada Fabian, "Bian, apa kita nggak perlu kabari Kak Wenda? Showroom ini milik paman kedua Kak Wenda.""Nggak usah. Kita lihat-lihat sendiri saja," sahut Fabian. Mereka berdua pun berjalan masuk ke showroom.Seorang staf penjualan pria tidak melihat mobil yang dikendarai Priska. Dia hanya melihat sekilas pakaian Fabian, lalu berujar kepada seorang

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 46

    Sebuah mobil Chevrolet Camaro merah berhenti di tepi jalan. Jendela mobil dibuka, Priska melepaskan kacamata hitamnya. Dia sangat cantik. Priska bertanya, "Bian, kenapa kamu baru datang?"Fabian baru turun dari bus. Orang di bus memandangi Priska. Seseorang berujar, "Wah, wanita ini cantik sekali. Nak, dia pacarmu, ya?"Fabian hanya tersenyum dan tidak menanggapi ucapan orang itu. Dia naik ke mobil Priska. Ekspresi Priska terlihat canggung. Bahkan, suaranya sangat kecil saat berkata pada Fabian, "Pakai sabuk pengaman."Fabian melihat Priska dengan ekspresi bingung. Bukannya tadi Priska mengeluh? Kenapa sekarang sikapnya berubah?Priska tersenyum sambil memakai kacamata hitamnya dan menjalankan mobil. Fabian sangat rileks. Mobil Chevrolet Camaro ini jauh lebih nyaman dari bus. Fabian berkomentar, "Wah, mobil bagus memang nyaman."Priska berucap, "Aku bilang mau jemput kamu, tapi kamu nggak mau. Tadi kamu bilang ada masalah waktu kirim pesan kepadaku. Apa yang terjadi?"Fabian menceritak

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 45

    Melihat itu, pria berkacamata itu langsung mendorong orang-orang di sekitarnya dan berusaha merampas uang dari tangan Lais.Pria paruh baya yang baru saja selamat pun mendengus dingin."Hmph, kamu pikir cuma kamu yang bisa mendengus? Kamu ...." Tiba-tiba, pria berkacamata itu terbelalak.Dia menatap pria paruh baya yang masih duduk di tanah. Wajah itu terlihat sangat familier! Dia segera melepaskan kacamatanya, mengucek matanya, lalu memakainya kembali.Saat melihat lagi, wajahnya langsung berubah pucat pasi. "Pak ... Pak Donny ...?"Sikap garangnya itu langsung menghilang, digantikan dengan senyuman penuh kepanikan. Akan tetapi, senyuman itu lebih terlihat lebih buruk daripada tangisan."Kamu menyuruh orang-orang jangan menyelamatkanku?" Suara pria paruh baya itu terdengar dingin."Pak, a ... aku nggak tahu kalau itu kamu! Toko kita mengadakan rapat, makanya aku buru-buru ke sana. Kalau aku tahu itu kamu, aku pasti sudah jadi orang pertama yang turun menolongmu, meskipun harus mati!"

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 44

    Suasana menjadi hening. Dedaunan yang tertiup angin terdengar begitu jelas di telinga. Beberapa orang masih pucat pasi karena ketakutan.Suara gemuruh mobil yang jatuh ke jurang tadi masih terngiang di benak mereka. Jurang sedalam itu, jika seseorang jatuh ke dalamnya .... Tidak ada yang berani membayangkan lebih jauh.Tiba-tiba! Sebuah tangan muncul di pinggir tebing!"Dik?" Seseorang berteriak kaget.Mereka baru teringat bahwa tadi Fabian sudah mengikatkan tali ke tubuh sopir yang pingsan dan talinya tidak putus. Seketika, orang-orang mulai tersenyum lega.Kemudian, kepala Fabian muncul dari tepi tebing. Dia memegang erat pinggiran tebing dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih memeluk sopir yang pingsan."Anak ini kuat sekali!" puji seseorang."Tolong tarik kami!" Fabian menggertakkan giginya."Benar, benar! Ayo, bantu angkat mereka!"Lais langsung berteriak, "Cepat bantu! Ayo, semua!"Tak butuh waktu lama, dengan bantuan banyak orang, Fabian dan sopir yang pingsan berhas

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 43

    "Hm." Fabian tidak bertindak sembarangan lagi. Dia menoleh ke sekitar, mencari solusi.Whoosh .... Angin bertiup kencang. Kreek ... kreek ....Mobil itu kembali bergoyang. Suara gesekan besi terdengar menusuk telinga, membuat bulu kuduk meremang. Bagian depan mobil semakin condong ke bawah!"To ... tolong selamatkan aku ...!" Pria paruh baya di dalam mobil semakin panik. Keringat sampai mengucur deras dari dahinya. Wajahnya pucat pasi.Ciittt! Tiba-tiba, bus kecil yang sudah melaju puluhan meter berhenti."Kenapa berhenti lagi? Lais, kamu cari masalah denganku ya?" Pria berkacamata itu berteriak histeris.Namun, sopir bus tidak lagi peduli padanya. Lais bergegas turun diikuti beberapa penumpang."Ada rantai besi?" tanya Fabian.Lais menggeleng."Kalau tali?""Ada!" Lais segera berlari ke sisi lain bus."Mau ikut campur ya? Aku mau lihat gimana kalian membuat mobil itu jatuh ke jurang!" Pria berkacamata itu menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya penuh kekesalan."Kamu ini kenapa si

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 42

    Malam itu, Fabian menggunakan Teknik Hujan Spiritual untuk menyiram tiga pohon pir di kebun. Air hujan yang terkumpul dalam ember lantas digunakan untuk menyiram ladang jagung.Keesokan paginya, orang tuanya berangkat lebih awal dengan mobil, membawa buah pir dan jagung ke Restoran Imperial.Sementara itu, Fabian baru keluar rumah sekitar pukul 9 pagi. Dia berjalan lima kilometer sebelum akhirnya menaiki bus kecil menuju kota.Bus kecil itu melaju di jalan pegunungan yang berkelok-kelok, membuat penumpang terguncang hebat. Beberapa bagian jalan sangat berbahaya. Sedikit saja kesalahan, bus akan tergelincir ke jurang. Namun, penumpang sudah terbiasa. Ada yang mengantuk, ada yang asyik mengobrol.Tiba-tiba ... ciiittt! Sopir menginjak rem mendadak. Para penumpang langsung berteriak kaget. Ada yang terbentur dan marah-marah kepada sopir."Kalian lihat itu! Ada mobil hampir jatuh ke jurang!"Seketika, suasana di dalam bus menjadi hening.Di depan, sebuah mobil off-road hitam besar menabrak

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status