Larut malam, di pegunungan tua, seorang gadis cantik berada dalam pelukannya, ini seharusnya menjadi momen yang indah.Namun, Fabian tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal aneh. Ini karena lolongan tadi berasal dari Milo!Dia segera menoleh, tetapi pepohonan menghalangi pandangannya. Fabian memeluk Sabrina dan berkata, "Itu Milo.""Milo?" Sabrina buru-buru melepaskan diri. Dia menatap Fabian dengan malu, lalu menunduk dan bertanya, "Milo bertemu serigala?"Begitu menyebut serigala, ekspresi Sabrina langsung berubah serius. Dengan cepat, dia mengambil dua batang kayu dari tanah. Dia memberikan satu kepada Fabian, lalu mendesaknya, "Ayo cepat, kalau Milo bertemu serigala, ini bisa bahaya."Fabian tersenyum sambil menatapnya. Sabrina memang terlihat lemah lembut, tetapi kenyataannya tidak demikian.Dia bisa naik gunung sendirian untuk mencari obat. Dia berani turun ke sungai untuk menangkap ikan. Bahkan, dia pernah masuk ke wilayah serigala demi memetik jamur. Jadi, dia pernah melihat
Di desa, hampir tidak ada lagi rumah yang masih menyalakan lampu. Saat berjalan di jalan kecil, Sabrina menahan napas saking gugupnya. Dia benar-benar khawatir jika ada yang melihatnya.Larut malam begini, dia turun gunung bersama Fabian. Jika sampai ketahuan orang lain, entah apa yang akan mereka pikirkan dan gosipkan nanti.Semakin takut sesuatu terjadi, justru kemungkinan terjadinya semakin besar.Raihan seolah-olah memang mengawasi Fabian. Dia bersandar di sebuah pohon di depan rumahnya dengan memegang sebatang rokok.Anjing kecilnya yang sedang tidur di dekatnya, tiba-tiba menggonggong pelan karena mendengar suara langkah kaki.Sabrina terkejut dan langsung bersembunyi di belakang Fabian, tetapi sudah terlambat."Tsk, tsk, ternyata kalian berdua ganti lokasi." Raihan menyeringai dan berkata, "Kalian ini nggak berani ketemuan di halaman rumah sendiri lagi, jadi pindah ke gunung? Sekarang sudah larut lho. Ayo cerita, apa yang kalian lakukan di gunung?"Sabrina mengikuti di belakang
Pukul 3 dini hari, Fabian mendengar suara mesin mobil. Kedua orang tuanya sudah berangkat.Fabian memahami perasaan rumit mereka, jadi dia melanjutkan latihannya. Pagi harinya, makanan di dapur sudah siap. Fabian makan seadanya, lalu membawa keranjang anyaman dan keluar rumah.Dia merasa aneh. Dari kebun spiritualnya, masih tersisa satu ginseng liar. Dia sudah mengunggahnya ke media sosial, tetapi tidak ada satu pun yang bertanya soal harga.Padahal, tahun lalu ketika seseorang memposting ginseng liar, banyak yang langsung menanyakan harga. Kenapa sekarang tidak ada yang tertarik?Hari ini, Fabian berniat masuk ke pedalaman gunung untuk mencari ginseng liar. Ketika melewati ladang jagung miliknya, dia berhenti sejenak.Dia berpikir, jika menggunakan Teknik Hujan Spiritual, pasti kualitas jagung akan meningkat. Saat ini, tongkol jagung sudah cukup besar, jadi bisa direbus atau dibakar.Namun, ada satu masalah. Kekuatannya hanya cukup untuk menyirami dua pohon pir. Lebih baik menunggu se
