Share

Petani Kaya yang  Ajaib
Petani Kaya yang Ajaib
Author: Suwandi

Bab 1

Author: Suwandi
Matahari sedang bersinar dengan terik di langit. Di seluruh pegunungan dan lembah, tidak ada sedikit pun suara serangga.

Fabian Hakim memikul keranjang jerami di punggungnya. Keringat menetes di wajahnya, pakaiannya menempel di tubuhnya dan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Seekor anjing besar berbulu cokelat muda berjalan mengikuti Fabian di belakang sambil menjulurkan lidahnya. Ketika melihat air sungai jernih di pegunungan, mata mereka seketika berbinar secara bersamaan.

“Byur!” Anjing itu berlari sangat cepat dan melompat ke sungai.

“Milo ... dasar anjing sialan!” umpat Fabian. Dia meletakkan keranjang jerami yang dipikulnya dan ikut melompat masuk ke sungai.

Milo menjulurkan kepalanya, mengepakkan kedua kakinya, dan berputar mengelilingi Fabian. Ia membuat air bercipratan ke mana-mana dan bermain dengan sangat gembira.

“Jangan dekat-dekat denganku!”

Fabian menepuk kepala Milo dengan kuat. Milo pun merintih dan menunjukkan mata penuh kesedihan.

Di bawah terik matahari, tidak ada hal yang lebih menyegarkan daripada berendam di sungai setelah berkeringat deras.

Ada sebuah batu besar di tengah sungai. Di atas batu itu, ada sebuah patung monyet. Fabian berenang ke sana, lalu bersandar di batu dan menghela napas lega.

“Kerja 12 jam sehari selama enam hari dalam seminggu di kota masih nggak sebagus tinggal di kampung halamanku ini. Waktu diterima di universitas, aku nggak sabar buat pergi ke kota. Aku memang masih terlalu muda waktu itu.”

Fabian berusia 25 tahun. Selama tiga tahun sejak lulus, dia bekerja di salah satu perusahaan top 500 dunia dengan gaji rata-rata lebih dari 10 juta. Akan tetapi, dia belum menabung banyak uang.

Alasannya tidak lain karena sebagian besar uang Fabian dihabiskan oleh Yenny, pacarnya. Namun, pacarnya itu malah mencampakkannya dan langsung beralih ke pria kaya lain bulan lalu.

Pada saat yang sama, pimpinan perusahaan yang selama ini sangat menghargai Fabian malah memecatnya dengan alasan PHK. Fabian yang patah hati dan kehilangan pekerjaan pun kembali ke kampung halamannya.

Dalam sebulan ini, Fabian membawa Milo mendaki gunung untuk memetik tanaman herbal dan berburu, juga turun ke sungai untuk memancing. Tak disangka, dia malah tidak berniat untuk kembali ke kota.

Fabian merasa, melakukan sesuatu di kampung halamannya juga lumayan bagus. Seiring berjalannya waktu, dia merasa makin yakin akan keputusannya ini. Ditambah dengan kesehatan kakeknya yang makin memburuk, dia juga tidak akan bisa meninggalkan tempat ini dengan tenang.

Begitu teringat kakeknya, Fabian pun mengernyit. Kesehatan kakeknya selama ini sangat baik, tetapi malah tiba-tiba menurun dalam tahun ini. Selain menjadi sangat kurus, dia bahkan tidak bisa turun dari tempat tidur akhir-akhir ini.

Fabian pernah membawa kakeknya pergi memeriksakan diri ke beberapa rumah sakit terbaik di Kota Dohar. Para dokter spesialis mengatakan bahwa kakeknya keracunan logam berat, tetapi tidak dapat mendeteksi logam berat jenis apa itu. Meskipun telah mengonsumsi berbagai macam obat, semua itu sama sekali tidak berguna.

Menurut para senior di desa, ginseng liar tua di pegunungan mungkin saja bermanfaat. Jadi, Fabian pun membawa Milo mendaki gunung untuk mencarinya hampir setiap hari.

Fabian memandang keranjang jerami yang diletakkannya di tepi sungai. Dia tidak menemukan ginseng liar, tetapi menemukan cukup banyak jamur liar ....

Ketika masih kecil, orang tua Fabian sibuk bekerja di luar kota. Dia dibesarkan oleh kakek dan neneknya sehingga hubungan mereka sangat dekat.

