Home / Fantasi / Petani Kaya yang Ajaib / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Petani Kaya yang Ajaib: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Mobilnya saja sudah seharga 300 sampai 400 juta.Tiba-tiba membahas tentang tekanan hidup, ada apa ini? Takut teman yang miskin bakal pinjam uang?Lampu merah hampir berubah menjadi hijau. Wirya buru-buru berkata, "Fabian, kami berencana buat reuni. Nanti kalau waktu dan tempatnya sudah ditentukan, aku kasih tahu kamu. Kamu harus datang ya.""Oke." Fabian mengangguk setuju. Lampu hijau menyala, dia menginjak pedal gas. "Dah!""Dah! Pokoknya kamu harus datang!" Wirya berbelok ke arah lain. Melalui kaca spion, dia melihat mobil van milik Fabian. Senyumannya semakin lebar, terlihat penuh kemenangan."Pak Wirya, dia teman kuliahmu ya?" tanya seorang wanita cantik yang duduk di kursi belakang.Ekspresi Wirya langsung berubah suram. Dia ingin menjabat sebagai manajer, tidak ingin sekadar menjadi wakil.Wirya lantas menyahut, "Iya, dia teman kuliahku. Dia nggak bisa bertahan di kota, jadi balik ke desa jadi petani. Ingat, kalau kamu ketemu teman yang nasibnya seperti dia, lebih baik pura-pura
Read more

Bab 22

Suwandi dan Lenka menghabiskan sepanjang sore berkeliling di kebun pir. Bagaimanapun mereka melihatnya, mereka tetap tidak bisa menemukan apa yang istimewa dari pir di kebun mereka.Akhirnya, mereka mencari Fabian dan memintanya untuk menunjukkan langsung rahasia bagaimana dia mengolah pir itu. Namun, Fabian khawatir akan mengejutkan orang tuanya, jadi dia hanya memberi alasan untuk menghindari pertanyaan mereka.Hal seperti ini harus dijelaskan secara perlahan. Jika dia langsung mengungkapkan segalanya, orang tuanya mungkin akan curiga dan ketakutan, bahkan syok.Selain Suwandi dan Lenka, Hesti juga dibuat bingung bukan main. Dia duduk di halaman rumahnya sambil termenung.Pir Keluarga Hakim bisa terjual dengan harga selangit. Namun, itu jelas-jelas cuma pir biasa? Hesti benar-benar tidak bisa memahami ini.Apa dunia ini sudah berubah? Dia tahu banyak orang kota yang kaya, satu mobil saja bisa bernilai miliaran. Namun, pir juga bisa terjual ratusan juta dalam sehari? Benar-benar tidak
Read more

Bab 23

Dibandingkan dengan saat pertama kali digunakan, yang kedua kali ini lebih singkat. Hanya saja, semua buah di pohon telah terkena Hujan Spiritual. Seharusnya hasilnya tidak berbeda jauh.Milo menunggu cukup lama. Karena majikannya tidak lagi menurunkan hujan, dia akhirnya pergi dengan agak kecewa."Fabian?" Terdengar suara Sabrina."Kak Sabrina, aku di sini." Fabian ingin bergerak, tetapi tubuhnya terasa lemas. Jadi, dia hanya bisa berbicara lebih keras.Sabrina segera mendekat dan melihat Fabian yang tergeletak di tanah. Dengan ekspresi cemas, dia bertanya, "Kamu kenapa?"Sambil berbicara, dia berjongkok dan menyentuh dahi Fabian. Rasanya sangat panas. "Kamu demam.""Nggak apa-apa, sebentar lagi juga baikan." Fabian sudah bisa berbicara dengan lebih lancar. "Langit sudah gelap, kenapa kamu datang ke gunung?""Aku ... aku ...." Sabrina menunduk, wajahnya memerah. "Aku mencarimu ....""Mencariku?" Fabian menatap wajah malu-malu Sabrina dan segera menyadari alasannya.Sabrina takut berte
Read more

