Share

Bab 7

Penulis: Suwandi
Fabian tiba di rumah pada tengah malam dan orang tuanya telah tidur. Setelah mandi, dia pun berbaring di tempat tidur sambil menatap telapak tangannya. Entah sejak kapan, gambar patung monyet itu sudah hilang.

Fabian mencoba untuk berlatih Mantra Keabadian dan masih bisa melakukannya. Pewaris kebun spiritual ....

‘Apa itu berarti Ayah Angkat pemilik kebun spiritual, makanya aku itu pewarisnya?’ pikir Fabian.

Hal ini benar-benar ajaib dan sulit untuk dipercaya. Fabian adalah lulusan universitas terkemuka yang menerima pendidikan tinggi. Jika ada orang yang memberitahunya mengenai hal seperti ini dulu, dia tidak mungkin percaya dan pasti memaki orang itu sudah gila. Pewaris kebun spiritual? Itu hanya mimpi!

Namun ....

Fabian sangat yakin ini semua bukan mimpi. Pir di kebun pir merupakan buktinya. Selain itu, bagaimana seseorang bisa menjelaskan tentang kakeknya yang sudah pulih total dan sangat sehati sekarang? Perubahan dirinya sendiri juga sudah cukup untuk membuktikannya.

Dunia ini pada dasarnya memang menakjubkan, juga memiliki banyak hal yang berada di luar imajinasi manusia.

Fabian teringat pada suara yang bergema di pikirannya. Suara itu menyuruhnya untuk segera kembali ke Kebun spiritual.

Fabian juga ingin pergi ke sana. Bagaimanapun juga, kebun spiritual penuh dengan harta karun. Bahkan ginseng yang dipetiknya dengan asal juga bisa menyelamatkan nyawa kakeknya. Bagaimana dengan hal-hal baik lainnya?

Berlatih, lalu kembali ke kebun spiritual secepatnya ....

Fabian sudah tidak sabar. Tempat itu bagaikan surga, bagaimana mungkin dia tidak ingin pergi ke sana? Dia merasa dirinya mungkin perlu berkultivasi hingga mencapai tingkatan tertentu untuk bisa pergi ke sana. Seharusnya memang begitu.

Tanpa berpikir lebih jauh lagi, Fabian duduk bersila dan berlatih dengan tenang.

Tidak ada yang terjadi lagi malam itu. Sebelum fajar, Fabian membuka matanya. Dia tidak tidur semalaman, tetapi malah merasa sangat segar dan nyaman. Setelah meregangkan tubuhnya, dia samar-samar merasa bahwa tinjunya telah menjadi lebih kuat.

“Sebaiknya aku pergi lihat pir di kebun.”

Kemarin, Fabian berlatih di atas pohon pir, lalu pohon dan buah pirnya langsung mengalami perubahan besar. Apa yang akan terjadi setelah satu malam?

Berhubung sudah terjadi begitu banyak hal ajaib, Fabian menjadi makin bersemangat. Ketika dia turun ke lantai bawah, orang tuanya masih belum bangun. Setelah menggosok gigi dan mencuci muka, dia baru melihat bahwa lampu di kamar orang tuanya telah menyala.

“Ayah, Ibu, aku mungkin harus pergi ke Kota Dohar hari ini,” teriak Fabian.

“Kamu mau pergi ke Kota Dohar? Bawalah sedikit uang. Kamu sudah kemas barang-barangmu?”

Ketika mendengar bahwa Fabian akan pergi ke Kota Dohar, Lenka sangat gembira. Namun, dia hanya mendengar suara mesin sepeda motor tua dan tidak mendengar tanggapan lain dari Fabian. Hanya saja, berhubung Fabian pergi ke Kota Dohar, Lenka tidak memedulikannya.

Akhir-akhir ini, sudah ada terlalu banyak gosip di desa. Anak si A bisa menghasilkan puluhan juta sebulan meskipun hanya tamat SD, sedangkan anak si B yang kerja di lokasi konstruksi bisa dapatkan beberapa juta sebulan. Mana ada lagi orang yang mencari guru untuk mempelajari berbagai macam keterampilan?

Sebenarnya, penduduk desa sedang menyindir Fabian. Mereka merasa tidak ada gunanya Fabian masuk ke universitas terkemuka dan punya nilai bagus. Pada akhirnya, dia tetap kembali ke desa.

Lenka sudah terpengaruh oleh gosip-gosip ini. Dia pada dasarnya adalah orang yang memiliki harga diri tinggi. Bagaimana mungkin dia berpura-pura tidak tahu? Selain itu, Desa Damai terlalu miskin dan tidak ada yang bisa dikembangkan. Akan sangat sia-sia jika Fabian hanya berdiam di rumah.