Milo tidak berhenti berenang ke sana kemari. Ketika melihat tampang Fabian, ia sepertinya memahami sesuatu dan menjadi lebih tenang.

“Haih ....”

Sepertinya, waktu yang tersisa bagi kakeknya sudah tidak banyak lagi. Begitu memikirkan dirinya yang jarang pulang sejak kuliah, dia pun merasa sangat menyesal.

Duk! Fabian meninju patung monyet itu dan tangannya pun berdarah.

Namun, Fabian tidak merasa sakit. Dia bergumam sambil menggertakkan gigi, “Nggak bisa! Aku harus cari cara untuk sembuhkan Kakek!”

Kemudian, Fabian pun hendak keluar dari sungai dan lanjut mencari ginseng liar. Berhubung pihak rumah sakit tidak dapat memberikan rencana pengobatan, dia hanya bisa menaruh harapan pada ginseng liar yang dikatakan para senior desa.

Namun ....

“Guk! Guk!” Milo tiba-tiba menggonggong tanpa henti.

Fabian pun menoleh dan melihat Milo yang terlihat sangat ketakutan. “Ada apa?”

Jantung Fabian hampir berhenti berdetak. Wajahnya terlihat pucat pasi. Dia tidak dapat menarik kembali tinju kanannya dari patung monyet itu tidak peduli seberapa besar kekuatan yang dikerahkannya, seolah-olah tangannya memang tumbuh di sana.

Wajah Fabian pun memerah. Tiba-tiba, dia melihat patung monyet itu sepertinya bergerak sebentar. Setelah melihat dengan saksama ... patung monyet itu sedang tersenyum! Ini sungguh gila!

Dari tempat ini ke Desa Damai, seseorang harus melewati tiga puncak gunung. Sungainya juga terhubung dengan Danau Rilika yang ada di desa. Para penduduk desa tahu mengenai patung monyet ini, tetapi tidak ada yang tahu siapa yang membangunnya dan kapan patung ini dibangun.

Dulu, Fabian sering sakit-sakitan. Seorang dokter amatir yang pernah memeriksa Fabian mengatakan bahwa dia berumur pendek dan harus mencari benda yang keras untuk menjadi ayah angkatnya.

Di Desa Damai, ada tradisi di mana anak kecil disuruh mengakui ayah angkat. Dulu, ada anak kecil yang mengakui batu penggiling sebagai ayah angkat, ada juga yang mengakui pohon tua sebagai ayah angkat.

Jadi, Kakek Fabian pun membawanya ke tempat ini supaya dia bisa mengakui patung monyet ini sebagai ayah angkatnya.

“A ... Ayah Angkat ....” Fabian berkata dengan suara gemetar, “Aku selalu datang menghormatimu setiap tahun. Kenapa kamu marah?”

Fabian yang menerima pendidikan tinggi sebenarnya tidak percaya pada hal-hal mistis seperti ini. Namun, kakeknya akan selalu memaksanya datang untuk bersujud pada patung monyet ini setiap tahun. Pada saat ini, dia mau tak mau harus percaya.

“Ayah angkat” Fabian sedang tersenyum! Ini benar-benar tidak masuk akal!

Selanjutnya, Fabian membelalak hingga bola matanya hampir copot. Dia melihat sesuatu yang merah. Itu adalah darah yang mengalir keluar dari kulitnya yang terkelupas akibat tinjunya. Namun, sedikit darah itu malah ... membuat seluruh patung monyet berubah warna menjadi merah. Ini benar-benar mengerikan!

“Guk! Guk ....”

Entah dari mana datangnya keberanian Milo, ia malah langsung melompat keluar dari air dan menerjang ke arah Fabian.

“Mi ....” Fabian merasa sangat terkejut. Baru saja dia hendak berbicara, dia tiba-tiba merasa bahwa kepalanya seolah-olah sudah meledak dan pandangannya menjadi kabur.

Pada detik selanjutnya, Fabian melihat lingkungan di sekelilingnya dengan linglung. “Di mana ini?”

Di depannya, ada deretan gunung yang hijau dan subur. Desa Damai terletak di pegunungan, tetapi tidak memiliki pegunungan seperti ini. Yang terlihat Fabian hanyalah rerumputan yang tumbuh lebat. Ada yang dikenalinya, tetapi ada lebih banyak yang tidak pernah dilihatnya.

