หน้าหลัก / Fantasi / Petani Kaya yang Ajaib / บทที่ 11 - บทที่ 20

บททั้งหมดของ Petani Kaya yang Ajaib: บทที่ 11 - บทที่ 20

50

Bab 11

Seusai makan malam, Fabian pergi ke kebun di belakang gunung. Dia berjalan ke bawah sebuah pohon pir besar yang terlihat subur dan sudah tumbuh banyak buah. Jika dia mempercepat kematangan buahnya, pir yang bisa dihasilkannya mungkin mencapai sekitar 250 atau 300 kilogram.Fabian berdiri di bawah pohon dan menyesuaikan keadaannya. Sementara itu, Milo tidak berhenti berlarian dan terlihat sangat energik. Namun, Fabian tidak peduli padanya. Dia memejamkan mata, lalu kedua tangannya yang terkulai mulai bergerak membentuk gerakan aneh.“Teknik Hujan Spiritual!” gumam Fabian.Fabian adalah pewaris kebun spiritual, juga sudah mendapatkan informasi dalam jumlah besar. Teknik utamanya adalah Mantra Keabadian, tetapi Teknik Hujan Spiritual juga merupakan salah satunya. Teknik Hujan Spiritual memiliki manfaat yang lebih bagus dalam mempercepat pertumbuhan tanaman daripada berlatih Mantra Keabadian di bawah pohon.Setelah melakukan gerakan dan membaca mantranya, energi spiritual di sekitar pun be
อ่านเพิ่มเติม

Bab 12

“Kamu jelas-jelas ada di halaman belakang. Kenapa malah bilang nggak ada di sana? Lagi ngapain kamu?”Suara Hesti terdengar makin dekat. Cahaya senter yang memancar ke arahnya membuat Sabrina tidak dapat membuka matanya. Dia langsung berteriak, “Ng ... nggak ngapa-ngapain. Bian nggak ada di sini.”“Bian? Fabian?”Hesti berlari sambil memegang senter. “Kamu dan Fabian diam-diam ketemu di halaman belakang? Tunggu saja! Aku pasti akan memukulmu! Dasar gadis nggak tahu malu!”“Mana orangnya? Fabian, keluar!” Hesti mencari ke mana-mana dengan senter.Sabrina terlihat putus asa. Anehnya, Fabian jelas-jelas ada di depannya. Bagaimana mungkin ibunya tidak melihat Fabian? Eh? Di mana Fabian?Sabrina juga tidak melihat Fabian. Kemudian, raut wajahnya terlihat sedikit lebih baik.Hesti mengalihkan kembali cahaya senter ke wajah Sabrina. Sabrina pun menutup matanya dengan satu tangan dan bertanya dengan suara manja, “Ibu, ngapain kamu?”“Tadi, Fabian datang kemari?” Hesti berbicara sambil berjongk
อ่านเพิ่มเติม

Bab 13

“Sudah hilang lagi?”Fabian menggeleng. Dia tidak tahu apakah itu hanya ilusinya atau sesuatu yang sedang mengamatinya itu telah pergi. Intinya, dia sudah tidak dapat merasakannya.“Beraninya kamu curi buah pirku. Waktu kamu kembali malam ini, aku pasti akan menangkapmu! Aku mau tahu kamu itu apa!”Fabian mulai memetik pir dan memindahkannya ke mobil. Setelah bekerja cukup lama, dia baru selesai memindahkan semua pir ke mobil setelah matahari bersinar terik.Mobil van itu melaju melewati desa. Dari kejauhan, Fabian melihat Hesti sedang berseru di depan rumahnya sambil berkacak pinggang. Dia juga melihat Raihan dan anjingnya. Raihan membuat gerakan menghitung uang ke arah Fabian. Dia bahkan berdiri di tengah jalan, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu kepada Fabian. Namun, Fabian tidak berniat untuk menghentikan mobilnya. Dia malah menginjak pedal gas untuk meningkatkan kecepatan lajunya.Brum!“Fabian, sialan kamu!” Raihan bereaksi sangat cepat. Dia melompat ke pinggir jalan, merapika
อ่านเพิ่มเติม