Oleh karena itu, Lenka baru menyuruh Fabian untuk kembali ke Kota Dohar setiap hari. Sekarang, Fabian berinisiatif mengatakan bahwa dia akan pergi ke Kota Dohar. Bagaimana mungkin dia tidak senang?

“Orang yang kuliah sudah seharusnya kerja di kantor, pacaran sama wanita karier, lalu bangun keluarganya di kota. Kenapa malah bersikeras tinggal di desa?” Lenka menghela napas panjang dan melanjutkan, “Untungnya, pikiran Bian sudah terbuka.”

“Kamu nggak usah terlalu cemas. Bian punya pemikiran sendiri dan tahu apa yang dia lakukan,” ujar Suwandi sambil mengenakan pakaiannya.

“Kamu cuma tahu ulangi kata yang sama. Memangnya nggak ada kata lain lagi yang bisa kamu katakan?” Lenka yang merasa tidak senang menendang sebelah sandal Suwandi sebelum menambahkan, “Dia nggak mau kembali ke kota karena kamu nggak nasihati dia!”

“Buat apa kamu tendang sandalku?” Suwandi turun dari tempat tidur dengan kaki telanjang dan mengomel, “Bukannya Bian bilang dia mau pergi ke Kota Dohar hari ini? Dia pasti mau cari kerja. Jadi, kamu nggak usah khawatir.”

“Baguslah kalau dia cari kerjaan.” Lenka berjalan keluar dari kamar dengan gembira.

Fabian mengendarai sepeda motornya ke kebun buah. Semua pir di pohon itu sudah sepenuhnya matang. Meskipun sudah siap mental, dia masih sangat terkejut.

Fabian berdiri di bawah pohon pir cukup lama sebelum akhirnya mengulurkan tangan untuk memetik sebuah pir. Kemudian, dia menggigit pir itu dan air dalam pir langsung mengalir keluar. Rasanya bahkan lebih enak dari kemarin.

Berhubung keluarga mereka sudah menanam buah pir selama bertahun-tahun, buah yang paling sering dimakan Fabian adalah pir. Dia yakin tidak ada satu pun yang rasanya seperti ini. Enak sekali! Pir ini benar-benar berkualitas tinggi!

“Guk!”

Entah sejak kapan, Milo juga sudah datang. Melihat Milo yang melompat setinggi beberapa meter, Fabian pun tercengang. Milo membuka mulutnya, lalu menggigit pir, dan mulai mengunyahnya dalam suapan besar.

Fabian tahu bahwa Milo telah berubah. Dia mengelus-elus kepala Milo dan mulai memetik pir. Dua keranjang di belakang sepeda motornya terisi penuh. Dia memperkirakan total pir ini mencapai 100 kilogram.

Begitu Fabian naik ke sepeda motor, Milo juga langsung melompat ke pijakan depan.

“Kamu juga mau ikut?” Fabian menyalakan sepeda motornya dan melaju pergi.

Di pasar tradisional Kota Dohar.

Demi menjaga keindahan kota, pemerintah Kota Dohar melarang pedagang mendirikan kios di pinggir jalan. Maka dari itu, ada area khusus di pasar tradisional yang ditujukan bagi warga desa untuk menjual produk khas mereka.

Fabian mencari sebuah tempat, lalu menurunkan dua keranjang pir dari sepeda motornya.

Milo berbaring di samping, sedangkan Fabian memandang ke sekeliling dan melihat ada berbagai macam makanan khas setempat yang dijual di sini. Ada dua orang yang juga menjual pir, tetapi kualitas pirnya terlihat jauh lebih buruk. Buah-buah itu masih hijau dan jelas belum terlalu matang.

“Hei, Nak, ini tempatku!”

Sebuah mobil van berhenti di dekat Fabian. Bagasi belakangnya diisi dengan pir. Sopirnya adalah seorang pria berjanggut. Wajahnya terlihat galak, sedangkan suaranya juga lantang. Ketika dia keluar dari mobil, terlihat tubuhnya yang kekar. Tampangnya memang menakutkan.

“Kak, pergilah. Orang ini sangat galak. Kakekku hampir dipukulinya beberapa hari yang lalu.”

Berhubung Fabian masih tidak merespons, seorang gadis kecil di sisi lain yang sedang berjualan sayur bersama kakeknya memperingati Fabian dengan takut. Fabian menatapnya dan tersenyum.

“Woi, kamu lihat mana? Aku lagi bicara sama kamu!” Pria berjanggut itu berjalan mendekat dan berseru, “Aku datang kemari setiap hari. Ini wilayahku. Minggir!”

