Share

Bab 8

Penulis: Suwandi
“Dik, 16 ribu per kilo sudah nggak murah, lho!” Pria berjanggut itu melebarkan mata sipitnya, lalu menepuk-nepuk keranjang pirnya sambil berkata, “Aku bahkan cuma jual pirku 14 ribu per kilo, tapi aku mau beli pirmu dengan harga 16 ribu per kilo. Kamu masih keberatan?”

Fabian malas meladeninya. Dia hendak menjual pirnya 80 ribu per kilogram, tetapi pria berjanggut itu malah ingin membelinya dengan harga 16 ribu per kilogram. Apa yang dipikirkannya?

Namun, pria berjanggut itu masih tidak menyerah. Bagaimanapun juga, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Dia sangat yakin pirnya Fabian pasti akan laku keras apabila dijual dengan harga 20 ribu per kilogram.

Sekarang masih bukan musim pir. Jadi, pir yang begitu bagus dan terlihat sangat enak itu pasti gampang dijual. Pria berjanggut itu berkata lagi, “Umm .... Tadi, aku yang salah. Aku minta maaf. Maafkan aku, ya? Lihat, aku sudah minta maaf. Sekarang, kamu sudah bisa jual pirmu padaku, ‘kan?”

Melihat Fabian yang masih tidak menanggapinya, pria berjanggut itu pun berkata dengan ekspresi sedih, “Ya sudah, 18 ribu per kilo, deh! Oke nggak? Ada berapa banyak stok yang ada di rumahmu? Aku akan borong semuanya!”

“Dik, membudidayakan pir itu bukan hal yang mudah. Harga 18 ribu per kilo sudah tinggi banget! Kalau nggak percaya, kamu boleh cari tahu. Woi! Woi! Ngomong dong!”

Pria berjanggut itu sudah panik dan hendak mendekati Fabian.

Grr .... Milo lagi-lagi menggeram. Jadi, pria berjanggut itu mau tak mau melangkah mundur.

Fabian tidak ingin mendengar ocehannya lagi dan menjawab, “Pirku ini harganya 80 ribu per kilo. Aku nggak akan jual lebih murah dari itu. Kalau nggak bisa beli dengan harga segitu, nggak usah ngomong lagi.”

“Kamu ....” Pria berjanggut itu mengacungkan jempol ke arah Fabian dan menyindir, “Hebat! Kamu itu orang paling hebat di Kota Dohar!”

“Dik, percayalah padaku, kamu pasti akan bawa pulang 2 keranjang pirmu itu dengan utuh. Mana ada orang yang mau beli pir seharga 80 ribu per kilo! Lebih baik mereka langsung beli daging saja. Bahkan harga daging juga sudah turun belakangan ini. Kalau kamu bisa jual pirmu, aku akan biarkan kamu duduk di atas kepalaku!”

Berhubung provokasinya tidak berguna, pria berjanggut itu pun merasa kesal. Dia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya sambil menatap Fabian.

Fabian duduk di samping dan menunggu dalam diam.

“Wah, pir ini bagus banget! Beri aku 5 kilo!”

“Eh, pir ini sudah sepenuhnya matang! Ya ampun, masih ada daunnya juga! Pirnya masih segar banget! Aku juga mau 5 kilo!”

“Akhirnya ada pir segar yang kelihatan bagus. Dik, berapa harganya sekilo?”

Pir yang berada dalam keranjang di depan Fabian sangat bagus, juga masih memiliki daun hijau yang segar. Semua orang yang lewat pasti akan meliriknya. Ada banyak orang yang menanyakan harganya, ada yang langsung memilihnya.

Namun, begitu mendengar harganya 80 ribu per kilogram, ekspresi semua orang langsung berubah. Ada yang merasa bingung, ada yang langsung mengumpat. Intinya, semua orang merasa diri mereka sudah bertemu dengan orang idiot.

“Pirnya memang bagus, tapi yang jual begitu bodoh. Penampilan orangnya oke sih, tapi kenapa otaknya bermasalah?”

Seorang ibu-ibu menghampiri mobil van pria berjanggut dan bertanya, “Apa pirmu juga harganya 80 ribu per kilo?”

“Nggak, nggak. Pirku cuma 14 ribu per kilo. Hehe.”

Pria berjanggut itu sangat gembira. Tempatnya ini bukanlah yang terbaik. Sebaliknya, tempat ini malah agak terpencil. Namun, karena ada “orang bodoh” yang menjual pir bagus di sampingnya, ada banyak orang yang datang untuk melihatnya. Alhasil, tidak ada yang jadi membeli setelah mendengar harganya.