Selain itu, tempat ini ... sangat nyaman. Bahkan udaranya juga terasa manis. Fabian merasa semua pori di tubuhnya seperti sudah terbuka dan bernapas. Tempat ini benar-benar bagaikan surga.

Tidak jauh dari tempat Fabian berada, terdapat sebuah batu prasasti yang menuliskan “Kebun Spiritual”.

“Duar ....” Tanah berguncang dan gunung yang besar itu tiba-tiba berubah menjadi rupa patung monyet.

“Itu ....” Fabian sudah sepenuhnya tercengang. Pemahamannya terhadap dunia ini juga tidak berhenti diperbarui.

Tiba-tiba, Fabian melihat sesuatu yang berbentuk seperti ginseng. Matanya pun seketika berbinar. Dia melupakan keterkejutannya dan buru-buru berlari ke sana untuk mencabutnya. Hanya saja, setelah mengerahkan seluruh kekuatannya, dia masih tidak dapat mencabutnya.

“Guk!”

Kenapa Milo juga berada di sini? Fabian yang tidak sempat memikirkan hal tersebut buru-buru berseru, “Milo, ayo bantu aku!”

“Guk! Guk!” Milo sepertinya menjadi makin pintar. Ia menarik ikat pinggang Fabian ke belakang dengan kuat hingga celana Fabian terlepas setengah.

“Milo, bagian mana yang kamu tarik! Minggir!”

Untungnya, mereka berhasil mencabut sebuah ginseng. Kemudian, Fabian dan Milo menggabungkan kekuatan untuk mencabut sebuah ginseng lagi.

Setelah mendapatkan dua buah ginseng, Fabian menyadari bahwa mulut patung monyet itu bergerak. Namun, dia tidak mendengar apa yang dikatakan patung monyet itu. Sebab, dia sudah diguncang bangun oleh seseorang.

“Bian ... Bian ....”

Fabian pun membuka matanya dan melihat sebuah wajah cantik yang dipenuhi kecemasan. Dia pun memanggil, “Kak Sabrina?”

“Akhirnya kamu sadar juga. Kamu benar-benar ngagetin aku!”

Sabrina memiliki mata yang cerah dan gigi yang putih. Ada setetes air yang bergantung di ujung hidungnya yang mancung. Rambutnya yang panjang terlihat basah kuyup dan beberapa helai rambut itu menempel di wajahnya sambil meneteskan air. Pakaiannya menempel di tubuhnya, terutama di bagian dadanya ....

Fabian buru-buru mengalihkan pandangannya dan menelan air ludah. “Aku ....”

Sabrina menyadari arah pandangan Fabian tadi. Dia pun menunduk untuk melirik tubuhnya, lalu wajah dan telinganya langsung memerah.

“Kenapa kamu bisa tenggelam? Itu bahaya banget, lho!” Sabrina berlinang air mata karena merasa sangat ketakutan.

“Tenggelam ....”

Fabian mengingat kembali tempat bernama Kebun Spiritual yang dilihatnya tadi. Apa dia berhalusinasi gara-gara dikejutkan oleh patung monyet? Patung monyet?

Fabian buru-buru menoleh dan tidak menemukan patung monyet itu lagi. Di tengah sungai, hanya terlihat setengah bagian permukaan batu yang besar, seolah-olah memang tidak pernah ada patung monyet di sana.

Ini ....

Namun, ada dua buah ginseng dalam genggaman Fabian. Ginseng itu memiliki akar yang panjang dan terlihat hidup, seolah-olah bisa lari kapan saja. Kebun spiritual tadi bukan hanya halusinasinya!

Patung monyet itu .... Kemudian, Fabian menyadari bahwa patung monyet itu berada di telapak tangannya dan sudah menyatu dengan dagingnya.

“Ayah Angkat, kamu ....” Fabian benar-benar tidak dapat memproses apa yang terjadi hari ini.

“Kak Sabrina, buat apa kamu datang kemari?” tanya Fabian ketika tiba-tiba teringat hal ini.