Pria berjanggut itu menjual pir, sedangkan pemuda di sampingnya juga menjual pir. Itu akan sangat merugikannya. Dia merasa kualitas pirnya lumayan bagus. Akan tetapi, setelah melihat buah pir di keranjang Fabian ....

Hal yang paling ditakutkan orang adalah dibanding-bandingkan. Begitu dibandingkan, yang baik dan yang buruk akan langsung terlihat jelas.

Pir pria berjanggut itu masih berwarna hijau. Berhubung ini adalah pir kelompok pertama yang dipanen, buahnya belum sepenuhnya matang. Saat ini, dia menjualnya karena pirnya masih segar. Bahkan ukuran pilnya juga tidak terlalu besar.

Namun, pir Fabian berwarna keemasan dan terlihat menggoda. Selain itu, ukuran setiap pirnya sangat besar. Tidak, semua buah pir dalam keranjang Fabian berukuran sama besar.

Aneh sekali, siapa yang bisa memastikan semua pir dalam keranjangnya berukuran seragam? Begitu dipajang, pir Fabian pasti akan laku keras, sedangkan pir pria berjanggut akan sulit terjual.

Pria berjanggut itu tentu saja tidak akan membiarkannya. Dia mengulurkan tangan untuk mendorong Fabian, tetapi Fabian tidak bergeming.

“Hmm?”

Pria berjanggut itu mendorong Fabian lagi, tetapi Fabian tetap berdiri tegak di tempat. Dia tidak menyerah dan hendak mendorong Fabian lagi. Namun, tangannya malah ditangkap oleh Fabian.

Hk .... Pria berjanggut itu sontak meringis kesakitan dan mukanya juga memerah.

“Ini wilayahmu?” tanya Fabian dengan nada tenang.

“Bu ... bukan ....” Wajah pria berjanggut itu sangat merah karena menahan rasa sakit.

Setelah Fabian melepaskan tangannya, pria berjanggut itu melihat bahwa pergelangan tangannya sudah membiru. Dia menatap Fabian dengan takut dan merasa bahwa Fabian dapat mematahkan tangannya.

Grr ... Milo menatap pria berjanggut itu dan mengeluarkan geraman penuh peringatan.

“Hei, anjingmu nggak boleh gigit orang.” Pria berjanggut itu langsung ketakutan. Apa lagi yang bisa dilakukannya?

Ada beberapa orang yang menatap ke arah Fabian dan pria berjanggut, tetapi sebagian besar orang tidak peduli. Ini masih pagi dan orang-orang yang bekerja di pasar tradisional belum masuk kerja. Lagi pula, perebutan posisi yang menyebabkan perkelahian sudah biasa terjadi. Jadi, tidak ada yang merasa aneh.

Seorang wanita paruh baya berjalan mendekat, lalu mengambil sebuah pir dan bertanya, “Warna pirmu bagus banget! Berapa harganya per kilo?”

Fabian menunjukkan delapan jarinya.

“Delapan ribu? Beri aku lima kilo. Nggak, sepuluh kilo."

Wanita paruh baya itu bergegas memilih pirnya.

Saat ini, masih belum ada banyak orang yang menjual pir. Sebagian besar pir yang ada sekarang masih hijau dan sama sekali tidak enak. Selain itu, harganya juga tidak murah, yaitu sekitar 15 ribu per kilogram.

Sementara itu, pir yang terlihat sangat bagus ini hanya delapan ribu per kilogram. Wanita paruh baya itu tentu saja harus membeli lebih banyak.

Tak disangka, Fabian malah berkata, “Maaf, harganya 80 puluh ribu per kilo.”

“Apa?” Wanita paruh baya itu tercengang. “Delapan puluh ribu? Kamu yakin?”

“Delapan puluh ribu,” jawab Fabian sambil mengangguk.

“Harga pir ini 80 ribu per kilo?” Wanita itu menatap Fabian dan berkata, “Penampilanmu kelihatan rapi. Kamu pasti seorang mahasiswa yang bantu keluargamu berjualan selama liburan musim panas, ‘kan? Waktu datang, kamu nggak dengar jelas harga yang dikasih tahu orang tuamu?”

“Memang 80 ribu,” jawab Fabian sambil tersenyum.

“Aku nggak jadi beli. Yang benar saja! Mana ada pir yang harganya 80 ribu per kilo. Itu sudah lebih mahal dari daging sapi! Nggak masuk akal banget!” omel wanita itu sebelum berjalan pergi.

Fabian juga tidak merasa khawatir. Pirnya bukanlah pir biasa. Dia yakin pirnya bisa terjual dengan harga 80 ribu per kilogram. Bagaimanapun juga, ada banyak orang kaya di Kota Dohar. Dia sudah berkecimpung di dunia bisnis selama dua tahun dan sangat memahami hal ini.