Berhubung pria berjanggut juga menjual pir, dalam waktu singkat, dia sudah menjual beberapa kilogram. Dia pun merasa sangat gembira dan tidak berhenti tertawa.

Setelah menyelesaikan transaksi terakhir, pria berjanggut itu melambaikan beberapa lembar uang di hadapan Fabian dan berkata sambil tersenyum lebar, “Nak, sudah lihat? Ini baru namanya berdagang. Kamu mau jual pirmu seharga 80 ribu per kilo? Hehe .... Meski kamu jual kasih hantu, hantu juga akan merasa kemahalan.”

“Lihat dulu mataharinya. Nggak lama lagi, mataharinya akan bersinar terik. Kamu cuma punya keranjang, nggak seperti aku yang punya mobil untuk mengadang sinar matahari. Pirmu akan segera kelihatan jelek begitu kena sinar matahari.”

“Kutanya sekali lagi, aku akan beli pirmu dengan harga 18 ribu per kilo. Habis menjualnya, kamu bisa pergi ke mana pun untuk bersenang-senang. Gimana?”

Pria berjanggut itu mengira Fabian sudah merasa cemas setelah melihatnya menjual begitu banyak pir, dan mungkin akan setuju untuk menjual pir itu kepadanya. Namun ....

Fabian langsung mengeluarkan sebuah papan dan menulis sesuatu di atasnya.

[ Pir, 80 ribu per kilo. Nggak ada tawar-menawar. ]

Ada terlalu banyak orang yang datang untuk menanyakan harga, tetapi tidak membeli setelahnya. Fabian sudah malas menjawab satu per satu pertanyaan orang.

“Kamu memang orang paling hebat di Kota Dohar!”

Pria berjanggut itu akhirnya menyadari bahwa tekad Fabian sudah bulat. Dia pun menyerah. Kebetulan, ada orang yang datang untuk membeli pir. Dia buru-buru melayani pelanggan itu dengan hangat.

Melihat pelanggan yang tidak berhenti melirik ke arah papan yang ditulis Fabian, pria berjanggut itu pun menunjuk ke arah kepalanya dan berbisik, “Otaknya agak bermasalah.”

“Memang,” jawab pelanggan itu dengan tampang cemberut.

Sebuah mobil off-road berhenti di tempat parkir. Wanita cantik yang mengemudikan mobil itu mengeluarkan ponselnya untuk menerima telepon.

Kemudian, seorang pria turun dari mobil sambil menarik seekor anjing herder. Dia berkata, “Kak, aku pergi lihat-lihat dulu. Kalau ada barang bagus, aku akan panggil kamu.”

Wanita cantik itu mengangguk, lalu berseru dengan khawatir, “Charles, perhatikan emosimu! Jangan biarkan anjingmu menggigit orang juga!”

“Jangan khawatir.”

Pria bernama Charles itu melambaikan tangannya, lalu berjalan menjauhi mobil.

“Wah, pir ini lumayan juga. Kakak sepupuku itu pasti suka.”

Dari kejauhan, Charles sudah melihat pir Fabian. Dia pun menarik anjing herdernya mendekat. Kemudian, dia berjongkok dan langsung mengisi pirnya ke dalam kantong plastik. Setelah itu, dia baru memberikannya kepada Fabian untuk ditimbang.

“Beratnya 5,1 kilo,” ucap Fabian.

“Nih.” Charles tidak bertanya harga, juga tidak memperhatikan harga yang ditulis di papan. Dia menyerahkan selembar uang 100 ribu kepada Fabian dan berkata dengan royal, “Kembaliannya untukmu saja.”

Seusai berbicara, Charles pun hendak bangkit. Namun, Fabian malah berkata, “Masih kurang tiga lembar.”

“Hah?” Charles terlebih dahulu tertegun, lalu baru melirik papan harga di samping. Kemudian, dia pun tertawa.

“Kamu merasa aku kelihatan kayak orang bodoh?” Charles sontak merasa murka. Dia mengeluarkan sebuah pir dari kantong plastik, lalu melambaikannya sambil berkata, “Cuma lima kilo pir, tapi harganya 400 ribu? Sekilonya 80 ribu?”

Brak! Orang ini benar-benar memiliki temperamental yang buruk. Dia membanting pirnya ke lantai hingga pir itu langsung hancur.

Berhubung pir itu sangat berair, celana Charles juga terciprat air dari pir itu. Dia pun bertambah marah dan sudah sepenuhnya melupakan pesan kakak sepupunya itu.

“Kenapa makan yang sudah jatuh ke lantai? Kalau mau makan, ya makan yang dalam keranjang dong!”