Serigala liar itu memiliki luka di tubuhnya, kemungkinan karena bertarung dengan Milo. Sementara itu, ular piton menjulurkan lidahnya, menatap dengan tatapan ganas. Di atas tebing, elang juga terus mengawasi mereka."Awuuuuu ...." Serigala itu akhirnya menyadari keberadaan Fabian dan mengenalinya.Entah kenapa, saat melihat Fabian, serigala itu mengeluarkan geraman rendah yang penuh keengganan, lalu perlahan mundur.Milo awalnya ingin mendekati serigala itu, tetapi pandangannya malah beralih ke ular piton."Kamu mau apa?" Fabian melihat Milo yang tampak siap untuk menyerang. Apa mungkin dia ingin melawan ular piton?Fabian merasa Milo terlalu percaya diri."Guk!" Tiba-tiba, Milo bergerak.Ular piton itu langsung mengangkat kepalanya. Namun, alih-alih menyerang ular piton, Milo justru menerjang serigala yang sedang mundur.Serigala itu jelas tidak menduganya. Dengan satu gigitan, Milo merobek kulitnya. Serigala itu melolong kesakitan, lalu berbalik dan berlari sekencang mungkin hingga m
Apakah elang itu ingin menangkap ular piton? Fabian dan Milo sama sekali tidak tahu.Beberapa saat yang lalu, matahari merah masih bersinar terang di barat. Sesaat kemudian, matahari terbenam dan langit menjadi gelap.Fabian tidak langsung pulang. Dia pergi ke kebun buahnya, bersiap untuk menggunakan Teknik Hujan Spiritual.Namun, setelah membentuk segel tangan, dia tiba-tiba menurunkan tangannya kembali. Dia melihat sekeliling, lalu menemukan dua ember kayu dari lubang di tanah dan meletakkannya di bawah pohon pir.Kemudian, dia mengambil ginseng liar dan ganoderma yang dia temukan tadi, lalu memasukkannya ke dalam ember.Teknik Hujan Spiritual mulai bekerja. Gerimis turun perlahan. Di bawah pohon pir, Milo berguling-guling dengan riang.Fabian meliriknya dengan kesal. Setelah sekali pemakaian, dia beristirahat sebentar, lalu membawa kedua ember itu ke pohon pir lain untuk melanjutkan.Sesi kedua dimulai. Setelah selesai, Fabian merasa cukup lelah, tetapi tidak separah kemarin."Ayo l
"Dengar, dengar sendiri! Fabian langsung panggil Bu Kiara dengan namanya. Tapi, dia bilang nggak terlalu dekat? Kalau nggak dekat, mana mungkin bisa panggil seakrab itu?" Lenka penuh semangat."Anak muda zaman sekarang panggil nama langsung." Suwandi tidak merasa itu hal yang aneh. Dia lantas berkata, "Fabian bilang besok mau panen jagung. Tapi, jagungnya belum matang, 'kan?""Pasti buat dijual ke Restoran Imperial. Kalau matang sepenuhnya, jadinya keras. Mana enak kalau dimasak," timpal Lenka.Mendengar itu, Suwandi mengangguk. "Jagung juga bisa dijual dengan harga tinggi?""Entahlah. Fabian 'kan bilang ada resep rahasia. Kenapa nggak kita coba pakai juga di kebun kedelai, sayuran, bahkan sawah kita?" ujar Lenka.Suwandi langsung memelototi Lenka. "Fabian cuma sanggup segitu, kamu mau buat dia kelelahan sampai sakit?""Benar juga ya, jangan sampai dia kecapekan." Lenka baru sadar.Suwandi pun tersenyum bangga, lalu berkata, "Dari dulu aku sudah bilang, Fabian punya pemikiran sendiri.