Ada banyak orang kaya, sedangkan barang bagus juga seharusnya dijual dengan harga mahal. Selama bisa menemukan orang yang tepat, Fabian tidak akan kesulitan untuk menjual pir ini. Harga jelas bukanlah masalah.

“Harga pirmu 80 ribu per kilo?” Pria berjanggut itu mengedipkan matanya dan mengusap telinganya. Dia mengira dirinya salah melihat atau mendengar. Pemuda ini mau menjual pir dengan harga 80 ribu per kilogram? Mana mungkin!

“Iya,” jawab Fabian.

“Kamu benar-benar mau jual 80 ribu per kilo?” Wajah pria berjanggut itu langsung terlihat berseri-seri. Dia mengira dirinya bertemu dengan pesaing yang sangat kuat. Tak disangka ... pemuda itu hanyalah seorang idiot.

Siapa yang pernah menjual pir dengan harga 80 ribu per kilogram? Memangnya pir itu terbuat dari emas?

“Pirmu memang bagus, tapi itu tetap cuma buah. Apa gunanya pirmu bagus kalau harganya semahal itu?”

Pria berjanggut itu berpikir sejenak dan tiba-tiba mendapat ide. Dia terkekeh dan berkata, “Dik, gimana kalau kamu jual pirmu padaku? Aku borong semuanya!”

“Kamu mau borong semuanya?” Fabian meliriknya.

“Iya, semuanya!”

Pria berjanggut itu menggosok-gosok tangannya dan berkata, “Aku akan beli dengan harga 16 ribu per kilo. Jadi, kamu nggak perlu berjemur di bawah sinar matahari lagi. Nanti, mataharinya akan makin terik. Kamu kelihatan begitu putih dan bersih. Kamu seharusnya bukan orang yang bisa berjemur matahari. Gimana?”

Pria berjanggut itu merasa yakin Fabian akan menerima tawarannya dan hendak memindahkan semua keranjang pir Fabian. Jika bisa membelinya dengan harga 16 ribu per kilogram, lalu menjualnya lagi dengan harga 20 ribu per kilogram, itu juga tidak terlalu mahal dan pasti mudah terjual.

Dengan membeli pir Fabian, dia bisa mendapat untung empat ribu per kilogram. Bukankah itu sangat menguntungkan?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 8

    “Dik, 16 ribu per kilo sudah nggak murah, lho!” Pria berjanggut itu melebarkan mata sipitnya, lalu menepuk-nepuk keranjang pirnya sambil berkata, “Aku bahkan cuma jual pirku 14 ribu per kilo, tapi aku mau beli pirmu dengan harga 16 ribu per kilo. Kamu masih keberatan?”Fabian malas meladeninya. Dia hendak menjual pirnya 80 ribu per kilogram, tetapi pria berjanggut itu malah ingin membelinya dengan harga 16 ribu per kilogram. Apa yang dipikirkannya?Namun, pria berjanggut itu masih tidak menyerah. Bagaimanapun juga, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Dia sangat yakin pirnya Fabian pasti akan laku keras apabila dijual dengan harga 20 ribu per kilogram.Sekarang masih bukan musim pir. Jadi, pir yang begitu bagus dan terlihat sangat enak itu pasti gampang dijual. Pria berjanggut itu berkata lagi, “Umm .... Tadi, aku yang salah. Aku minta maaf. Maafkan aku, ya? Lihat, aku sudah minta maaf. Sekarang, kamu sudah bisa jual pirmu padaku, ‘kan?”Melihat Fabian yang masih tidak menangga

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 9

    Restoran Imperial terletak di tepi pantai. Uang yang diinvestasi untuk restoran ini sangat besar, sedangkan harga makanannya juga mahal. Orang biasa tidak akan mampu makan di restoran ini.Kiara duduk di kantornya yang luas. Begitu berbalik, dia bisa langsung menikmati laut biru yang indah. Bekerja di kantor seperti ini pasti menyenangkan, baik secara fisik maupun mental. Namun, Kiara tidak berhenti memijat dahinya. Ekspresinya terlihat cemas. Dia sedang menunggu.Akhir-akhir ini, Restoran Imperial sedang mengalami sedikit masalah. Restoran Sun, saingan terbesar mereka itu telah mempekerjakan seorang koki dari restoran tiga bintang Michelin di luar negeri. Hal ini langsung menyebabkan kemerosotan bisnis Restoran Imperial.Sebenarnya, keterampilan memasak koki Restoran Imperial tidak lebih buruk dari Restoran Sun. Leluhur Kiara adalah koki istana, dan keterampilan memasak mereka diwariskan dari generasi ke generasi. Paman keduanya adalah koki terkemuka yang dikenal di seluruh negeri.