Sabrina yang masih merasa ketakutan baru teringat tujuan kedatangannya dan menjawab, “Bian, cepat pulang! Kakekmu sudah sekarat.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 2

    Fabian berlari dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi daripada ketika berlari di jalan datar, padahal ini adalah jalan gunung yang bahkan tidak memiliki jalan setapak. Namun, dia yang merasa panik sama sekali tidak menyadarinya. Dia hanya ingin pulang secepatnya. Jika tidak dapat menemui kakeknya untuk yang terakhir kali, Fabian tidak akan bisa memaafkan dirinya.Sabrina juga ikut berlari, tetapi dia tidak mungkin dapat mengejar Fabian. Dia pun berhenti berlari, lalu berpegangan pada sebuah pohon dengan terengah-engah. “Bi ... Bian, kamu pulang saja dulu.”“Kak Sabrina, kamu hati-hati ya,” balas Fabian tanpa mengurangi kecepatannya.“Emm.”Sabrina sudah benar-benar kelelahan. Setelah beristirahat cukup lama, napasnya baru kembali teratur. Dia menunduk dan menatap ke arah dadanya. Kemudian, wajahnya pun memerah lagi setelah teringat tatapan Fabian sebelumnya. Di wajahnya yang semerah tomat itu, muncul seulas senyum tipis. Dia terlihat sangat cantik.Beberapa saat kemudian, Sabrina ter

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 3

    Hasan tidak akan membiarkan Fabian tinggal di desa apa pun yang terjadi. Dia adalah orang yang memiliki harga diri tinggi. Dia tidak mungkin mengabaikan gosip para penduduk desa.Hal yang terpenting adalah, Desa Damai terlalu terpencil dan miskin hingga tidak ada yang bisa dikembangkan. Orang yang tinggal di desa ini tidak akan memiliki masa depan.Begitu mendengar diskusi ini, keluarga Fabian yang lain juga keluar dan membujuknya untuk kembali ke Kota Dohar secepatnya.“Kalau Kakek sudah sembuh ....”Sebelum Fabian menyelesaikan kata-katanya, Hasan sudah memelototinya dan berkata, “Aku sudah sembuh. Kamu nggak usah khawatirkan aku. Kembalilah ke kota secepatnya!”“Bian, ginseng liar itu bisa buat kakekmu sembuh. Itu sudah cukup. Kamu nggak perlu tinggal di sini lagi,” ujar Lenka.Suhendra menimpali, “Bian, kakak sepupumu yang jadi sopir orang juga punya gaji sekitar lima juta. Anak kedua Najwan lebih beruntung lagi. Gajinya sebulan bahkan mencapai sepuluh juta, padahal dia cuma tamata

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 4

    Sabrina hanya lebih tua tiga bulan dari Fabian. Gadis desa yang seumuran dengan Sabrina biasanya sudah menikah dari dulu.Selain itu, jangankan di desa, bahkan di Kota Dohar sekali pun, Sabrina juga termasuk wanita yang sangat cantik. Namun, kenapa Sabrina masih belum menikah sampai sekarang?Ketika masih sekolah dulu, prestasi Sabrina tidaklah kalah dari Fabian. Namun, dia malah berhenti sekolah sebelum tamat SMA. Saat kaum muda desa pergi ke kota untuk bekerja, Sabrina juga tidak boleh pergi ke kota. Semua ini karena Hesti, ibunya Sabrina.Hesti merasa tidak ada gunanya anak perempuan bersekolah. Jadi, dia langsung menyuruh Sabrina berhenti sekolah. Pada waktu itu, bahkan wali kelas dan kepala sekolah juga datang ke desa untuk membujuk Hesti, tetapi gagal membuat Hesti berubah pikiran.Ayahnya Sabrina menghilang 20 tahun yang lalu. Jadi, Hesti yang membesarkan Sabrina seorang diri. Setelah membesarkan Sabrina dengan susah payah, Hesti tentu saja tidak akan membiarkan Sabrina bekerja