Melihat anjingnya yang memakan pir hancur di atas lantai itu, Charles langsung menendangnya. Anjing itu juga pintar. Dia langsung mengalihkan perhatiannya ke pir dalam keranjang dan hendak menerjang ke arah itu.

“Grr ....”

Milo yang dari tadi berbaring di sisi Fabian pun menggeram dengan penuh peringatan. Anjing herder itu melirik Milo. Namun, berhubung Milo jauh lebih kecil darinya, ia pun tidak peduli dan langsung membuka mulutnya.

Dalam sekejap, Milo langsung menerjang ke arah anjing herder itu.

“Grrr ... grr ....”

Kedua ekor anjing yang berkelahi itu membuat semua orang di sekeliling ketakutan dan buru-buru menghindar. Anjing herder itu bertampang galak dan bertubuh besar. Dari segi bentuk tubuh, Milo tentu saja berada di posisi yang dirugikan.

Ada orang yang berseru bahwa Milo akan digigit mati. Namun, Fabian tidak merasa begitu. Dia melirik Charles dengan acuh tak acuh. Berhubung Charles tidak berniat untuk melerai, Fabian lebih tidak memiliki alasan untuk melerai kedua anjing itu.

“Awoo ....”

Tiba-tiba, terdengar lolongan panjang seekor anjing. Itu adalah lolongan kesakitan anjing herder Charles.

Dalam sekejap, beberapa bagian tubuh anjing herder itu sudah berdarah. Hal yang paling menakutkan adalah, lehernya sedang ditahan di antara mulut Milo. Jika Milo menggigitnya, anjing herder itu pasti akan tewas.

Semua orang di sekitar pun tercengang. Kenapa seekor anjing kampung begitu kuat?

“Milo, lepaskan dia!” seru Fabian. Dia melihat ada petugas berseragam yang berjalan mendekat dari kejauhan dan tidak ingin menimbulkan kerepotan yang tidak diperlukan.

Milo melepaskan gigitannya, lalu berjalan ke arah Fabian dengan langkah penuh kemenangan.

Tubuh anjing herder itu berlumuran darah dan bagian lehernya terdapat bekas gigitan yang jelas. Tubuhnya yang besar terlihat gemetar dan ekornya juga terselip erat di antara kedua kakinya. Ia tidak berhenti melolong.

“Guk!”

Ketika melewati Charles, Milo tiba-tiba menggonggong. Charles pun terkejut dan buru-buru menyingkir ke samping. Setelah tiba di depan Fabian, Milo menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki Fabian, seolah-olah meminta untuk dipuji.

“Dasar anjing bodoh. Mulutmu penuh darah, jangan lap di kakiku.” Fabian langsung menendang Milo menjauh.

Di sisi lain, anjing herder itu sedang meminta dihibur oleh pemiliknya.

“Pecundang! Dasar anjing nggak berguna!”

Charles makin marah dan menendang anjing herdernya beberapa kali.

“Nak, tamatlah riwayatmu! Di Kota Dohar ....” Baru saja Charles ingin mengancam Fabian, dia tiba-tiba terdiam, lalu mengubah ekspresinya dan menyapa, “Kak ....”

Seorang gadis berambut bergelombang yang mengenakan kemeja putih dan rok hitam berjalan mendekat sambil memelototi Charles. “Apa yang baru kusampaikan padamu?”

“Kak, dia jual pir 80 ribu sekilo! Mana mungkin aku nggak marah dihinanya seperti itu!” jawab Charles.

“Minggir!” Wanita cantik itu membentak, “Pergi sekarang juga! Kelak, jangan datang ke Kota Dohar lagi! Ini perintah! Cepat pergi!”

“Kak, kamu ....” Charles tidak dapat melawan tatapan mata kakak sepupunya yang tajam. Dia mau tak mau berjalan pergi sambil menyeret anjingnya yang sudah sekarat itu.

Wanita cantik itu menghela napas panjang, lalu berjongkok dan mengambil sebuah pir untuk menciumnya.

“Boleh dicoba?” Wanita cantik itu menatap Fabian sambil tersenyum hangat. Dia memberikan kesan yang sangat lembut, seolah-olah orang yang baru saja meluapkan amarahnya tadi bukanlah dirinya.

Fabian pun mengangguk.

“Ada pisau?” tanya wanita cantik itu.

“Pirku nggak perlu dibelah pakai pisau,” jawab Fabian sambil memberinya isyarat untuk langsung membelah pir itu dengan tangan.

“Aku nggak sekuat itu ....”

Baru saja wanita cantik itu melontarkan kata-kata ini, pirnya sudah terbelah dua. Dia seketika tercengang. Dia jelas-jelas tidak sekuat itu. Lagi pula, dia juga tidak mengerahkan banyak tenaga. Namun, pirnya langsung terbelah dua?