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 10

    Guk! Guk!Di gerbang Desa Damai.Seekor anjing berwarna hitam berjalan berjejer seperti sedang berpatroli. Ketika melihat sepeda motor yang melaju mendekat, beberapa ekor anjing pun menggonggong.Ketika menemukan Milo yang berjongkok di pijakan sepeda motor, anjing hitam yang besar itu menggonggong sekali. Dalam sekejap, belasan ekor anjing langsung menerjang ke arah Milo. Sebelum Fabian sempat menghentikan sepeda motor, Milo sudah melompat turun dan menggigit anjing hitam besar itu.Awoo ....Biasanya, anjing hitam besar ini sangat garang dan selalu menindas semua anjing di desa ini. Setiap hari, ia akan membawa sekelompok bawahannya dan berkeliling di desa. Setiap melihatnya, Milo juga langsung bersembunyi. Kali ini, Milo malah langsung menerjang ke arahnya.Mungkin karena aura Milo sudah terpancar, beberapa ekor anjing yang sedang menggonggong pun menghindar. Mereka hanya menggonggong sesekali, lalu berkumpul di samping untuk menonton perkelahian Milo dengan anjing hitam besar itu.

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 11

    Seusai makan malam, Fabian pergi ke kebun di belakang gunung. Dia berjalan ke bawah sebuah pohon pir besar yang terlihat subur dan sudah tumbuh banyak buah. Jika dia mempercepat kematangan buahnya, pir yang bisa dihasilkannya mungkin mencapai sekitar 250 atau 300 kilogram.Fabian berdiri di bawah pohon dan menyesuaikan keadaannya. Sementara itu, Milo tidak berhenti berlarian dan terlihat sangat energik. Namun, Fabian tidak peduli padanya. Dia memejamkan mata, lalu kedua tangannya yang terkulai mulai bergerak membentuk gerakan aneh.“Teknik Hujan Spiritual!” gumam Fabian.Fabian adalah pewaris kebun spiritual, juga sudah mendapatkan informasi dalam jumlah besar. Teknik utamanya adalah Mantra Keabadian, tetapi Teknik Hujan Spiritual juga merupakan salah satunya. Teknik Hujan Spiritual memiliki manfaat yang lebih bagus dalam mempercepat pertumbuhan tanaman daripada berlatih Mantra Keabadian di bawah pohon.Setelah melakukan gerakan dan membaca mantranya, energi spiritual di sekitar pun be

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 12

    “Kamu jelas-jelas ada di halaman belakang. Kenapa malah bilang nggak ada di sana? Lagi ngapain kamu?”Suara Hesti terdengar makin dekat. Cahaya senter yang memancar ke arahnya membuat Sabrina tidak dapat membuka matanya. Dia langsung berteriak, “Ng ... nggak ngapa-ngapain. Bian nggak ada di sini.”“Bian? Fabian?”Hesti berlari sambil memegang senter. “Kamu dan Fabian diam-diam ketemu di halaman belakang? Tunggu saja! Aku pasti akan memukulmu! Dasar gadis nggak tahu malu!”“Mana orangnya? Fabian, keluar!” Hesti mencari ke mana-mana dengan senter.Sabrina terlihat putus asa. Anehnya, Fabian jelas-jelas ada di depannya. Bagaimana mungkin ibunya tidak melihat Fabian? Eh? Di mana Fabian?Sabrina juga tidak melihat Fabian. Kemudian, raut wajahnya terlihat sedikit lebih baik.Hesti mengalihkan kembali cahaya senter ke wajah Sabrina. Sabrina pun menutup matanya dengan satu tangan dan bertanya dengan suara manja, “Ibu, ngapain kamu?”“Tadi, Fabian datang kemari?” Hesti berbicara sambil berjongk

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 13

    “Sudah hilang lagi?”Fabian menggeleng. Dia tidak tahu apakah itu hanya ilusinya atau sesuatu yang sedang mengamatinya itu telah pergi. Intinya, dia sudah tidak dapat merasakannya.“Beraninya kamu curi buah pirku. Waktu kamu kembali malam ini, aku pasti akan menangkapmu! Aku mau tahu kamu itu apa!”Fabian mulai memetik pir dan memindahkannya ke mobil. Setelah bekerja cukup lama, dia baru selesai memindahkan semua pir ke mobil setelah matahari bersinar terik.Mobil van itu melaju melewati desa. Dari kejauhan, Fabian melihat Hesti sedang berseru di depan rumahnya sambil berkacak pinggang. Dia juga melihat Raihan dan anjingnya. Raihan membuat gerakan menghitung uang ke arah Fabian. Dia bahkan berdiri di tengah jalan, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu kepada Fabian. Namun, Fabian tidak berniat untuk menghentikan mobilnya. Dia malah menginjak pedal gas untuk meningkatkan kecepatan lajunya.Brum!“Fabian, sialan kamu!” Raihan bereaksi sangat cepat. Dia melompat ke pinggir jalan, merapika

