Home / Fantasi / Petani Kaya yang Ajaib / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Petani Kaya yang Ajaib: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31

Ketika Fabian keluar dari rumah, orang tuanya sudah tidak ada. Sepertinya mereka sudah pergi memetik pir.Fabian berjalan menuju ladang jagung, memetik sekitar 200 tongkol jagung. Saat itu, orang tuanya yang mengendarai mobil van kebetulan lewat."Ayah, Ibu, hari ini biar aku yang antar." Fabian mengangkat satu karung besar yang berisi jagung ke mobil."Kamu yang antar? Padahal aku masih ingin bertemu dengan Bu Kiara," ujar Lenka."Untuk apa kamu ketemu dia?" tegur Suwandi.Mendengar perkataan suaminya, Lenka merasa kesal. Namun, saat melihat suaminya mengedipkan mata padanya, dia langsung mengerti dan berkata, "Ya sudah, kamu pergilah. Ngobrol yang banyak dengan Bu Kiara.""Kebetulan, hari ini aku juga mau menemui Hesti. Huh, berani-beraninya minta 580 juta, mimpi!"Fabian hanya bisa menggeleng. Dia meletakkan jagung di kursi depan, lalu naik ke mobil dan berpamitan dengan orang tuanya."Hari ini kamu datang lebih awal." Kiara sudah tiba di Restoran Imperial lebih dulu saat tahu Fabia
Read more

Bab 32

"Hmm ...." Hugo menunduk dan berpikir sejenak, lalu berkata, "Begini saja, kita nggak hitung berdasarkan berat, tapi langsung per tongkol. Gimana kalau satu tongkol ... 20 ribu?"Kiara cukup puas dengan penawaran pamannya. Dia pun menoleh ke arah Fabian.Jujur saja, Fabian agak terkejut. Setelah mencicipinya tadi, dia tahu rasanya memang luar biasa. Namun, 20 ribu per tongkol?Di pasar tradisional, jagung biasanya dijual 2 ribu per tongkol atau 5 ribu per tiga tongkol. Sekarang harganya naik sepuluh kali lipat. Ini menunjukkan bahwa Restoran Imperial memang serius dalam berbisnis.Jarang ada pebisnis yang sejujur ini. Namun, kalau dipikir-pikir, memang masuk akal. Pir dan jagung yang Fabian bawa benar-benar unik, tidak bisa dibandingkan dengan yang lain. Artinya, hanya dia yang bisa menyediakannya.Jika Restoran Imperial mencoba bermain curang, Fabian bisa saja menjual ke tempat lain. Mereka hanya bisa menyesal nantinya.Selain itu, siapa yang tahu produk pertanian luar biasa apa lagi
Read more

Bab 33

Dia menunjuk pria di kursi pengemudi dan berkata, "Dia ini ahlinya. Banyak anjing polisi yang telah dilatih olehnya. Tadi dia bilang, anjingmu ini bukan sekadar anjing kampung biasa.""Di pegunungan ada banyak hewan liar, pasti akan ada sedikit pengaruh dari lingkungan." Fabian menjawab santai tanpa banyak penjelasan.Salman memandang jauh ke arah pegunungan. "Pegunungan yang membentang luas ini memang tempat yang luar biasa.""Lumayan, pemandangannya bagus. Tapi karena terpencil, tempat ini miskin." Fabian tersenyum tipis.Fabian dan Salman mengobrol dengan santai, sementara Priska dan Wenda yang ada di samping hanya bisa melongo.Wenda berulang kali mengamati Fabian. Kakeknya adalah orang yang penuh wibawa. Seingatnya, pengusaha sukses sekalipun akan merasa canggung berbicara dengan kakeknya, apalagi pemuda biasa.Namun Fabian bisa berbicara dengan santai dan lancar, membuat Wenda tidak bisa menahan diri untuk terus memperhatikan Fabian.Priska pun merasa seperti baru pertama kali me
Read more