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 5

    Pria itu bernama Raihan. Dia tidak memiliki orang tua sejak kecil dan tumbuh besar dengan bantuan penduduk desa. Dia sudah berusia 30 tahun, tetapi masih melajang. Dia juga melupakan kebaikan penduduk desa terhadapnya dan malah melakukan hal-hal tercela di desa ini.Di Desa Damai, tidak ada orang yang menyukai Raihan.Fabian melirik Raihan, lalu berbalik dan berjalan pergi.“Apa?” Raihan memelototi Fabian. “Kamu bahkan nggak menyapaku? Fabian, sudah hebat kamu?”Ketika berbicara, Raihan juga langsung mengulurkan tangannya untuk mencengkeram Fabian. Gerakannya sangat cepat, tetapi Fabian berhasil menghindarinya. Raihan pun tertegun. Sejak kapan anak ini menjadi begitu hebat?“Mentang-mentang sudah hebat dikit, kamu nggak takut lagi sama aku?” Meskipun batang hidung Fabian sudah tidak terlihat lagi, Raihan masih lanjut mengomel, “Tunggu saja! Aku akan memberimu pelajaran. Nanti, kamu akan tahu seberapa hebat aku!”Begitu tiba di rumah, Fabian langsung melihat Milo yang berbaring di kand

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 6

    Setelah Hesti pergi, para penduduk desa yang berkumpul untuk menonton keramaian juga bubar. Namun, mereka masih membicarakan hal mengenai Fabian dan Sabrina.Setelah melihat tampang muram ibunya, Fabian buru-buru mencari alasan untuk keluar.“Bian ....” Lenka mengejar sampai pintu, tetapi sosok Fabian sudah hilang. Dia pun merasa sangat marah.Suwandi berjalan menghampirinya dan berkata dengan santai, “Buat apa kamu berpikir kejauhan. Bian ....”Sebelum Suwandi menyelesaikan kata-katanya, Lenka sudah berseru, “Ada apa ini sebenarnya! Kalau Bian benar-benar bersama Sabrina, dari mana kita bisa kumpulkan 580 juta? Kalau nggak bisa kasih Hesti 580 juta itu, si gila itu akan gantung diri di depan pintu rumah kita! Gimana kita bisa lanjut hidup?”“Kamu itu ayahnya! Memangnya kamu nggak bisa ambil keputusan? Apa gunanya kamu!”“Aku bawa Milo pergi berobat dulu.” Suwandi menaruh Milo ke becaknya, lalu langsung pergi tanpa peduli pada Lenka yang masih gelisah.“Kamu!” Lenka merasa sangat marah

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 7

    Fabian tiba di rumah pada tengah malam dan orang tuanya telah tidur. Setelah mandi, dia pun berbaring di tempat tidur sambil menatap telapak tangannya. Entah sejak kapan, gambar patung monyet itu sudah hilang.Fabian mencoba untuk berlatih Mantra Keabadian dan masih bisa melakukannya. Pewaris kebun spiritual ....‘Apa itu berarti Ayah Angkat pemilik kebun spiritual, makanya aku itu pewarisnya?’ pikir Fabian.Hal ini benar-benar ajaib dan sulit untuk dipercaya. Fabian adalah lulusan universitas terkemuka yang menerima pendidikan tinggi. Jika ada orang yang memberitahunya mengenai hal seperti ini dulu, dia tidak mungkin percaya dan pasti memaki orang itu sudah gila. Pewaris kebun spiritual? Itu hanya mimpi! Namun ....Fabian sangat yakin ini semua bukan mimpi. Pir di kebun pir merupakan buktinya. Selain itu, bagaimana seseorang bisa menjelaskan tentang kakeknya yang sudah pulih total dan sangat sehati sekarang? Perubahan dirinya sendiri juga sudah cukup untuk membuktikannya.Dunia ini p

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 8

    “Dik, 16 ribu per kilo sudah nggak murah, lho!” Pria berjanggut itu melebarkan mata sipitnya, lalu menepuk-nepuk keranjang pirnya sambil berkata, “Aku bahkan cuma jual pirku 14 ribu per kilo, tapi aku mau beli pirmu dengan harga 16 ribu per kilo. Kamu masih keberatan?”Fabian malas meladeninya. Dia hendak menjual pirnya 80 ribu per kilogram, tetapi pria berjanggut itu malah ingin membelinya dengan harga 16 ribu per kilogram. Apa yang dipikirkannya?Namun, pria berjanggut itu masih tidak menyerah. Bagaimanapun juga, ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Dia sangat yakin pirnya Fabian pasti akan laku keras apabila dijual dengan harga 20 ribu per kilogram.Sekarang masih bukan musim pir. Jadi, pir yang begitu bagus dan terlihat sangat enak itu pasti gampang dijual. Pria berjanggut itu berkata lagi, “Umm .... Tadi, aku yang salah. Aku minta maaf. Maafkan aku, ya? Lihat, aku sudah minta maaf. Sekarang, kamu sudah bisa jual pirmu padaku, ‘kan?”Melihat Fabian yang masih tidak menangga