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 14

    Adam dan yang lainnya turun dari mobil. Dia menunjuk ke papan iklan besar Restoran Imperial dan berkata, "Lihat, ini hasil dari Media Kloud kita.""Kemarin kita menerima iklan dari Restoran Imperial. Kita sampai lembur untuk menyelesaikannya. Begitu papan iklan ini dipasang, bisnis Restoran Imperial pasti akan semakin bagus!""Tentu saja." Seseorang di sampingnya menimpali, "Baik dari segi efisiensi maupun kualitas, Media Kloud sudah pasti yang terbaik di Kota Dohar.""Yang dibilang Logan benar sekali. Kita didukung oleh 500 perusahaan terbesar, mana mungkin bisa dibandingkan dengan perusahaan media kecil-kecilan?"Adam meneruskan, "Semua harus mengikuti aturan. Perusahaan besar punya aturan perusahaan besar, sementara perusahaan kecil yang aturannya terlalu longgar nggak akan pernah berkembang menjadi besar."Kemudian, dia tersenyum dan berkata lagi, "Barusan kalian juga melihatnya, Fabian datang ke Restoran Imperial untuk antar barang, tapi dia langsung masuk lewat pintu utama. Apa-a

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 15

    Adam menepuk-nepuk mobil van dengan keras. Namun, tiba-tiba ekspresi marah di wajahnya lenyap, digantikan dengan senyuman lebar seperti bunga yang mekar."Bu Kiara! Bu Kiara, halo! Aku Adam dari Media Kloud."Adam langsung berjalan ke arah Kiara. Sikapnya dipenuhi antusiasme, bahkan tubuhnya sedikit membungkuk."Bu Kiara, apa kamu puas dengan pekerjaan Media Kloud?""Bu Kiara, kalau ada masukan, jangan ragu untuk menyampaikan. Kami pasti akan memenuhinya.""Bu Kiara, semalam dua petinggi kantor kami datang mencicipi pir dari restoranmu. Rasanya luar biasa! Jadi, hari ini aku membawa rekan-rekanku untuk mencicipinya juga. Bagaimana menurutmu ...."Adam melirik Kiara, lalu menoleh ke rekan-rekannya seakan-akan menyuruh mereka mempelajari caranya berbicara.Namun, Kiara sama sekali tidak memberi perhatian lebih kepada Adam. Dia hanya mengangguk dengan sopan."Bu Kiara, aku tahu kamu sibuk. Nanti aku akan menyempatkan waktu datang ke kantormu untuk membahas penyempurnaan iklan ini."Ekspre

Bab terbaru

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 50

    "Pak ... Raka ...," panggil Mila. Raka jarang datang ke showroom. Mila yang baru bekerja 1 bulan hanya pernah melihat Raka sekali, tetapi Mila bisa mengenali Raka. Tubuh Mila gemetaran saat dipanggil Raka."Jangan takut, sini," bujuk Raka. Dia membawa Mila masuk ke showroom. Leo merasa ada yang tidak beres.Ternyata Raka memerintah manajer, "Urus prosedur masuk kerja untuk dia."Manajer langsung menyahut tanpa ragu, "Oke, Pak Raka."Raka melirik Leo sekilas, lalu berucap, "Mengenai dia, kamu urus saja sendiri.""Aku paham," sahut manajer seraya mengangguk. Kemudian, dia menggeleng kepada Leo.Leo tampak terkejut. Dia hendak bicara, tetapi dia mengurungkan niatnya begitu melihat manajer mengernyit.Raka berkata kepada Mila sambil tersenyum, "Ayo, selesaikan penjualanmu.""Aku ...," ujar Mila. Dia menangis lagi.Manajer tertawa, lalu mengomentari, "Dasar cengeng."Raka tidak menanggapi ucapan manajer lagi. Dia menarik Priska, lalu menanyakan beberapa hal. Setelah tahu ayahnya makan jagun