Pir itu juga sangat banyak airnya hingga airnya menetes ke samping. Wanita cantik itu menggigit sepotong kecil daging pir. Selanjutnya, dia sama sekali tidak bisa berhenti. Selain makan, dia tidak lagi peduli pada hal lainnya. Caranya makan sangat bertentangan dengan penampilan cantik dan perilaku lembutnya tadi.

Dalam sekejap, wanita cantik itu pun menghabiskan seluruh pirnya. Dia pun merasa agak malu.

Fabian menyodorkan selembar tisu kepadanya.

“Makasih.” Wanita cantik itu menyeka mulut dan tangannya, lalu bertanya, “Harganya 80 ribu per kilo?”

“Benar, harganya 80 ribu per kilo. Anak itu benar-benar jago menipu,” jawab seseorang.

Wanita cantik itu tidak menanggapi orang yang berbicara itu. Dia langsung berkata pada Fabian, “Aku mau beli semua pirmu ini. Sekalian hitungkan harga totalnya, ya.”

“Apa?”

Pria berjanggut di samping langsung tercengang. Pir seharga 80 ribu per kilogram itu benar-benar terjual habis? Hari ini, dia benar-benar sudah menambah wawasan.

“Beratnya 115 kilo. Harga totalnya 9,2 juta,” ujar Fabian.

“Boleh bantu bawakan ke mobilku?” Wanita cantik itu menunjuk ke arah tempat parkir.

“Boleh.” Fabian memindahkan dua keranjang pir itu ke mobil off-road si wanita cantik.

“Aku pakai transfer saja,” kata wanita cantik itu. Kemudian, dia menggunakan ponselnya untuk memindai kode QR dari ponsel Fabian.

“Cantik, nominal yang kamu transfer salah. Cuma 9,2 juta kok. Nggak sampai 10 juta,” ujar Fabian.

“Aku memang sengaja transfer lebih. Pirmu sudah membangkitkan seleraku.”

Wanita cantik itu tersenyum, lalu mengeluarkan kartu namanya dan menyodorkannya kepada Fabian. “Namaku Kiara Wardhana. Ayo kita tukar nomor telepon.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 9

    Restoran Imperial terletak di tepi pantai. Uang yang diinvestasi untuk restoran ini sangat besar, sedangkan harga makanannya juga mahal. Orang biasa tidak akan mampu makan di restoran ini.Kiara duduk di kantornya yang luas. Begitu berbalik, dia bisa langsung menikmati laut biru yang indah. Bekerja di kantor seperti ini pasti menyenangkan, baik secara fisik maupun mental. Namun, Kiara tidak berhenti memijat dahinya. Ekspresinya terlihat cemas. Dia sedang menunggu.Akhir-akhir ini, Restoran Imperial sedang mengalami sedikit masalah. Restoran Sun, saingan terbesar mereka itu telah mempekerjakan seorang koki dari restoran tiga bintang Michelin di luar negeri. Hal ini langsung menyebabkan kemerosotan bisnis Restoran Imperial.Sebenarnya, keterampilan memasak koki Restoran Imperial tidak lebih buruk dari Restoran Sun. Leluhur Kiara adalah koki istana, dan keterampilan memasak mereka diwariskan dari generasi ke generasi. Paman keduanya adalah koki terkemuka yang dikenal di seluruh negeri.

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 10

    Guk! Guk!Di gerbang Desa Damai.Seekor anjing berwarna hitam berjalan berjejer seperti sedang berpatroli. Ketika melihat sepeda motor yang melaju mendekat, beberapa ekor anjing pun menggonggong.Ketika menemukan Milo yang berjongkok di pijakan sepeda motor, anjing hitam yang besar itu menggonggong sekali. Dalam sekejap, belasan ekor anjing langsung menerjang ke arah Milo. Sebelum Fabian sempat menghentikan sepeda motor, Milo sudah melompat turun dan menggigit anjing hitam besar itu.Awoo ....Biasanya, anjing hitam besar ini sangat garang dan selalu menindas semua anjing di desa ini. Setiap hari, ia akan membawa sekelompok bawahannya dan berkeliling di desa. Setiap melihatnya, Milo juga langsung bersembunyi. Kali ini, Milo malah langsung menerjang ke arahnya.Mungkin karena aura Milo sudah terpancar, beberapa ekor anjing yang sedang menggonggong pun menghindar. Mereka hanya menggonggong sesekali, lalu berkumpul di samping untuk menonton perkelahian Milo dengan anjing hitam besar itu.