Bab 24

Larut malam, di pegunungan tua, seorang gadis cantik berada dalam pelukannya, ini seharusnya menjadi momen yang indah.Namun, Fabian tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal aneh. Ini karena lolongan tadi berasal dari Milo!Dia segera menoleh, tetapi pepohonan menghalangi pandangannya. Fabian memeluk Sabrina dan berkata, "Itu Milo.""Milo?" Sabrina buru-buru melepaskan diri. Dia menatap Fabian dengan malu, lalu menunduk dan bertanya, "Milo bertemu serigala?"Begitu menyebut serigala, ekspresi Sabrina langsung berubah serius. Dengan cepat, dia mengambil dua batang kayu dari tanah. Dia memberikan satu kepada Fabian, lalu mendesaknya, "Ayo cepat, kalau Milo bertemu serigala, ini bisa bahaya."Fabian tersenyum sambil menatapnya. Sabrina memang terlihat lemah lembut, tetapi kenyataannya tidak demikian.Dia bisa naik gunung sendirian untuk mencari obat. Dia berani turun ke sungai untuk menangkap ikan. Bahkan, dia pernah masuk ke wilayah serigala demi memetik jamur. Jadi, dia pernah melihat
Read more

Bab 25

Di desa, hampir tidak ada lagi rumah yang masih menyalakan lampu. Saat berjalan di jalan kecil, Sabrina menahan napas saking gugupnya. Dia benar-benar khawatir jika ada yang melihatnya.Larut malam begini, dia turun gunung bersama Fabian. Jika sampai ketahuan orang lain, entah apa yang akan mereka pikirkan dan gosipkan nanti.Semakin takut sesuatu terjadi, justru kemungkinan terjadinya semakin besar.Raihan seolah-olah memang mengawasi Fabian. Dia bersandar di sebuah pohon di depan rumahnya dengan memegang sebatang rokok.Anjing kecilnya yang sedang tidur di dekatnya, tiba-tiba menggonggong pelan karena mendengar suara langkah kaki.Sabrina terkejut dan langsung bersembunyi di belakang Fabian, tetapi sudah terlambat."Tsk, tsk, ternyata kalian berdua ganti lokasi." Raihan menyeringai dan berkata, "Kalian ini nggak berani ketemuan di halaman rumah sendiri lagi, jadi pindah ke gunung? Sekarang sudah larut lho. Ayo cerita, apa yang kalian lakukan di gunung?"Sabrina mengikuti di belakang
Read more

Bab 26

Pukul 3 dini hari, Fabian mendengar suara mesin mobil. Kedua orang tuanya sudah berangkat.Fabian memahami perasaan rumit mereka, jadi dia melanjutkan latihannya. Pagi harinya, makanan di dapur sudah siap. Fabian makan seadanya, lalu membawa keranjang anyaman dan keluar rumah.Dia merasa aneh. Dari kebun spiritualnya, masih tersisa satu ginseng liar. Dia sudah mengunggahnya ke media sosial, tetapi tidak ada satu pun yang bertanya soal harga.Padahal, tahun lalu ketika seseorang memposting ginseng liar, banyak yang langsung menanyakan harga. Kenapa sekarang tidak ada yang tertarik?Hari ini, Fabian berniat masuk ke pedalaman gunung untuk mencari ginseng liar. Ketika melewati ladang jagung miliknya, dia berhenti sejenak.Dia berpikir, jika menggunakan Teknik Hujan Spiritual, pasti kualitas jagung akan meningkat. Saat ini, tongkol jagung sudah cukup besar, jadi bisa direbus atau dibakar.Namun, ada satu masalah. Kekuatannya hanya cukup untuk menyirami dua pohon pir. Lebih baik menunggu se
Read more

Bab 27

Serigala liar itu memiliki luka di tubuhnya, kemungkinan karena bertarung dengan Milo. Sementara itu, ular piton menjulurkan lidahnya, menatap dengan tatapan ganas. Di atas tebing, elang juga terus mengawasi mereka."Awuuuuu ...." Serigala itu akhirnya menyadari keberadaan Fabian dan mengenalinya.Entah kenapa, saat melihat Fabian, serigala itu mengeluarkan geraman rendah yang penuh keengganan, lalu perlahan mundur.Milo awalnya ingin mendekati serigala itu, tetapi pandangannya malah beralih ke ular piton."Kamu mau apa?" Fabian melihat Milo yang tampak siap untuk menyerang. Apa mungkin dia ingin melawan ular piton?Fabian merasa Milo terlalu percaya diri."Guk!" Tiba-tiba, Milo bergerak.Ular piton itu langsung mengangkat kepalanya. Namun, alih-alih menyerang ular piton, Milo justru menerjang serigala yang sedang mundur.Serigala itu jelas tidak menduganya. Dengan satu gigitan, Milo merobek kulitnya. Serigala itu melolong kesakitan, lalu berbalik dan berlari sekencang mungkin hingga m
Read more