Bab 34

Fabian tertegun. Ginseng liar ini ditemukan kemarin di gunung. Memang sulit menemukan ginseng liar, tetapi tidak mungkin dia seberuntung itu sampai menemukan yang berusia 50 tahun, 'kan? Efek dari Teknik Hujan Spiritual memang luar biasa.Buah pir dan jagung yang telah terkena hujan spiritual juga mengalami perubahan besar hingga menjadi bernilai tinggi. Namun, jika satu ginseng yang direndam bisa langsung mencapai usia 50 tahun ....Fabian mulai berpikir."Sudah pasti 50 tahun." Salman yang mengenakan kacamata pun mengamati ginseng itu dengan cermat. Dia berkata lagi, "Kalau dilihat secara kasatmata dan berdasarkan pengalamanku, aku seharusnya nggak salah.""Kakek." Wenda tiba-tiba menjadi bersemangat.Salman menghela napas panjang, lalu menatap Fabian dengan mata yang berbinar-binar. "Aku mau ginseng ini. Harganya segini." Salman mengangkat dua jari.Dua ratus juta! Fabian pernah bekerja di Media Kloud dan pernah bekerja sama dengan beberapa toko tua, jadi dia cukup memahami harga gi
Read more

Bab 35

Usai mengatakan itu, Priska langsung sadar dan wajahnya semakin merah. Dia diam-diam melirik Salman dan Wenda, mendapati tatapan mereka berdua terlihat aneh.Setelah transaksi selesai, Priska menepuk bahu Fabian sambil berkata, "Aku traktir bakso pedas di barat kota nanti!"Nada bicaranya seolah-olah menunjukkan bahwa Fabian ikut makan bersamanya adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Kemudian, Priska menarik tangan Fabian dan bertanya, "Di rumahmu ada makanan apa?"Fabian melihat jam dan mendapati sudah siang. Orang tuanya belum pulang, entah sedang sibuk apa. Dia hanya bisa menggaruk kepalanya dengan pasrah."Kita pulang saja." Salman berdiri. Dia sudah mendapatkan ginseng liar yang diinginkannya dan merasa sangat puas.Wenda menarik tangan Priska dan meniru panggilan Priska kepada Fabian, "Bian sendirian di rumah, masa kamu menyuruh seorang pria masak untukmu?""Benar juga. Dulu waktu sekolah, aku sering bawa dia ke rumah. Suruh bantu masak saja malasnya minta ampun. Dia malah rebah
Read more

Bab 36

Di dapur.Dapur rumah Fabian sangat besar, kira-kira 40 meter persegi. Di desa memang seperti ini, tanah luas dan murah.Dapur besar ini memiliki kompor gas, tetapi jarang dipakai. Mereka lebih sering menggunakan tungku kayu bakar dengan wajan besar.Begitu masuk, Priska langsung penasaran dan duduk di depan wajan besar. Dia bertanya, "Gimana cara pakainya?""Tinggal nyalain apinya. Memangnya bisa gimana lagi?" balas Fabian."Hmph!" Priska tidak terima diremehkan oleh Fabian. Apalagi saat melihat ekspresi Fabian yang meremehkan, dia semakin kesal.Dia mengambil korek api di dekat wajan serta kayu bakar, lalu mencoba menyalakannya. Setelah bersusah payah, akhirnya api menyala. Priska pun tertawa. Namun, api tiba-tiba padam.Klik! Priska menekan korek api lagi. Api menyala. Namun, begitu kayu bakar diletakkan di bawah wajan, apinya padam lagi.Priska tidak mau menyerah. Dia terus mencoba. Sikap keras kepalanya semakin menjadi-jadi.Sementara itu, Fabian sedang mengupas jagung. Ini adalah
Read more

Bab 37

Empat orang duduk mengelilingi meja. Sopir berdiri di samping. Fabian sudah menawarinya duduk, tetapi karena dia menolak, Fabian juga tidak memaksa."Kakek?" Wenda menatap Salman.Salman menatap jagung di dalam keranjang di depannya lekat-lekat."Coba deh, jagung di rumahku beda dari yang lain," kata Fabian. "Hari ini aku baru saja jual ke Restoran Imperial, harganya 20 ribu per tongkol."Sambil berbicara, Fabian melirik Priska. "Memangnya kalau traktir kamu bakso pedas berapa harganya?""Dua puluh ribu satu? Jangan bohong." Priska tidak percaya. "Aku sering beli kok, paling mahal cuma 3 ribu."Wenda ikut menimpali, "Biasanya sih cuma 2 ribu satu. Tapi, jagung di rumah Fabian memang agak beda. Kakek saja ...."Sebelum selesai berbicara, Wenda sontak terkejut melihat Salman mengambil satu tongkol jagung, lalu menggigitnya.Di sampingnya, Priska juga kaget melihat hal itu. Sementara Fabian sendiri malah merasa heran. Kenapa mereka begitu syok melihat Salman makan?Salman menggigit, tetap
Read more