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 9

    Restoran Imperial terletak di tepi pantai. Uang yang diinvestasi untuk restoran ini sangat besar, sedangkan harga makanannya juga mahal. Orang biasa tidak akan mampu makan di restoran ini.Kiara duduk di kantornya yang luas. Begitu berbalik, dia bisa langsung menikmati laut biru yang indah. Bekerja di kantor seperti ini pasti menyenangkan, baik secara fisik maupun mental. Namun, Kiara tidak berhenti memijat dahinya. Ekspresinya terlihat cemas. Dia sedang menunggu.Akhir-akhir ini, Restoran Imperial sedang mengalami sedikit masalah. Restoran Sun, saingan terbesar mereka itu telah mempekerjakan seorang koki dari restoran tiga bintang Michelin di luar negeri. Hal ini langsung menyebabkan kemerosotan bisnis Restoran Imperial.Sebenarnya, keterampilan memasak koki Restoran Imperial tidak lebih buruk dari Restoran Sun. Leluhur Kiara adalah koki istana, dan keterampilan memasak mereka diwariskan dari generasi ke generasi. Paman keduanya adalah koki terkemuka yang dikenal di seluruh negeri.

Latest chapter

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 50

    "Pak ... Raka ...," panggil Mila. Raka jarang datang ke showroom. Mila yang baru bekerja 1 bulan hanya pernah melihat Raka sekali, tetapi Mila bisa mengenali Raka. Tubuh Mila gemetaran saat dipanggil Raka."Jangan takut, sini," bujuk Raka. Dia membawa Mila masuk ke showroom. Leo merasa ada yang tidak beres.Ternyata Raka memerintah manajer, "Urus prosedur masuk kerja untuk dia."Manajer langsung menyahut tanpa ragu, "Oke, Pak Raka."Raka melirik Leo sekilas, lalu berucap, "Mengenai dia, kamu urus saja sendiri.""Aku paham," sahut manajer seraya mengangguk. Kemudian, dia menggeleng kepada Leo.Leo tampak terkejut. Dia hendak bicara, tetapi dia mengurungkan niatnya begitu melihat manajer mengernyit.Raka berkata kepada Mila sambil tersenyum, "Ayo, selesaikan penjualanmu.""Aku ...," ujar Mila. Dia menangis lagi.Manajer tertawa, lalu mengomentari, "Dasar cengeng."Raka tidak menanggapi ucapan manajer lagi. Dia menarik Priska, lalu menanyakan beberapa hal. Setelah tahu ayahnya makan jagun

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 49

    Leo mengerjap. Dia memandangi Fabian dengan ekspresi bingung, lalu melihat Priska. Sementara itu, Priska mendengus dan memalingkan wajahnya.Leo kebingungan, dia merasa sepertinya dirinya menyinggung klien. Leo mengulangi ucapannya lagi, "Pak, tolong tunjukkan KTP dan SIM-mu. Aku ...."Fabian mengernyit, sedangkan Priska menyela ucapan Leo dengan ekspresi gusar, "Kamu berisik sekali."Ekspresi Leo berubah drastis. Apa yang terjadi? Priska mencebik. Dia menarik Fabian ke meja lain sembari berujar, "Bian, kita duduk di sana saja."Leo merasa canggung. Jika dia mengikuti mereka, kemungkinan klien akan pindah ke tempat lain. Jika tidak mengikuti mereka, takutnya dia akan kehilangan penjualan mobil Ford Raptor.Saat Leo sedang ragu-ragu untuk mengikuti Fabian dan Priska, terdengar suara tangisan. Mila yang membawa barangnya berjalan sambil menunduk dan menangis. Dia dipecat.Manajer juga berjalan keluar. Dia tidak memedulikan Mila yang menangis. Manajer melihat ke arah Fabian, apa yang terj