[ Ularnya besar sekali, tapi ginsengnya kecil. ][ Fabian, kamu lagi syuting film ya? Mantap! Bagi satu peran figuran dong! ][ Ginseng ini kelihatannya lebih asli dibanding yang sebelumnya. ][ Nah, ini baru ginseng liar yang asli! Fabian, kamu bakal kaya raya! ][ Traktir, traktir! Tapi jangan kasih tahu orang lain, cukup kita berdua saja. ][ Sialan! Bawa aku juga! ][ Fabian, nggak dapat kerja di kota juga nggak masalah. Jualan pir saja, jangan nipu orang. Kalau sampai parah, bisa masuk penjara lho. Hehe. ][ Kamu ngomong apa sih? Kenapa bilang Fabian itu nipu orang? Kamu boleh ikut Adam menikmati hidup mewah, tapi dulu kamu pernah bersama Fabian! Mulutmu jahat sekali! ][ Mewah? Tiga ratus ribu disebut mewah? Hahaha. ][ Tiga ratus ribu! Hahaha! ]Di sebuah vila mewah di kawasan perbukitan Kota Dohar, Priska duduk di sofa dengan wajah kesal.Seorang wanita bertubuh tinggi, lebih dari 170 sentimeter, keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk mandi. Begitu melihat wajah
Ketika Fabian keluar dari rumah, orang tuanya sudah tidak ada. Sepertinya mereka sudah pergi memetik pir.Fabian berjalan menuju ladang jagung, memetik sekitar 200 tongkol jagung. Saat itu, orang tuanya yang mengendarai mobil van kebetulan lewat."Ayah, Ibu, hari ini biar aku yang antar." Fabian mengangkat satu karung besar yang berisi jagung ke mobil."Kamu yang antar? Padahal aku masih ingin bertemu dengan Bu Kiara," ujar Lenka."Untuk apa kamu ketemu dia?" tegur Suwandi.Mendengar perkataan suaminya, Lenka merasa kesal. Namun, saat melihat suaminya mengedipkan mata padanya, dia langsung mengerti dan berkata, "Ya sudah, kamu pergilah. Ngobrol yang banyak dengan Bu Kiara.""Kebetulan, hari ini aku juga mau menemui Hesti. Huh, berani-beraninya minta 580 juta, mimpi!"Fabian hanya bisa menggeleng. Dia meletakkan jagung di kursi depan, lalu naik ke mobil dan berpamitan dengan orang tuanya."Hari ini kamu datang lebih awal." Kiara sudah tiba di Restoran Imperial lebih dulu saat tahu Fabia
"Pak ... Raka ...," panggil Mila. Raka jarang datang ke showroom. Mila yang baru bekerja 1 bulan hanya pernah melihat Raka sekali, tetapi Mila bisa mengenali Raka. Tubuh Mila gemetaran saat dipanggil Raka."Jangan takut, sini," bujuk Raka. Dia membawa Mila masuk ke showroom. Leo merasa ada yang tidak beres.Ternyata Raka memerintah manajer, "Urus prosedur masuk kerja untuk dia."Manajer langsung menyahut tanpa ragu, "Oke, Pak Raka."Raka melirik Leo sekilas, lalu berucap, "Mengenai dia, kamu urus saja sendiri.""Aku paham," sahut manajer seraya mengangguk. Kemudian, dia menggeleng kepada Leo.Leo tampak terkejut. Dia hendak bicara, tetapi dia mengurungkan niatnya begitu melihat manajer mengernyit.Raka berkata kepada Mila sambil tersenyum, "Ayo, selesaikan penjualanmu.""Aku ...," ujar Mila. Dia menangis lagi.Manajer tertawa, lalu mengomentari, "Dasar cengeng."Raka tidak menanggapi ucapan manajer lagi. Dia menarik Priska, lalu menanyakan beberapa hal. Setelah tahu ayahnya makan jagun
Leo mengerjap. Dia memandangi Fabian dengan ekspresi bingung, lalu melihat Priska. Sementara itu, Priska mendengus dan memalingkan wajahnya.Leo kebingungan, dia merasa sepertinya dirinya menyinggung klien. Leo mengulangi ucapannya lagi, "Pak, tolong tunjukkan KTP dan SIM-mu. Aku ...."Fabian mengernyit, sedangkan Priska menyela ucapan Leo dengan ekspresi gusar, "Kamu berisik sekali."Ekspresi Leo berubah drastis. Apa yang terjadi? Priska mencebik. Dia menarik Fabian ke meja lain sembari berujar, "Bian, kita duduk di sana saja."Leo merasa canggung. Jika dia mengikuti mereka, kemungkinan klien akan pindah ke tempat lain. Jika tidak mengikuti mereka, takutnya dia akan kehilangan penjualan mobil Ford Raptor.Saat Leo sedang ragu-ragu untuk mengikuti Fabian dan Priska, terdengar suara tangisan. Mila yang membawa barangnya berjalan sambil menunduk dan menangis. Dia dipecat.Manajer juga berjalan keluar. Dia tidak memedulikan Mila yang menangis. Manajer melihat ke arah Fabian, apa yang terj