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 49

    Leo mengerjap. Dia memandangi Fabian dengan ekspresi bingung, lalu melihat Priska. Sementara itu, Priska mendengus dan memalingkan wajahnya.Leo kebingungan, dia merasa sepertinya dirinya menyinggung klien. Leo mengulangi ucapannya lagi, "Pak, tolong tunjukkan KTP dan SIM-mu. Aku ...."Fabian mengernyit, sedangkan Priska menyela ucapan Leo dengan ekspresi gusar, "Kamu berisik sekali."Ekspresi Leo berubah drastis. Apa yang terjadi? Priska mencebik. Dia menarik Fabian ke meja lain sembari berujar, "Bian, kita duduk di sana saja."Leo merasa canggung. Jika dia mengikuti mereka, kemungkinan klien akan pindah ke tempat lain. Jika tidak mengikuti mereka, takutnya dia akan kehilangan penjualan mobil Ford Raptor.Saat Leo sedang ragu-ragu untuk mengikuti Fabian dan Priska, terdengar suara tangisan. Mila yang membawa barangnya berjalan sambil menunduk dan menangis. Dia dipecat.Manajer juga berjalan keluar. Dia tidak memedulikan Mila yang menangis. Manajer melihat ke arah Fabian, apa yang terj

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 48

    Mila baru tamat kuliah. Dia bekerja di showroom ini selama 1 bulan. Sebagai karyawan magang, staf penjualan lain tidak memberi Mila kesempatan untuk melayani klien. Hari ini, akhirnya Mila mendapatkan kesempatan bagus dan klien langsung mengatakan ingin membeli mobil.Mila hendak menyiapkan dokumen, tetapi rekan kerjanya malah berniat mengusirnya. Mila adalah karyawan baru, jadi dia tidak berani menentang. Mila hanya bisa diam-diam menyeka air matanya sambil membantu rekan kerjanya memfotokopi dokumen.Leo yang sudah mengambil dokumen menghampiri Fabian, lalu duduk di samping dan berbicara sembari tersenyum, "Halo, ini dokumennya. Coba kalian lihat dulu, nanti aku jelaskan pada kalian."Fabian tertegun sejenak, kenapa orang yang melayaninya tiba-tiba diganti? Leo melihat hanya ada 1 gelas air di atas meja. Dia melihat Mila yang lewat dan membentak seraya mengernyit, "Kamu bisa kerja, nggak?""Ha?" sahut Mila. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya."Sekaran

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 47

    Donny berucap, "Begini saja, Hugo dari Restoran Imperial itu teman sekolahku. Nanti aku akan meluangkan waktu untuk mencari Hugo biar mereka membagi jagung itu kepada kita."Donny menambahkan, "Nggak, nanti aku langsung telepon Hugo saja."Raka menimpali, "Oke, Kakak Ipar. Kamu telepon saja. Aku mau sekalian lihat kondisi showroom setelah datang ke sini. Satu bulan belakangan ini penjualan menurun drastis. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan!"Kemudian, Raka naik ke mobil. Donny berpikir sejenak, lalu menelepon istrinya. Sesudah itu, Donny menelepon Hugo. Namun, panggilan teleponnya tidak terhubung.Di showroom mobil Ford. Priska bertanya kepada Fabian, "Bian, apa kita nggak perlu kabari Kak Wenda? Showroom ini milik paman kedua Kak Wenda.""Nggak usah. Kita lihat-lihat sendiri saja," sahut Fabian. Mereka berdua pun berjalan masuk ke showroom.Seorang staf penjualan pria tidak melihat mobil yang dikendarai Priska. Dia hanya melihat sekilas pakaian Fabian, lalu berujar kepada seorang

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 46

    Sebuah mobil Chevrolet Camaro merah berhenti di tepi jalan. Jendela mobil dibuka, Priska melepaskan kacamata hitamnya. Dia sangat cantik. Priska bertanya, "Bian, kenapa kamu baru datang?"Fabian baru turun dari bus. Orang di bus memandangi Priska. Seseorang berujar, "Wah, wanita ini cantik sekali. Nak, dia pacarmu, ya?"Fabian hanya tersenyum dan tidak menanggapi ucapan orang itu. Dia naik ke mobil Priska. Ekspresi Priska terlihat canggung. Bahkan, suaranya sangat kecil saat berkata pada Fabian, "Pakai sabuk pengaman."Fabian melihat Priska dengan ekspresi bingung. Bukannya tadi Priska mengeluh? Kenapa sekarang sikapnya berubah?Priska tersenyum sambil memakai kacamata hitamnya dan menjalankan mobil. Fabian sangat rileks. Mobil Chevrolet Camaro ini jauh lebih nyaman dari bus. Fabian berkomentar, "Wah, mobil bagus memang nyaman."Priska berucap, "Aku bilang mau jemput kamu, tapi kamu nggak mau. Tadi kamu bilang ada masalah waktu kirim pesan kepadaku. Apa yang terjadi?"Fabian menceritak