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 48

    Mila baru tamat kuliah. Dia bekerja di showroom ini selama 1 bulan. Sebagai karyawan magang, staf penjualan lain tidak memberi Mila kesempatan untuk melayani klien. Hari ini, akhirnya Mila mendapatkan kesempatan bagus dan klien langsung mengatakan ingin membeli mobil.Mila hendak menyiapkan dokumen, tetapi rekan kerjanya malah berniat mengusirnya. Mila adalah karyawan baru, jadi dia tidak berani menentang. Mila hanya bisa diam-diam menyeka air matanya sambil membantu rekan kerjanya memfotokopi dokumen.Leo yang sudah mengambil dokumen menghampiri Fabian, lalu duduk di samping dan berbicara sembari tersenyum, "Halo, ini dokumennya. Coba kalian lihat dulu, nanti aku jelaskan pada kalian."Fabian tertegun sejenak, kenapa orang yang melayaninya tiba-tiba diganti? Leo melihat hanya ada 1 gelas air di atas meja. Dia melihat Mila yang lewat dan membentak seraya mengernyit, "Kamu bisa kerja, nggak?""Ha?" sahut Mila. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya."Sekaran

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 47

    Donny berucap, "Begini saja, Hugo dari Restoran Imperial itu teman sekolahku. Nanti aku akan meluangkan waktu untuk mencari Hugo biar mereka membagi jagung itu kepada kita."Donny menambahkan, "Nggak, nanti aku langsung telepon Hugo saja."Raka menimpali, "Oke, Kakak Ipar. Kamu telepon saja. Aku mau sekalian lihat kondisi showroom setelah datang ke sini. Satu bulan belakangan ini penjualan menurun drastis. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan!"Kemudian, Raka naik ke mobil. Donny berpikir sejenak, lalu menelepon istrinya. Sesudah itu, Donny menelepon Hugo. Namun, panggilan teleponnya tidak terhubung.Di showroom mobil Ford. Priska bertanya kepada Fabian, "Bian, apa kita nggak perlu kabari Kak Wenda? Showroom ini milik paman kedua Kak Wenda.""Nggak usah. Kita lihat-lihat sendiri saja," sahut Fabian. Mereka berdua pun berjalan masuk ke showroom.Seorang staf penjualan pria tidak melihat mobil yang dikendarai Priska. Dia hanya melihat sekilas pakaian Fabian, lalu berujar kepada seorang

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 46

    Sebuah mobil Chevrolet Camaro merah berhenti di tepi jalan. Jendela mobil dibuka, Priska melepaskan kacamata hitamnya. Dia sangat cantik. Priska bertanya, "Bian, kenapa kamu baru datang?"Fabian baru turun dari bus. Orang di bus memandangi Priska. Seseorang berujar, "Wah, wanita ini cantik sekali. Nak, dia pacarmu, ya?"Fabian hanya tersenyum dan tidak menanggapi ucapan orang itu. Dia naik ke mobil Priska. Ekspresi Priska terlihat canggung. Bahkan, suaranya sangat kecil saat berkata pada Fabian, "Pakai sabuk pengaman."Fabian melihat Priska dengan ekspresi bingung. Bukannya tadi Priska mengeluh? Kenapa sekarang sikapnya berubah?Priska tersenyum sambil memakai kacamata hitamnya dan menjalankan mobil. Fabian sangat rileks. Mobil Chevrolet Camaro ini jauh lebih nyaman dari bus. Fabian berkomentar, "Wah, mobil bagus memang nyaman."Priska berucap, "Aku bilang mau jemput kamu, tapi kamu nggak mau. Tadi kamu bilang ada masalah waktu kirim pesan kepadaku. Apa yang terjadi?"Fabian menceritak

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 45

    Melihat itu, pria berkacamata itu langsung mendorong orang-orang di sekitarnya dan berusaha merampas uang dari tangan Lais.Pria paruh baya yang baru saja selamat pun mendengus dingin."Hmph, kamu pikir cuma kamu yang bisa mendengus? Kamu ...." Tiba-tiba, pria berkacamata itu terbelalak.Dia menatap pria paruh baya yang masih duduk di tanah. Wajah itu terlihat sangat familier! Dia segera melepaskan kacamatanya, mengucek matanya, lalu memakainya kembali.Saat melihat lagi, wajahnya langsung berubah pucat pasi. "Pak ... Pak Donny ...?"Sikap garangnya itu langsung menghilang, digantikan dengan senyuman penuh kepanikan. Akan tetapi, senyuman itu lebih terlihat lebih buruk daripada tangisan."Kamu menyuruh orang-orang jangan menyelamatkanku?" Suara pria paruh baya itu terdengar dingin."Pak, a ... aku nggak tahu kalau itu kamu! Toko kita mengadakan rapat, makanya aku buru-buru ke sana. Kalau aku tahu itu kamu, aku pasti sudah jadi orang pertama yang turun menolongmu, meskipun harus mati!"