Bab 14

Adam dan yang lainnya turun dari mobil. Dia menunjuk ke papan iklan besar Restoran Imperial dan berkata, "Lihat, ini hasil dari Media Kloud kita.""Kemarin kita menerima iklan dari Restoran Imperial. Kita sampai lembur untuk menyelesaikannya. Begitu papan iklan ini dipasang, bisnis Restoran Imperial pasti akan semakin bagus!""Tentu saja." Seseorang di sampingnya menimpali, "Baik dari segi efisiensi maupun kualitas, Media Kloud sudah pasti yang terbaik di Kota Dohar.""Yang dibilang Logan benar sekali. Kita didukung oleh 500 perusahaan terbesar, mana mungkin bisa dibandingkan dengan perusahaan media kecil-kecilan?"Adam meneruskan, "Semua harus mengikuti aturan. Perusahaan besar punya aturan perusahaan besar, sementara perusahaan kecil yang aturannya terlalu longgar nggak akan pernah berkembang menjadi besar."Kemudian, dia tersenyum dan berkata lagi, "Barusan kalian juga melihatnya, Fabian datang ke Restoran Imperial untuk antar barang, tapi dia langsung masuk lewat pintu utama. Apa-a
อ่านเพิ่มเติม

Bab 15

Adam menepuk-nepuk mobil van dengan keras. Namun, tiba-tiba ekspresi marah di wajahnya lenyap, digantikan dengan senyuman lebar seperti bunga yang mekar."Bu Kiara! Bu Kiara, halo! Aku Adam dari Media Kloud."Adam langsung berjalan ke arah Kiara. Sikapnya dipenuhi antusiasme, bahkan tubuhnya sedikit membungkuk."Bu Kiara, apa kamu puas dengan pekerjaan Media Kloud?""Bu Kiara, kalau ada masukan, jangan ragu untuk menyampaikan. Kami pasti akan memenuhinya.""Bu Kiara, semalam dua petinggi kantor kami datang mencicipi pir dari restoranmu. Rasanya luar biasa! Jadi, hari ini aku membawa rekan-rekanku untuk mencicipinya juga. Bagaimana menurutmu ...."Adam melirik Kiara, lalu menoleh ke rekan-rekannya seakan-akan menyuruh mereka mempelajari caranya berbicara.Namun, Kiara sama sekali tidak memberi perhatian lebih kepada Adam. Dia hanya mengangguk dengan sopan."Bu Kiara, aku tahu kamu sibuk. Nanti aku akan menyempatkan waktu datang ke kantormu untuk membahas penyempurnaan iklan ini."Ekspre
อ่านเพิ่มเติม

Bab 16

"Dari segi harga memang lebih tinggi dari harga pasar, bahkan di beberapa tempat bisa sepuluh kali lipat lebih mahal. Tapi, menurutku pir milikmu memang pantas dihargai setinggi itu."Fabian membalas, "Sepertinya restoranmu sudah merasakannya sendiri kemarin. Ya, 'kan?"Fabian tersenyum tenang. Kiara yang menuangkan teh pun tertegun sejenak, lalu tersenyum."Kamu salah paham. Aku memang mengatakan ingin membahas harga, tapi aku bukan ingin menurunkannya.""Kamu benar. Kemarin kami meluncurkan beberapa menu baru dan semuanya laris manis. Pelanggan yang mencicipinya sangat menyukainya dan ingin kembali lagi.""Sementara yang belum sempat mencoba, hari ini kebanyakan sudah melakukan reservasi. Setelah iklan dipasang, semakin banyak orang yang penasaran dan tertarik untuk datang.""Aku dan pamanku sudah mendiskusikan ini. Harga 40 ribu per setengah kilo terlalu rendah. Aku ingin menawarkan harga yang lebih tinggi."Kiara menjulurkan dua jarinya dan meneruskan, "Aku akan menggandakannya unt
อ่านเพิ่มเติม

Bab 17

Tentunya, jika mereka bisa menemukan bahan lain sebagai pengganti sebelum semua pir habis dikonsumsi, itu akan lebih baik. Sayangnya, mencari bahan berkualitas baik bukan hal yang mudah.Kiara menghela napas pelan. Dia tidak mau memikirkan hal itu lagi. Yang terpenting sekarang adalah melewati krisis ini."Jadi, Pak Fabian, kamu setuju hanya memasok ke Restoran Imperial?" Kiara mendongak sambil tersenyum cerah."Bu Kiara, jangan panggil aku dengan begitu formal. Panggil saja aku Fabian."Mendengar itu, Kiara merasa senang. Kemudian, dia berkata, "Kalau begitu, kamu juga jangan panggil aku Bu Kiara. Rasanya asing sekali. Panggil aku Kiara saja."Setelah itu, mereka menandatangani kontrak dan Kiara langsung memberi uang muka sebesar 200 juta.Dari pihak dapur, mereka juga sudah menghitung total berat pir yang dikirim hari ini. Totalnya 245 kilogram. Sesuai dengan harga yang disepakati dalam kontrak, Kiara membulatkannya menjadi 40 juta.Saldo di rekening Fabian seketika bertambah 240 jut
อ่านเพิ่มเติม