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 45

    Melihat itu, pria berkacamata itu langsung mendorong orang-orang di sekitarnya dan berusaha merampas uang dari tangan Lais.Pria paruh baya yang baru saja selamat pun mendengus dingin."Hmph, kamu pikir cuma kamu yang bisa mendengus? Kamu ...." Tiba-tiba, pria berkacamata itu terbelalak.Dia menatap pria paruh baya yang masih duduk di tanah. Wajah itu terlihat sangat familier! Dia segera melepaskan kacamatanya, mengucek matanya, lalu memakainya kembali.Saat melihat lagi, wajahnya langsung berubah pucat pasi. "Pak ... Pak Donny ...?"Sikap garangnya itu langsung menghilang, digantikan dengan senyuman penuh kepanikan. Akan tetapi, senyuman itu lebih terlihat lebih buruk daripada tangisan."Kamu menyuruh orang-orang jangan menyelamatkanku?" Suara pria paruh baya itu terdengar dingin."Pak, a ... aku nggak tahu kalau itu kamu! Toko kita mengadakan rapat, makanya aku buru-buru ke sana. Kalau aku tahu itu kamu, aku pasti sudah jadi orang pertama yang turun menolongmu, meskipun harus mati!"

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 44

    Suasana menjadi hening. Dedaunan yang tertiup angin terdengar begitu jelas di telinga. Beberapa orang masih pucat pasi karena ketakutan.Suara gemuruh mobil yang jatuh ke jurang tadi masih terngiang di benak mereka. Jurang sedalam itu, jika seseorang jatuh ke dalamnya .... Tidak ada yang berani membayangkan lebih jauh.Tiba-tiba! Sebuah tangan muncul di pinggir tebing!"Dik?" Seseorang berteriak kaget.Mereka baru teringat bahwa tadi Fabian sudah mengikatkan tali ke tubuh sopir yang pingsan dan talinya tidak putus. Seketika, orang-orang mulai tersenyum lega.Kemudian, kepala Fabian muncul dari tepi tebing. Dia memegang erat pinggiran tebing dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih memeluk sopir yang pingsan."Anak ini kuat sekali!" puji seseorang."Tolong tarik kami!" Fabian menggertakkan giginya."Benar, benar! Ayo, bantu angkat mereka!"Lais langsung berteriak, "Cepat bantu! Ayo, semua!"Tak butuh waktu lama, dengan bantuan banyak orang, Fabian dan sopir yang pingsan berhas

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 43

    "Hm." Fabian tidak bertindak sembarangan lagi. Dia menoleh ke sekitar, mencari solusi.Whoosh .... Angin bertiup kencang. Kreek ... kreek ....Mobil itu kembali bergoyang. Suara gesekan besi terdengar menusuk telinga, membuat bulu kuduk meremang. Bagian depan mobil semakin condong ke bawah!"To ... tolong selamatkan aku ...!" Pria paruh baya di dalam mobil semakin panik. Keringat sampai mengucur deras dari dahinya. Wajahnya pucat pasi.Ciittt! Tiba-tiba, bus kecil yang sudah melaju puluhan meter berhenti."Kenapa berhenti lagi? Lais, kamu cari masalah denganku ya?" Pria berkacamata itu berteriak histeris.Namun, sopir bus tidak lagi peduli padanya. Lais bergegas turun diikuti beberapa penumpang."Ada rantai besi?" tanya Fabian.Lais menggeleng."Kalau tali?""Ada!" Lais segera berlari ke sisi lain bus."Mau ikut campur ya? Aku mau lihat gimana kalian membuat mobil itu jatuh ke jurang!" Pria berkacamata itu menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya penuh kekesalan."Kamu ini kenapa si

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 42

    Malam itu, Fabian menggunakan Teknik Hujan Spiritual untuk menyiram tiga pohon pir di kebun. Air hujan yang terkumpul dalam ember lantas digunakan untuk menyiram ladang jagung.Keesokan paginya, orang tuanya berangkat lebih awal dengan mobil, membawa buah pir dan jagung ke Restoran Imperial.Sementara itu, Fabian baru keluar rumah sekitar pukul 9 pagi. Dia berjalan lima kilometer sebelum akhirnya menaiki bus kecil menuju kota.Bus kecil itu melaju di jalan pegunungan yang berkelok-kelok, membuat penumpang terguncang hebat. Beberapa bagian jalan sangat berbahaya. Sedikit saja kesalahan, bus akan tergelincir ke jurang. Namun, penumpang sudah terbiasa. Ada yang mengantuk, ada yang asyik mengobrol.Tiba-tiba ... ciiittt! Sopir menginjak rem mendadak. Para penumpang langsung berteriak kaget. Ada yang terbentur dan marah-marah kepada sopir."Kalian lihat itu! Ada mobil hampir jatuh ke jurang!"Seketika, suasana di dalam bus menjadi hening.Di depan, sebuah mobil off-road hitam besar menabrak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status