Bab 28

Apakah elang itu ingin menangkap ular piton? Fabian dan Milo sama sekali tidak tahu.Beberapa saat yang lalu, matahari merah masih bersinar terang di barat. Sesaat kemudian, matahari terbenam dan langit menjadi gelap.Fabian tidak langsung pulang. Dia pergi ke kebun buahnya, bersiap untuk menggunakan Teknik Hujan Spiritual.Namun, setelah membentuk segel tangan, dia tiba-tiba menurunkan tangannya kembali. Dia melihat sekeliling, lalu menemukan dua ember kayu dari lubang di tanah dan meletakkannya di bawah pohon pir.Kemudian, dia mengambil ginseng liar dan ganoderma yang dia temukan tadi, lalu memasukkannya ke dalam ember.Teknik Hujan Spiritual mulai bekerja. Gerimis turun perlahan. Di bawah pohon pir, Milo berguling-guling dengan riang.Fabian meliriknya dengan kesal. Setelah sekali pemakaian, dia beristirahat sebentar, lalu membawa kedua ember itu ke pohon pir lain untuk melanjutkan.Sesi kedua dimulai. Setelah selesai, Fabian merasa cukup lelah, tetapi tidak separah kemarin."Ayo l
Read more

Bab 29

"Dengar, dengar sendiri! Fabian langsung panggil Bu Kiara dengan namanya. Tapi, dia bilang nggak terlalu dekat? Kalau nggak dekat, mana mungkin bisa panggil seakrab itu?" Lenka penuh semangat."Anak muda zaman sekarang panggil nama langsung." Suwandi tidak merasa itu hal yang aneh. Dia lantas berkata, "Fabian bilang besok mau panen jagung. Tapi, jagungnya belum matang, 'kan?""Pasti buat dijual ke Restoran Imperial. Kalau matang sepenuhnya, jadinya keras. Mana enak kalau dimasak," timpal Lenka.Mendengar itu, Suwandi mengangguk. "Jagung juga bisa dijual dengan harga tinggi?""Entahlah. Fabian 'kan bilang ada resep rahasia. Kenapa nggak kita coba pakai juga di kebun kedelai, sayuran, bahkan sawah kita?" ujar Lenka.Suwandi langsung memelototi Lenka. "Fabian cuma sanggup segitu, kamu mau buat dia kelelahan sampai sakit?""Benar juga ya, jangan sampai dia kecapekan." Lenka baru sadar.Suwandi pun tersenyum bangga, lalu berkata, "Dari dulu aku sudah bilang, Fabian punya pemikiran sendiri.
Read more

Bab 30

[ Ularnya besar sekali, tapi ginsengnya kecil. ][ Fabian, kamu lagi syuting film ya? Mantap! Bagi satu peran figuran dong! ][ Ginseng ini kelihatannya lebih asli dibanding yang sebelumnya. ][ Nah, ini baru ginseng liar yang asli! Fabian, kamu bakal kaya raya! ][ Traktir, traktir! Tapi jangan kasih tahu orang lain, cukup kita berdua saja. ][ Sialan! Bawa aku juga! ][ Fabian, nggak dapat kerja di kota juga nggak masalah. Jualan pir saja, jangan nipu orang. Kalau sampai parah, bisa masuk penjara lho. Hehe. ][ Kamu ngomong apa sih? Kenapa bilang Fabian itu nipu orang? Kamu boleh ikut Adam menikmati hidup mewah, tapi dulu kamu pernah bersama Fabian! Mulutmu jahat sekali! ][ Mewah? Tiga ratus ribu disebut mewah? Hahaha. ][ Tiga ratus ribu! Hahaha! ]Di sebuah vila mewah di kawasan perbukitan Kota Dohar, Priska duduk di sofa dengan wajah kesal.Seorang wanita bertubuh tinggi, lebih dari 170 sentimeter, keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk mandi. Begitu melihat wajah
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status