Mila baru tamat kuliah. Dia bekerja di showroom ini selama 1 bulan. Sebagai karyawan magang, staf penjualan lain tidak memberi Mila kesempatan untuk melayani klien. Hari ini, akhirnya Mila mendapatkan kesempatan bagus dan klien langsung mengatakan ingin membeli mobil.Mila hendak menyiapkan dokumen, tetapi rekan kerjanya malah berniat mengusirnya. Mila adalah karyawan baru, jadi dia tidak berani menentang. Mila hanya bisa diam-diam menyeka air matanya sambil membantu rekan kerjanya memfotokopi dokumen.Leo yang sudah mengambil dokumen menghampiri Fabian, lalu duduk di samping dan berbicara sembari tersenyum, "Halo, ini dokumennya. Coba kalian lihat dulu, nanti aku jelaskan pada kalian."Fabian tertegun sejenak, kenapa orang yang melayaninya tiba-tiba diganti? Leo melihat hanya ada 1 gelas air di atas meja. Dia melihat Mila yang lewat dan membentak seraya mengernyit, "Kamu bisa kerja, nggak?""Ha?" sahut Mila. Langkahnya terhenti. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya."Sekaran
Donny berucap, "Begini saja, Hugo dari Restoran Imperial itu teman sekolahku. Nanti aku akan meluangkan waktu untuk mencari Hugo biar mereka membagi jagung itu kepada kita."Donny menambahkan, "Nggak, nanti aku langsung telepon Hugo saja."Raka menimpali, "Oke, Kakak Ipar. Kamu telepon saja. Aku mau sekalian lihat kondisi showroom setelah datang ke sini. Satu bulan belakangan ini penjualan menurun drastis. Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan!"Kemudian, Raka naik ke mobil. Donny berpikir sejenak, lalu menelepon istrinya. Sesudah itu, Donny menelepon Hugo. Namun, panggilan teleponnya tidak terhubung.Di showroom mobil Ford. Priska bertanya kepada Fabian, "Bian, apa kita nggak perlu kabari Kak Wenda? Showroom ini milik paman kedua Kak Wenda.""Nggak usah. Kita lihat-lihat sendiri saja," sahut Fabian. Mereka berdua pun berjalan masuk ke showroom.Seorang staf penjualan pria tidak melihat mobil yang dikendarai Priska. Dia hanya melihat sekilas pakaian Fabian, lalu berujar kepada seorang
Sebuah mobil Chevrolet Camaro merah berhenti di tepi jalan. Jendela mobil dibuka, Priska melepaskan kacamata hitamnya. Dia sangat cantik. Priska bertanya, "Bian, kenapa kamu baru datang?"Fabian baru turun dari bus. Orang di bus memandangi Priska. Seseorang berujar, "Wah, wanita ini cantik sekali. Nak, dia pacarmu, ya?"Fabian hanya tersenyum dan tidak menanggapi ucapan orang itu. Dia naik ke mobil Priska. Ekspresi Priska terlihat canggung. Bahkan, suaranya sangat kecil saat berkata pada Fabian, "Pakai sabuk pengaman."Fabian melihat Priska dengan ekspresi bingung. Bukannya tadi Priska mengeluh? Kenapa sekarang sikapnya berubah?Priska tersenyum sambil memakai kacamata hitamnya dan menjalankan mobil. Fabian sangat rileks. Mobil Chevrolet Camaro ini jauh lebih nyaman dari bus. Fabian berkomentar, "Wah, mobil bagus memang nyaman."Priska berucap, "Aku bilang mau jemput kamu, tapi kamu nggak mau. Tadi kamu bilang ada masalah waktu kirim pesan kepadaku. Apa yang terjadi?"Fabian menceritak
Melihat itu, pria berkacamata itu langsung mendorong orang-orang di sekitarnya dan berusaha merampas uang dari tangan Lais.Pria paruh baya yang baru saja selamat pun mendengus dingin."Hmph, kamu pikir cuma kamu yang bisa mendengus? Kamu ...." Tiba-tiba, pria berkacamata itu terbelalak.Dia menatap pria paruh baya yang masih duduk di tanah. Wajah itu terlihat sangat familier! Dia segera melepaskan kacamatanya, mengucek matanya, lalu memakainya kembali.Saat melihat lagi, wajahnya langsung berubah pucat pasi. "Pak ... Pak Donny ...?"Sikap garangnya itu langsung menghilang, digantikan dengan senyuman penuh kepanikan. Akan tetapi, senyuman itu lebih terlihat lebih buruk daripada tangisan."Kamu menyuruh orang-orang jangan menyelamatkanku?" Suara pria paruh baya itu terdengar dingin."Pak, a ... aku nggak tahu kalau itu kamu! Toko kita mengadakan rapat, makanya aku buru-buru ke sana. Kalau aku tahu itu kamu, aku pasti sudah jadi orang pertama yang turun menolongmu, meskipun harus mati!"