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 11

    Seusai makan malam, Fabian pergi ke kebun di belakang gunung. Dia berjalan ke bawah sebuah pohon pir besar yang terlihat subur dan sudah tumbuh banyak buah. Jika dia mempercepat kematangan buahnya, pir yang bisa dihasilkannya mungkin mencapai sekitar 250 atau 300 kilogram.Fabian berdiri di bawah pohon dan menyesuaikan keadaannya. Sementara itu, Milo tidak berhenti berlarian dan terlihat sangat energik. Namun, Fabian tidak peduli padanya. Dia memejamkan mata, lalu kedua tangannya yang terkulai mulai bergerak membentuk gerakan aneh.“Teknik Hujan Spiritual!” gumam Fabian.Fabian adalah pewaris kebun spiritual, juga sudah mendapatkan informasi dalam jumlah besar. Teknik utamanya adalah Mantra Keabadian, tetapi Teknik Hujan Spiritual juga merupakan salah satunya. Teknik Hujan Spiritual memiliki manfaat yang lebih bagus dalam mempercepat pertumbuhan tanaman daripada berlatih Mantra Keabadian di bawah pohon.Setelah melakukan gerakan dan membaca mantranya, energi spiritual di sekitar pun be

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 12

    “Kamu jelas-jelas ada di halaman belakang. Kenapa malah bilang nggak ada di sana? Lagi ngapain kamu?”Suara Hesti terdengar makin dekat. Cahaya senter yang memancar ke arahnya membuat Sabrina tidak dapat membuka matanya. Dia langsung berteriak, “Ng ... nggak ngapa-ngapain. Bian nggak ada di sini.”“Bian? Fabian?”Hesti berlari sambil memegang senter. “Kamu dan Fabian diam-diam ketemu di halaman belakang? Tunggu saja! Aku pasti akan memukulmu! Dasar gadis nggak tahu malu!”“Mana orangnya? Fabian, keluar!” Hesti mencari ke mana-mana dengan senter.Sabrina terlihat putus asa. Anehnya, Fabian jelas-jelas ada di depannya. Bagaimana mungkin ibunya tidak melihat Fabian? Eh? Di mana Fabian?Sabrina juga tidak melihat Fabian. Kemudian, raut wajahnya terlihat sedikit lebih baik.Hesti mengalihkan kembali cahaya senter ke wajah Sabrina. Sabrina pun menutup matanya dengan satu tangan dan bertanya dengan suara manja, “Ibu, ngapain kamu?”“Tadi, Fabian datang kemari?” Hesti berbicara sambil berjongk

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 13

    “Sudah hilang lagi?”Fabian menggeleng. Dia tidak tahu apakah itu hanya ilusinya atau sesuatu yang sedang mengamatinya itu telah pergi. Intinya, dia sudah tidak dapat merasakannya.“Beraninya kamu curi buah pirku. Waktu kamu kembali malam ini, aku pasti akan menangkapmu! Aku mau tahu kamu itu apa!”Fabian mulai memetik pir dan memindahkannya ke mobil. Setelah bekerja cukup lama, dia baru selesai memindahkan semua pir ke mobil setelah matahari bersinar terik.Mobil van itu melaju melewati desa. Dari kejauhan, Fabian melihat Hesti sedang berseru di depan rumahnya sambil berkacak pinggang. Dia juga melihat Raihan dan anjingnya. Raihan membuat gerakan menghitung uang ke arah Fabian. Dia bahkan berdiri di tengah jalan, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu kepada Fabian. Namun, Fabian tidak berniat untuk menghentikan mobilnya. Dia malah menginjak pedal gas untuk meningkatkan kecepatan lajunya.Brum!“Fabian, sialan kamu!” Raihan bereaksi sangat cepat. Dia melompat ke pinggir jalan, merapika

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 14

    Adam dan yang lainnya turun dari mobil. Dia menunjuk ke papan iklan besar Restoran Imperial dan berkata, "Lihat, ini hasil dari Media Kloud kita.""Kemarin kita menerima iklan dari Restoran Imperial. Kita sampai lembur untuk menyelesaikannya. Begitu papan iklan ini dipasang, bisnis Restoran Imperial pasti akan semakin bagus!""Tentu saja." Seseorang di sampingnya menimpali, "Baik dari segi efisiensi maupun kualitas, Media Kloud sudah pasti yang terbaik di Kota Dohar.""Yang dibilang Logan benar sekali. Kita didukung oleh 500 perusahaan terbesar, mana mungkin bisa dibandingkan dengan perusahaan media kecil-kecilan?"Adam meneruskan, "Semua harus mengikuti aturan. Perusahaan besar punya aturan perusahaan besar, sementara perusahaan kecil yang aturannya terlalu longgar nggak akan pernah berkembang menjadi besar."Kemudian, dia tersenyum dan berkata lagi, "Barusan kalian juga melihatnya, Fabian datang ke Restoran Imperial untuk antar barang, tapi dia langsung masuk lewat pintu utama. Apa-a