Bab 18

"Fabian, maaf sekali ya." Dengan dipandu oleh seorang pelayan, Kiara dan Fabian duduk di dekat jendela.Saat ini jam makan siang, jadi restoran penuh dengan pelanggan. Bahkan, meja ini pun baru saja dikosongkan dan dibersihkan setelah tamu sebelumnya pergi.Dari tempat duduknya, Fabian bisa melihat ke bawah. Di area tunggu, banyak orang memegang nomor antrean sambil menunggu giliran.Hanya dalam beberapa jam, uang yang didapatkan restoran ini pasti sangat banyak. Tentu saja, konsumsi bahan makanannya pasti lebih mengerikan."Tempat ini sudah cukup bagus." Fabian tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Saat masih bekerja dulu, dia sering makan di restoran cepat saji, yang tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan tempat ini.Selain itu, dari jendela dia bisa melihat luasnya laut yang membentang. Pemandangannya benar-benar indah."Begini saja, tolong beri tahu manajer untuk membuatkan satu kartu berlian dan berikan kepada Pak Fabian sebagai hadiah." Kiara memberi instruksi kepada pelayan
อ่านเพิ่มเติม

Bab 19

Jantung Adam berdebar kencang. "Eee ... Bu Kiara ...."Kiara mengangkat tangannya lagi dan berkata dengan nada dingin, "Sudah, cukup. Aku nggak suka diganggu kalau lagi makan."Adam pun kembali ke tempat duduknya dengan wajah suram, tidak mengucapkan sepatah kata pun. Rekan-rekannya di sebelahnya ingin bertanya, tetapi tidak berani."Kita pulang," kata Adam dengan suara rendah."Oh." Keempat temannya berdiri."Mau ke mana?" Adam melirik mereka dengan marah. "Kalian pergi begitu saja? Siapa yang bayar? Kita patungan!"Hah? Bukankah tadi Adam bilang mau mentraktir mereka? Kenapa tiba-tiba jadi patungan?Namun, melihat wajah Adam yang suram, keempat orang itu memilih diam dan tidak membantah."Kiara ...." Fabian menatap Kiara.Kiara tersenyum tipis. "Aku melihat dan mendengar beberapa hal sebelumnya. Sepertinya sampai sekarang kamu belum tahu alasan sebenarnya kenapa kamu dipecat dari Media Kloud. Aku rasa sebentar lagi kebenarannya akan terungkap. Kalau sudah, aku akan meneleponmu."Fabi
อ่านเพิ่มเติม

Bab 20

Kiara kembali ke kantornya. Dia bersandar di kursinya sambil melihat kendaraan yang berlalu-lalang dari luar jendela. Senyuman puas muncul di wajahnya.Ceklek! Pintu terbuka. Kiara tidak perlu melihat untuk tahu siapa yang masuk. Di seluruh restoran ini, siapa lagi yang bisa masuk tanpa mengetuk pintu selain pamannya?Dengan nada tak berdaya, Kiara berucap, "Paman, tolong lain kali ketuk pintu dong."Tak ada respons. Kiara merasa heran, lalu menoleh. Dia melihat Hugo duduk di sofa dengan alis berkerut."Paman, ada apa lagi?" tanya Kiara."Pusing." Hugo memijat pelipisnya.Kiara langsung bangkit dan berjalan ke belakang Hugo untuk memijat pundaknya. Sambil memijat, dia berkata, "Paman pasti capek ya.""Bukan soal capek atau nggak." Hugo menyeringai. "Pelan sedikit. Aku memang ditakdirkan bekerja keras. Aku malah suka kalau banyak hal yang harus diurus.""Restoran mulai menunjukkan peningkatan. Paman memang harus bekerja lebih keras, tapi tetap harus jaga kesehatan." Kiara mengingatkan.
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
12345
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status