Suasana menjadi hening. Dedaunan yang tertiup angin terdengar begitu jelas di telinga. Beberapa orang masih pucat pasi karena ketakutan.Suara gemuruh mobil yang jatuh ke jurang tadi masih terngiang di benak mereka. Jurang sedalam itu, jika seseorang jatuh ke dalamnya .... Tidak ada yang berani membayangkan lebih jauh.Tiba-tiba! Sebuah tangan muncul di pinggir tebing!"Dik?" Seseorang berteriak kaget.Mereka baru teringat bahwa tadi Fabian sudah mengikatkan tali ke tubuh sopir yang pingsan dan talinya tidak putus. Seketika, orang-orang mulai tersenyum lega.Kemudian, kepala Fabian muncul dari tepi tebing. Dia memegang erat pinggiran tebing dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masih memeluk sopir yang pingsan."Anak ini kuat sekali!" puji seseorang."Tolong tarik kami!" Fabian menggertakkan giginya."Benar, benar! Ayo, bantu angkat mereka!"Lais langsung berteriak, "Cepat bantu! Ayo, semua!"Tak butuh waktu lama, dengan bantuan banyak orang, Fabian dan sopir yang pingsan berhas
"Hm." Fabian tidak bertindak sembarangan lagi. Dia menoleh ke sekitar, mencari solusi.Whoosh .... Angin bertiup kencang. Kreek ... kreek ....Mobil itu kembali bergoyang. Suara gesekan besi terdengar menusuk telinga, membuat bulu kuduk meremang. Bagian depan mobil semakin condong ke bawah!"To ... tolong selamatkan aku ...!" Pria paruh baya di dalam mobil semakin panik. Keringat sampai mengucur deras dari dahinya. Wajahnya pucat pasi.Ciittt! Tiba-tiba, bus kecil yang sudah melaju puluhan meter berhenti."Kenapa berhenti lagi? Lais, kamu cari masalah denganku ya?" Pria berkacamata itu berteriak histeris.Namun, sopir bus tidak lagi peduli padanya. Lais bergegas turun diikuti beberapa penumpang."Ada rantai besi?" tanya Fabian.Lais menggeleng."Kalau tali?""Ada!" Lais segera berlari ke sisi lain bus."Mau ikut campur ya? Aku mau lihat gimana kalian membuat mobil itu jatuh ke jurang!" Pria berkacamata itu menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya penuh kekesalan."Kamu ini kenapa si
Malam itu, Fabian menggunakan Teknik Hujan Spiritual untuk menyiram tiga pohon pir di kebun. Air hujan yang terkumpul dalam ember lantas digunakan untuk menyiram ladang jagung.Keesokan paginya, orang tuanya berangkat lebih awal dengan mobil, membawa buah pir dan jagung ke Restoran Imperial.Sementara itu, Fabian baru keluar rumah sekitar pukul 9 pagi. Dia berjalan lima kilometer sebelum akhirnya menaiki bus kecil menuju kota.Bus kecil itu melaju di jalan pegunungan yang berkelok-kelok, membuat penumpang terguncang hebat. Beberapa bagian jalan sangat berbahaya. Sedikit saja kesalahan, bus akan tergelincir ke jurang. Namun, penumpang sudah terbiasa. Ada yang mengantuk, ada yang asyik mengobrol.Tiba-tiba ... ciiittt! Sopir menginjak rem mendadak. Para penumpang langsung berteriak kaget. Ada yang terbentur dan marah-marah kepada sopir."Kalian lihat itu! Ada mobil hampir jatuh ke jurang!"Seketika, suasana di dalam bus menjadi hening.Di depan, sebuah mobil off-road hitam besar menabrak