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 15

    Adam menepuk-nepuk mobil van dengan keras. Namun, tiba-tiba ekspresi marah di wajahnya lenyap, digantikan dengan senyuman lebar seperti bunga yang mekar."Bu Kiara! Bu Kiara, halo! Aku Adam dari Media Kloud."Adam langsung berjalan ke arah Kiara. Sikapnya dipenuhi antusiasme, bahkan tubuhnya sedikit membungkuk."Bu Kiara, apa kamu puas dengan pekerjaan Media Kloud?""Bu Kiara, kalau ada masukan, jangan ragu untuk menyampaikan. Kami pasti akan memenuhinya.""Bu Kiara, semalam dua petinggi kantor kami datang mencicipi pir dari restoranmu. Rasanya luar biasa! Jadi, hari ini aku membawa rekan-rekanku untuk mencicipinya juga. Bagaimana menurutmu ...."Adam melirik Kiara, lalu menoleh ke rekan-rekannya seakan-akan menyuruh mereka mempelajari caranya berbicara.Namun, Kiara sama sekali tidak memberi perhatian lebih kepada Adam. Dia hanya mengangguk dengan sopan."Bu Kiara, aku tahu kamu sibuk. Nanti aku akan menyempatkan waktu datang ke kantormu untuk membahas penyempurnaan iklan ini."Ekspre

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 16

    "Dari segi harga memang lebih tinggi dari harga pasar, bahkan di beberapa tempat bisa sepuluh kali lipat lebih mahal. Tapi, menurutku pir milikmu memang pantas dihargai setinggi itu."Fabian membalas, "Sepertinya restoranmu sudah merasakannya sendiri kemarin. Ya, 'kan?"Fabian tersenyum tenang. Kiara yang menuangkan teh pun tertegun sejenak, lalu tersenyum."Kamu salah paham. Aku memang mengatakan ingin membahas harga, tapi aku bukan ingin menurunkannya.""Kamu benar. Kemarin kami meluncurkan beberapa menu baru dan semuanya laris manis. Pelanggan yang mencicipinya sangat menyukainya dan ingin kembali lagi.""Sementara yang belum sempat mencoba, hari ini kebanyakan sudah melakukan reservasi. Setelah iklan dipasang, semakin banyak orang yang penasaran dan tertarik untuk datang.""Aku dan pamanku sudah mendiskusikan ini. Harga 40 ribu per setengah kilo terlalu rendah. Aku ingin menawarkan harga yang lebih tinggi."Kiara menjulurkan dua jarinya dan meneruskan, "Aku akan menggandakannya unt

Bab terbaru

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 50

    "Pak ... Raka ...," panggil Mila. Raka jarang datang ke showroom. Mila yang baru bekerja 1 bulan hanya pernah melihat Raka sekali, tetapi Mila bisa mengenali Raka. Tubuh Mila gemetaran saat dipanggil Raka."Jangan takut, sini," bujuk Raka. Dia membawa Mila masuk ke showroom. Leo merasa ada yang tidak beres.Ternyata Raka memerintah manajer, "Urus prosedur masuk kerja untuk dia."Manajer langsung menyahut tanpa ragu, "Oke, Pak Raka."Raka melirik Leo sekilas, lalu berucap, "Mengenai dia, kamu urus saja sendiri.""Aku paham," sahut manajer seraya mengangguk. Kemudian, dia menggeleng kepada Leo.Leo tampak terkejut. Dia hendak bicara, tetapi dia mengurungkan niatnya begitu melihat manajer mengernyit.Raka berkata kepada Mila sambil tersenyum, "Ayo, selesaikan penjualanmu.""Aku ...," ujar Mila. Dia menangis lagi.Manajer tertawa, lalu mengomentari, "Dasar cengeng."Raka tidak menanggapi ucapan manajer lagi. Dia menarik Priska, lalu menanyakan beberapa hal. Setelah tahu ayahnya makan jagun