Bab 38

"Terima kasih, Bian. Benar-benar terima kasih." Wenda bangkit dan membungkuk dalam-dalam kepada Fabian. Fabian sampai terkejut dan ikut berdiri.Mungkin orang lain tidak merasa ada yang istimewa, tetapi bagi keluarga Wenda, Salman adalah pilar utama keluarga.Kalau suatu hari Salman jatuh sakit dan tidak bisa bangkit lagi, pengaruh Keluarga Limbawan di Kota Dohar akan langsung merosot dan efek jangka panjangnya akan semakin besar.Namun, yang paling penting bukan itu, melainkan ikatan keluarga. Di antara para keturunan Keluarga Limbawan, mungkin ada yang peduli pada kondisi Salman karena dampaknya bagi keluarga, tetapi Wenda tidak seperti itu.Sejak kecil, Wenda dibesarkan oleh kakeknya sehingga mereka memiliki ikatan yang sangat dalam. Setiap kali melihat kakeknya tidak bisa makan atau muntah setelah makan, hatinya seperti ditusuk jarum."Kak Wenda, kalau kamu mau berterima kasih pada Bian, gimana kalau kamu traktir dia bakso pedas? Ajak aku juga ya!" Ucapan Priska langsung membuat su
Read more

Bab 39

"Restoran Imperial milik Keluarga Wardhana ya? Nanti aku akan minta mereka menyisakan tempat khusus untukku." Salman berkata, "Kalau begitu, kami nggak akan berlama-lama lagi. Ayo.""Fabian, terima kasih ya," ujar Wenda. "Terima kasih banget."Priska yang berdiri di samping mereka juga merasa senang, senang untuk Salman dan cucunya, juga untuk Fabian.Saat hendak naik mobil, Priska berkata, "Beberapa teman sekelas bilang kamu gagal di kota dan terpaksa pulang kampung. Mereka nggak tahu kalau penghasilanmu sehari lebih banyak daripada penghasilan mereka dalam beberapa tahun, huh!""Ada yang masih sok hebat. Padahal kalau tahu yang sebenarnya, mereka pasti syok berat. Hahaha, aku jadi makin menantikan reuni kelas nanti. Bian, kamu harus datang ya!"Priska menambahkan, "Oh ya, jangan lupa traktiran bakso pedas yang kamu utang padaku. Kalau kamu benar-benar nggak mau traktir, aku yang traktir kamu juga nggak masalah. Atau kasih aku beberapa tongkol jagung dari kebunmu saja.""Bian, kita pe
Read more

Bab 40

Fabian duduk di bawah pohon tua di halaman rumahnya sambil tersenyum puas.Enam ratus juta! Sudah 600 juta, padahal baru beberapa hari saja!Milo berlari mengelilingi Fabian. Matanya terpaku pada tongkol jagung yang sudah habis di dalam keranjang di atas meja batu. Tatapannya penuh keluhan seperti manusia."Guk, guk ...." Milo menggonggong pelan ke arah Fabian yang sedang tersenyum. Dia seperti memprotes, jagungnya banyak sekali, kenapa dia malah tidak dapat satu pun?Saat mereka makan jagung tadi, Milo hanya bisa melihat dari kejauhan. Bukan karena tidak mau mendekat, tetapi satu tatapan tajam dari Fabian sudah cukup untuk membuatnya tidak berani mendekat.Kini, karena tidak kebagian makanan, Milo pun mendekati Fabian dan mulai mengendus-endus kakinya."Dasar anjing, pergi sana!" Fabian menendang dengan ringan. "Perubahanmu besar sekali ya."Di mata Fabian, Milo semakin pintar. Bahkan, ibunya sudah beberapa kali mengatakan bahwa Milo kini bisa memahami perkataan manusia dengan lebih b
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status