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 44

    Suasana menjadi hening. Dedaunan yang tertiup angin terdengar begitu jelas di telinga. Beberapa orang masih pucat pasi karena ketakutan.Suara gemuruh mobil yang jatuh ke jurang tadi masih terngiang di benak mereka. Jurang sedalam itu, jika seseorang jatuh ke dalamnya .... Tidak ada yang berani membayangkan lebih jauh.Tiba-tiba! Sebuah tangan muncul di pinggir tebing!"Dik?" Seseorang berteriak kaget.Mereka baru teringat bahwa tadi Fabian sudah mengikatkan tali ke tubuh sopir yang pingsan dan talinya tidak putus. Seketika, orang-orang mulai tersenyum lega.Kemudian, kepala Fabian muncul dari tepi tebing. Dia memegang erat pinggiran tebing dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih memeluk sopir yang pingsan."Anak ini kuat sekali!" puji seseorang."Tolong tarik kami!" Fabian menggertakkan giginya."Benar, benar! Ayo, bantu angkat mereka!"Lais langsung berteriak, "Cepat bantu! Ayo, semua!"Tak butuh waktu lama, dengan bantuan banyak orang, Fabian dan sopir yang pingsan berhas

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 43

    "Hm." Fabian tidak bertindak sembarangan lagi. Dia menoleh ke sekitar, mencari solusi.Whoosh .... Angin bertiup kencang. Kreek ... kreek ....Mobil itu kembali bergoyang. Suara gesekan besi terdengar menusuk telinga, membuat bulu kuduk meremang. Bagian depan mobil semakin condong ke bawah!"To ... tolong selamatkan aku ...!" Pria paruh baya di dalam mobil semakin panik. Keringat sampai mengucur deras dari dahinya. Wajahnya pucat pasi.Ciittt! Tiba-tiba, bus kecil yang sudah melaju puluhan meter berhenti."Kenapa berhenti lagi? Lais, kamu cari masalah denganku ya?" Pria berkacamata itu berteriak histeris.Namun, sopir bus tidak lagi peduli padanya. Lais bergegas turun diikuti beberapa penumpang."Ada rantai besi?" tanya Fabian.Lais menggeleng."Kalau tali?""Ada!" Lais segera berlari ke sisi lain bus."Mau ikut campur ya? Aku mau lihat gimana kalian membuat mobil itu jatuh ke jurang!" Pria berkacamata itu menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya penuh kekesalan."Kamu ini kenapa si

  • Petani Kaya yang Ajaib   Bab 42

    Malam itu, Fabian menggunakan Teknik Hujan Spiritual untuk menyiram tiga pohon pir di kebun. Air hujan yang terkumpul dalam ember lantas digunakan untuk menyiram ladang jagung.Keesokan paginya, orang tuanya berangkat lebih awal dengan mobil, membawa buah pir dan jagung ke Restoran Imperial.Sementara itu, Fabian baru keluar rumah sekitar pukul 9 pagi. Dia berjalan lima kilometer sebelum akhirnya menaiki bus kecil menuju kota.Bus kecil itu melaju di jalan pegunungan yang berkelok-kelok, membuat penumpang terguncang hebat. Beberapa bagian jalan sangat berbahaya. Sedikit saja kesalahan, bus akan tergelincir ke jurang. Namun, penumpang sudah terbiasa. Ada yang mengantuk, ada yang asyik mengobrol.Tiba-tiba ... ciiittt! Sopir menginjak rem mendadak. Para penumpang langsung berteriak kaget. Ada yang terbentur dan marah-marah kepada sopir."Kalian lihat itu! Ada mobil hampir jatuh ke jurang!"Seketika, suasana di dalam bus menjadi hening.Di depan, sebuah mobil off-road hitam besar menabrak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status