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 49

    Leo mengerjap. Dia memandangi Fabian dengan ekspresi bingung, lalu melihat Priska. Sementara itu, Priska mendengus dan memalingkan wajahnya.Leo kebingungan, dia merasa sepertinya dirinya menyinggung klien. Leo mengulangi ucapannya lagi, "Pak, tolong tunjukkan KTP dan SIM-mu. Aku ...."Fabian mengernyit, sedangkan Priska menyela ucapan Leo dengan ekspresi gusar, "Kamu berisik sekali."Ekspresi Leo berubah drastis. Apa yang terjadi? Priska mencebik. Dia menarik Fabian ke meja lain sembari berujar, "Bian, kita duduk di sana saja."Leo merasa canggung. Jika dia mengikuti mereka, kemungkinan klien akan pindah ke tempat lain. Jika tidak mengikuti mereka, takutnya dia akan kehilangan penjualan mobil Ford Raptor.Saat Leo sedang ragu-ragu untuk mengikuti Fabian dan Priska, terdengar suara tangisan. Mila yang membawa barangnya berjalan sambil menunduk dan menangis. Dia dipecat.Manajer juga berjalan keluar. Dia tidak memedulikan Mila yang menangis. Manajer melihat ke arah Fabian, apa yang terj

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 48

    Mila baru tamat kuliah. Dia bekerja di showroom ini selama 1 bulan. Sebagai karyawan magang, staf penjualan lain tidak memberi Mila kesempatan untuk melayani klien. Hari ini, akhirnya Mila mendapatkan kesempatan bagus dan klien langsung mengatakan ingin membeli mobil.Mila hendak menyiapkan dokumen, tetapi rekan kerjanya malah berniat mengusirnya. Mila adalah karyawan baru, jadi dia tidak berani menentang. Mila hanya bisa diam-diam menyeka air matanya sambil membantu rekan kerjanya memfotokopi dokumen.Leo yang sudah mengambil dokumen menghampiri Fabian, lalu duduk di samping dan berbicara sembari tersenyum, "Halo, ini dokumennya. Coba kalian lihat dulu, nanti aku jelaskan pada kalian."Fabian tertegun sejenak, kenapa orang yang melayaninya tiba-tiba diganti? Leo melihat hanya ada 1 gelas air di atas meja. Dia melihat Mila yang lewat dan membentak seraya mengernyit, "Kamu bisa kerja, nggak?""Ha?" sahut Mila. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya."Sekaran

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 47

    Donny berucap, "Begini saja, Hugo dari Restoran Imperial itu teman sekolahku. Nanti aku akan meluangkan waktu untuk mencari Hugo biar mereka membagi jagung itu kepada kita."Donny menambahkan, "Nggak, nanti aku langsung telepon Hugo saja."Raka menimpali, "Oke, Kakak Ipar. Kamu telepon saja. Aku mau sekalian lihat kondisi showroom setelah datang ke sini. Satu bulan belakangan ini penjualan menurun drastis. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan!"Kemudian, Raka naik ke mobil. Donny berpikir sejenak, lalu menelepon istrinya. Sesudah itu, Donny menelepon Hugo. Namun, panggilan teleponnya tidak terhubung.Di showroom mobil Ford. Priska bertanya kepada Fabian, "Bian, apa kita nggak perlu kabari Kak Wenda? Showroom ini milik paman kedua Kak Wenda.""Nggak usah. Kita lihat-lihat sendiri saja," sahut Fabian. Mereka berdua pun berjalan masuk ke showroom.Seorang staf penjualan pria tidak melihat mobil yang dikendarai Priska. Dia hanya melihat sekilas pakaian Fabian, lalu berujar kepada seorang

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 46

    Sebuah mobil Chevrolet Camaro merah berhenti di tepi jalan. Jendela mobil dibuka, Priska melepaskan kacamata hitamnya. Dia sangat cantik. Priska bertanya, "Bian, kenapa kamu baru datang?"Fabian baru turun dari bus. Orang di bus memandangi Priska. Seseorang berujar, "Wah, wanita ini cantik sekali. Nak, dia pacarmu, ya?"Fabian hanya tersenyum dan tidak menanggapi ucapan orang itu. Dia naik ke mobil Priska. Ekspresi Priska terlihat canggung. Bahkan, suaranya sangat kecil saat berkata pada Fabian, "Pakai sabuk pengaman."Fabian melihat Priska dengan ekspresi bingung. Bukannya tadi Priska mengeluh? Kenapa sekarang sikapnya berubah?Priska tersenyum sambil memakai kacamata hitamnya dan menjalankan mobil. Fabian sangat rileks. Mobil Chevrolet Camaro ini jauh lebih nyaman dari bus. Fabian berkomentar, "Wah, mobil bagus memang nyaman."Priska berucap, "Aku bilang mau jemput kamu, tapi kamu nggak mau. Tadi kamu bilang ada masalah waktu kirim pesan kepadaku. Apa yang terjadi?"Fabian menceritak

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 45

    Melihat itu, pria berkacamata itu langsung mendorong orang-orang di sekitarnya dan berusaha merampas uang dari tangan Lais.Pria paruh baya yang baru saja selamat pun mendengus dingin."Hmph, kamu pikir cuma kamu yang bisa mendengus? Kamu ...." Tiba-tiba, pria berkacamata itu terbelalak.Dia menatap pria paruh baya yang masih duduk di tanah. Wajah itu terlihat sangat familier! Dia segera melepaskan kacamatanya, mengucek matanya, lalu memakainya kembali.Saat melihat lagi, wajahnya langsung berubah pucat pasi. "Pak ... Pak Donny ...?"Sikap garangnya itu langsung menghilang, digantikan dengan senyuman penuh kepanikan. Akan tetapi, senyuman itu lebih terlihat lebih buruk daripada tangisan."Kamu menyuruh orang-orang jangan menyelamatkanku?" Suara pria paruh baya itu terdengar dingin."Pak, a ... aku nggak tahu kalau itu kamu! Toko kita mengadakan rapat, makanya aku buru-buru ke sana. Kalau aku tahu itu kamu, aku pasti sudah jadi orang pertama yang turun menolongmu, meskipun harus mati!"

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 44

    Suasana menjadi hening. Dedaunan yang tertiup angin terdengar begitu jelas di telinga. Beberapa orang masih pucat pasi karena ketakutan.Suara gemuruh mobil yang jatuh ke jurang tadi masih terngiang di benak mereka. Jurang sedalam itu, jika seseorang jatuh ke dalamnya .... Tidak ada yang berani membayangkan lebih jauh.Tiba-tiba! Sebuah tangan muncul di pinggir tebing!"Dik?" Seseorang berteriak kaget.Mereka baru teringat bahwa tadi Fabian sudah mengikatkan tali ke tubuh sopir yang pingsan dan talinya tidak putus. Seketika, orang-orang mulai tersenyum lega.Kemudian, kepala Fabian muncul dari tepi tebing. Dia memegang erat pinggiran tebing dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih memeluk sopir yang pingsan."Anak ini kuat sekali!" puji seseorang."Tolong tarik kami!" Fabian menggertakkan giginya."Benar, benar! Ayo, bantu angkat mereka!"Lais langsung berteriak, "Cepat bantu! Ayo, semua!"Tak butuh waktu lama, dengan bantuan banyak orang, Fabian dan sopir yang pingsan berhas

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 43

    "Hm." Fabian tidak bertindak sembarangan lagi. Dia menoleh ke sekitar, mencari solusi.Whoosh .... Angin bertiup kencang. Kreek ... kreek ....Mobil itu kembali bergoyang. Suara gesekan besi terdengar menusuk telinga, membuat bulu kuduk meremang. Bagian depan mobil semakin condong ke bawah!"To ... tolong selamatkan aku ...!" Pria paruh baya di dalam mobil semakin panik. Keringat sampai mengucur deras dari dahinya. Wajahnya pucat pasi.Ciittt! Tiba-tiba, bus kecil yang sudah melaju puluhan meter berhenti."Kenapa berhenti lagi? Lais, kamu cari masalah denganku ya?" Pria berkacamata itu berteriak histeris.Namun, sopir bus tidak lagi peduli padanya. Lais bergegas turun diikuti beberapa penumpang."Ada rantai besi?" tanya Fabian.Lais menggeleng."Kalau tali?""Ada!" Lais segera berlari ke sisi lain bus."Mau ikut campur ya? Aku mau lihat gimana kalian membuat mobil itu jatuh ke jurang!" Pria berkacamata itu menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya penuh kekesalan."Kamu ini kenapa si

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 42

    Malam itu, Fabian menggunakan Teknik Hujan Spiritual untuk menyiram tiga pohon pir di kebun. Air hujan yang terkumpul dalam ember lantas digunakan untuk menyiram ladang jagung.Keesokan paginya, orang tuanya berangkat lebih awal dengan mobil, membawa buah pir dan jagung ke Restoran Imperial.Sementara itu, Fabian baru keluar rumah sekitar pukul 9 pagi. Dia berjalan lima kilometer sebelum akhirnya menaiki bus kecil menuju kota.Bus kecil itu melaju di jalan pegunungan yang berkelok-kelok, membuat penumpang terguncang hebat. Beberapa bagian jalan sangat berbahaya. Sedikit saja kesalahan, bus akan tergelincir ke jurang. Namun, penumpang sudah terbiasa. Ada yang mengantuk, ada yang asyik mengobrol.Tiba-tiba ... ciiittt! Sopir menginjak rem mendadak. Para penumpang langsung berteriak kaget. Ada yang terbentur dan marah-marah kepada sopir."Kalian lihat itu! Ada mobil hampir jatuh ke jurang!"Seketika, suasana di dalam bus menjadi hening.Di depan, sebuah mobil off-road hitam besar menabrak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status